Anda di halaman 1dari 133

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Pasal 1 pengertian

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Tidak ada 1 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
2 Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan 2 Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
yang menurut ketentuan peraturan perundang- meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
undangan perpajakan ditentukan untuk pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. peraturan perundang-undangan perpajakan.
3 Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal 3 Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal
yang merupakan kesatuan baik yang melakukan yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
milik Negara atau Daerah dengan nama dan badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap.
4 Pengusaha adalah orang pribadi atau badan 4 Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam
dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
mengimpor barang, mengekspor barang, barang, mengekspor barang, melakukan usaha
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan perdagangan, memanfaatkan barang tidak
barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar
dari luar Daerah Pabean. daerah pabean.
5 Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha 5 Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang
sebagaimana dimaksud pada angka 3 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya, tidak termasuk Pengusaha
Kecil yang batasannya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan, kecuali
Pengusaha Kecil yang memilih untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
6 Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang 6 Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang
diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
dalam administrasi perpajakan yang administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
dan kewajiban perpajakannya. perpajakannya.
7 Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 7 Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi
sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau jangka dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang
Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana
takwim. ditentukan dalam Undang-Undang ini.
8 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun 8 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun
takwim kecuali bila Wajib Pajak menggunakan kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun tahun buku yang tidak sama dengan tahun
takwim. kalender
9 Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka 9 Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka
waktu 1 (satu) Tahun Pajak. waktu 1 (satu) Tahun Pajak
10 Pajak yang terutang adalah pajak yang harus 10 Pajak yang terutang adalah pajak yang harus
dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam
dalam Tahun Pajak atau dalam Bagian Tahun Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak
Pajak menurut ketentuan peraturan perundang- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. undangan perpajakan.
11 Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh 11 Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib
Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
pajak dan atau bukan objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
harta dan kewajiban, menurut ketentuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
peraturan perundang-undangan perpajakan. undangan perpajakan.
12 Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat 12 Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat
Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak. Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
13 Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat 13 Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat
Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak. Bagian Tahun Pajak
14 Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh 14 Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau
Wajib Pajak digunakan untuk melakukan penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
pembayaran atau penyetoran pajak yang menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
terutang ke kas negara melalui Kantor Pos dan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran
atau bank badan usaha milik Negara atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
badan usaha milik Daerah atau tempat
pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan.
15 Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan 15 Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang
yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan
Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Nihil. Pajak Lebih Bayar.
16 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah 16 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat
surat ketetapan pajak yang menentukan ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih
yang masih harus dibayar. harus dibayar.
17 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan 17 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
ditetapkan.
18 Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat 18 Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan
ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
pajak.
19 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat 19 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang pajak lebih besar daripada pajak yang terutang
terutang atau tidak seharusnya terutang. atau seharusnya tidak terutang.
20 Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk 20 Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan
melakukan tagihan pajak dan atau sanksi tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
administrasi berupa bunga dan atau denda. bunga dan/atau denda.
21 Surat Paksa adalah surat perintah membayar 21 Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang
utang pajak dan biaya penagihan pajak. pajak dan biaya penagihan pajak.
22 Kredit pajak untuk Pajak Penghasilan adalah 22 Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak
pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah
ditambah dengan pokok pajak yang terutang dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat
dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam
Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah
kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dengan pajak yang dipotong atau dipungut,
dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak ditambah dengan pajak atas penghasilan yang
atas penghasilan yang dibayar atau terutang di dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi
luar negeri, dikurangi dengan pengembalian dengan pengembalian pendahuluan kelebihan
pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
dari pajak yang terutang.
23 Kredit pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai 23 Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah
adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan setelah
setelah dikurangi dengan pengembalian dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
pendahuluan kelebihan pajak atau setelah kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan
dikurangi dengan pajak yang telah pajak yang telah dikompensasikan, yang
dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak dikurangkan dari pajak yang terutang.
yang terutang.
24 Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang 24 Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan
dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian
keahlian khusus sebagai usaha untuk khusus sebagai usaha untuk memperoleh
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan
suatu hubungan kerja. kerja.
25 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk 25 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
mencari, mengumpulkan, mengolah data dan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
atau keterangan lainnya untuk menguji dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan profesional berdasarkan suatu standar
dan untuk tujuan lain dalam rangka pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
melaksanakan ketentuan peraturan perundang- kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
undangan perpajakan. dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
26 Tidak ada 26 Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan,
dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau
benda yang dapat memberikan petunjuk adanya
dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu
tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan
oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara.
27 Tidak ada 27 Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan
yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi
tindak pidana di bidang perpajakan.
28 Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau 28 Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan
badan yang bertanggung jawab atas yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak,
pembayaran pajak, termasuk wakil yang termasuk wakil yang menjalankan hak dan
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan
Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan ketentuan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan perpajakan. (UU No 9 perpajakan.
Tahun 1994)
29 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan 29 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
yang dilakukan secara teratur untuk dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data
mengumpulkan data dan informasi keuangan dan informasi keuangan yang meliputi harta,
yang meliputi harta, kewajiban, modal, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
pada setiap Tahun Pajak berakhir.
30 Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang 30 Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian
Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya
termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan
dan penghitungannya. (UU No 9 Tahun 1994) dan penghitungannya.
31 Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan 31 Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
bukti yang dengan bukti itu membuat terang yang dengan bukti itu membuat terang tindak
tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta
serta menemukan tersangkanya. (UU No 9 menemukan tersangkanya.
Tahun 1994)
32 Tidak ada 32 Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik
untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
33 Surat Keputusan Pembetulan adalah surat 33 Surat Keputusan Pembetulan adalah surat
keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, keputusan yang membetulkan kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan atau kekeliruan kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan
penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-
perundang-undangan perpajakan yang terdapat undangan perpajakan yang terdapat dalam surat
dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
yang tidak benar, atau Surat Keputusan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.
34 Surat Keputusan Keberatan adalah surat 34 Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan
keputusan atas keberatan terhadap surat atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh
pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
oleh Wajib Pajak. (UU No 9 Tahun 1994)
35 Putusan Banding adalah putusan badan peradilan 35 Putusan Banding adalah putusan badan peradilan
pajak atas banding terhadap Surat Keputusan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan
Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. (UU Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
No 9 Tahun 1994)
36 Tidak ada 36 Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan
pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dapat diajukan gugatan.
37 Tidak ada 37 Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan
Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan
kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh
Direktur Jenderal Pajak terhadap Putusan Banding
atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.
38 Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan 38 Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak adalah surat keputusan yang Kelebihan Pajak adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah pengembalian pendahuluan menentukan jumlah pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu. kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu.
39 Tidak ada 39 Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah
surat keputusan yang menentukan jumlah imbalan
bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
40 Tidak ada 40 Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos
pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal
disampaikan secara langsung adalah tanggal pada
saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan
secara langsung.
41 Tidak ada 41 Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos
pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal
diterima secara langsung adalah tanggal pada saat
surat, keputusan, atau putusan diterima secara
langsung.
Penjelasan Penjelasan

Cukup Jelas Cukup Jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 2 PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada 1 Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat ketentuan peraturan perundang-undangan
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
Nomor Pokok Wajib Pajak. Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Penjelasan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem "self
assessment" wajib mendaftarkan diri pada kantor Penjelasan
Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai
Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan
Nomor Pokok Wajib Pajak. Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi
Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
pula terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak ketentuan peraturan perundang-undangan
secara terpisah karena hidup terpisah perpajakan berdasarkan sistem self assessment,
berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat
secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak
penghasilan dan harta. Nomor Pokok Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok
tersebut adalah suatu sarana dalam administrasi Wajib Pajak.
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak, oleh sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak
karena itu kepada setiap Wajib Pajak hanya dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984
diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain dan perubahannya.
daripada itu, Nomor Pokok Wajib Pajak juga Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi
dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam subjek pajak yang menerima atau memperoleh
pembayaran pajak dan dalam pengawasan penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan pemotongan/pemungutan sesuai dengan
dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984
diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib dan perubahannya.
Pajak yang dimilikinya. Terhadap Wajib Pajak Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula
yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara
Nomor Pokok Wajib Pajak dikenakan sanksi terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
sesuai peraturan perundang-undangan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
perpajakan. berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan
dan harta.
Wanita kawin selain tersebut di atas dapat
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak atas namanya sendiri agar wanita
kawin tersebut dapat melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
hak dan kewajiban perpajakan suaminya.
Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut merupakan
suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak. Oleh karena itu, kepada
setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor
Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor Pokok Wajib
Pajak juga dipergunakan untuk menjaga
ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal
berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib
Pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok
Wajib Pajak yang dimilikinya. Terhadap Wajib
Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2 Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang 2 Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang
dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib
wajib melaporkan usahanya pada kantor melaporkan usahanya pada kantor Direktorat
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha,
Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Pajak.
Penjelasan
Penjelasan
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 perubahannya wajib melaporkan usahanya untuk
dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan
usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
Pengusaha orang pribadi berkewajiban yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan,
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi sedangkan bagi Pengusaha badan berkewajiban
tempat tinggal Pengusaha dan tempat kegiatan melaporkan usahanya tersebut pada kantor
usaha dilakukan. Sedangkan bagi Pengusaha Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
badan, kewajiban melaporkan usahanya tersebut meliputi tempat kedudukan Pengusaha dan tempat
adalah pada kantor Direktorat Jenderal Pajak kegiatan usaha dilakukan.
yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan
Dengan demikian, Pengusaha orang pribadi atau
usaha dilakukan.
badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha di
wilayah beberapa kantor Direktorat Jenderal Pajak
Dengan demikian Pengusaha orang pribadi atau wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha sebagai Pengusaha Kena Pajak baik di kantor
di wilayah beberapa kantor Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
Pajak wajib melaporkan usahanya untuk meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak baik Pengusaha maupun di kantor Direktorat Jenderal
di kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha dilakukan.
kedudukan Pengusaha maupun di kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
Fungsi pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain
meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
dipergunakan untuk mengetahui identitas
Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya juga
Fungsi pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain berguna untuk melaksanakan hak dan kewajiban
dipergunakan untuk mengetahui identitas di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya, juga Penjualan Atas Barang Mewah serta untuk
berguna untuk melaksanakan hak dan kewajiban pengawasan administrasi perpajakan.
di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah serta untuk
Terhadap Pengusaha yang telah memenuhi syarat
pengawasan administrasi perpajakan.
sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Terhadap Pengusaha yang telah memenuhi syarat Pengusaha Kena Pajak dikenai sanksi sesuai
sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai perpajakan.
Pengusaha Kena Pajak dikenakan sanksi sesuai
peraturan perundang-undangan perpajakan.
3 Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan : 3 Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan:

a. tempat pendaftaran dan atau tempat a. tempat pendaftaran dan/atau tempat


pelaporan usaha selain yang pelaporan usaha selain yang ditetapkan
ditetapkan dalam ayat (1) dan ayat (2); pada ayat (1) dan ayat (2); dan/atau
b. tempat pendaftaran pada kantor b. tempat pendaftaran pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
kegiatan usaha dilakukan, di samping dan kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat mendaftarkan diri sebagaimana yang wilayah kerjanya meliputi tempat
dimaksud dalam ayat (1), bagi Wajib kegiatan usaha dilakukan, bagi Wajib
Pajak orang pribadi pengusaha tertentu. Pajak orang pribadi pengusaha
tertentu.
Penjelasan
Penjelasan
Terhadap Wajib Pajak maupun Pengusaha Kena
Pajak tertentu, Direktur Jenderal Pajak dapat Terhadap Wajib Pajak maupun Pengusaha Kena
menentukan kantor Direktorat Jenderal Pajak Pajak tertentu, Direktur Jenderal Pajak dapat
selain yang ditentukan dalam ayat (1) dan ayat menentukan kantor Direktorat Jenderal Pajak
(2), sebagai tempat pendaftaran untuk selain yang ditentukan pada ayat (1) dan ayat (2),
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau sebagai tempat pendaftaran untuk memperoleh
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
Selain itu bagi Wajib Pajak orang pribadi
pengusaha tertentu yaitu Wajib Pajak orang Selain itu, bagi Wajib Pajak orang pribadi
pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar pengusaha tertentu, yaitu Wajib Pajak orang
di beberapa tempat, misalnya pedagang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar di
elektronik yang mempunyai toko di beberapa beberapa tempat, misalnya pedagang elektronik
pusat perbelanjaan, di samping wajib yang mempunyai toko di beberapa pusat
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal perbelanjaan, di samping wajib mendaftarkan diri
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
tinggal Wajib Pajak, juga diwajibkan wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak, juga diwajibkan mendaftarkan diri pada
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kegiatan usaha Wajib Pajak dilakukan. kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib
Pajak dilakukan.
4 Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor 4 Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok
Pokok Wajib Pajak dan atau mengukuhkan Wajib Pajak dan/atau mengukuhkan Pengusaha
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, apabila Kena Pajak secara jabatan apabila Wajib Pajak
Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan
melaksanakan kewajibannya sebagaimana kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat
dimaksud dalam ayat (1) dan atau ayat (2). (1) dan/atau ayat (2).

Penjelasan Penjelasan

Terhadap Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak Terhadap Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak
yang tidak memenuhi kewajiban untuk yang tidak memenuhi kewajiban untuk
mendaftarkan diri dan atau melaporkan usahanya mendaftarkan diri dan/atau melaporkan usahanya
dapat diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan dapat diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak
atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
jabatan. Hal ini dapat dilakukan apabila secara jabatan. Hal ini dapat dilakukan apabila
berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh
oleh Direktorat Jenderal Pajak ternyata orang Direktorat Jenderal Pajak ternyata orang pribadi
pribadi atau badan atau Pengusaha tersebut telah atau badan atau Pengusaha tersebut telah
memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor Pokok
Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha Kena Pajak.

4a Tidak ada 4a Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang


diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum
diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Penjelasan

Ayat ini mengatur bahwa dalam penerbitan Nomor


Pokok Wajib Pajak dan/atau pengukuhan sebagai
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan harus
memperhatikan saat terpenuhinya persyaratan
subjektif dan objektif dari Wajib Pajak yang
bersangkutan. Selanjutnya terhadap Wajib Pajak
tersebut tidak dikecualikan dari pemenuhan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal
ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian
hukum kepada Wajib Pajak maupun Pemerintah
berkaitan dengan kewajiban Wajib Pajak untuk
mendaftarkan diri dan hak untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, misalnya terhadap
Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak
secara jabatan pada tahun 2008 dan ternyata
Wajib Pajak telah memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan terhitung sejak
tahun 2005, kewajiban perpajakannya timbul
terhitung sejak tahun 2005.
5 Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta 5 Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta
tata cara pendaftaran dan pengukuhan tata cara pendaftaran dan pengukuhan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) termasuk penghapusan ayat (3), dan ayat (4) termasuk penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak. atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Penjelasan
Penjelasan
Terhadap Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak
yang tidak memenuhi kewajiban untuk Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh
mendaftarkan diri dan atau melaporkan usahanya Nomor Pokok Wajib Pajak dan kewajiban
dapat diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan melaporkan usaha untuk memperoleh pengukuhan
atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara Pengusaha Kena Pajak dibatasi jangka waktunya,
jabatan. Hal ini dapat dilakukan apabila karena hal ini berkaitan dengan saat pajak
berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki terutang dan kewajiban mengenakan pajak
oleh Direktorat Jenderal Pajak ternyata orang terutang. Permohonan penghapusan Nomor Pokok
pribadi atau badan atau Pengusaha tersebut telah Wajib Pajak dan atau pencabutan pengukuhan
memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor Pengusaha Kena Pajak harus diselesaikan dalam
Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
Pengusaha Kena Pajak. diterimanya permohonan secara lengkap.

Pengaturan tentang jangka waktu pendaftaran dan


pelaporan tersebut, tata cara pemberian dan
pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak serta
pengukuhan dan pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
6 Tidak ada 6 Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan
oleh Direktur Jenderal Pajak apabila:

a. diajukan permohonan penghapusan


Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajib
Pajak dan/atau ahli warisnya apabila
Wajib Pajak sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
b. Wajib Pajak badan dilikuidasi karena
penghentian atau penggabungan usaha;

c. Wajib Pajak bentuk usaha tetap


menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia; atau

d. dianggap perlu oleh Direktur Jenderal


Pajak untuk menghapuskan Nomor Pokok
Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah
tidak memenuhi persyaratan subjektif dan
/ atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan
perpajakan.

Penjelasan

Cukup jelas.
7 Tidak ada 7 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan harus memberikan keputusan atas
permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk
Wajib Pajak orang pribadi atau 12 (dua belas)
bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal
permohonan diterima secara lengkap.

Penjelasan

Cukup jelas.
8 Tidak ada 8 Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas
permohonan Wajib Pajak dapat melakukan
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Penjelasan

Cukup jelas.
9 Tidak ada 9 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan harus memberikan keputusan atas
permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima secara
lengkap.

Penjelasan

Cukup jelas.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Pasal 3 Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat 1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan
mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal mata uang Rupiah, dan menandatangani serta
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal
dikukuhkan. Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.
Penjelasan

Penjelasan
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak
Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
terutang dan untuk melaporkan tentang: melaporkan dan mempertanggungjawabkan
- penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya
pembayaran atau pelunasan pajak yang telah terutang dan untuk melaporkan tentang:
dilaksanakan sendiri dan atau melalui a. pembayaran atau pelunasan pajak yang
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 telah dilaksanakan sendiri dan/atau
(satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak; melalui pemotongan atau pemungutan
pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak
- atau Bagian Tahun Pajak;
penghasilan yang merupakan objek pajak dan b. penghasilan yang merupakan objek pajak
atau bukan objek pajak; dan/atau bukan objek pajak;
c. harta dan kewajiban; dan/atau
- d. pembayaran dari pemotong atau
harta dan kewajiban; pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau
- badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak
pembayaran dari pemotong atau pemungut sesuai dengan ketentuan peraturan
tentang pemotongan atau pemungutan pajak perundang-undangan perpajakan.
orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat
Masa Pajak, yang ditentukan peraturan Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan
Bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
melaporkan dan mempertanggungjawabkan tentang:
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai a. pengkreditan Pajak Masukan terhadap
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang Pajak Keluaran; dan
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan b. pembayaran atau pelunasan pajak yang
tentang: telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha
- Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain
pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan
Keluaran; ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
- Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat
pembayaran atau pelunasan pajak yang telah Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak
dan atau melalui pihak lain dalam satu Masa yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan Yang dimaksud dengan mengisi Surat
perundang-undangan perpajakan yang berlaku; Pemberitahuan adalah mengisi formulir Surat
Pemberitahuan, dalam bentuk kertas dan/atau
- dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap,
bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi dan jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang
Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
untuk melaporkan dan perundang-undangan perpajakan.
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong Sementara itu, yang dimaksud dengan benar,
atau dipungut dan disetorkannya. lengkap, dan jelas dalam mengisi Surat
Pemberitahuan adalah:
Yang dimaksud dengan mengisi Surat a. benar adalah benar dalam perhitungan,
Pemberitahuan adalah mengisi formulir Surat termasuk benar dalam penerapan
Pemberitahuan dengan benar, jelas, dan lengkap ketentuan peraturan perundang-
sesuai dengan petunjuk yang diberikan undangan perpajakan, dalam penulisan,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang- dan sesuai dengan keadaan yang
undangan perpajakan yang berlaku. sebenarnya;
Pengisian Surat Pemberitahuan yang tidak benar b. lengkap adalah memuat semua unsur-
yang mengakibatkan pajak yang terutang kurang unsur yang berkaitan dengan objek pajak
dibayar, akan dikenakan sanksi sesuai peraturan dan unsur-unsur lain yang harus
perundang-undangan Perpajakan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan;
dan
c. jelas adalah melaporkan asal-usul atau
sumber dari objek pajak dan unsur-unsur
lain yang harus dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan.
Surat Pemberitahuan yang telah diisi dengan
benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib
disampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan
atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan oleh
pemotong atau pemungut pajak dilakukan untuk
setiap Masa Pajak.
1a Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin 1a Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri
Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dengan menggunakan bahasa asing dan mata
dan mata uang selain Rupiah, wajib uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat
menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan
bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah menggunakan satuan mata uang selain Rupiah
yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur
dengan Keputusan Menteri Keuangan. dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas.
Tidak Ada 1b Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan secara biasa, dengan
tanda tangan stempel, atau tanda tangan
elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai
kekuatan hukum yang sama, yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas.
2 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) dan ayat (1a) harus mengambil sendiri Surat dan ayat (1a) mengambil sendiri Surat
Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak. Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan
cara lain yang tata cara pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Penjelasan
Menteri Keuangan.

Dalam rangka pelayanan dan kemudahan bagi


Penjelasan
Wajib Pajak, formulir Surat Pemberitahuan
disediakan pada kantor-kantor di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat lain Dalam rangka memberikan pelayanan dan
yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak kemudahan kepada Wajib Pajak, formulir Surat
yang diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pemberitahuan disediakan pada kantor-kantor
Pajak. Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat lain
yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak yang
diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pajak.
Di samping itu, Wajib Pajak juga dapat mengambil
Surat Pemberitahuan dengan cara lain, misalnya
dengan mengakses situs Direktorat Jenderal Pajak
untuk memperoleh formulir Surat Pemberitahuan
tersebut.

Namun, untuk memberikan pelayanan yang lebih


baik, Direktur Jenderal Pajak dapat mengirimkan
Surat Pemberitahuan kepada Wajib Pajak.
3 Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan 3 Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
adalah : adalah:

a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling
lambat 20 (dua puluh) hari setelah lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir
akhir Masa Pajak; Masa Pajak;
b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang
Tahun Pajak. pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir Tahun Pajak; atau
Penjelasan
c. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan,
Ayat ini mengatur tentang batas waktu paling lama 4 (empat) bulan setelah
penyampaian Surat Pemberitahuan yang akhir Tahun Pajak.
dianggap cukup memadai bagi Wajib Pajak untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang
Penjelasan
berhubungan dengan pembayaran pajak maupun
penyelesaian pembukuannya.
Ayat ini mengatur tentang batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan yang dianggap
Bagi Wajib Pajak tertentu yang ditetapkan dengan
cukup memadai bagi Wajib Pajak untuk
Keputusan Menteri Keuangan, diperkenankan
mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
untuk melaporkan beberapa Masa Pajak dalam
dengan pembayaran pajak dan penyelesaian
satu Surat Pemberitahuan Masa.
pembukuannya.
Tidak Ada 3a Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat
melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu)
Surat Pemberitahuan Masa.

Penjelasan

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, antara lain


Wajib Pajak usaha kecil, dapat:

a. menyampaikan Surat Pemberitahuan


Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk
beberapa Masa Pajak sekaligus dengan
syarat pembayaran seluruh pajak yang
wajib dilunasi menurut Surat
Pemberitahuan Masa tersebut dilakukan
sekaligus paling lama dalam Masa Pajak
yang terakhir; dan/atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa selain yang disebut pada huruf a
untuk beberapa Masa Pajak sekaligus
dengan syarat pembayaran untuk
masing-masing Masa Pajak dilakukan
sesuai batas waktu untuk Masa Pajak
yang bersangkutan.

Tidak Ada 3b Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dan tata cara
pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3a)
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Penjelasan
Cukup jelas
Tidak Ada 3c Batas waktu dan tata cara pelaporan atas
pemotongan dan pemungutan pajak yang
dilakukan oleh bendahara pemerintah dan badan
tertentu diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas
4 Direktur Jenderal Pajak atas permohonan 4 Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b pada ayat (3) untuk paling lama 2 (dua)
untuk paling lama 6 (enam) bulan. bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan
cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak
Penjelasan
yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi atau
badan ternyata tidak dapat menyampaikan atau
Penjelasan
menyiapkan laporan keuangan tahunan atau
neraca perusahaan beserta laporan laba rugi
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun
ayat (3) huruf b karena luasnya kegiatan usaha badan ternyata tidak dapat menyampaikan Surat
dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan Pemberitahuan dalam jangka waktu yang telah
keuangan, sulit untuk memenuhi batas waktu ditetapkan pada ayat (3) huruf b, atau huruf c
penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-
batas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak masalah teknis penyusunan laporan keuangan,
dapat mengajukan permohonan agar memperoleh atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi
perpanjangan waktu penyampaian Surat batas waktu penyelesaian dan memerlukan
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. kelonggaran dari batas waktu yang telah
Perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat ditentukan, Wajib Pajak dapat memperpanjang
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan hanya penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
dapat diberikan paling lama 6 (enam) bulan. Pajak Penghasilan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara
lain misalnya dengan pemberitahuan secara
elektronik kepada Direktur Jenderal Pajak.
5 Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 5 Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) diajukan secara tertulis disertai Surat (4) harus disertai dengan penghitungan
Pernyataan mengenai penghitungan sementara sementara pajak yang terutang dalam 1 (satu)
pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai
bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak
yang terutang. (UU No 6 Tahun 1983) yang terutang, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Penjelasan

Penjelasan
Untuk mencegah usaha penghindaran diri dan
atau perpanjangan waktu pembayaran pajak yang
terutang dalam satu Tahun Pajak yang harus Untuk mencegah usaha penghindaran dan/atau
dibayar sebelum batas waktu pemasukan Surat perpanjangan waktu pembayaran pajak yang
Pemberitahuan Tahunan, perlu ditetapkan terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang harus
persyaratan yang berakibat pengenaan sanksi dibayar sebelum batas waktu penyampaian Surat
administrasi berupa bunga bagi Wajib Pajak yang Pemberitahuan Tahunan, perlu ditetapkan
ingin memperpanjang waktu penyampaian Surat persyaratan yang berakibat pengenaan sanksi
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. administrasi berupa bunga bagi Wajib Pajak yang
ingin memperpanjang waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Persyaratan tersebut berupa keharusan
memberikan pernyataan tertulis tentang besarnya
pajak yang harus dibayar berdasarkan Persyaratan tersebut berupa keharusan
penghitungan sementara dalam satu Tahun Pajak, menyampaikan pemberitahuan sementara dengan
sebagai lampiran surat permohonan penundaan menyebutkan besarnya pajak yang harus dibayar
kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan berdasarkan penghitungan sementara pajak yang
Tahunan Pajak Penghasilan terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat
Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan, sebagai
lampiran pemberitahuan perpanjangan jangka
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan.
5a Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan 5a Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan
sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) atau batas waktu perpanjangan ayat (3) atau batas waktu perpanjangan
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat
diterbitkan Surat Teguran. diterbitkan Surat Teguran.

Penjelasan Penjelasan

Dalam rangka pembinaan terhadap Wajib Pajak Dalam rangka pembinaan terhadap Wajib Pajak
yang sampai dengan batas waktu yang telah yang sampai dengan batas waktu yang telah
ditentukan ternyata tidak menyampaikan Surat ditentukan ternyata tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan, maka terhadap Wajib Pajak yang Pemberitahuan, terhadap Wajib Pajak yang
bersangkutan diberikan Surat Teguran. bersangkutan dapat diberikan Surat Teguran.
6 Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta 6 Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta
keterangan dan atau dokumen yang harus keterangan dan/atau dokumen yang harus
dilampirkan ditetapkan dengan Keputusan Menteri dilampirkan, dan cara yang digunakan untuk
Keuangan. menyampaikan Surat Pemberitahuan diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Penjelasan

Penjelasan
Mengingat fungsi Surat Pemberitahuan
merupakan sarana Wajib Pajak antara lain untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan Mengingat fungsi Surat Pemberitahuan merupakan
penghitungan jumlah pajak dan pembayarannya, sarana Wajib Pajak, antara lain untuk melaporkan
maka dalam rangka keseragaman dan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
mempermudah pengisian serta jumlah pajak dan pembayarannya, dalam rangka
pengadministrasiannya, bentuk dan isi Surat keseragaman dan mempermudah pengisian serta
Pemberitahuan ditetapkan dengan Keputusan pengadministrasiannya, bentuk dan isi Surat
Menteri Keuangan. Pemberitahuan, keterangan, dokumen yang harus
dilampirkan dan cara yang digunakan untuk
menyampaikan Surat Pemberitahuan diatur
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
sekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran,
Keuangan.
jumlah penghasilan, jumlah Penghasilan Kena
Pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan atau kelebihan pajak, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
serta harta dan kewajiban di luar kegiatan usaha sekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran,
atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak orang jumlah penghasilan, jumlah Penghasilan Kena
pribadi. Pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan atau kelebihan pajak,
serta harta dan kewajiban di luar kegiatan usaha
Untuk Wajib Pajak yang wajib melakukan
atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak orang
pembukuan harus dilengkapi dengan laporan
pribadi.
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan
untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Pajak. Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan
pembukuan harus dilengkapi dengan laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
serta keterangan lain yang diperlukan untuk
Nilai sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, dan
jumlah kekurangan atau kelebihan pajak. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar
Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah
Surat Pemberitahuan harus dilampiri dengan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, dan jumlah
keterangan dan dokumen yang dapat berupa
kekurangan atau kelebihan pajak.
antara lain surat kuasa, surat keterangan tentang
perkawinan dengan pisah harta dan penghasilan,
dokumen yang berkenaan dengan impor atau
ekspor dan Surat Setoran Pajak.
7 Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan 7 Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan
apabila apabila:

a. tidak ditandatangani sebagaimana a. Surat Pemberitahuan tidak


dimaksud dalam ayat (1) atau ditandatangani sebagaimana dimaksud pada
b. tidak sepenuhnya dilampiri keterangan ayat (1);
dan atau dokumen sebagaimana dimaksud b. Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya
dalam ayat (6). dilampiri keterangan dan/atau dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (6);
Penjelasan
c. Surat Pemberitahuan yang
menyatakan lebih bayar disampaikan
Surat Pemberitahuan yang ditandatangani beserta setelah 3 (tiga) tahun sesudah
lampirannya adalah satu kesatuan yang berakhirnya Masa Pajak, bagian
merupakan unsur keabsahan Surat Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan
Pemberitahuan. Dengan demikian apabila Surat Wajib Pajak telah ditegur secara
Pemberitahuan disampaikan tetapi tidak atau tertulis; atau
tidak sepenuhnya memenuhi ketentuan yang
diharuskan, maka Surat Pemberitahuan tersebut d. Surat Pemberitahuan disampaikan
dianggap tidak disampaikan. setelah Direktur Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan atau
menerbitkan surat ketetapan
pajak.

Penjelasan

Surat Pemberitahuan yang ditandatangani beserta


lampirannya adalah satu kesatuan yang
merupakan unsur keabsahan Surat
Pemberitahuan. Oleh karena itu, Surat
Pemberitahuan dari Wajib Pajak yang
disampaikan, tetapi tidak dilengkapi dengan
lampiran yang dipersyaratkan, tidak dianggap
sebagai Surat Pemberitahuan dalam administrasi
Direktorat Jenderal Pajak. Dalam hal demikian,
Surat Pemberitahuan tersebut dianggap sebagai
data perpajakan.

Demikian juga apabila penyampaian Surat


Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar telah
melewati 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dan
Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis, atau
apabila Surat Pemberitahuan disampaikan setelah
Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan
atau menerbitkan surat ketetapan pajak, Surat
Pemberitahuan tersebut dianggap sebagai data
perpajakan.
Tidak Ada 7a Apabila Surat Pemberitahuan dianggap tidak
disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(7), Direktur Jenderal Pajak wajib
memberitahukan kepada Wajib Pajak.

Penjelasan

Cukup jelas.
8 Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana 8 Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah Wajib Pajak dimaksud pada ayat (1) adalah Wajib Pajak Pajak
Pajak Penghasilan tertentu yang ditetapkan Penghasilan tertentu yang diatur dengan atau
dengan Keputusan Menteri Keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Pada prinsipnya setiap Wajib Pajak Pajak Pada prinsipnya setiap Wajib Pajak Pajak
Penghasilan diwajibkan menyampaikan Surat Penghasilan diwajibkan menyampaikan Surat
Pemberitahuan. Dengan pertimbangan efisiensi Pemberitahuan. Dengan pertimbangan efisiensi
atau pertimbangan lainnya, Menteri Keuangan atau pertimbangan lainnya, Menteri Keuangan
dapat menetapkan Wajib Pajak Pajak Penghasilan dapat menetapkan Wajib Pajak Pajak Penghasilan
yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan
Surat Pemberitahuan, misalnya Wajib Pajak orang Surat Pemberitahuan, misalnya Wajib Pajak orang
pribadi yang menerima atau memperoleh pribadi yang menerima atau memperoleh
penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak namun karena kepentingan tertentu Pajak, tetapi karena kepentingan tertentu
diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 2 a PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Masa Pajak sama dengan 1 (satu) bulan kalender
atau jangka waktu lain yang diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga)
Tidak ada
bulan kalender.

Penjelasan

Cukup jelas.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 3 Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat 1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan
mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal mata uang Rupiah, dan menandatangani serta
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal
dikukuhkan. Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.
Penjelasan

Penjelasan
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak
Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
terutang dan untuk melaporkan tentang: melaporkan dan mempertanggungjawabkan
- penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya
pembayaran atau pelunasan pajak yang telah terutang dan untuk melaporkan tentang:
dilaksanakan sendiri dan atau melalui e. pembayaran atau pelunasan pajak yang
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 telah dilaksanakan sendiri dan/atau
(satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak; melalui pemotongan atau pemungutan
pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak
- atau Bagian Tahun Pajak;
penghasilan yang merupakan objek pajak dan f. penghasilan yang merupakan objek pajak
atau bukan objek pajak; dan/atau bukan objek pajak;
g. harta dan kewajiban; dan/atau
- h. pembayaran dari pemotong atau
harta dan kewajiban; pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau
- badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak
pembayaran dari pemotong atau pemungut sesuai dengan ketentuan peraturan
tentang pemotongan atau pemungutan pajak perundang-undangan perpajakan.
orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat
Masa Pajak, yang ditentukan peraturan Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan
Bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
melaporkan dan mempertanggungjawabkan tentang:
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai c. pengkreditan Pajak Masukan terhadap
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang Pajak Keluaran; dan
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan d. pembayaran atau pelunasan pajak yang
tentang: telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha
- Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain
pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan
Keluaran; ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
- Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat
pembayaran atau pelunasan pajak yang telah Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak
dan atau melalui pihak lain dalam satu Masa yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan Yang dimaksud dengan mengisi Surat
perundang-undangan perpajakan yang berlaku; Pemberitahuan adalah mengisi formulir Surat
Pemberitahuan, dalam bentuk kertas dan/atau
- dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap,
bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi dan jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang
Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
untuk melaporkan dan perundang-undangan perpajakan.
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong Sementara itu, yang dimaksud dengan benar,
atau dipungut dan disetorkannya. lengkap, dan jelas dalam mengisi Surat
Pemberitahuan adalah:
Yang dimaksud dengan mengisi Surat d. benar adalah benar dalam perhitungan,
Pemberitahuan adalah mengisi formulir Surat termasuk benar dalam penerapan
Pemberitahuan dengan benar, jelas, dan lengkap ketentuan peraturan perundang-
sesuai dengan petunjuk yang diberikan undangan perpajakan, dalam penulisan,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang- dan sesuai dengan keadaan yang
undangan perpajakan yang berlaku. sebenarnya;
Pengisian Surat Pemberitahuan yang tidak benar e. lengkap adalah memuat semua unsur-
yang mengakibatkan pajak yang terutang kurang unsur yang berkaitan dengan objek pajak
dibayar, akan dikenakan sanksi sesuai peraturan dan unsur-unsur lain yang harus
perundang-undangan Perpajakan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan;
dan
f. jelas adalah melaporkan asal-usul atau
sumber dari objek pajak dan unsur-unsur
lain yang harus dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan.
Surat Pemberitahuan yang telah diisi dengan
benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib
disampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan
atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan oleh
pemotong atau pemungut pajak dilakukan untuk
setiap Masa Pajak.
1a Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin 1a Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri
Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dengan menggunakan bahasa asing dan mata
dan mata uang selain Rupiah, wajib uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat
menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan
bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah menggunakan satuan mata uang selain Rupiah
yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur
dengan Keputusan Menteri Keuangan. dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas.
Tidak Ada 1b Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan secara biasa, dengan
tanda tangan stempel, atau tanda tangan
elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai
kekuatan hukum yang sama, yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas.
2 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) dan ayat (1a) harus mengambil sendiri Surat dan ayat (1a) mengambil sendiri Surat
Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak. Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan
cara lain yang tata cara pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Penjelasan
Menteri Keuangan.

Dalam rangka pelayanan dan kemudahan bagi


Penjelasan
Wajib Pajak, formulir Surat Pemberitahuan
disediakan pada kantor-kantor di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat lain Dalam rangka memberikan pelayanan dan
yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak kemudahan kepada Wajib Pajak, formulir Surat
yang diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pemberitahuan disediakan pada kantor-kantor
Pajak. Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat lain
yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak yang
diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pajak.
Di samping itu, Wajib Pajak juga dapat mengambil
Surat Pemberitahuan dengan cara lain, misalnya
dengan mengakses situs Direktorat Jenderal Pajak
untuk memperoleh formulir Surat Pemberitahuan
tersebut.

Namun, untuk memberikan pelayanan yang lebih


baik, Direktur Jenderal Pajak dapat mengirimkan
Surat Pemberitahuan kepada Wajib Pajak.
3 Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan 3 Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
adalah : adalah:

c. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling d. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling
lambat 20 (dua puluh) hari setelah lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir
akhir Masa Pajak; Masa Pajak;
d. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, e. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang
Tahun Pajak. pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir Tahun Pajak; atau
f. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan,
Penjelasan
paling lama 4 (empat) bulan setelah
akhir Tahun Pajak.
Ayat ini mengatur tentang batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan yang
Penjelasan
dianggap cukup memadai bagi Wajib Pajak untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pembayaran pajak maupun Ayat ini mengatur tentang batas waktu
penyelesaian pembukuannya. penyampaian Surat Pemberitahuan yang dianggap
cukup memadai bagi Wajib Pajak untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
Bagi Wajib Pajak tertentu yang ditetapkan dengan
dengan pembayaran pajak dan penyelesaian
Keputusan Menteri Keuangan, diperkenankan
pembukuannya.
untuk melaporkan beberapa Masa Pajak dalam
satu Surat Pemberitahuan Masa.
Tidak Ada 3a Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat
melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu)
Surat Pemberitahuan Masa.

Penjelasan

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, antara lain


Wajib Pajak usaha kecil, dapat:

c. menyampaikan Surat Pemberitahuan


Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk
beberapa Masa Pajak sekaligus dengan
syarat pembayaran seluruh pajak yang
wajib dilunasi menurut Surat
Pemberitahuan Masa tersebut dilakukan
sekaligus paling lama dalam Masa Pajak
yang terakhir; dan/atau
d. menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa selain yang disebut pada huruf a
untuk beberapa Masa Pajak sekaligus
dengan syarat pembayaran untuk
masing-masing Masa Pajak dilakukan
sesuai batas waktu untuk Masa Pajak
yang bersangkutan.

Tidak Ada 3b Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dan tata cara
pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3a)
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak Ada 3c Batas waktu dan tata cara pelaporan atas
pemotongan dan pemungutan pajak yang
dilakukan oleh bendahara pemerintah dan badan
tertentu diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Penjelasan

Cukup jelas
4 Direktur Jenderal Pajak atas permohonan 4 Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b pada ayat (3) untuk paling lama 2 (dua)
untuk paling lama 6 (enam) bulan. bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan
cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak
Penjelasan
yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi atau
badan ternyata tidak dapat menyampaikan atau
Penjelasan
menyiapkan laporan keuangan tahunan atau
neraca perusahaan beserta laporan laba rugi
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun
ayat (3) huruf b karena luasnya kegiatan usaha badan ternyata tidak dapat menyampaikan Surat
dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan Pemberitahuan dalam jangka waktu yang telah
keuangan, sulit untuk memenuhi batas waktu ditetapkan pada ayat (3) huruf b, atau huruf c
penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-
batas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak masalah teknis penyusunan laporan keuangan,
dapat mengajukan permohonan agar memperoleh atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi
perpanjangan waktu penyampaian Surat batas waktu penyelesaian dan memerlukan
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. kelonggaran dari batas waktu yang telah
Perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat ditentukan, Wajib Pajak dapat memperpanjang
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan hanya penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
dapat diberikan paling lama 6 (enam) bulan. Pajak Penghasilan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara
lain misalnya dengan pemberitahuan secara
elektronik kepada Direktur Jenderal Pajak.
5 Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 5 Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) diajukan secara tertulis disertai Surat (4) harus disertai dengan penghitungan
Pernyataan mengenai penghitungan sementara sementara pajak yang terutang dalam 1 (satu)
pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai
bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak
yang terutang. (UU No 6 Tahun 1983) yang terutang, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Penjelasan

Penjelasan
Untuk mencegah usaha penghindaran diri dan
atau perpanjangan waktu pembayaran pajak
yang terutang dalam satu Tahun Pajak yang Untuk mencegah usaha penghindaran dan/atau
harus dibayar sebelum batas waktu pemasukan perpanjangan waktu pembayaran pajak yang
Surat Pemberitahuan Tahunan, perlu ditetapkan terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang harus
persyaratan yang berakibat pengenaan sanksi dibayar sebelum batas waktu penyampaian Surat
administrasi berupa bunga bagi Wajib Pajak yang Pemberitahuan Tahunan, perlu ditetapkan
ingin memperpanjang waktu penyampaian Surat persyaratan yang berakibat pengenaan sanksi
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. administrasi berupa bunga bagi Wajib Pajak yang
ingin memperpanjang waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Persyaratan tersebut berupa keharusan
memberikan pernyataan tertulis tentang besarnya
pajak yang harus dibayar berdasarkan Persyaratan tersebut berupa keharusan
penghitungan sementara dalam satu Tahun menyampaikan pemberitahuan sementara dengan
Pajak, sebagai lampiran surat permohonan menyebutkan besarnya pajak yang harus dibayar
penundaan kewajiban penyampaian Surat berdasarkan penghitungan sementara pajak yang
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat
Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan, sebagai
lampiran pemberitahuan perpanjangan jangka
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan.
5a Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan 5a Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan
sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) atau batas waktu perpanjangan ayat (3) atau batas waktu perpanjangan
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat
diterbitkan Surat Teguran. diterbitkan Surat Teguran.

Penjelasan Penjelasan

Dalam rangka pembinaan terhadap Wajib Pajak Dalam rangka pembinaan terhadap Wajib Pajak
yang sampai dengan batas waktu yang telah yang sampai dengan batas waktu yang telah
ditentukan ternyata tidak menyampaikan Surat ditentukan ternyata tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan, maka terhadap Wajib Pajak yang Pemberitahuan, terhadap Wajib Pajak yang
bersangkutan diberikan Surat Teguran. bersangkutan dapat diberikan Surat Teguran.
6 Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta 6 Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta
keterangan dan atau dokumen yang harus keterangan dan/atau dokumen yang harus
dilampirkan ditetapkan dengan Keputusan Menteri dilampirkan, dan cara yang digunakan untuk
Keuangan. menyampaikan Surat Pemberitahuan diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Penjelasan

Penjelasan
Mengingat fungsi Surat Pemberitahuan
merupakan sarana Wajib Pajak antara lain untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan Mengingat fungsi Surat Pemberitahuan merupakan
penghitungan jumlah pajak dan pembayarannya, sarana Wajib Pajak, antara lain untuk melaporkan
maka dalam rangka keseragaman dan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
mempermudah pengisian serta jumlah pajak dan pembayarannya, dalam rangka
pengadministrasiannya, bentuk dan isi Surat keseragaman dan mempermudah pengisian serta
Pemberitahuan ditetapkan dengan Keputusan pengadministrasiannya, bentuk dan isi Surat
Menteri Keuangan. Pemberitahuan, keterangan, dokumen yang harus
dilampirkan dan cara yang digunakan untuk
menyampaikan Surat Pemberitahuan diatur
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
sekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran,
Keuangan.
jumlah penghasilan, jumlah Penghasilan Kena
Pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan atau kelebihan pajak, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
serta harta dan kewajiban di luar kegiatan usaha sekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran,
atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak orang jumlah penghasilan, jumlah Penghasilan Kena
pribadi. Pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan atau kelebihan pajak,
serta harta dan kewajiban di luar kegiatan usaha
Untuk Wajib Pajak yang wajib melakukan
atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak orang
pembukuan harus dilengkapi dengan laporan
pribadi.
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan
untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Pajak. Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan
pembukuan harus dilengkapi dengan laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
serta keterangan lain yang diperlukan untuk
Nilai sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, dan
jumlah kekurangan atau kelebihan pajak. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar
Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah
Surat Pemberitahuan harus dilampiri dengan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, dan jumlah
keterangan dan dokumen yang dapat berupa
kekurangan atau kelebihan pajak.
antara lain surat kuasa, surat keterangan tentang
perkawinan dengan pisah harta dan penghasilan,
dokumen yang berkenaan dengan impor atau
ekspor dan Surat Setoran Pajak.
7 Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan 7 Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan
apabila apabila:

c. tidak ditandatangani sebagaimana e. Surat Pemberitahuan tidak


dimaksud dalam ayat (1) atau ditandatangani sebagaimana dimaksud pada
d. tidak sepenuhnya dilampiri keterangan ayat (1);
dan atau dokumen sebagaimana dimaksud f. Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya
dalam ayat (6). dilampiri keterangan dan/atau dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (6);
Penjelasan
g. Surat Pemberitahuan yang
menyatakan lebih bayar disampaikan
Surat Pemberitahuan yang ditandatangani setelah 3 (tiga) tahun sesudah
beserta lampirannya adalah satu kesatuan yang berakhirnya Masa Pajak, bagian
merupakan unsur keabsahan Surat Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan
Pemberitahuan. Dengan demikian apabila Surat Wajib Pajak telah ditegur secara
Pemberitahuan disampaikan tetapi tidak atau tertulis; atau
tidak sepenuhnya memenuhi ketentuan yang
diharuskan, maka Surat Pemberitahuan tersebut h. Surat Pemberitahuan disampaikan
dianggap tidak disampaikan. setelah Direktur Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan atau
menerbitkan surat ketetapan
pajak.

Penjelasan

Surat Pemberitahuan yang ditandatangani beserta


lampirannya adalah satu kesatuan yang
merupakan unsur keabsahan Surat
Pemberitahuan. Oleh karena itu, Surat
Pemberitahuan dari Wajib Pajak yang
disampaikan, tetapi tidak dilengkapi dengan
lampiran yang dipersyaratkan, tidak dianggap
sebagai Surat Pemberitahuan dalam administrasi
Direktorat Jenderal Pajak. Dalam hal demikian,
Surat Pemberitahuan tersebut dianggap sebagai
data perpajakan.

Demikian juga apabila penyampaian Surat


Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar telah
melewati 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dan
Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis, atau
apabila Surat Pemberitahuan disampaikan setelah
Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan
atau menerbitkan surat ketetapan pajak, Surat
Pemberitahuan tersebut dianggap sebagai data
perpajakan.
Tidak Ada 7a Apabila Surat Pemberitahuan dianggap tidak
disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(7), Direktur Jenderal Pajak wajib
memberitahukan kepada Wajib Pajak.

Penjelasan

Cukup jelas.
8 Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana 8 Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah Wajib Pajak dimaksud pada ayat (1) adalah Wajib Pajak Pajak
Pajak Penghasilan tertentu yang ditetapkan Penghasilan tertentu yang diatur dengan atau
dengan Keputusan Menteri Keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Pada prinsipnya setiap Wajib Pajak Pajak Pada prinsipnya setiap Wajib Pajak Pajak
Penghasilan diwajibkan menyampaikan Surat Penghasilan diwajibkan menyampaikan Surat
Pemberitahuan. Dengan pertimbangan efisiensi Pemberitahuan. Dengan pertimbangan efisiensi
atau pertimbangan lainnya, Menteri Keuangan atau pertimbangan lainnya, Menteri Keuangan
dapat menetapkan Wajib Pajak Pajak Penghasilan dapat menetapkan Wajib Pajak Pajak Penghasilan
yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan
Surat Pemberitahuan, misalnya Wajib Pajak orang Surat Pemberitahuan, misalnya Wajib Pajak orang
pribadi yang menerima atau memperoleh pribadi yang menerima atau memperoleh
penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak namun karena kepentingan tertentu Pajak, tetapi karena kepentingan tertentu
diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 4 Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan 1 Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan
Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas,
jelas, dan menandatanganinya. dan menandatanganinya.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


2 Dalam hal Wajib Pajak adalah badan, Surat 2 Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus
Pemberitahuan harus ditandatangani oleh ditandatangani oleh pengurus atau direksi.
pengurus atau direksi.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
3 Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan 3 Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang
ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib Pajak, kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
harus dilampiri surat kuasa khusus. mengisi dan menandatangani Surat
Pemberitahuan, surat kuasa khusus tersebut
harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan.

Penjelasan
Penjelasan

Cukup jelas
Cukup jelas
4 Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak 4 Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Penghasilan oleh Wajib Pajak yang wajib Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan
melakukan pembukuan harus dilengkapi pembukuan harus dilampiri dengan laporan
dengan laporan keuangan berupa neraca dan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
laporan laba rugi serta keterangan-keterangan serta keterangan lain yang diperlukan untuk
lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Penghasilan Kena Pajak.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
Tidak ada 4a Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) adalah laporan keuangan dari masing-
masing Wajib Pajak.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan Laporan Keuangan masing-


masing Wajib Pajak adalah laporan keuangan hasil
kegiatan usaha masing-masing Wajib Pajak.

Contoh:

PT A memiliki saham pada PT B dan PT C. Dalam


contoh tersebut, PT A mempunyai kewajiban
melampirkan laporan keuangan konsolidasi PT A
dan anak perusahaan, juga melampirkan laporan
keuangan atas usaha PT A (sebelum dikonsolidasi),
sedangkan PT B dan PT C wajib melampirkan
laporan keuangan masing-masing, bukan laporan
keuangan konsolidasi.
Tidak ada 4b Dalam hal laporan keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4a) diaudit oleh Akuntan
Publik tetapi tidak dilampirkan pada Surat
Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan dianggap
tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga Surat
Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (7)
huruf b.

Penjelasan

Cukup jelas.
5 Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat 5 Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan diatur dengan Keputusan Pemberitahuan diatur dengan atau berdasarkan
Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan memuat hal-hal mengenai antara Pemberitahuan memuat hal-hal mengenai, antara
lain penelitian kelengkapan, pemberian tanda lain, penelitian kelengkapan, pemberian tanda
terima, pengelompokan Surat Pemberitahuan terima, pengelompokan Surat Pemberitahuan Lebih
Lebih Bayar, Kurang Bayar dan Nihil, prosedur Bayar, Kurang Bayar, dan Nihil, prosedur
perekaman dan tindak lanjut pengelolaannya, perekaman dan tindak lanjut pengelolaannya, yang
yang diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 5 Tempat Lain Penyampaian Surat Pemberitahuan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan,
Direktur Jenderal Pajak dalam hal-hal tertentu
dapat menentukan tempat lain bukan tempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1).
(UU No 6 Tahun 1983).
Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 6 Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Surat Pemberitahuan yang disampaikan langsung 1 Surat Pemberitahuan yang disampaikan langsung
oleh Wajib Pajak ke kantor Direktorat Jenderal oleh Wajib Pajak ke kantor Direktorat Jenderal
Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat
pejabat yang ditunjuk untuk itu, sedangkan yang ditunjuk dan kepada Wajib Pajak diberikan
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan harus bukti penerimaan.
diberikan juga bukti penerimaan.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
2 Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat 2 Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat
dikirimkan melalui Kantor Pos secara tercatat dikirimkan melalui pos dengan tanda bukti
atau dengan cara lain yang diatur dengan pengiriman surat atau dengan cara lain yang
Keputusan Direktur Jenderal Pajak. diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Penjelasan
Penjelasan
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
Wajib Pajak dan sejalan dengan perkembangan Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada Wajib
teknologi informasi, maka perlu cara lain bagi Pajak dan sejalan dengan perkembangan teknologi
Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban informasi, perlu cara lain bagi Wajib Pajak untuk
menyampaikan Surat Pemberitahuannya selain memenuhi kewajiban menyampaikan Surat
melalui Kantor Pos secara tercatat. Oleh karena Pemberitahuannya, misalnya disampaikan secara
itu, cara lain perlu diatur dengan Keputusan elektronik.
Direktur Jenderal Pajak.
3 Tanda bukti dan tanggal pengiriman untuk 3 Tanda bukti dan tanggal pengiriman surat untuk
penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) sepanjang Surat dimaksud pada ayat (2) dianggap sebagai tanda
Pemberitahuan tersebut telah lengkap bukti dan tanggal penerimaan sepanjang Surat
dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal Pemberitahuan tersebut telah lengkap.
penerimaan.
Penjelasan
Penjelasan
Tanda bukti dan tanggal pengiriman surat untuk
Tanda bukti dan tanggal pengiriman penyampaian penyampaian Surat Pemberitahuan melalui pos atau
Surat Pemberitahuan melalui Kantor Pos dengan cara lain merupakan bukti penerimaan,
merupakan bukti penerimaan, sepanjang Surat apabila Surat Pemberitahuan dimaksud telah
Pemberitahuan dimaksud telah lengkap yaitu lengkap, yaitu memenuhi persyaratan sebagaimana
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ayat (1a), dan
dalam Pasal 3 ayat (1), ayat (1a), dan ayat (6). ayat (6).

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 7 Sanksi tidak menyampaikan surat pemberitahuan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan 1 Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan
penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenakan dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi
sanksi administrasi berupa denda sebesar administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00
Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk Surat (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Masa dan sebesar Rp100.000,00 Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
(seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk
Tahunan. Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan
sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penjelasan
Penghasilan Wajib Pajak badan serta sebesar
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk
Untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
dan untuk menjaga disiplin Wajib Pajak, bagi Wajib Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Pajak yang dalam batas waktu yang ditentukan
tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan, maka
Penjelasan
dikenakan sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)
untuk Surat Pemberitahuan Masa dan sebesar Maksud pengenaan sanksi administrasi berupa
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat denda sebagaimana diatur pada ayat ini adalah
Pemberitahuan Tahunan. untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan
dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban menyampaikan Surat
Pemberitahuan.
2 Pengenaan sanksi administrasi berupa denda 2 Pengenaan sanksi administrasi berupa denda
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilakukan terhadap Wajib Pajak tertentu yang dilakukan terhadap:
ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan. a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah
meninggal dunia;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak
Penjelasan
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas;
Menteri Keuangan berwenang menetapkan Wajib
Pajak tertentu untuk tidak dikenakan sanksi c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus
administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud sebagai warga negara asing yang tidak
dalam ayat (1), misalnya Wajib Pajak Non Efektif tinggal lagi di Indonesia;
dan Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilan
netonya di bawah jumlah Penghasilan Tidak Kena d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan
Pajak. kegiatan lagi di Indonesia;

e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan


kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

f. Bendahara yang tidak melakukan


pembayaran lagi;

g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang


ketentuannya diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan; atau

h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau


berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Penjelasan

Bencana adalah bencana nasional atau bencana


yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 8 pembetulan surat pemberitahuan
UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007
1 Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat 1 Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat
membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan disampaikan dengan menyampaikan pernyataan
tertulis dalam jangka waktu 2 (dua) tahun tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian belum melakukan tindakan pemeriksaan.
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak belum
Penjelasan
melakukan tindakan pemeriksaan.

Terhadap kekeliruan dalam pengisian Surat


Penjelasan
Pemberitahuan yang dibuat oleh Wajib Pajak, Wajib
Pajak masih berhak untuk melakukan pembetulan
Terhadap kekeliruan dalam pengisian Surat atas kemauan sendiri, dengan syarat Direktur
Pemberitahuan yang dibuat oleh Wajib Pajak, Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan
masih terbuka baginya hak untuk melakukan pemeriksaan. Yang dimaksud dengan “mulai
pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka melakukan tindakan pemeriksaan” adalah pada
waktu 2 (dua) tahun sesudah berakhirnya Masa saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa
mulai melakukan tindakan pemeriksaan. Yang dari Wajib Pajak.
dimaksud dengan mulai melakukan tindakan
pemeriksaan adalah pada saat Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan
kepada Wajib Pajak, atau wakil, atau kuasa, atau
pegawai, atau diterima oleh anggota keluarga
yang telah dewasa dari Wajib Pajak.

Penetapan batas waktu pembetulan tersebut, di


satu pihak dipandang cukup waktu bagi Wajib
Pajak untuk meneliti dan membetulkan Surat
Pemberitahuannya apabila terdapat kesalahan, di
lain pihak masih tersedia cukup waktu bagi
Direktur Jenderal Pajak untuk memberikan
pelayanan dan melakukan pengawasan terhadap
pembetulan yang dilakukan Wajib Pajak sebelum
batas waktu daluwarsa terlampaui.
Tidak Ada 1a Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan
rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat
Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2
(dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan daluwarsa penetapan


adalah jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1).
2 Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat 2 Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan yang mengakibatkan utang pajak Pemberitahuan Tahunan yang mengakibatkan
menjadi lebih besar, maka kepadanya dikenakan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
(dua persen) sebulan atas jumlah pajak yang 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak
kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian yang kurang dibayar, dihitung sejak saat
Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai
tanggal pembayaran karena pembetulan Surat dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
Pemberitahuan itu. dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Penjelasan Penjelasan
Dengan adanya pembetulan Surat Pemberitahuan Dengan adanya pembetulan Surat Pemberitahuan
atas kemauan sendiri membawa akibat Tahunan atas kemauan sendiri membawa akibat
penghitungan jumlah pajak yang terutang dan penghitungan jumlah pajak yang terutang dan
jumlah penghitungan pembayaran pajak menjadi jumlah penghitungan pembayaran pajak menjadi
berubah dari jumlah semula. berubah dari jumlah semula.

Atas kekurangan pembayaran pajak sebagai Atas kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
akibat pembetulan tersebut dikenakan sanksi pembetulan tersebut dikenai sanksi administrasi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan.
persen) per bulan.
Bunga yang terutang atas kekurangan pembayaran
Bunga yang terutang atas kekurangan pajak tersebut, dihitung mulai dari berakhirnya
pembayaran pajak tersebut, dihitung mulai dari batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan
Pemberitahuan sampai dengan tanggal bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
pembayaran karena adanya pembetulan Surat Yang dimaksud dengan “1 (satu) bulan” adalah
Pemberitahuan tersebut. jumlah hari dalam bulan kalender yang
bersangkutan, misalnya mulai dari tanggal 22 Juni
sampai dengan 21 Juli, sedangkan yang dimaksud
dengan “bagian dari bulan” adalah jumlah hari yang
tidak mencapai 1 (satu) bulan penuh, misalnya 22
Juni sampai dengan 5 Juli.
Tidak Ada 2a Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang
pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang
dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Penjelasan

Cukup jelas.
3 Sekalipun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, 3 Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan,
tetapi sepanjang belum dilakukan tindakan tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan
penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan
dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib
perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan,
dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri
kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya
perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya
sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi terutang beserta sanksi administrasi berupa denda
berupa denda sebesar 2 (dua) kali jumlah sebesar 150% (seratus lima puluh persen)
pajak yang kurang dibayar. dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

Penjelasan Penjelasan

Wajib Pajak yang melanggar ketentuan Wajib Pajak yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 selama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 selama
belum dilakukan penyidikan, sekalipun telah belum dilakukan penyidikan, sekalipun telah
dilakukan pemeriksaan dan Wajib Pajak telah dilakukan pemeriksaan dan Wajib Pajak telah
mengungkapkan kesalahannya dan sekaligus mengungkapkan kesalahannya dan sekaligus
melunasi jumlah pajak yang sebenarnya terutang melunasi jumlah pajak yang sebenarnya terutang
beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar
2 (dua) kali dari jumlah pajak yang kurang 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah
dibayar, maka terhadapnya tidak akan dilakukan pajak yang kurang dibayar, terhadapnya tidak akan
penyidikan. dilakukan penyidikan.
Namun bilamana telah dilakukan tindakan Namun, apabila telah dilakukan tindakan
penyidikan dan mulainya penyidikan tersebut penyidikan dan mulainya penyidikan tersebut
diberitahukan kepada Penuntut Umum, maka diberitahukan kepada Penuntut Umum, kesempatan
kesempatan untuk membetulkan sendiri sudah untuk membetulkan sendiri sudah tertutup bagi
tertutup bagi Wajib Pajak yang bersangkutan. Wajib Pajak yang bersangkutan.
4 Sekalipun jangka waktu pembetulan Surat 4 Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud melakukan pemeriksaan, dengan syarat Direktur
dalam ayat (1) telah berakhir, dengan syarat Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan
Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang
sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat yang telah disampaikan sesuai keadaan yang
Pemberitahuan yang telah disampaikan, yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:
mengakibatkan :
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
menjadi lebih besar; atau b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
menjadi lebih kecil; atau
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau
c. jumlah harta menjadi lebih besar; atau
lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar. d. jumlah modal menjadi lebih besar atau
lebih kecil
Penjelasan
dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.
Walaupun jangka waktu dua tahun sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) telah berakhir dan Penjelasan
Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat
ketetapan pajak, kepada Wajib Pajak baik yang
telah maupun yang belum membetulkan Surat Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan
Pemberitahuan masih diberikan kesempatan untuk pemeriksaan tetapi belum menerbitkan surat
mengungkapkan ketidakbenaran pengisian Surat ketetapan pajak, kepada Wajib Pajak baik yang
Pemberitahuan yang telah disampaikan, yang telah maupun yang belum membetulkan Surat
dapat berupa Surat Pemberitahuan Tahunan atau Pemberitahuan masih diberikan kesempatan untuk
Surat Pemberitahuan Masa untuk tahun-tahun mengungkapkan ketidakbenaran pengisian Surat
atau masa-masa sebelumnya. Pengungkapan Pemberitahuan yang telah disampaikan, yang dapat
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan berupa Surat Pemberitahuan Tahunan atau Surat
tersebut terbatas pada hal-hal sebagai berikut: Pemberitahuan Masa untuk tahun atau masa yang
diperiksa. Pengungkapan ketidakbenaran pengisian
Surat Pemberitahuan tersebut dilakukan dalam
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar laporan tersendiri dan harus mencerminkan
menjadi lebih besar; atau keadaan yang sebenarnya sehingga dapat diketahui
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan jumlah pajak yang sesungguhnya terutang. Namun,
menjadi lebih kecil; atau untuk membuktikan kebenaran laporan Wajib Pajak
tersebut, proses pemeriksaan tetap dilanjutkan
c. jumlah harta menjadi lebih besar; atau sampai selesai.

d. jumlah modal menjadi lebih besar.


5 Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai 5 Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai
akibat dari pengungkapan ketidakbenaran akibat dari pengungkapan ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4) beserta sanksi dimaksud pada ayat (4) beserta sanksi administrasi
administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen)
puluh persen) dari pajak yang kurang dibayar, dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh
harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud
laporan tersendiri dimaksud disampaikan. disampaikan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Atas kekurangan pajak sebagai akibat adanya


pengungkapan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang
kurang dibayar, dan harus dilunasi oleh Wajib Pajak
sebelum laporan pengungkapan tersendiri
disampaikan. Namun, pemeriksaan tetap
dilanjutkan. Apabila dari hasil pemeriksaan terbukti
bahwa laporan pengungkapan ternyata tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, atas
ketidakbenaran pengungkapan tersebut dapat
diterbitkan surat ketetapan pajak.
6 Sekalipun jangka waktu pembetulan Surat 6 Wajib Pajak dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud Pemberitahuan Tahunan yang telah disampaikan,
dalam ayat (1) telah berakhir, dengan syarat dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan
Direktur Jenderal Pajak belum melakukan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
tindakan pemeriksaan, Wajib Pajak dapat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding,
membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak
Pajak Penghasilan yang telah disampaikan, sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
dalam hal Wajib Pajak menerima Keputusan sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal
Keberatan atau Putusan Banding mengenai surat yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah
ketetapan pajak tahun pajak sebelumnya, yang dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan
menyatakan rugi fiskal yang berbeda dari Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam
ketetapan pajak yang diajukan keberatan atau jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima
Keputusan Keberatan yang diajukan banding, surat ketetapan pajak, Surat Keputusan
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan,
menerima Keputusan Keberatan atau Putusan Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Banding tersebut. Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal
Pajak belum melakukan tindakan
pemeriksaan.
Penjelasan

Penjelasan
Terhadap Keputusan Keberatan atau Putusan
Banding yang mengakibatkan rugi fiskal berbeda
dengan ketetapan pajak yang diajukan keberatan Sehubungan dengan diterbitkannya surat ketetapan
atau Keputusan Keberatan yang diajukan banding, pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
masih terbuka kesempatan bagi Wajib Pajak untuk Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau
melakukan pembetulan atas Surat Pemberitahuan Putusan Peninjauan Kembali atas suatu Tahun
Tahunan Pajak Penghasilan tahun berikutnya Pajak yang mengakibatkan rugi fiskal yang berbeda
walaupun telah melewati jangka waktu 2 (dua) dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan
tahun sesudah berakhirnya Tahun Pajak atau dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun
Bagian Tahun Pajak dengan syarat Direktur berikutnya atau tahun-tahun berikutnya, akan
Jenderal Pajak belum melakukan tindakan dilakukan penyesuaian rugi fiskal sesuai dengan
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak sehubungan surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan,
dengan Surat Pemberitahuan tersebut. Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali dalam
penghitungan Pajak Penghasilan tahun-tahun
Untuk jelasnya diberikan contoh sebagai berikut:
berikutnya, pembatasan jangka waktu 3 (tiga)
bulan tersebut dimaksudkan untuk tertib
a. PT A menyampaikan Surat Pemberitahuan administrasi tanpa menghilangkan hak Wajib Pajak
Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2002 pada atas kompensasi kerugian.
tanggal 31 Maret 2003 yang menyatakan rugi
fiskal, tetapi tidak lebih bayar, sebesar
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan Surat
Rp100.000.000,00. Terhadap Surat
Pemberitahuan lewat jangka waktu 3 (tiga) bulan
Pemberitahuan tersebut dilakukan
atau Wajib Pajak tidak mengajukan pembetulan
pemeriksaan,dan pada tanggal 16 Januari 2006
sebagai akibat adanya surat ketetapan pajak, Surat
diterbitkan surat ketetapan pajak yang
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
menyatakan rugi fiskal sebesar Rp50.000.000,00.
Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
Atas surat ketetapan pajak tersebut Wajib Pajak
Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau
mengajukan keberatan pada tanggal 16 Maret
beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang
2006. Pada tanggal 10 November 2006 diterbitkan
menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi
Keputusan Keberatan yang menetapkan rugi fiskal
fiskal yang telah dikompensasikan dalam Surat
PT A tahun 2002 menjadi Rp110.000.000,00. PT A
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan,
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Direktur Jenderal Pajak akan memperhitungkannya
Pajak Penghasilan tahun 2003 pada tanggal 26
dalam menetapkan kewajiban perpajakan Wajib
Maret 2004 yang menyatakan:
Pajak.
Penghasilan Neto sebesar Rp 200.000.000,00 Untuk jelasnya diberikan contoh sebagai berikut:

Kompensasi kerugian berdasarkan Surat Contoh 1:


PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan tahun
2002 Rp 100.000.000,00
PT A menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan tahun 2008 yang menyatakan:
Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Neto sebesar Rp200.000.000,00
Rp 100.000.000,00
Kompensasi kerugian berdasarkan Surat
Tanggal 21 November 2006 Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2003 tersebut
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
dilakukan pembetulan menurut Pasal 8 ayat (6),
sehingga menjadi:
tahun 2007 sebesar Rp150.000.000,00 (-)
Penghasilan Neto sebesar Rp 200.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 50.000.000,00
Rugi menurut Keputusan Keberatan Rp
110.000.000,00 Terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun 2007 dilakukan pemeriksaan,
dan pada tanggal 6 Januari 2010 diterbitkan surat
Penghasilan Kena Pajak Rp 90.000.000,00
ketetapan pajak yang menyatakan rugi fiskal
sebesar Rp70.000.000,00.
b.PT B menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2002 pada
Berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut
tanggal 31 Maret 2003 yang menyatakan rugi
Direktur Jenderal Pajak akan mengubah
fiskal, tetapi tidak lebih bayar, sebesar
perhitungan Penghasilan Kena Pajak tahun 2008
Rp150.000.000,00.
menjadi sebagai berikut:

Atas Surat Pemberitahuan tersebut dilakukan


Penghasilan Neto Rp200.000.000,00
pemeriksaan, dan pada tanggal 16 Januari 2006
diterbitkan surat ketetapan pajak yang
menyatakan rugi fiskal sebesar Rugi menurut ketetapan pajak tahun 2007 Rp
Rp100.000.000,00. Atas surat ketetapan pajak 70.000.000,00 (-)
tersebut Wajib Pajak mengajukan keberatan pada
tanggal 16 Maret 2006. Pada tanggal 10 Penghasilan Kena Pajak Rp130.000.000,00
November 2006 diterbitkan Surat Keputusan
Keberatan yang menolak keberatan Wajib Pajak.
Terhadap Keputusan Keberatan tersebut Wajib Dengan demikian penghasilan kena pajak dari
Pajak mengajukan banding pada tanggal 22 Surat Pemberitahuan yang semula
Desember 2006. Pada tanggal 18 Mei 2007 Rp50.000.000,00 (Rp200.000.000,00 -
diterbitkan Putusan Banding yang menambah rugi Rp150.000.000,00) setelah pembetulan menjadi
Wajib Pajak menjadi Rp160.000.000,00. PT B Rp130.000.000,00 (Rp200.000.000,00 -
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Rp70.000.000,00)
Pajak Penghasilan tahun 2003 pada tanggal 26
Maret 2004 yang menyatakan: Penghasilan Neto Contoh 2:
sebesar Rp 250.000.000,00
PT B menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Kompensasi kerugian menurut Surat Pajak Penghasilan tahun 2008 yang menyatakan:
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun
2002 Rp 150.000.000,00
Penghasilan Neto sebesar Rp300.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 100.000.000,00


Tanggal 21 Juli 2007 Surat Pemberitahuan Kompensasi kerugian berdasarkan Surat
Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2003 tersebut
dilakukan pembetulan menurut Pasal 8 ayat (6), Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
sehingga menjadi: Penghasilan Neto sebesar
Tahun 2007 sebesar Rp200.000.000,00 (-)
Rp 250.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp100.000.000,00
Rugi menurut Putusan Banding Rp Terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
160.000.000,00 Penghasilan tahun 2007 dilakukan pemeriksaan dan
pada tanggal 6 Januari 2010 diterbitkan surat
ketetapan pajak yang menyatakan rugi fiskal
Penghasilan Kena Pajak Rp 90.000.000,00
sebesar Rp250.000.000,00.

Berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut


Direktur Jenderal Pajak akan mengubah
perhitungan Penghasilan Kena Pajak tahun 2008
menjadi sebagai berikut:

Penghasilan Neto Rp300.000.000,00

Rugi menurut ketetapan pajak tahun 2007


Rp250.000.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000,00

Dengan demikian penghasilan kena pajak dari


Surat Pemberitahuan yang semula
Rp100.000.000,00 (Rp300.000.000,00 -
Rp200.000.000,00) setelah pembetulan menjadi
Rp50.000.000,00 (Rp300.000.000,00 -
Rp250.000.000,00).

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 9 Pembayaran dan penyetoran pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh 1 Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh
tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang
terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi
masing-masing jenis pajak, paling lambat 15 masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima
(lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau
atau Masa Pajak berakhir. berakhirnya Masa Pajak.

Penjelasan Penjelasan

Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak
yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas
waktu tidak melewati 15 (lima belas) hari setelah waktu tidak melampaui 15 (lima belas) hari
saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir. setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Keterlambatan dalam pembayaran dan Masa Pajak. Keterlambatan dalam pembayaran
penyetoran tersebut berakibat dikenakannya dan penyetoran tersebut berakibat dikenai sanksi
sanksi administrasi sesuai ketentuan yang berlaku administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang 2 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang
berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
harus dibayar lunas paling lambat tanggal Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat
dua puluh lima bulan ketiga setelah Tahun Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.
Pajak atau Bagian Tahun Pajak berakhir,
sebelum Surat Pemberitahuan itu
Penjelasan
disampaikan.

Cukup jelas.
Penjelasan

Apabila pada waktu pengisian Surat


Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
ternyata masih terdapat kekurangan pembayaran
pajak yang terutang, maka kekurangan
pembayaran pajak tersebut harus dibayar lunas
paling lambat tanggal dua puluh lima bulan ketiga
setelah Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak
berakhir sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan itu disampaikan.

Misalnya Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak


Penghasilan harus disampaikan pada tanggal 31
Maret, kekurangan pembayaran pajak yang
terutang atau setoran akhir harus sudah dilunasi
paling lambat tanggal 25 Maret, sebelum Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
disampaikan.
2a Apabila pembayaran atau penyetoran pajak 2a Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), atau dimaksud pada ayat (1), yang dilakukan setelah
ayat (2) dilakukan setelah tanggal jatuh tempo tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pembayaran atau penyetoran pajak, dikenakan pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung
(dua persen) sebulan yang dihitung dari jatuh dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
tempo pembayaran sampai dengan tanggal dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
penuh 1 (satu) bulan.
Penjelasan
Penjelasan
Ayat ini mengatur pengenaan bunga atas
Ayat ini mengatur pengenaan bunga atas keterlambatan pembayaran atau penyetoran
keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak. Untuk jelasnya cara penghitungan bunga
pajak. Untuk jelasnya cara penghitungan bunga tersebut diberikan contoh sebagai berikut:
tersebut diberikan contoh sebagai berikut:
Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal 25 PT A
- Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal tahun 2008 sejumlah Rp10.000.000,00 per bulan.
25 Tahun 2002 sejumlah Rp10.000.000,00 Angsuran masa Mei tahun 2008 dibayar tanggal 18
sebulan Juni 2008 dan dilaporkan tanggal 19 Juni 2008.
Apabila pada tanggal 15 Juli 2008 diterbitkan
Surat Tagihan Pajak, sanksi bunga dalam Surat
- Angsuran Masa Pajak Mei Tahun 2002
Tagihan Pajak dihitung 1 (satu) bulan sebagai
dibayar tanggal 18 Juni 2002 dan dilaporkan
berikut:
tanggal 19 Juni 2002

1 x 2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00.
- Tanggal 15 Juli 2002 diterbitkan Surat
Tagihan Pajak

- Sanksi bunga dalam Surat Tagihan Pajak


dihitung 1 (satu) bulan =1 x 2% x
Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
2b Tidak Ada 2b Atas pembayaran atau penyetoran pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan,
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai
dari berakhirnya batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.

Penjelasan
Cukup jelas
3 Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak 3 Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan
Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1
diterbitkan. (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


3a Tidak Ada 3a Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di
daerah tertentu, jangka waktu pelunasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan
yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas
4 Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib 4 Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib
Pajak dapat memberikan persetujuan untuk Pajak dapat memberikan persetujuan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak mengangsur atau menunda pembayaran pajak
termasuk kekurangan pembayaran sebagaimana termasuk kekurangan pembayaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) paling lama 12 (dua dimaksud pada ayat (2) paling lama 12 (dua
belas) bulan, yang pelaksanaannya ditetapkan belas) bulan, yang pelaksanaannya diatur
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Penjelasan
Penjelasan
Atas permohonan Wajib Pajak, Direktorat
Jenderal Pajak dapat memberikan persetujuan Atas permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal
untuk mengangsur atau menunda pembayaran Pajak dapat memberikan persetujuan untuk
pajak yang terutang termasuk kekurangan mengangsur atau menunda pembayaran pajak
pembayaran Pajak Penghasilan yang masih harus yang terutang termasuk kekurangan pembayaran
dibayar dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan meskipun tanggal jatuh tempo
Penghasilan, meskipun tanggal jatuh tempo pembayaran telah ditentukan.
pembayaran telah ditentukan.
Kelonggaran tersebut diberikan dengan hati-hati
Kelonggaran tersebut diberikan dengan hati-hati untuk paling lama 12 (dua belas) bulan dan
untuk paling lama 12 (dua belas) bulan dan terbatas kepada Wajib Pajak yang benar-benar
terbatas kepada Wajib Pajak yang benar-benar sedang mengalami kesulitan likuiditas.
sedang mengalami kesulitan likuiditas.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 10 tata cara Pembayaran dan penyetoran pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak 1 Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak
yang terutang di kas negara melalui Kantor Pos yang terutang dengan menggunakan Surat
dan atau bank badan usaha milik Negara Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat
atau bank badan usaha milik Daerah atau pembayaran yang diatur dengan atau
tempat pembayaran lain yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
oleh Menteri Keuangan.
Penjelasan Penjelasan

Direktorat Jenderal Pajak tidak diperbolehkan Cukup jelas.


menerima setoran pajak dari Wajib Pajak. Semua
penyetoran pajak-pajak negara, harus disetorkan
ke kas negara melalui tempat-tempat pembayaran
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, seperti
Kantor Pos dan atau bank badan usaha milik
Negara atau bank badan usaha milik Daerah atau
tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.

Dengan usaha memperluas tempat pembayaran


pajak yang mudah dijangkau oleh Wajib Pajak,
dimaksudkan untuk mempermudah Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajibannya sekaligus
menghindarkan adanya rasa keengganan dalam
melaksanakan pembayaran pajak.
2 Tidak ada 1a Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak
apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor
penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah mendapatkan validasi, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas.
3 Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan 2 Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan
pelaporannya serta tata cara mengangsur dan pelaporannya serta tata cara mengangsur dan
menunda pembayaran pajak diatur dengan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau
Keputusan Menteri Keuangan. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Dengan adanya penentuan tata cara pembayaran Adanya tata cara pembayaran pajak, penyetoran
pajak, penyetoran pajak, dan pelaporannya yang pajak, dan pelaporannya, serta tata cara
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan mengangsur dan menunda pembayaran pajak yang
demikian juga mengenai tata cara mengangsur diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
dan menunda pembayaran pajak, diharapkan Keuangan diharapkan dapat mempermudah
akan dapat mempermudah pelaksanaan pelaksanaan pembayaran pajak dan
pembayaran pajak dan administrasinya. administrasinya.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 11 pengembalian kelebihan pembayaran pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28
TAHUN 2007
Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana Atas permohonan
dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 17B, atau Pasal 17C dikembalikan, namun apabila Wajib Pajak,
ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langsung diperhitungkan untuk kelebihan
melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut. pembayaran
pajak
sebagaimana
Penjelasan
dimaksud dalam
Pasal 17, Pasal
17B, Pasal 17C,
atau Pasal 17D
Jika setelah diadakan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang
dikembalikan,
dengan jumlah kredit pajak menunjukkan jumlah selisih lebih (jumlah kredit pajak
dengan
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang) atau telah dilakukan pembayaran
ketentuan
pajak yang tidak seharusnya terutang, Wajib Pajak berhak untuk meminta kembali
bahwa apabila
kelebihan pembayaran pajak, dengan catatan Wajib Pajak tersebut tidak
ternyata Wajib
mempunyai utang pajak.
Pajak mempunyai
utang pajak,
Dalam hal Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak yang meliputi semua jenis langsung
pajak baik di pusat maupun cabang-cabangnya, kelebihan pembayaran tersebut diperhitungkan
harus diperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak tersebut dan bilamana untuk melunasi
masih terdapat sisa lebih, baru dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak. terlebih dahulu
utang pajak
tersebut.

Penjelasan

Jika setelah
diadakan
penghitungan
jumlah pajak
yang sebenarnya
terutang dengan
jumlah kredit
pajak
menunjukkan
jumlah selisih
lebih (jumlah
kredit pajak lebih
besar daripada
jumlah pajak
yang terutang)
atau telah
dilakukan
pembayaran
pajak yang
seharusnya tidak
terutang, Wajib
Pajak berhak
untuk meminta
kembali kelebihan
pembayaran
pajak, dengan
catatan Wajib
Pajak tersebut
tidak mempunyai
utang pajak.

Dalam hal Wajib


Pajak masih
mempunyai utang
pajak yang
meliputi semua
jenis pajak baik di
pusat maupun
cabang-
cabangnya,
kelebihan
pembayaran
tersebut harus
diperhitungkan
lebih dahulu
dengan utang
pajak tersebut
dan jika masih
terdapat sisa
lebih,
dikembalikan
kepada Wajib
Pajak.
1a Tidak Ada Kelebihan
pembayaran
pajak sebagai
akibat adanya
Surat Keputusan
Keberatan, Surat
Keputusan
Pembetulan,
Surat Keputusan
Pengurangan
Sanksi
Administrasi,
Surat Keputusan
Penghapusan
Sanksi
Administrasi,
Surat Keputusan
Pengurangan
Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan
Pembatalan
Ketetapan Pajak,
dan Putusan
Banding atau
Putusan
Peninjauan
Kembali, serta
Surat Keputusan
Pemberian
Imbalan Bunga
dikembalikan
kepada Wajib
Pajak dengan
ketentuan jika
ternyata Wajib
Pajak mempunyai
utang pajak,
langsung
diperhitungkan
untuk melunasi
terlebih dahulu
utang pajak
tersebut.

Penjelasan

Cukup jelas.
2 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pengembalian
dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sehubungan diterbitkannya Surat pembayaran
Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, atau sejak pajak
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana
Pasal 17B, atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan dimaksud pada
Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C. ayat (1) dan
ayat (1a)
dilakukan paling
lama 1 (satu)
bulan sejak
permohonan
Penjelasan
pengembalian
kelebihan
Untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi Wajib Pajak dan menjamin pembayaran
ketertiban administrasi, batas waktu pengembalian oleh Direktur Jenderal Pajak pajak diterima
ditetapkan paling lama 1 (satu) bulan: sehubungan
dengan
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud diterbitkannya
dalam Pasal 17, dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan tertulis Surat Ketetapan
tentang pengembalian kelebihan pembayaran pajak; Pajak Lebih Bayar
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 17 ayat
(1), atau sejak
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud diterbitkannya
dalam Pasal 17B, dihitung sejak tanggal penerbitan; Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 17 ayat
c. untuk Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (2) dan Pasal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C, dihitung sejak tanggal penerbitan; 17B, atau sejak
diterbitkannya
Surat Keputusan
sampai dengan saat Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak diterbitkan.
Pengembalian
Pendahuluan
Kelebihan Pajak
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 17C atau
Pasal 17D, atau
sejak
diterbitkannya
Surat
Keputusan
Keberatan,
Surat
Keputusan
Pembetulan,
Surat
Keputusan
Pengurangan
Sanksi
Administrasi,
Surat
Keputusan
Penghapusan
Sanksi
Administrasi,
Surat
Keputusan
Pengurangan
Ketetapan
Pajak, Surat
Keputusan
Pembatalan
Ketetapan Pajak
atau Surat
Keputusan
Pemberian
Imbalan Bunga,
atau sejak
diterimanya
Putusan
Banding atau
Putusan
Peninjauan
Kembali, yang
menyebabkan
kelebihan
pembayaran
pajak.

Penjelasan

Untuk menjamin
kepastian hukum
bagi Wajib Pajak
dan ketertiban
administrasi,
batas waktu
pengembalian
kelebihan
pembayaran
pajak ditetapkan
paling lama 1
(satu) bulan:

a. untuk
Surat
Ketetapa
n Pajak
Lebih
Bayar
sebagai
mana
dimaksu
d dalam
Pasal 17
ayat (1),
dihitung
sejak
tanggal
diterima
nya
permoho
nan
tertulis
tentang
pengemb
alian
kelebiha
n
pembaya
ran
pajak;
b. untuk
Surat
Ketetapa
n Pajak
Lebih
Bayar
sebagai
mana
dimaksu
d dalam
Pasal 17
ayat (2)
dan
Pasal
17B,
dihitung
sejak
tanggal
penerbit
an;

c. untuk
Surat
Keputusa
n
Pengemb
alian
Pendahul
uan
Kelebiha
n Pajak
sebagai
mana
dimaksu
d dalam
Pasal
17C dan
Pasal
17D,
dihitung
sejak
tanggal
penerbit
an;

d. untuk
Surat
Keputusa
n
Keberata
n, Surat
Keputusa
n
Pembetul
an, Surat
Keputusa
n
Penguran
gan
Sanksi
Administ
rasi,
Surat
Keputusa
n
Penghap
usan
Sanksi
Administ
rasi,
Surat
Keputusa
n
Penguran
gan
Ketetapa
n Pajak,
Surat
Keputusa
n
Pembatal
an
Ketetapa
n Pajak,
atau
Surat
Keputusa
n
Pemberia
n
Imbalan
Bunga,
dihitung
sejak
tanggal
penerbit
an;

e. untuk
Putusan
Banding
dihitung
sejak
diterima
nya
Putusan
Banding
oleh
Kantor
Direktora
t
Jenderal
Pajak
yang
berwena
ng
melaksa
nakan
putusan
pengadil
an; atau

f. untuk
Putusan
Peninjau
an
Kembali
dihitung
sejak
diterima
nya
Putusan
Peninjau
an
Kembali
oleh
Kantor
Direktora
t
Jenderal
Pajak
yang
berwena
ng
melaksa
nakan
putusan
pengadil
an

sampai dengan
saat diterbitkan
Surat Keputusan
Pengembalian
Kelebihan
Pembayaran
Pajak.
3 Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu Apabila
1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan pengembalian
atas kelambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak, dihitung dari saat kelebihan
berlakunya batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sampai dengan pembayaran
saat dilakukan pembayaran kelebihan. pajak dilakukan
setelah jangka
waktu 1 (satu)
Penjelasan
bulan, Pemerintah
memberikan
Untuk terciptanya keseimbangan hak dan kewajiban bagi Wajib Pajak dengan imbalan bunga
kecepatan pelayanan oleh Direktorat Jenderal Pajak, ayat ini menentukan bahwa sebesar 2% (dua
atas setiap kelambatan dalam pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari persen) per
jangka waktu seperti tersebut dalam ayat (2), kepada Wajib Pajak yang bulan atas
bersangkutan diberikan imbalan oleh Pemerintah berupa bunga sebesar 2% (dua keterlambatan
persen) sebulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 1 (satu) bulan sampai pengembalian
dengan saat dilakukan pembayaran, yaitu saat Surat Perintah Membayar Kelebihan kelebihan
Pajak diterbitkan. pembayaran
pajak, dihitung
sejak batas
waktu
sebagaimana
dimaksud pada
ayat (2) berakhir
sampai dengan
saat dilakukan
pengembalian
kelebihan.

Penjelasan

Untuk
menciptakan
keseimbangan
hak dan
kewajiban bagi
Wajib Pajak
melalui pelayanan
yang lebih baik,
diatur bahwa
setiap
keterlambatan
dalam
pengembalian
kelebihan
pembayaran
pajak dari jangka
waktu
sebagaimana
dimaksud pada
ayat (2), kepada
Wajib Pajak yang
bersangkutan
diberikan imbalan
bunga sebesar
2% (dua persen)
per bulan dihitung
sejak berakhirnya
jangka waktu 1
(satu) bulan
sampai dengan
saat diterbitkan
Surat Keputusan
Pengembalian
Kelebihan
Pembayaran
Pajak.
4 Tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur Tata cara
dengan Keputusan Menteri Keuangan. penghitungan dan
pengembalian
kelebihan
Penjelasan
pembayaran
pajak diatur
Cukup jelas dengan atau
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 12 penetapan pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang
terutang berdasarkan ketentuan peraturan terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Penjelasan Penjelasan

Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya
objek pajak yang dapat dikenakan pajak, namun objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk
untuk kepentingan administrasi perpajakan saat kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya
terutangnya pajak tersebut adalah: pajak tersebut adalah:

a. pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan a. pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan
yang dipotong oleh pihak ketiga; yang dipotong oleh pihak ketiga;
b. pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan b. pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan
karyawan yang dipotong oleh pemberi yang dipotong oleh pemberi kerja, atau yang
kerja, atau yang dipungut oleh pihak lain dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha,
atas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha atau oleh Pengusaha Kena Pajak atas
Kena Pajak atas pemungutan Pajak pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Penjualan Atas Barang Mewah; Mewah; atau

c. pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak c. pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak
Penghasilan. Penghasilan.

Jumlah pajak terutang yang telah dipotong, dipungut, Jumlah pajak yang terutang yang telah dipotong,
ataupun yang harus dibayar sendiri oleh Wajib dipungut, atau pun yang harus dibayar oleh Wajib
Pajak setelah tiba saat atau masa pelunasan Pajak setelah tiba saat atau masa pelunasan
pembayaran sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
dan Pasal 10 ayat (2), oleh Wajib Pajak harus dan Pasal 10 ayat (2), oleh Wajib Pajak harus
disetorkan ke kas negara melalui Kantor Pos dan atau disetorkan ke kas negara melalui tempat pembayaran
bank badan usaha milik Negara atau bank badan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
usaha milik Daerah atau tempat pembayaran lain Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 10 ayat (1).

Berdasarkan Undang-undang ini Direktorat Jenderal Berdasarkan Undang-Undang ini Direktorat Jenderal
Pajak tidak berkewajiban untuk menerbitkan surat Pajak tidak berkewajiban untuk menerbitkan surat
ketetapan pajak atas semua Surat Pemberitahuan ketetapan pajak atas semua Surat Pemberitahuan
yang disampaikan Wajib Pajak. Penerbitan suatu surat yang disampaikan Wajib Pajak. Penerbitan suatu surat
ketetapan pajak hanya terbatas pada Wajib Pajak ketetapan pajak hanya terbatas pada Wajib Pajak
tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam
pengisian Surat Pemberitahuan atau karena pengisian Surat Pemberitahuan atau karena
ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh
Wajib Pajak. Wajib Pajak.
2 Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak
adalah jumlah pajak yang terutang menurut adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
perpajakan.
Penjelasan
Penjelasan
Ketentuan ini mengatur bahwa kepada Wajib Pajak
Dengan ketentuan ini dimaksudkan, bahwa Wajib yang telah menghitung dan membayar besarnya pajak
Pajak yang telah menghitung dan membayar yang terutang secara benar sesuai dengan ketentuan
besarnya pajak yang terutang secara benar peraturan perundang-undangan perpajakan, serta
berdasarkan ketentuan peraturan perundang- melaporkan dalam Surat Pemberitahuan, tidak perlu
undangan perpajakan, serta melaporkan dalam Surat diberikan surat ketetapan pajak atau pun Surat
Pemberitahuan, kepadanya tidak perlu diberikan surat Tagihan Pajak.
ketetapan pajak ataupun surat keputusan dari
administrasi perpajakan.
3 Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti
bahwa jumlah pajak yang terutang menurut Surat jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(2) tidak benar, maka Direktur Jenderal Pajak tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan
menetapkan jumlah pajak terutang yang jumlah pajak yang terutang.
semestinya.
Penjelasan
Penjelasan
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau
Apabila diketahui kemudian, berdasarkan hasil keterangan lain, pajak yang dihitung dan dilaporkan
pemeriksaan atau berdasarkan keterangan lain, dalam Surat Pemberitahuan yang bersangkutan tidak
bahwa pajak yang dihitung dan dilaporkan dalam benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi
Surat Pemberitahuan yang bersangkutan tidak benar, yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak menetapkan
misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi yang besarnya pajak yang terutang sebagaimana mestinya
sebenarnya, maka Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
menetapkan besarnya pajak yang terutang undangan perpajakan.
sebagaimana mestinya menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 13 Surat ketetapan pajak kurang bayar
UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007
1 Dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat1 Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak, terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang dalam hal-hal sebagai berikut : Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut:

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain pajak yang terutang tidak keterangan lain pajak yang terutang
atau kurang dibayar; tidak atau kurang dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak b. apabila Surat Pemberitahuan tidak
disampaikan dalam jangka waktu disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
dan setelah ditegur secara tertulis tidak dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana disampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran; ditentukan dalam Surat Teguran;

c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau


mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan keterangan lain mengenai Pajak
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
pajak atau tidak seharusnya dikenakan dikompensasikan selisih lebih pajak atau
tarif 0 % (nol persen); tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);

d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 28 dan Pasal 29 tidak dipenuhi, dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya sehingga tidak dapat diketahui besarnya
pajak yang terutang. pajak yang terutang; atau

e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan


Penjelasan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Ketentuan ayat ini memberikan wewenang kepada Pajak secara jabatan sebagaimana
Direktur Jenderal Pajak untuk dapat menerbitkan dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, yang pada
hakekatnya hanya terhadap kasus-kasus tertentu
Penjelasan
seperti tersebut dalam ayat ini, dengan perkataan lain
hanya terhadap Wajib Pajak tertentu yang nyata-
nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak Ketentuan ayat ini memberi wewenang kepada
memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban Direktur Jenderal Pajak untuk dapat menerbitkan
materiil. Wewenang yang diberikan oleh ketentuan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, yang pada
peraturan perundang-undangan perpajakan kepada hakikatnya hanya terhadap kasus-kasus tertentu
Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat ini. Dengan
fiskal tersebut dibatasi sampai dengan kurun waktu demikian, hanya terhadap Wajib Pajak yang
sepuluh tahun. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
tidak memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban
material. Keterangan lain tersebut adalah data konkret
Menurut ketentuan ayat (1) huruf a, Surat Ketetapan
yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktur Jenderal
Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan baru
Pajak, antara lain berupa hasil konfirmasi faktur pajak
diterbitkan bilamana Wajib Pajak tidak membayar
dan bukti pemotongan Pajak Penghasilan. Wewenang
pajak sebagaimana mestinya menurut peraturan
yang diberikan oleh ketentuan peraturan perundang-
perundang-undangan perpajakan.
undangan perpajakan kepada Direktur Jenderal Pajak
untuk melakukan koreksi fiskal tersebut dibatasi
Diketahuinya bahwa Wajib Pajak tidak atau kurang sampai dengan kurun waktu 5 (lima) tahun.
membayar pajak, adalah karena dilakukan
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang
Menurut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
bersangkutan dan dari hasil pemeriksaan itu diketahui
(1) huruf a, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar baru
bahwa Wajib Pajak tidak atau kurang membayar dari
diterbitkan jika Wajib Pajak tidak membayar pajak
jumlah pajak yang seharusnya terutang.
sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat tinggal,
tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha
Diketahuinya Wajib Pajak tidak atau kurang
Wajib Pajak. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
membayar pajak karena dilakukan pemeriksaan
dapat juga diterbitkan dalam hal Direktur Jenderal
terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan dan dari
Pajak memiliki data lain di luar data yang
hasil pemeriksaan itu diketahui bahwa Wajib Pajak
disampaikan oleh Wajib Pajak sendiri, dari data tidak atau kurang membayar dari jumlah pajak yang
tersebut dapat dipastikan bahwa Wajib Pajak tidak seharusnya terutang.
memenuhi kewajiban pajak sebagaimana mestinya.
Untuk memastikan kebenaran data itu, terhadap
Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat tinggal,
Wajib Pajak dapat dilakukan pemeriksaan.
tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha
Wajib Pajak. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Surat Pemberitahuan yang tidak disampaikan pada dapat juga diterbitkan dalam hal Direktur Jenderal
waktunya, walaupun telah ditegur secara tertulis dan Pajak memiliki data lain di luar data yang disampaikan
tidak juga disampaikan dalam jangka waktu yang oleh Wajib Pajak sendiri, dari data tersebut dapat
ditentukan dalam Surat Teguran itu, menurut dipastikan bahwa Wajib Pajak tidak memenuhi
ketentuan ayat (1) huruf b membawa akibat, bahwa kewajiban pajak sebagaimana mestinya. Untuk
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat memastikan kebenaran data itu, terhadap Wajib Pajak
Ketetapan Pajak Kurang Bayar secara jabatan. dapat dilakukan pemeriksaan.
Terhadap ketetapan seperti ini dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebagaimana diatur
Surat Pemberitahuan yang tidak disampaikan pada
pada ayat (3).
waktunya walaupun telah ditegur secara tertulis dan
tidak juga disampaikan dalam jangka waktu yang
Teguran antara lain dimaksudkan pula untuk memberi ditentukan dalam Surat Teguran sebagaimana
kesempatan kepada Wajib Pajak yang beritikad baik dimaksud pada ayat (1) huruf b membawa akibat
untuk menyampaikan alasan atau sebab-sebab tidak Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
dapatnya Surat Pemberitahuan disampaikan karena Ketetapan Pajak Kurang Bayar secara jabatan.
sesuatu hal di luar kemampuannya (force mayeur). Terhadap ketetapan seperti ini dikenai sanksi
administrasi berupa kenaikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
Bagi Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban
perpajakan di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yang Teguran, antara lain, dimaksudkan untuk memberi
mengakibatkan pajak terutang tidak atau kurang kesempatan kepada Wajib Pajak yang beriktikad baik
dibayar sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf c, untuk menyampaikan alasan atau sebab-sebab tidak
dikenakan sanksi administrasi dengan menerbitkan dapat disampaikannya Surat Pemberitahuan karena
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah sesuatu hal di luar kemampuannya (force majeur).
dengan kenaikan sebesar 100% (seratus persen).
Bagi Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban
Bagi Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan perpajakan di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan
pembukuan menurut ketentuan Pasal 28 atau pada Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yang
saat diperiksa tidak memenuhi permintaan menurut mengakibatkan pajak yang terutang tidak atau kurang
Pasal 29, sehingga Direktur Jenderal Pajak tidak dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
dapat menghitung jumlah pajak yang seharusnya dikenai sanksi administrasi dengan menerbitkan Surat
terutang sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf d, Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah dengan
maka Direktur Jenderal Pajak berwenang kenaikan sebesar 100% (seratus persen).
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
dengan penghitungan secara jabatan yaitu
Bagi Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan
penghitungan pajak didasarkan pada data yang tidak
pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
hanya diperoleh dari Wajib Pajak saja.
atau pada saat diperiksa tidak memenuhi permintaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 sehingga
Pembuktian atas uraian penghitungan yang dijadikan Direktur Jenderal Pajak tidak dapat menghitung
dasar penghitungan secara jabatan oleh Direktur jumlah pajak yang seharusnya terutang sebagaimana
Jenderal Pajak diletakkan pada Wajib Pajak. Sebagai dimaksud pada ayat (1) huruf d, Direktur Jenderal
contoh diberikan antara lain: Pajak berwenang menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar dengan penghitungan secara jabatan,
yaitu penghitungan pajak didasarkan pada data yang
1. pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
tidak hanya diperoleh dari Wajib Pajak saja.
tidak lengkap, sehingga penghitungan rugi laba atau
peredaran tidak jelas;
Pembuktian atas uraian penghitungan yang dijadikan
dasar penghitungan secara jabatan oleh Direktur
2. dokumen-dokumen pembukuan tidak lengkap
Jenderal Pajak dibebankan kepada Wajib Pajak.
sehingga angka-angka dalam pembukuan tidak dapat
Sebagai contoh:
diuji;

1. pembukuan sebagaimana dimaksud dalam


3. dari rangkaian pemeriksaan dan/atau fakta-fakta
Pasal 28 tidak lengkap sehingga
yang diketahui besar dugaan disembunyikannya
penghitungan laba rugi atau peredaran tidak
dokumen atau data pendukung lain di suatu tempat
jelas;
tertentu, sehingga dari sikap demikian jelas Wajib
2. dokumen-dokumen pembukuan tidak lengkap
sehingga angka-angka dalam pembukuan
Pajak telah tidak menunjukkan itikad baiknya untuk
tidak dapat diuji; atau
membantu kelancaran jalannya pemeriksaan.
3. dari rangkaian pemeriksaan dan/atau fakta-
Beban pembuktian tersebut berlaku juga bagi fakta yang diketahui besar dugaan
ketetapan yang diterbitkan berdasarkan ketentuan disembunyikannya dokumen atau data
ayat (1) huruf b. pendukung lain di suatu tempat tertentu
sehingga dari sikap demikian jelas Wajib
Pajak telah tidak menunjukkan iktikad
baiknya untuk membantu kelancaran
jalannya pemeriksaan.

Beban pembuktian tersebut berlaku juga bagi


ketetapan yang diterbitkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b.
2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat 2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditambah dengan pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan untuk selama-lamanya dua puluh persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh
empat bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

Penjelasan Penjelasan

Ayat ini mengatur sanksi administrasi perpajakan Ayat ini mengatur sanksi administrasi perpajakan yang
yang dikenakan kepada Wajib Pajak karena dikenakan kepada Wajib Pajak karena melanggar
melanggar kewajiban perpajakan sebagaimana kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada ayat (1) huruf a. Sanksi administrasi ayat (1) huruf a dan huruf e. Sanksi administrasi
perpajakan tersebut berupa bunga sebesar 2% (dua perpajakan tersebut berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) dituangkan dalam Surat Ketetapan Pajak persen) per bulan yang dicantumkan dalam Surat
Kurang Bayar. Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

Sanksi administrasi berupa bunga, dihitung dari Sanksi administrasi berupa bunga, dihitung dari
jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dan jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dan
bagian dari bulan dihitung satu bulan. bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan.

Contoh: Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Walaupun Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Penghasilan. tersebut diterbitkan lebih dari 2 (dua) tahun sejak
berakhirnya Tahun Pajak, bunga dikenakan atas
kekurangan tersebut hanya untuk masa 2 (dua)
Seorang Wajib Pajak Pajak Penghasilan yang
tahun.
mempunyai tahun buku sama dengan tahun takwim
memasukkan Surat Pemberitahuan Tahunan untuk
tahun 1995 tepat pada waktunya yang disertai Contoh: Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
setoran akhir. Penghasilan.

Pada bulan April 1998 dikeluarkan Surat Ketetapan Wajib Pajak PT A mempunyai penghasilan kena pajak
Pajak Kurang Bayar menunjukkan kekurangan pajak selama Tahun Pajak 2006 sebesar Rp100.000.000,00
terutang sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah). dan menyampaikan Surat Pemberitahuan tepat waktu.
Berdasarkan ketentuan ayat ini maka atas
kekurangan tersebut ditambah sanksi administrasi
Pada bulan April 2009 berdasarkan hasil pemeriksaan
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar maka
sanksi bunga dihitung sebagai berikut:
1. Penghasilan Kena Pajak Rp100.000.000,00
Walaupun Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar 2. Pajak yang terutang (30% x
tersebut diterbitkan lebih dari dua tahun sejak Rp100.000.000,00) Rp 30.000.000,00
berakhirnya Tahun Pajak, bunga dikenakan atas 3. Kredit pajak Rp 10.000.000,00(-)
kekurangan tersebut hanya untuk masa dua tahun 4. Pajak yang kurang dibayar Rp 20.000.000,00
dengan penghitungan sebagai berikut : 5. Bunga 24 bulan (24 x 2% x
1. Pajak yang terutang Rp20.000.000,00) Rp 9.600.000,00(+)
Rp.1.725.000,00 6. Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp
2. Kredit pajak: 29.600.000,00
a. Pajak yang dipotong oleh pemberi Dalam hal pengusaha tidak melaporkan
kerja Rp.150.000,00 kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
b. Pajak yang dibayar sendiri(setoran Pengusaha Kena Pajak, selain harus menyetor
masa) Rp.400.000,00 pajak yang terutang, pengusaha tersebut
c. Pajak yang ditagih dalam STP juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga
(tidak termasuk bunga dan denda) sebesar 2% (dua persen) per bulan dari pajak
Rp. 75.000,00 yang kurang dibayar yang dihitung sejak berakhirnya
d. Pajak yang ditagih di luar negeri Masa Pajak untuk paling lama 24 (dua puluh
Rp.100.000,00 (+) empat) bulan.
Jumlah pajak yang dikreditkan Rp.
725.000,00

3. Pajak yang kurang dibayar


Rp.1.000.000,00

4. Bunga 2 tahun = 2% x 2 x 12 x Rp.


1.000.000,00 = Rp. 480.000,00

5. Pajak yang masih harus dibayar Rp.


1.480.000,00
Seandainya Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar tersebut diterbitkan bulan Mei 1997, maka
penghitungannya sebagai berikut:
1. Pajak yang kurang dibayar
Rp.1.000.000,00
2. Bunga 17 bulan = 2% x 17 x Rp.
1.000.000,00 =
Rp. 340.000,00
3. Pajak yang masih harus dibayar
Rp.1.340.000,00

3 Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang 3 Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar : administrasi berupa kenaikan sebesar:

a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak
Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar
dalam satu Tahun Pajak; dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak b. 100% (seratus persen) dari Pajak
Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong,
tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang
disetorkan, dan dipotong atau dipungut disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi
tetapi tidak atau kurang disetorkan; tidak atau kurang disetor; atau

c. 100 % (seratus persen) dari Pajak c. 100% (seratus persen) dari Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak
atau kurang dibayar. atau kurang dibayar.

Penjelasan Penjelasan

Ayat ini mengatur sanksi administrasi dari suatu Ayat ini mengatur sanksi administrasi dari suatu
ketetapan pajak, karena melanggar kewajiban ketetapan pajak karena melanggar kewajiban
perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, huruf c, dan huruf d. Sanksi administrasi huruf b, huruf c, dan huruf d. Sanksi administrasi
demikian berupa kenaikan, yaitu suatu jumlah berupa kenaikan merupakan suatu jumlah
proporsional yang harus ditambahkan pada jumlah proporsional yang harus ditambahkan pada pokok
pajak yang harus ditagih. pajak yang kurang dibayar.

Besarnya sanksi administrasi berupa kenaikan Besarnya sanksi administrasi berupa kenaikan
berbeda-beda menurut jenis pajaknya yaitu untuk berbeda-beda menurut jenis pajaknya, yaitu untuk
jenis Pajak Penghasilan yang dibayar oleh Wajib Pajak jenis Pajak Penghasilan yang dibayar oleh Wajib Pajak
sanksi kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen), sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50%
untuk jenis Pajak Penghasilan yang dipotong oleh (lima puluh persen), untuk jenis Pajak Penghasilan
orang atau badan lain sanksi kenaikan sebesar 100% yang dipotong oleh orang atau badan lain sanksi
(seratus persen), sedangkan untuk jenis Pajak administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang persen), sedangkan untuk jenis Pajak Pertambahan
Mewah sanksi kenaikan sebesar 100% (seratus Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sanksi
persen). administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen).
4 Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan 4 Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh
oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan menjadi Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti
pasti menurut ketentuan peraturan perundang- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku, apabila dalam undangan perpajakan apabila dalam jangka waktu 5
jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, (1), setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, tidak Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
diterbitkan surat ketetapan pajak. tidak diterbitkan surat ketetapan pajak.

Penjelasan Penjelasan

Untuk memberikan kepastian dan jaminan hukum Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak
bagi para Wajib Pajak, berkenaan dengan berkenaan dengan pelaksanaan pemungutan pajak
pelaksanaan pemungutan pajak dengan sistem ’’self dengan sistem self assessment, apabila dalam jangka
assessment’’, maka apabila dalam waktu sepuluh waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada
tahun sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya ayat (1) sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya
Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak tidak juga Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak tidak
menerbitkan ketetapan pajak, maka jumlah menerbitkan surat ketetapan pajak, jumlah
pembayaran pajak yang diberitahukan dalam Surat pembayaran pajak yang diberitahukan dalam Surat
Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan
Tahunan pada hakekatnya telah menjadi tetap Tahunan pada hakikatnya telah menjadi tetap dengan
dengan sendirinya atau telah menjadi pasti karena sendirinya atau telah menjadi pasti karena hukum
hukum menurut ketentuan peraturan perundang- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. undangan perpajakan.

Dengan demikian, Surat Pemberitahuan Wajib Pajak


yang bersangkutan telah merupakan ketetapan yang
tetap dan tidak akan diubah (rampung).
5 Apabila jangka waktu sepuluh tahun sebagaimana5 Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48 % sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat
(empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak
tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah
setelah jangka waktu sepuluh tahun tersebut jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan
dipidana, karena melakukan tindak pidana di bidang tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak
perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang pidana lainnya yang dapat menimbulkan
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. kerugian pada pendapatan negara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Penjelasan

Penjelasan
Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan Apabila terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan
hukum tetap, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tindak pidana di bidang perpajakan, untuk
masih dibenarkan untuk diterbitkan, ditambah sanksi menentukan kerugian pada pendapatan negara, atas
administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat jumlah pajak yang terutang belum dikeluarkan surat
puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak ketetapan pajak.
atau kurang dibayar meskipun jangka waktu sepuluh
tahun sebagaimana ditentukan pada ayat (1)
Untuk mengetahui bahwa Wajib Pajak memang benar-
dilampaui.
benar melakukan tindak pidana di bidang perpajakan,
harus dibuktikan melalui proses pengadilan yang dapat
Dengan adanya putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut,
membutuhkan waktu lebih dari 5 (lima) tahun.
terungkap adanya data fiskal yang selama itu sengaja
Kemungkinan dapat terjadi bahwa Wajib Pajak yang
tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.
disidik oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, tetapi oleh
penuntut umum tidak dituntut berdasarkan sanksi
pidana perpajakan, misalnya Wajib Pajak yang dijatuhi
pidana oleh pengadilan karena melakukan
penyelundupan yang dalam putusan pengadilan
tersebut menunjukkan adanya suatu jumlah objek
pajak yang belum dikenai pajak.

Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh kembali


pajak yang terutang tersebut, dalam hal Wajib Pajak
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar masih dibenarkan untuk
diterbitkan, ditambah sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen)
dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
meskipun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilampaui.
6 Tidak ada 6 Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 13 A PELANGGARAN KEALPAAN PENYAMPAIAN SPT PERTAMA KALI

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Tidak ada Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan
tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak
dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
terutang beserta sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari
jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan
melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar.

Penjelasan

Pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir


untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Namun, bagi Wajib Pajak yang melanggar pertama
kali ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ini tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi
administrasi.

Oleh karena itu, Wajib Pajak yang karena


kealpaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan atau menyampaikan Surat
Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara tidak dikenai sanksi pidana
apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan
Wajib Pajak. Dalam hal ini, Wajib Pajak tersebut
wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah
pajak yang terutang beserta sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen)
dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 14 surat tagihan pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat 1 Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
Tagihan Pajak apabila : Tagihan Pajak apabila:

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan
tidak atau kurang dibayar; tidak atau kurang dibayar;
b. Dari hasil penelitian Surat b. dari hasil penelitian terdapat kekurangan
Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;
tulis dan atau salah hitung;
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi berupa denda dan/atau bunga;
administrasi berupa denda dan atau
bunga; d. pengusaha yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi
d. Pengusaha yang dikenakan pajak tidak membuat faktur pajak atau membuat
berdasarkan Undang- undang Pajak faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya tetapi tidak e. pengusaha yang telah dikukuhkan
melaporkan kegiatan usahanya untuk sebagai Pengusaha Kena Pajak yang
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena tidak mengisi faktur pajak secara lengkap
Pajak; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) Undang-Undang Pajak
e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya,
sebagai Pengusaha Kena Pajak selain:
tetapi membuat Faktur Pajak;

f. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai  dentitas pembeli sebagaimana dimaksud


Pengusaha Kena Pajak tidak membuat dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b Undang-
atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
waktu atau tidak mengisi dan perubahannya; atau
selengkapnya Faktur Pajak.
 identitas pembeli serta nama dan
tandatangan sebagaimana dimaksud
Penjelasan
dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan
huruf g Undang-Undang Pajak
Cukup jelas Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak
pedagang eceran;
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur
pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau

g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal


berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.

Penjelasan

Cukup jelas.
2 Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam 2 Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempunyai kekuatan hukum yang sama ayat (1) mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan surat ketetapan pajak. dengan surat ketetapan pajak.

Penjelasan Penjelasan

Surat Tagihan Pajak menurut ayat ini Surat Tagihan Pajak menurut ayat ini disamakan
dipersamakan kekuatan hukumnya dengan surat kekuatan hukumnya dengan surat ketetapan pajak
ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya sehingga dalam hal penagihannya dapat juga
dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa. dilakukan dengan Surat Paksa.
3 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam 3 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam
Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua
empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya puluh empat) bulan, dihitung sejak saat
pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
Tagihan Pajak. sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan
Pajak.
Penjelasan
Penjelasan
Ayat ini mengatur pengenaan sanksi administrasi
berupa bunga atas Surat Tagihan Pajak yang Ayat ini mengatur pengenaan sanksi administrasi
diterbitkan karena: berupa bunga atas Surat Tagihan Pajak yang
- penelitian Surat Pemberitahuan yang diterbitkan karena:
menghasilkan pajak kurang dibayar karena
terdapat salah tulis dan atau salah hitung;
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak
atau kurang dibayar; atau
- Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan
tidak atau kurang dibayar.
b. penelitian Surat Pemberitahuan yang
Untuk jelasnya cara penghitungannya diberikan menghasilkan pajak kurang dibayar karena
contoh sebagai berikut: terdapat salah tulis dan/atau salah hitung.
1. Hasil penelitian Surat Pemberitahuan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Untuk jelasnya diberikan contoh cara
Penghasilan tahun 2002 yang disampaikan pada penghitungan sebagai berikut:
tanggal 31 Maret 2003 setelah dilakukan
penelitian ternyata terdapat salah hitung
yang menyebabkan Pajak Penghasilan kurang 1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak
bayar sebesar Rp1.000.000,00. Atas kekurangan atau kurang dibayar.
Pajak Penghasilan tersebut diterbitkan Surat
Tagihan Pajak pada tanggal 13 Juni 2003 Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2008 setiap
dengan penghitungan sebagai berikut: bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh tempo
- Kekurangan bayar Pajak Penghasilan misalnya tiap tanggal 15. Pajak Penghasilan Pasal
= Rp 1.000.000,00 25 bulan Juni 2008 dibayar tepat waktu sebesar
- Bunga = 3 x 2% x Rp1.000.000,00 Rp40.000.000,00.
= Rp 60.000,00 (+)
- Jumlah yang harus dibayar
= Rp 1.060.000,00
Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal 25
2. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan
tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak pada
tidak atau kurang dibayar:
tanggal 18 September 2008 dengan penghitungan
Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2002
sebagai berikut:
setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh
tempo misalnya tiap tanggal 15. Bulan Juni
2002, dibayar tepat waktu sebesar - Kekurangan bayar Pajak Penghasilan
Rp40.000.000,00.
Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal Pasal 25 bulan Juni 2008
25 tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak
pada tanggal 18 September 2002 dengan
penghitungan sebagai berikut: (Rp100.000.000,00 – Rp40.000.000,00) =
Rp60.000.000,00
- Kekurangan bayar Pajak Penghasilan
Pasal 25 bulan Juni 2002 = Rp - Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 = Rp
60.000.000,00 3.600.000,00 (+)
- Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 =
Rp 3.600.000,00 (+)
- Jumlah yang harus dibayar = Rp63.600.000,00
- Jumlah yang harus dibayar = Rp
63.600.000,00 2. Hasil penelitian Surat Pemberitahuan

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan


tahun 2008 yang disampaikan pada tanggal 31
Maret 2009 setelah dilakukan penelitian ternyata
terdapat salah hitung yang menyebabkan Pajak
Penghasilan kurang bayar sebesar
Rp1.000.000,00. Atas kekurangan Pajak
Penghasilan tersebut diterbitkan Surat Tagihan
Pajak pada tanggal 12 Juni 2009 dengan
penghitungan sebagai berikut:

- Kekurangan bayar Pajak Penghasilan =


Rp1.000.000,00

- Bunga = 3 x 2% x Rp1.000.000,00 = Rp
60.000,00 (+)

- Jumlah yang harus dibayar = Rp1.060.000,00


4 Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak 4 Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
huruf e, dan huruf f, masing-masing dikenakan huruf e, atau huruf f masing-masing, selain
sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. sanksi administrasi berupa denda sebesar 2%
(dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
Penjelasan
Penjelasan
Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan
kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak membuat faktur
Pengusaha Kena Pajak, maka ia telah melanggar pajak maupun Pengusaha Kena Pajak yang
kewajibannya dengan itikad tidak baik dan membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu
melalaikan kepercayaan yang telah diberikan atau tidak selengkapnya mengisi faktur pajak
kepadanya. Oleh karena itu selain harus menyetor dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
pajak terutang dengan tidak diperkenankan 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
memperhitungkan Pajak Masukan, Pengusaha Kena
Pajak juga dikenakan sanksi administrasi berupa
Demikian pula bagi Pengusaha Kena Pajak yang
denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar
membuat faktur pajak, tetapi melaporkannya tidak
Pengenaan Pajak yang timbul sebelum Pengusaha
tepat waktu, dikenai sanksi yang sama.
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Di
samping itu berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditetapkan Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2%
bahwa Faktur Pajak hanya boleh dibuat oleh (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak ditagih
Pengusaha Kena Pajak. Larangan membuat Faktur dengan Surat Tagihan Pajak, sedangkan pajak
Pajak oleh bukan Pengusaha Kena Pajak yang terutang ditagih dengan surat ketetapan
dimaksudkan untuk melindungi pembeli dari pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
pemungutan pajak yang tidak semestinya, dan
oleh karena itu terhadapnya dikenakan sanksi
berupa denda administrasi. Demikian pula
terhadap Pengusaha Kena Pajak yang wajib
membuat Faktur Pajak tetapi tidak melaksanakan,
tidak selengkapnya mengisi Faktur Pajak, atau
membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu,
dikenakan sanksi yang sama.
5 Terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan dari jumlah pajak yang ditagih
kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat
Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak sampai dengan tanggal penerbitan Surat
Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.

Penjelasan

Cukup jelas.
6 Tata cara penerbitan Surat Tagihan Pajak diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 15 surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sesudah saat jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak, Bagian terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila ditemukan bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
data baru dan atau data yang semula belum ditemukan data baru yang mengakibatkan
terungkap yang mengakibatkan penambahan penambahan jumlah pajak yang terutang
jumlah pajak yang terutang. setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam
rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan.
Penjelasan

Penjelasan
Untuk menampung kemungkinan terjadinya suatu
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang ternyata
telah ditetapkan lebih rendah atau telah dilakukan Untuk menampung kemungkinan terjadinya suatu
pengembalian pajak yang tidak seharusnya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang ternyata
sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan telah ditetapkan lebih rendah atau pajak yang
Pajak Lebih Bayar, atau pajak yang terutang dalam terutang dalam suatu Surat Ketetapan Pajak Nihil
suatu Surat Ketetapan Pajak Nihil ditetapkan lebih ditetapkan lebih rendah atau telah dilakukan
rendah, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk pengembalian pajak yang tidak seharusnya
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan
Tambahan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun Pajak Lebih Bayar, Direktur Jenderal Pajak berwenang
sesudah saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak. Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
merupakan koreksi atas ketetapan pajak sebelumnya.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan baru
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
diterbitkan apabila telah pernah diterbitkan ketetapan
merupakan koreksi atas surat ketetapan pajak
pajak. Dengan perkataan lain Surat Ketetapan Pajak
sebelumnya. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Kurang Bayar Tambahan tidak akan mungkin
Tambahan baru diterbitkan apabila sudah pernah
diterbitkan sebelum didahului dengan penerbitan
diterbitkan surat ketetapan pajak. Pada prinsipnya
ketetapan pajak. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak
untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Kurang Bayar Tambahan dilakukan dengan syarat
Bayar Tambahan perlu dilakukan pemeriksaan. Jika
adanya data baru (novum) dan atau data yang
surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan
semula belum terungkap yang menyebabkan
berdasarkan pemeriksaan, perlu dilakukan
penambahan pajak yang terutang dalam surat
pemeriksaan ulang sebelum menerbitkan Surat
ketetapan pajak sebelumnya. Sejalan dengan itu
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Dalam hal
maka setelah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan
diterbitkan sebagai akibat telah lewat waktu 12 (dua
berdasarkan keterangan lain sebagaimana dimaksud
belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B,
dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a, Surat Ketetapan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
Pajak Kurang Bayar Tambahan juga harus diterbitkan
diterbitkan hanya dalam hal ditemukan data baru
berdasarkan pemeriksaan, tetapi bukan pemeriksaan
dan atau data yang semula belum terungkap. Dalam
ulang.
hal masih ditemukan lagi data yang semula belum
terungkap pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan atau data baru Dengan demikian, Surat Ketetapan Pajak Kurang
yang diketahui kemudian oleh Direktur Jenderal Bayar Tambahan tidak akan mungkin diterbitkan
Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebelum didahului dengan penerbitan surat ketetapan
Tambahan masih dapat diterbitkan lagi. pajak. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan dilakukan dengan syarat adanya
data baru termasuk data yang semula belum
Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau
terungkap yang menyebabkan penambahan pajak
keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan
yang terutang dalam surat ketetapan pajak
untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang
sebelumnya. Sejalan dengan itu, setelah Surat
terutang yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan
Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan sebagai
pada waktu penetapan semula, baik dalam Surat
akibat telah lewat waktu 12 (dua belas) bulan
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B, Surat
dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan
pada waktu pemeriksaan.
hanya dalam hal ditemukan data baru termasuk data
yang semula belum terungkap. Dalam hal masih
Sedangkan yang dimaksud dengan data yang semula ditemukan lagi data baru termasuk data yang semula
belum terungkap adalah data atau keterangan lain belum terungkap pada saat diterbitkannya Surat
mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan/atau
menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang, data baru termasuk data yang semula belum
yang: terungkap yang diketahui kemudian oleh Direktur
Jenderal Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan masih dapat diterbitkan lagi.
a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam
Surat Pemberitahuan beserta lampirannya
(termasuk laporan keuangan); dan atau Yang dimaksud dengan “data baru” adalah data atau
keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan
untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan
terutang yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan
semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan data
pada waktu penetapan semula, baik dalam Surat
dan atau memberikan keterangan lain secara
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun
benar, lengkap, dan terinci sehingga tidak
dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan pada
memungkinkan fiskus dapat menerapkan ketentuan
waktu pemeriksaan.
peraturan perundang- undangan perpajakan
dengan benar dalam menghitung jumlah pajak
yang terutang. Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah
data yang semula belum terungkap, yaitu data yang:

a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam


Surat Pemberitahuan beserta lampirannya
Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan dalam
(termasuk laporan keuangan); dan/atau
Surat Pemberitahuan atau mengungkapkan pada
waktu pemeriksaan, akan tetapi apabila
memberitahukannya atau mengungkapkannya dengan b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan
cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan data
mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang dan/atau memberikan keterangan lain secara benar,
terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang lengkap, dan terinci sehingga tidak
terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, memungkinkan fiskus dapat menerapkan
maka hal tersebut termasuk dalam pengertian data ketentuan peraturan perundang-undangan
yang semula belum terungkap, misalnya: perpajakan dengan benar dalam menghitung
jumlah pajak yang terutang.
1. Dalam Surat Pemberitahuan dan atau
laporan keuangan tertulis adanya biaya iklan Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan
Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya data dalam Surat Pemberitahuan atau
tersebut terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan,
media masa dan Rp5.000.000,00 sisanya adalah tetapi apabila memberitahukannya atau
sumbangan atau hadiah. mengungkapkannya dengan cara sedemikian
rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkin
menghitung besarnya jumlah pajak yang
Apabila pada saat penetapan semula Wajib
terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang
Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut
terutang ditetapkan kurang dari yang
sehingga fiskus tidak melakukan koreksi atas
seharusnya, hal tersebut termasuk dalam pengertian
pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah,
data yang semula belum terungkap.
sehingga pajak yang terutang tidak dapat dihitung
secara benar, maka data mengenai pengeluaran
berupa sumbangan atau hadiah tersebut adalah Contoh:
tergolong data yang semula belum terungkap.
1. Dalam Surat Pemberitahuan dan/atau
laporan keuangan tertulis adanya biaya iklan
Rp10.000.000,00, sedangkan sesungguhnya
biaya tersebut terdiri atas Rp5.000.000,00
2. Dalam Surat Pemberitahuan dan atau
biaya iklan di media massa dan Rp5.000.000,00
laporan keuangan disebutkan pengelompokan
sisanya adalah sumbangan atau hadiah yang tidak
harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan
boleh dibebankan sebagai biaya.
perincian harta pada setiap kelompok yang
dimaksud, demikian pula pada saat
pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Apabila pada saat penetapan semula Wajib
Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut, Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut
sehingga fiskus tidak dapat meneliti kebenaran sehingga fiskus tidak melakukan koreksi atas
pengelompokan dimaksud. pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah
sehingga pajak yang terutang tidak dapat dihitung
secara benar, data mengenai pengeluaran berupa
Dalam pengelompokan tersebut
sumbangan atau hadiah tersebut tergolong data yang
sesungguhnya terdapat kesalahan, misalnya harta
semula belum terungkap.
yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta
berwujud bukan bangunan kelompok 3 namun
dikelompokkan ke dalam kelompok 2. 2. Dalam Surat Pemberitahuan dan/atau
laporan keuangan disebutkan pengelompokan
harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan
Oleh karena pada saat penetapan semula
perincian harta pada setiap kelompok yang
Wajib Pajak tidak mengungkapkan perincian
dimaksud, demikian pula pada saat
yang dimaksud maka tidak dilakukan koreksi
pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib
atas kesalahan pengelompokan harta tersebut, dan
Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut
sebagai akibatnya pajak yang terutang tidak
sehingga fiskus tidak dapat meneliti kebenaran
dapat dihitung secara benar. Apabila kemudian
pengelompokan dimaksud, misalnya harta
diketahui adanya kesalahan, maka data
yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta
pengelompokan harta tersebut adalah data yang
berwujud bukan bangunan kelompok 3, tetapi
semula belum terungkap.
dikelompokkan ke dalam kelompok 2.
Akibatnya, atas kesalahan pengelompokan
harta tersebut tidak dilakukan koreksi, sehingga
pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara
3. Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian benar. Apabila setelah itu diketahui adanya data
sejumlah barang dari Pengusaha Kena Pajak lain dan yang menyatakan bahwa pengelompokan
atas pembelian tersebut oleh Pengusaha Kena Pajak harta tersebut tidak benar, maka data tersebut
penjual diterbitkan Faktur Pajak. Barang- barang termasuk data yang semula belum terungkap.
tersebut sebagian digunakan untuk kegiatan yang
mempunyai hubungan langsung dengan 3. Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian
kegiatan usahanya dan sebagian yang lain tidak sejumlah barang dari Pengusaha Kena Pajak lain dan
mempunyai hubungan langsung. Seluruh Faktur atas pembelian tersebut oleh Pengusaha Kena
Pajak tersebut dikreditkan sebagai Pajak Masukan Pajak penjual diterbitkan faktur pajak. Barang-
oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli. barang tersebut sebagian digunakan untuk
Apabila pada saat penetapan semula kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
Pengusaha Kena Pajak tidak mengungkapkan dengan kegiatan usahanya, seperti
perincian penggunaan barang tersebut dengan pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi,
benar sehingga tidak dilakukan koreksi atas pemasaran, dan manajemen, dan sebagian
pengkreditan Pajak Masukan tersebut, dan lainnya tidak mempunyai hubungan langsung.
sebagai akibatnya Pajak Pertambahan Nilai yang Seluruh faktur pajak tersebut dikreditkan
terutang tidak dapat dihitung secara benar, maka sebagai Pajak Masukan oleh Pengusaha Kena Pajak
apabila kemudian diketahui adanya data atau pembeli.
keterangan tentang kesalahan mengkreditkan
Pajak Masukan yang tidak mempunyai hubungan
Apabila pada saat penetapan semula
langsung dengan kegiatan usaha dimaksud, data atau
Pengusaha Kena Pajak tidak mengungkapkan
keterangan tersebut merupakan data yang
rincian penggunaan barang tersebut dengan
semula belum terungkap.
benar sehingga tidak dilakukan koreksi atas
pengkreditan Pajak Masukan tersebut oleh
fiskus, sebagai akibatnya Pajak Pertambahan Nilai
yang terutang tidak dapat dihitung secara benar.
Apabila setelah itu diketahui adanya data atau
keterangan tentang kesalahan mengkreditkan
Pajak Masukan yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha
dimaksud, data atau keterangan tersebut
merupakan data yang semula belum terungkap.
2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, ditambah Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak
tersebut. tersebut.

Penjelasan Penjelasan

Dalam hal setelah diterbitkan ketetapan pajak Dalam hal setelah diterbitkan surat ketetapan pajak
ternyata masih ditemukan data baru dan atau data ternyata masih ditemukan data baru termasuk data
yang belum terungkap yang belum diperhitungkan yang belum terungkap yang belum diperhitungkan
sebagai dasar penetapan tersebut, maka atas pajak sebagai dasar penetapan tersebut, atas pajak yang
yang kurang dibayar ditagih dengan Surat Ketetapan kurang dibayar ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak
Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah sanksi Kurang Bayar Tambahan ditambah sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen) dari pajak yang kurang dibayar. persen) dari pajak yang kurang dibayar.
3 Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan itu diterbitkan berdasarkan Bayar Tambahan itu diterbitkan berdasarkan
keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak
sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
mulai melakukan tindakan pemeriksaan. mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam
rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan.
Penjelasan

Penjelasan
Cukup jelas

Cukup jelas
4 Apabila jangka waktu 10 (sepuluh) tahun Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lewat, dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat
dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen)
dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar,
dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 10 dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5
(sepuluh) tahun tersebut dipidana karena (lima) tahun tersebut dipidana karena melakukan
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah pidana lainnya yang dapat menimbulkan
memperoleh kekuatan hukum tetap. kerugian pada pendapatan negara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Penjelasan

Penjelasan
Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan
hukum tetap, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tindak pidana yang dapat menimbulkan kerugian pada
Tambahan tetap dapat diterbitkan, ditambah sanksi pendapatan negara berupa pajak berdasarkan
administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau hukum tetap, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
kurang dibayar, meskipun jangka waktu sepuluh Tambahan tetap dapat diterbitkan, ditambah sanksi
tahun sebagaimana ditentukan dalam ayat (1) administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh
dilampaui. delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar meskipun jangka waktu 5 (lima)
tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampaui.
5 Tidak ada Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 16 pembetulan ketetapan pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas Atas permohonan Wajib Pajak atau karena
permohonan Wajib Pajak dapat membetulkan surat jabatannya, Direktur Jenderal Pajak dapat
ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat membetulkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
atau Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Pajak yang tidak benar, atau Surat Keputusan Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, yang Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak,
dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang- Bunga, yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan
undangan perpajakan. tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan
penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Penjelasan

Penjelasan
Pembetulan ketetapan pajak menurut ayat ini
dilaksanakan dalam rangka menjalankan tugas
pemerintahan yang baik, sehingga apabila terdapat Pembetulan menurut ayat ini dilaksanakan dalam
kesalahan atau kekeliruan yang bersifat manusiawi rangka menjalankan tugas pemerintahan yang baik
dalam suatu ketetapan pajak perlu dibetulkan sehingga apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan
sebagaimana mestinya. Sifat kesalahan atau yang bersifat manusiawi perlu dibetulkan sebagaimana
kekeliruan tersebut tidak mengandung persengketaan mestinya. Sifat kesalahan atau kekeliruan tersebut
antara fiskus dengan Wajib Pajak. tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan
Wajib Pajak.
Apabila kesalahan atau kekeliruan ditemukan baik
oleh fiskus atau berdasarkan permohonan Wajib Pajak Apabila ditemukan kesalahan atau kekeliruan baik oleh
maka kesalahan atau kekeliruan tersebut harus fiskus maupun berdasarkan permohonan Wajib Pajak,
dibetulkan. Yang dapat dibetulkan karena kesalahan kesalahan atau kekeliruan tersebut harus dibetulkan.
atau kekeliruan adalah: Yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau
- surat ketetapan pajak, antara lain Surat kekeliruan adalah sebagai berikut:
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan a. surat ketetapan pajak, yang meliputi Surat
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dan Surat Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil,
Ketetapan Pajak Nihil; dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
- Surat Tagihan Pajak; b. Surat Tagihan Pajak;
- Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan c. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak; Kelebihan Pajak;
- Surat Keputusan Keberatan; d. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;
- Surat Keputusan Pengurangan atau e. Surat Keputusan Pembetulan;
Penghapusan Sanksi Administrasi; f. Surat Keputusan Keberatan;
- Surat Keputusan Pengurangan atau g. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar. Administrasi;
h. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi;
i. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan
Pajak; atau
Ruang lingkup pembetulan yang diatur dalam ayat ini j. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan
terbatas pada kesalahan atau kekeliruan sebagai Pajak.
akibat dari:
Ruang lingkup pembetulan yang diatur pada ayat ini
a. Kesalahan tulis, yaitu antara lain kesalahan terbatas pada kesalahan atau kekeliruan sebagai
yang dapat berupa nama, alamat, Nomor akibat dari:
Pokok Wajib Pajak, nomor surat ketetapan pajak, a. kesalahan tulis, antara lain
Jenis Pajak, Masa atau Tahun Pajak, dan tanggal kesalahan yang dapat berupa
jatuh tempo; nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak,
nomor surat ketetapan pajak,
jenis pajak, Masa Pajak atau Tahun
b. Kesalahan hitung yaitu kesalahan yang Pajak, dan tanggal jatuh tempo;
berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan b. kesalahan hitung, antara lain
atau perkalian dan atau pembagian suatu kesalahan yang berasal dari
bilangan; penjumlahan dan/atau pengurangan dan/atau
perkalian dan/atau
c. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan pembagian suatu bilangan; atau
tertentu dalam peraturan perundang-undangan c. kekeliruan dalam penerapan
perpajakan, yaitu kekeliruan dalam ketentuan tertentu dalam peraturan
penerapan tarif, kekeliruan penerapan perundang-undangan perpajakan, yaitu
persentase Norma Penghitungan Penghasilan kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan
Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi, penerapan persentase Norma
kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak, Penghitungan Penghasilan Neto,
kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan kekeliruan penerapan sanksi administrasi,
dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam kekeliruan Penghasilan Tidak
pengkreditan. Kena Pajak, kekeliruan penghitungan
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dan
kekeliruan dalam
Pengertian membetulkan dalam ayat ini dapat berarti pengkreditan pajak.
menambah atau mengurangkan atau menghapuskan, Pengertian ”membetulkan” pada ayat
tergantung pada sifat kesalahan dan kekeliruannya. ini, antara lain, menambahkan,
mengurangkan, atau menghapuskan,
Apabila masih terdapat kesalahan tulis, kesalahan tergantung pada sifat kesalahan dan
hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan kekeliruannya.
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Jika masih terdapat kesalahan tulis,
dalam Surat Keputusan Pembetulan tersebut, Wajib kesalahan hitung, dan/atau
Pajak dapat mengajukan lagi permohonan kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
pembetulan kepada Direktur Jenderal Pajak, atau peraturan perundang-undangan
Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pembetulan perpajakan, Wajib Pajak dapat
lagi karena jabatan. mengajukan lagi permohonan pembetulan kepada
Direktur Jenderal Pajak, atau
Direktur Jenderal Pajak dapat
melakukan pembetulan lagi karena jabatan.
2 Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling
(dua belas) bulan sejak tanggal permohonan lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat
diterima, harus memberi keputusan atas permohonan permohonan pembetulan diterima, harus memberi
pembetulan yang diajukan. keputusan atas permohonan pembetulan yang
diajukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Penjelasan

Penjelasan
Guna memberikan kepastian hukum, terhadap
permohonan pembetulan yang diajukan oleh Wajib
Pajak harus diputuskan dalam batas waktu 12 (dua Untuk memberikan kepastian hukum, permohonan
belas) bulan sejak permohonan diterima. pembetulan yang diajukan oleh Wajib Pajak harus
diputuskan dalam batas waktu paling lama 6 (enam)
bulan sejak permohonan diterima.
3 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak ayat (2) telah lewat, tetapi Direktur Jenderal Pajak
memberi suatu keputusan, maka permohonan tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pembetulan yang diajukan tersebut dianggap pembetulan yang diajukan tersebut dianggap
diterima. dikabulkan.

Penjelasan Penjelasan

Dalam hal batas waktu 12 (dua belas) bulan terlewati Dalam hal batas waktu 6 (enam) bulan terlampaui,
dan Direktur Jenderal Pajak belum memberikan tetapi Direktur Jenderal Pajak belum memberikan
keputusannya, permohonan Wajib Pajak dianggap keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap
dikabulkan untuk hal-hal yang dimohonkannya. dikabulkan.

Dengan dianggap dikabulkannya permohonan Wajib Dengan dianggap dikabulkannya permohonan Wajib
Pajak, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Pajak, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Keputusan Pembetulan sesuai dengan permohonan Keputusan Pembetulan sesuai dengan permohonan
Wajib Pajak. Atas hal-hal yang dianggap dikabulkan Wajib Pajak.
tidak dapat lagi dimohonkan pembetulan.
Tidak ada Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis
mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak
atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Penjelasan

Cukup jelas.
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Pasal 17 surat ketetapan pajak lebih bayar

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan1 Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan
pemeriksaan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang atau telah dilakukan pembayaran yang terutang.
pajak yang tidak seharusnya terutang.
Penjelasan
Penjelasan
Menurut ketentuan ayat ini Surat Ketetapan Pajak
Menurut ketentuan Pasal ini Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan untuk:
Lebih Bayar diterbitkan, apabila:
a. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak
a. untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau terutang;
telah dilakukan pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang;
b. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit
b. untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh
terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak
yang seharusnya tidak terutang. Apabila terdapat yang terutang dihitung dengan cara jumlah
pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang
Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
dengan jumlah pajak yang terutang adalah tersebut; atau
jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi pajak
yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan
c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila
Nilai tersebut;
jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang.
c. untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,
jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar tersebut
jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan
diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas
pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.
Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib
Pajak yang menyatakan kurang bayar, nihil,
atau lebih bayar yang tidak disertai dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar tersebut
diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak yang Apabila Wajib Pajak setelah menerima Surat
menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar Ketetapan Pajak Lebih Bayar dan menghendaki
yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, wajib
pengembalian kelebihan pembayaran pajak mengajukan permohonan tertulis sebagaimana
(permohonan restitusi). dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2).

Apabila Wajib Pajak setelah menerima Surat


Ketetapan Pajak Lebih Bayar dan menghendaki
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
(restitusi), maka wajib mengajukan permohonan
tertulis sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (2).

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat


diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan ternyata pajak yang lebih dibayar
jumlahnya lebih besar dari kelebihan pembayaran
pajak yang telah ditetapkan
2 Tidak ada 2 Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur
Jenderal Pajak, setelah meneliti kebenaran
pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas.
3 Tidak ada 3 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat
diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar
jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran
pajak yang telah ditetapkan.

Penjelasan

Cukup jelas.
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Pasal 17 a surat ketetapan pajak nihil

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan1 Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan
pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang
terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak. kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

Penjelasan Penjelasan

Menurut ketentuan Pasal ini Surat Ketetapan Pajak Menurut ketentuan ayat ini, Surat Ketetapan Pajak
Nihil diterbitkan apabila : Nihil diterbitkan untuk:

a. untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak a. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit
sama dengan pajak yang terutang atau pajak pajak sama dengan pajak yang terutang
yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak; atau pajak yang tidak terutang dan tidak
ada kredit pajak;
b. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah
kredit pajak sama dengan jumlah pajak
yang terutang, atau pajak tidak terutang
b. untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit dan tidak ada kredit pajak. Jika terdapat
pajak sama dengan jumlah pajak yang pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak
terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang
ada kredit pajak. Apabila terdapat pajak terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak
terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang
Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan
jumlah pajak yang terutang adalah jumlah Pajak Nilai tersebut; atau
Keluaran setelah dikurangi dengan pajak
yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai tersebut; c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila
jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang atau pajak
tidak terutang dan tidak ada pembayaran
pajak.
c. untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,
jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada pembayaran pajak.

2 Tidak ada 2 Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Nihil


diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 17 b batas waktu proses pengembalian kelebihan pembayaran pajak biasa

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan 1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan atas permohonan pengembalian pemeriksaan atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak selain permohonan kelebihan pembayaran pajak, selain permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C harus 17C dan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat dalam Pasal 17D, harus menerbitkan surat
12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan ketetapan pajak paling lama 12 (dua belas) bulan
diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu sejak surat permohonan diterima secara lengkap.
ditetapkan lain dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak.
Penjelasan

Penjelasan
Yang dimaksud dengan “surat permohonan telah
diterima secara lengkap” adalah Surat
Terhadap permohonan pengembalian kelebihan Pemberitahuan yang telah diisi lengkap
pembayaran pajak selain permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana
Surat ketetapan pajak yang diterbitkan
dimaksud dalam Pasal 17C harus diterbitkan surat
berdasarkan hasil pemeriksaan atas permohonan
ketetapan pajak paling lambat 12 (dua belas)
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat
bulan sejak surat permohonan diterima secara
berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
lengkap, dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan
Surat Ketetapan Pajak Nihil atau Surat Ketetapan
telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam
Pajak Lebih Bayar.
Pasal 3.

Untuk kegiatan tertentu yaitu ekspor dan


penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa
Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai, jangka waktu tersebut dapat dipersingkat
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Permohonan dapat disampaikan dengan cara
mengisi kolom dalam Surat Pemberitahuan atau
dengan surat tersendiri.

Surat ketetapan pajak tersebut dapat berupa


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Ketetapan
Pajak Nihil.
Tidak ada 1a Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang sedang
dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak
pidana di bidang perpajakan, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan “sedang dilakukan


pemeriksaan bukti permulaan” adalah dimulai sejak
surat pemberitahuan pemeriksaan bukti permulaan
disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa
dari Wajib Pajak.
2 Apabila setelah lewat jangka waktu sebagaimana 2 Apabila setelah melampaui jangka waktu
dimaksud dalam ayat (1) Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direktur
tidak memberi suatu keputusan, permohonan Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,
pengembalian kelebihan pembayaran pajak permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan
Lebih Bayar harus diterbitkan dalam waktu Pajak Lebih Bayar harus diterbitkan paling lama 1
paling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka (satu) bulan setelah jangka waktu tersebut
waktu tersebut berakhir. berakhir.
Penjelasan Penjelasan

Dengan batas waktu tersebut dalam ayat (1) Batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum
terhadap permohonan Wajib Pajak atau terhadap permohonan Wajib Pajak atau Pengusaha
Pengusaha Kena Pajak, sehingga bila batas waktu Kena Pajak sehingga bila batas waktu tersebut
tersebut dilewati dan Direktur Jenderal Pajak tidak dilampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak
memberikan suatu keputusan, maka permohonan memberikan suatu keputusan, permohonan
tersebut dianggap dikabulkan. Selain itu, batas tersebut dianggap dikabulkan. Selain itu, batas
waktu tersebut dimaksudkan pula untuk waktu tersebut dimaksudkan pula untuk
kepentingan tertib administrasi perpajakan. kepentingan tertib administrasi perpajakan.
3 Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar 3 Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
terlambat diterbitkan dalam jangka waktu terlambat diterbitkan sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka ayat (2), kepada Wajib Pajak diberikan imbalan
kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung sejak dihitung sejak berakhirnya jangka waktu
berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai
dalam ayat (2) sampai dengan saat diterbitkan dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Lebih Bayar.

Penjelasan Penjelasan

Dalam hal Direktur Jenderal Pajak terlambat Jika Direktur Jenderal Pajak terlambat menerbitkan
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, kepada Wajib
maka kepada Wajib Pajak diberikan imbalan Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan, persen) per bulan, dihitung sejak berakhirnya
dihitung sejak berakhirnya jangka waktu jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sampai sampai dengan saat Surat Ketetapan Pajak Lebih
dengan saat Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Bayar diterbitkan, dan bagian dari bulan dihitung 1
diterbitkan, bagian dari bulan dihitung satu bulan. (satu) bulan.
4 Tidak ada 4 Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana
di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1a) tidak dilanjutkan dengan penyidikan;
dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak
dilanjutkan dengan penuntutan tindak pidana di
bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan
penyidikan dan penuntutan tindak pidana di bidang
perpajakan, tetapi diputus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar,
kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 17 c Surat keputusan pengembalian pendaluan kelebihan kriteria tertentu
UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007
1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan 1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
penelitian atas permohonan pengembalian penelitian atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak
dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak paling lambat 3 (tiga) bulan Kelebihan Pajak paling lama 3 (tiga) bulan
sejak permohonan diterima untuk Pajak sejak permohonan diterima secara lengkap
Penghasilan dan paling lambat 1 (satu) bulan untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1
sejak permohonan diterima untuk Pajak (satu) bulan sejak permohonan diterima secara
Pertambahan Nilai. lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.

Penjelasan Penjelasan

Terhadap permohonan pengembalian kelebihan Terhadap permohonan pengembalian kelebihan


pembayaran pajak untuk Wajib Pajak dengan pembayaran pajak untuk Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu setelah dilakukan penelitian kriteria tertentu setelah dilakukan penelitian
harus diterbitkan Surat Keputusan harus diterbitkan Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
paling lambat: paling lama:

a. 3 (tiga) bulan untuk Pajak a. 3 (tiga) bulan untuk Pajak Penghasilan


Penghasilan;
b. 1 (satu) bulan untuk Pajak
b. 1 (satu) bulan untuk Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai;
Nilai

sejak permohonan diterima secara lengkap,


sejak permohonan diterima secara lengkap,
dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan telah
dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan telah
diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam
diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1), ayat (1a), dan ayat (6).
Pasal 3 ayat (1), ayat (1a), dan ayat (6).
Permohonan dapat disampaikan dengan cara
Permohonan dapat disampaikan dengan cara
mengisi kolom dalam Surat Pemberitahuan
mengisi kolom dalam Surat Pemberitahuan
atau dengan surat tersendiri.
atau dengan surat tersendiri. Pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
dapat diberikan setelah Direktur Jenderal Pajak
melakukan konfirmasi kebenaran kredit pajak.
2 Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam 2 Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri ayat (1) meliputi:
Keuangan.
a. tepat waktu dalam menyampaikan
Penjelasan Surat Pemberitahuan;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak
untuk semua jenis pajak, kecuali
Yang dimaksud dengan kriteria tertentu antara
tunggakan pajak yang telah memperoleh
lain:
izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak;
1. Kepatuhan Wajib Pajak yang meliputi
penyampaian Surat Pemberitahuan, c. Laporan Keuangan diaudit oleh
tidak mempunyai tunggakan pajak; Akuntan Publik atau lembaga
2. Laporan keuangan diaudit oleh pengawasan keuangan pemerintah
Akuntan Publik dengan pendapat dengan pendapat Wajar Tanpa
wajar tanpa pengecualian; Pengecualian selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut; dan
3. Penghitungan jumlah peredaran usaha
dan pajaknya mudah diketahui d. tidak pernah dipidana karena
karena berkaitan dengan aturan melakukan tindak pidana di bidang
Pemerintah lainnya, seperti peredaran perpajakan berdasarkan putusan
usaha dan Pajak Pertambahan Nilai atas pengadilan yang telah mempunyai
produsen rokok diketahui dari kekuatan hukum tetap dalam jangka
pelaksanaan cukai. waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Penjelasan

Termasuk dalam pengertian kepatuhan


penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:

a. tepat waktu dalam menyampaikan


Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 3
(tiga) tahun terakhir;

b. dalam Tahun Pajak terakhir,


penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
untuk Masa Pajak Januari sampai dengan
November yang terlambat tidak lebih
dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis
pajak dan tidak berturut-turut; dan

c. Surat Pemberitahuan Masa yang


terlambat sebagaimana dimaksud dalam
huruf b telah disampaikan tidak lewat dari
batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Masa Pajak
berikutnya.

Bahwa Wajib Pajak tidak mempunyai


tunggakan pajak adalah keadaan pada tanggal
31 Desember. Utang pajak yang belum
melewati batas akhir pelunasan tidak termasuk
dalam pengertian tunggakan pajak.
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu 3 Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Pajak. Jenderal Pajak.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas. Cukup jelas.


4 Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan 4 Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan
menerbitkan surat ketetapan pajak, setelah menerbitkan surat ketetapan pajak, setelah
melakukan pengembalian pendahuluan melakukan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak. kelebihan pajak.

Penjelasan Penjelasan

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
ketetapan pajak dalam jangka waktu 10 surat ketetapan pajak dalam jangka waktu 5
(sepuluh) tahun setelah melakukan (lima) tahun setelah melakukan pemeriksaan
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang telah terhadap Wajib Pajak yang telah memperoleh
memperoleh pengembalian pendahuluan pengembalian pendahuluan sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Surat dimaksud pada ayat (1). Surat ketetapan pajak
ketetapan pajak tersebut dapat berupa Surat tersebut dapat berupa Surat Ketetapan Pajak
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak
Ketetapan Pajak Lebih Bayar, atau Surat Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
Ketetapan Pajak Nihil.
5 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan 5 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direktur
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak
kekurangan pajak ditambah dengan sanksi ditambah dengan sanksi administrasi berupa
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari
(seratus persen) dari jumlah kekurangan jumlah kekurangan pembayaran pajak.
pembayaran pajak.
Penjelasan
Penjelasan
Untuk mendorong Wajib Pajak dalam
Untuk mendorong Wajib Pajak dalam melaporkan jumlah pajak yang terutang sesuai
melaporkan jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku, maka
undangan perpajakan yang berlaku, maka apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana
apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterbitkan Surat
dimaksud dalam ayat (4) diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah
Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.
kekurangan pembayaran pajak.
Untuk jelasnya cara penghitungan Surat
Untuk jelasnya cara penghitungan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan pengenaan
Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan pengenaan sanksi administrasi berupa kenaikan tersebut
sanksi administrasi berupa kenaikan tersebut diberikan contoh sebagai berikut:
diberikan contoh sebagai berikut:
1) Pajak Penghasilan
1) Pajak Penghasilan
- Wajib Pajak telah memperoleh pengembalian
- Wajib Pajak telah memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sebesar
pendahuluan kelebihan pajak sebesar Rp80.000.000,00.
Rp80.000.000,00.

 Dari pemeriksaan diperoleh hasil


-Dari pemeriksaan diperoleh hasil sebagai sebagai berikut:
berikut:

a. Pajak Penghasilan yang terutang


a. Pajak Penghasilan yang terutang sebesar sebesar Rp100.000.000,00
Rp100.000.000,00
b. Kredit pajak, yaitu:
b. Kredit pajak, yaitu:
- Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp20.000.000,00
- Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp
20.000.000,00 - Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp40.000.000,00

- Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp - Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp90.000.000,00


40.000.000,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut


- Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
90.000.000,00 Bayar dengan penghitungan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut - Pajak Penghasilan yang terutang sebesar


diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Rp100.000.000,00
Bayar dengan penghitungan sebagai berikut:

- Kredit Pajak:
- Pajak Penghasilan yang terutang sebesar
Rp100.000.000,00
- Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp
20.000.000,00
Kredit Pajak:

- Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp


- Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp 40.000.000,00
20.000.000,00

- Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp


-Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp
40.000.000,00
- Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp 90.000.000,00(+)
90.000.000,00(+)
Rp150.000.000,00
Rp
150.000.000,00
- Jumlah Pengembalian

- Jumlah Pengembalian Pendahuluan Kelebihan


Pendahuluan Kelebihan Pajak Rp
Pajak Rp 80.000.000,00(-)
80.000.000,00(-)

Jumlah pajak yang dapat Dikreditkan Rp


- Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Rp
70.000.000,00 (-)
70.000.000,00(-)

Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp


Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp
30.000.000,00
30.000.000,00

Sanksi administrasi berupa Kenaikan sebesar


Sanksi administrasi berupa kenaikan
100% Rp30.000.000,00(+)

sebesar 100% Rp 30.000.000,00 (+)


Jumlah yang masih harus Dibayar Rp
60.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp
60.000.000,00
2) Pajak Pertambahan Nilai

2) Pajak Pertambahan Nilai


- Pengusaha Kena Pajak telah memperoleh
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
sebesar Rp60.000.000,00. - Pengusaha Kena Pajak telah memperoleh
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
sebesar Rp60.000.000,00.
- Dari pemeriksaan diperoleh hasil sebagai
berikut:
- Dari pemeriksaan diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Pajak Keluaran
Rp100.000.000,00
a. Pajak Keluaran Rp100.000.000,00
b. Kredit pajak, yaitu:
b. Kredit pajak, yaitu Pajak Masukan
Rp150.000.000,00
- Pajak Masukan Rp150.000.000,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut


- Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar dengan penghitungan sebagai berikut:
Bayar dengan penghitungan sebagai berikut:

- Pajak Keluaran Rp100.000.000,00


- Pajak Keluaran Rp100.000.000,00

- Kredit Pajak:
Kredit Pajak:

- Pajak Masukan Rp150.000.000,00


- Pajak Masukan Rp150.000.000,00

- Jumlah Pengembalian
- Jumlah Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak
Pendahuluan Kelebihan Pajak Rp
60.000.000,00(-)
Rp 60.000.000,00(-)

- Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Rp


Jumlah pajak yang dapat Dikreditkan Rp
90.000.000,00(-)
90.000.000,00(-)

Pajak yang kurang dibayar Rp 10.000.000,00


Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp
10.000.000,00 Sanksi administrasi kenaikan 100% Rp
10.000.000,00(+)
Sanksi administrasi berupa Kenaikan sebesar
100% Jumlah yang masih harus dibayar Rp
20.000.000,00
Rp 10.000.000,00(+)

Jumlah yang masih harus Dibayar Rp


20.000.000,00

Tidak ada 6 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) tidak dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
apabila:

a. terhadap Wajib Pajak tersebut


dilakukan tindakan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan;
b. terlambat menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis
pajak tertentu 2 (dua) Masa Pajak
berturut-turut;

c. terlambat menyampaikan Surat


Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis
pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam
1 (satu) tahun kalender; atau

d. terlambat menyampaikan Surat


Pemberitahuan Tahunan.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak ada 7 Tata cara penetapan Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Pasal 17 d surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak yang


memenuhi persyaratan tertentu

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Tidak ada 1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
penelitian atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak yang
memenuhi persyaratan tertentu, menerbitkan Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan
diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan,
dan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan
diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan
Nilai.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak ada 2 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak adalah:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak


menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah
lebih bayar sampai dengan jumlah
tertentu;

c. Wajib Pajak badan dengan jumlah


peredaran usaha dan jumlah lebih bayar
sampai dengan jumlah tertentu; atau

d. Pengusaha Kena Pajak yang


menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah
penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak ada 3 Batasan jumlah peredaran usaha, jumlah
penyerahan, dan jumlah lebih bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak ada 4 Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan menerbitkan surat
ketetapan pajak setelah melakukan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak.

Penjelasan

Untuk mengurangi penyalahgunaan pemberian


kemudahan percepatan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat
melakukan pemeriksaan setelah memberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Tidak ada 5 Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
jumlah pajak yang kurang dibayar ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%
(seratus persen).

Penjelasan

Untuk memotivasi Wajib Pajak agar melaporkan


jumlah pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, apabila dari hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah pajak
yang kurang dibayar ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100%
(seratus persen) dari jumlah kekurangan
pembayaran pajak.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 17 e pengembalian ppn orang pribadi bukan subjek dalam negri

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Tidak ada Orang pribadi yang bukan subjek pajak dalam
negeri yang melakukan pembelian Barang Kena
Pajak di dalam daerah pabean yang tidak
dikonsumsi di daerah pabean dapat diberikan
pengembalian Pajak Pertambahan Nilai yang telah
dibayar, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Pasal 18 dasar penagihan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang1 Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
bertambah, merupakan dasar penagihan pajak. jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
merupakan dasar penagihan pajak.
Penjelasan
Penjelasan
Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Cukup jelas
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah, merupakan sarana administrasi bagi
Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan penagihan
pajak.
2 dihapus. 2 Dihapus

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 19 bunga penagihan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Apabila atas pajak yang terutang menurut Surat 1 Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat
tambahan jumlah pajak yang harus dibayar Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau
berdasarkan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding, pada jumlah pajak yang masih harus dibayar
saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak
dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak atau atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak
kurang dibayar itu, dikenakan sanksi administrasi atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal
jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan
atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak,
dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan. bulan.

Penjelasan Penjelasan

Ayat ini mengatur pengenaan bunga penagihan Ayat ini mengatur pengenaan sanksi administrasi
atas jumlah yang masih harus dibayar menurut berupa bunga berdasarkan jumlah pajak yang
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat masih harus dibayar yang tidak atau kurang
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan dibayar pada saat jatuh tempo pelunasan atau
tambahan jumlah pajak yang harus dibayar terlambat dibayar.
berdasarkan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding, yang
Contoh:
tidak atau kurang dibayar pada saat jatuh tempo
pembayaran atau terlambat dibayar. Untuk
jelasnya cara penghitungan bunga tersebut a. Jumlah pajak yang masih harus dibayar
diberikan contoh sebagai berikut: berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebesar Rp10.000.000,00 yang
diterbitkan tanggal 7 Oktober 2008,
1. Atas jumlah pajak yang kurang dibayar.
dengan batas akhir pelunasan tanggal 6
November 2008. Jumlah pembayaran sampai
Surat Ketetapan Pajak Pajak Penghasilan. dengan tanggal 6 November 2008
Rp6.000.000,00. Pada tanggal 1 Desember 2008
diterbitkan Surat Tagihan Pajak dengan
Pajak terutang atau ditagih (dianggap
perhitungan sebagai berikut:
tidak ada jumlah pajak yang dikreditkan)
Rp100.000,00. Surat ketetapan pajak
diterbitkan tanggal 10 Oktober 2002. Pajak yang masih harus dibayar =
Harus dilunasi paling lambat tanggal 9 Rp10.000.000,00
November 2002, tetapi baru dibayar sejumlah
Rp60.000,00 pada tanggal 1 November
Dibayar sampai dengan jatuh tempo
2002. Sampai pada tanggal batas waktu
pelunasan = Rp 6.000.000,00(-)
pembayaran terakhir (9 November 2002) sisa
tagihan tidak dibayar lagi oleh Wajib Pajak.
Kurang dibayar = Rp 4.000.000,00
Pada tanggal 18 November 2002
diterbitkan Surat Tagihan Pajak oleh Direktur Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x
Jenderal Pajak dengan penghitungan sebagai Rp4.000.000,00) = Rp 80.000,00
berikut:
Pajak terutang Rp100.000,00 b. Dalam hal terhadap Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar sebagaimana tersebut
pada huruf a, Wajib Pajak membayar
Dibayar pada waktunya Rp 60.000,00
Rp10.000.000,00 pada tanggal 3
Desember 2008 dan pada tanggal 5 Desember
Kurang dibayar Rp 40.000,00 2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak, sanksi
administrasi berupa bunga dihitung
sebagai berikut:

Bunga dihitung satu bulan = 1 x 2% x Pajak yang masih harus dibayar =


Rp40.000,00 = Rp 800,00. Bunga tersebut Rp10.000.000,00
ditagih dengan Surat Tagihan Pajak.
Dibayar setelah jatuh tempo pelunasan =
2. Atas jumlah pajak yang terlambat Rp10.000.000,00
dibayar.
Kurang dibayar = Rp 0,00
Dasarnya sama dengan contoh nomor 1.
Dibayar penuh tetapi terlambat, misalnya Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x
dibayar tanggal 20 November 2002. Tanggal Rp10.000.000,00) = Rp 200.000,00
25 November 2002 diterbitkan Surat
Tagihan Pajak.

Bunga terutang dalam Surat Tagihan


Pajak dihitung satu bulan = 1 x 2% x
Rp100.000,00 = Rp2.000,00.

3. Atas jumlah pajak yang kurang dan


terlambat dibayar.

Dasarnya sama dengan contoh nomor 1.


Dibayar sejumlah Rp60.000,00 pada
tanggal 20 November 2002. Tanggal 25
November 2002 diterbitkan Surat Tagihan
Pajak.

Bunga terutang dihitung satu bulan = 1 x


2% x Rp100.000,00 = Rp2.000,00.

2 Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur 2 Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur
atau menunda pembayaran pajak, juga dikenakan atau menunda pembayaran pajak juga dikenai
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, dan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang
masih harus dibayar dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Penjelasan

Penjelasan
Cukup jelas

Ayat ini mengatur pengenaan sanksi administrasi


berupa bunga dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan
mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

Contoh:

a. Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan


Pajak Kurang Bayar sebesar Rp1.120.000,00
yang diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2009
dengan batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari
2009. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk
mengangsur pembayaran pajak dalam jangka
waktu 5 (lima) bulan dengan jumlah yang
tetap sebesar Rp224.000,00. Sanksi administrasi
berupa bunga untuk setiap angsuran
dihitung sebagai berikut:

angsuran ke-1 : 2% x Rp1.120.000,00 =


Rp22.400,00.

angsuran ke-2 : 2% x Rp896.000,00 =


Rp17.920,00.

angsuran ke-3 : 2% x Rp672.000,00 =


Rp13.440,00.

angsuran ke-4 : 2% x Rp448.000,00 =


Rp8.960,00.

angsuran ke-5 : 2% x Rp224.000,00 =


Rp4.480,00.

b. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam


huruf a diperbolehkan untuk menunda
pembayaran pajak sampai dengan tanggal 30
Juni 2009.

Sanksi administrasi berupa bunga atas


penundaan pembayaran Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar tersebut sebesar 5 x 2% x
Rp1.120.000,00 = Rp112.000,00.
3 Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda 3 Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda
penyampaian Surat Pemberitahuan dan ternyata penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan dan
penghitungan sementara pajak yang terutang ternyata penghitungan sementara pajak yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang
terutang, maka atas kekurangan pembayaran sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran
pajak tersebut, dikenakan bunga sebesar 2% (dua pajak tersebut, dikenai bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan yang dihitung dari saat persen) per bulan yang dihitung dari saat
berakhirnya kewajiban menyampaikan Surat berakhirnya batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud
Pasal 3 ayat (3) huruf b sampai dengan tanggal dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dan huruf c
dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut, dan sampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. pembayaran tersebut dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 20 pelaksanaan penagihan pajak
UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007
1 Jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat 1 Atas jumlah pajak yang masih harus dibayar,
Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang yang berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan
dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah
Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan
ditagih dengan Surat Paksa. jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (3) atau ayat (3a) dilaksanakan penagihan
pajak dengan Surat Paksa sesuai dengan
Penjelasan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Dalam hal jumlah tagihan pajak tersebut tidak atau
kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh
Penjelasan
tempo pembayaran, atau sampai dengan tanggal
jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak
memenuhi angsuran pembayaran pajak, Apabila jumlah utang pajak tidak atau kurang
penagihannya dilakukan dengan Surat Paksa. dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo
Penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut pembayaran atau sampai dengan tanggal jatuh
dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak. tempo penundaan pembayaran, atau Wajib Pajak
tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak,
penagihannya dilaksanakan dengan Surat Paksa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Penagihan pajak dengan
Surat Paksa tersebut dilaksanakan terhadap
Penanggung Pajak.
2 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana 2 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam ayat (1), penagihan seketika dan pada ayat (1), penagihan seketika dan sekaligus
sekaligus dilakukan dalam hal : dilakukan apabila:

a. Penanggung Pajak akan meninggalkan a. Penanggung Pajak akan meninggalkan


Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat
untuk itu; untuk itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang b. Penanggung Pajak memindahtangankan
yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam
menghentikan atau mengecilkan kegiatan rangka menghentikan atau mengecilkan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang
di Indonesia; dilakukannya di Indonesia;

c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung


akan membubarkan badan usahanya, Pajak akan membubarkan badan usaha atau
atau menggabungkan usahanya, atau menggabungkan atau memekarkan usaha,
memekarkan usahanya, atau atau memindahtangankan perusahaan yang
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki dimiliki atau yang dikuasainya, atau
atau yang dikuasainya, atau melakukan melakukan perubahan bentuk lainnya;
perubahan bentuk lainnya;
d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara;
d. badan usaha akan dibubarkan oleh Negara; atau
atau
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-
Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda- tanda kepailitan.
tanda kepailitan.
Penjelasan Yang dimaksud dengan “penagihan
Penjelasan seketika dan sekaligus” adalah tindakan penagihan
pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada
Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh
Yang dimaksud dengan penagihan seketika dan
tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang
sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan
dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada
Tahun Pajak.
Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh
tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang
pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan
Tahun Pajak.

3 Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan 3 Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. undangan perpajakan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 21 hak mendahulu

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan 1 Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang
pajak atas barang-barang milik Penanggung pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak.
Pajak. (UU No 9 Tahun 1994)
Penjelasan
Penjelasan
Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai
Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak
kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung
mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum.
Pajak yang akan dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan
Setelah utang pajak dilunasi baru diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.
pembayaran kepada kreditur lain.

Maksud dari ayat ini adalah untuk memberi


kesempatan kepada Pemerintah untuk
mendapatkan bagian lebih dahulu dari kreditur
lain atas hasil pelelangan barang-barang milik
Penanggung Pajak di muka umum guna menutupi
atau melunasi utang pajaknya.
2 Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana 2 Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), meliputi pokok pajak, dimaksud pada ayat (1) meliputi pokok pajak,
sanksi administrasi berupa bunga, denda, sanksi administrasi berupa bunga, denda,
kenaikan, dan biaya penagihan pajak. kenaikan, dan biaya penagihan pajak.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


3 Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi 3 Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala
segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap : hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:

a. biaya perkara yang semata-mata a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh
disebabkan suatu penghukuman untuk suatu penghukuman untuk melelang suatu
melelang suatu barang bergerak dan atau barang bergerak dan/atau barang tidak
barang tidak bergerak; bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk b. biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan barang dimaksud; menyelamatkan barang dimaksud;
dan/atau
c. biaya perkara, yang semata-mata
disebabkan pelelangan dan penyelesaian c. biaya perkara, yang hanya disebabkan
suatu warisan. oleh pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
Tidak Ada 3a Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar,
atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau
orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan dilarang membagikan harta Wajib
Pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi
kepada pemegang saham atau kreditur lainnya
sebelum menggunakan harta tersebut untuk
membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.

Penjelasan
4 Hak mendahulu itu hilang setelah lampau waktu 2 4 Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5
(dua) tahun sejak tanggal diterbitkan Surat (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan Surat
Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus Putusan Peninjauan Kembali yang
dibayar bertambah, kecuali apabila dalam menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
jangka waktu 2 (dua) tahun tersebut, Surat bertambah.
Paksa untuk membayar itu diberitahukan
secara resmi, atau diberikan penundaan
Penjelasan
pembayaran.

Cukup jelas
Penjelasan

Cukup jelas
5 Dalam hal Surat Paksa untuk membayar 5 Perhitungan jangka waktu hak mendahulu
diberitahukan secara resmi, jangka waktu 2 ditetapkan sebagai berikut:
(dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4), dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar
Paksa, atau dalam hal diberikan penundaan diberitahukan secara resmi maka
pembayaran jangka waktu 2 (dua) tahun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana
tersebut ditambah dengan jangka waktu dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak
penundaan pembayaran. pemberitahuan Surat Paksa; atau
b. dalam hal diberikan penundaan
pembayaran atau persetujuan
Penjelasan
angsuran pembayaran maka jangka
waktu 5 (lima) tahun tersebut
Cukup jelas dihitung sejak batas akhir penundaan
diberikan.

Penjelasan

Cukup jelas
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Pasal 22 daluwarsa penagihan pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk 1 Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan
pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5
(sepuluh) tahun terhitung sejak saat (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang
yang bersangkutan. Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Penjelasan
Kembali.

Saat daluwarsa penagihan pajak ini perlu


Penjelasan
ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan
utang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi.
Saat daluwarsa penagihan pajak ini perlu
ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan
utang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi.

Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung


sejak Surat Tagihan Pajak dan surat ketetapan
pajak diterbitkan.

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan


pembetulan, keberatan, banding atau Peninjauan
Kembali, daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun
dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.
2 Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana 2 Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam ayat (1) tertangguh apabila: pada ayat (1) tertangguh apabila:

a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat a. diterbitkan Surat Paksa;


Paksa; b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib baik langsung maupun tidak langsung;
Pajak baik langsung maupun tidak langsung;
c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang
ayat (5) atau Surat Ketetapan Pajak Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud
Kurang Bayar Tambahan sebagaimana dalam Pasal 15 ayat (4); atau
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4).
d. dilakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan.
Penjelasan

Penjelasan
Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 10
(sepuluh) tahun apabila:
Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5
(lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
apabila:
Teguran dan menyampaikan Surat Paksa
kepada Penanggung Pajak yang tidak
melakukan pembayaran utang pajak sampai a. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan dan
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. memberitahukan Surat Paksa kepada
Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan Penanggung Pajak yang tidak melakukan
dihitung sejak tanggal penyampaian Surat pembayaran utang pajak sampai dengan
Paksa tersebut. tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal
b. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang seperti itu, daluwarsa penagihan pajak
pajak dengan cara: dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat
Paksa tersebut.

- Wajib Pajak mengajukan


b. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang
permohonan angsuran dan
pajak dengan cara mengajukan permohonan
penundaan pembayaran utang pajak angsuran atau penundaan pembayaran utang
sebelum tanggal jatuh tempo pajak sebelum tanggal jatuh tempo
pembayaran. Dalam hal seperti itu pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
daluwarsa penagihan dihitung sejak penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat
tanggal surat permohonan angsuran permohonan angsuran atau penundaan
atau penundaan pembayaran utang pembayaran utang pajak diterima oleh
pajak diterima oleh Direktur Direktur Jenderal Pajak.
Jenderal Pajak.
- Wajib Pajak mengajukan c. Terdapat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
permohonan pengajuan keberatan. atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan yang diterbitkan terhadap Wajib
Dalam hal seperti itu daluwarsa
Pajak karena Wajib Pajak melakukan tindak
penagihan dihitung sejak tanggal pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana
surat keberatan Wajib Pajak lain yang dapat merugikan pendapatan negara
diterima Direktur Jenderal Pajak. berdasarkan putusan pengadilan yang telah
- Wajib Pajak melaksanakan mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal
pembayaran sebagian utang seperti itu, daluwarsa penagihan pajak
pajaknya. Dalam hal seperti itu dihitung sejak tanggal penerbitan surat
daluwarsa penagihan dihitung sejak ketetapan pajak tersebut.
tanggal pembayaran sebagian utang
pajak tersebut. d. Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan,
daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak
c. Terdapat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
tanggal penerbitan Surat Perintah Penyidikan
atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
tindak pidana di bidang perpajakan.
Tambahan yang diterbitkan terhadap Wajib
Pajak karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu
daluwarsa penagihan dihitung sejak
tanggal penerbitan ketetapan pajak
tersebut.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 23 gugatan wajib pajak atau penanggung pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Dihapus 1 Dihapus
2 Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak2 Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
terhadap : terhadap:

a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman
Lelang; Lelang;
b. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan b. keputusan pencegahan dalam rangka
keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan penagihan pajak;
dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;
c. Keputusan pembetulan sebagaimana dimaksud c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
dalam Pasal 16 yang berkaitan dengan Surat keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan
Tagihan Pajak; dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
d. Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 yang berkaitan dengan Surat Tagihan d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat
Pajak; Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur
hanya dapat diajukan kepada badan peradilan atau tata cara yang telah diatur dalam
pajak ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan

Penjelasan
hanya dapat diajukan kepada badan peradilan
pajak.
Cukup jelas
Penjelasan

Cukup jelas
3 Dihapus 3 Dihapus

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 24 penghapusan piutang pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan Tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan
besarnya penghapusan diatur dengan Keputusan besarnya penghapusan diatur dengan atau
Menteri Keuangan. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Menteri Keuangan akan mengatur tata cara Menteri Keuangan mengatur tata cara penghapusan
penghapusan dan menentukan besarnya jumlah dan menentukan besarnya jumlah piutang pajak yang
piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi antara tidak dapat ditagih lagi, antara lain karena Wajib Pajak
lain karena Wajib Pajak telah meninggal dunia dan telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta
tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan, warisan atau kekayaan, Wajib Pajak badan yang telah
Wajib Pajak badan yang telah selesai proses selesai proses pailitnya, atau Wajib Pajak yang tidak
pailitnya, Wajib Pajak yang tidak memenuhi syarat memenuhi syarat lagi sebagai subjek pajak dan hak
lagi sebagai subjek pajak dan hak untuk melakukan untuk melakukan penagihan pajak telah daluwarsa.
penagihan telah daluwarsa. Melalui cara ini akan Melalui cara ini dapat diperkirakan secara efektif
dapat diperkirakan secara efektif besarnya saldo besarnya saldo piutang pajak yang akan dapat ditagih
piutang pajak yang akan dapat ditagih atau atau dicairkan.
dicairkan.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 25 pengajuan keberatan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya 1 Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya
kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu : kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar; a.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;

b.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar b.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan; Tambahan;
c.Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; c.Surat Ketetapan Pajak Nihil;

d.Surat Ketetapan Pajak Nihil; d.Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau

e.Pemotongan atau pemungutan oleh pihak e.pemotongan atau pemungutan pajak oleh
ketiga berdasarkan ketentuan peraturan pihak ketiga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan perpajakan. peraturan perundang-undangan perpajakan.

Penjelasan Penjelasan

Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah
rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau
pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya,
maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya
hanya kepada Direktur Jenderal Pajak. kepada Direktur Jenderal Pajak.

Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi
atau isi dari ketetapan pajak yaitu jumlah rugi atau isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah rugi
berdasarkan ketentuan undang-undang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
perpajakan, jumlah besarnya pajak, pemotongan undangan perpajakan, jumlah besarnya pajak,
atau pemungutan pajak. atau pemotongan atau pemungutan pajak. Yang
dimaksud dengan "suatu" pada ayat ini adalah
1(satu) keberatan harus diajukan terhadap 1
Perkataan "suatu" pada ayat ini dimaksudkan
(satu) jenis pajak dan 1 (satu) Masa
bahwa satu keberatan harus diajukan terhadap
Pajak atau Tahun Pajak.
satu jenis pajak dan satu tahun pajak, misalnya:

Contoh:
Pajak Penghasilan Tahun Pajak 1995 dan Tahun
Pajak 1996 keberatannya harus diajukan masing-
masing dalam satu surat keberatan tersendiri. Keberatan atas ketetapan Pajak Penghasilan
Untuk dua tahun pajak tersebut harus diajukan Tahun Pajak 2008 dan Tahun Pajak 2009
dua buah surat keberatan. harus diajukan masing-masing dalam 1
(satu) surat keberatan tersendiri. Untuk
2 (dua) Tahun Pajak tersebut harus
diajukan 2 (dua) buah surat keberatan.
2 Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa 2 Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak
yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau
atau dipungut atau jumlah rugi menurut dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan
penghitungan Wajib Pajak dengan disertai Wajib Pajak dengan disertai alasan yang
alasan-alasan yang jelas. menjadi dasar penghitungan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Yang dimaksud dengan “alasan-alasan yang


menjadi dasar penghitungan” dimaksud adalah
alasan-alasan yang jelas dan dilampiri dengan
fotokopi surat ketetapan pajak, bukti
pemungutan, atau bukti pemotongan.
3 Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 3 Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat
pemotongan atau pemungutan sebagaimana ketetapan pajak atau sejak tanggal
dimaksud dalam ayat (1), kecuali apabila Wajib pemotongan atau pemungutan pajak
Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali
itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa
kekuasaannya. jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaannya.
Penjelasan
Penjelasan
Batas waktu pengajuan surat keberatan
ditentukan dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak Batas waktu pengajuan surat keberatan
diterbitkan surat ketetapan pajak sebagaimana ditentukan dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak
dimaksud dalam ayat (1), dengan maksud agar tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak
supaya Wajib Pajak mempunyai waktu yang cukup tanggal pemotongan atau pemungutan pajak
memadai untuk mempersiapkan surat keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
beserta alasannya. maksud agar Wajib Pajak mempunyai waktu yang
cukup memadai untuk mempersiapkan surat
keberatan beserta alasannya.
Apabila ternyata bahwa batas waktu 3 (tiga) bulan
tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Wajib Pajak
karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak Apabila ternyata bahwa batas waktu 3 (tiga)
(force mayeur), maka tenggang waktu selama 3 bulan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Wajib
(tiga) bulan tersebut masih dapat Pajak karena keadaan di luar kekuasaan Wajib
dipertimbangkan untuk diperpanjang oleh Direktur Pajak (force majeur), tenggang waktu selama 3
Jenderal Pajak. (tiga) bulan tersebut masih dapat
dipertimbangkan untuk diperpanjang oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Tidak ada 3a Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan
atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib
melunasi pajak yang masih harus dibayar paling
sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib
Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, sebelum surat keberatan
disampaikan.

Penjelasan

Ketentuan ini mengatur bahwa persyaratan


pengajuan keberatan bagi Wajib Pajak adalah
harus melunasi terlebih dahulu sejumlah
kewajiban perpajakannya yang telah disetujui
Wajib Pajak pada saat pembahasan akhir hasil
pemeriksaan. Pelunasan tersebut harus dilakukan
sebelum Wajib Pajak mengajukan keberatan.
4 Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan 4 Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat ayat (3), atau ayat (3a) bukan merupakan
keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Permohonan keberatan yang tidak memenuhi


salah satu syarat sebagaimana dimaksud dalam
pasal ini bukan merupakan surat keberatan,
sehingga tidak dapat dipertimbangkan dan tidak
diterbitkan Surat Keputusan Keberatan.
5 Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan 5 Tanda penerimaan surat keberatan yang
oleh pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang diberikan oleh pegawai Direktorat Jenderal Pajak
ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman surat yang ditunjuk untuk menerima surat
keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda keberatan atau tanda pengiriman surat
bukti penerimaan surat keberatan. keberatan melalui pos dengan bukti
pengiriman surat, atau melalui cara lain
yang diatur dengan atau berdasarkan
Penjelasan
Peraturan Menteri Keuangan menjadi tanda
bukti penerimaan surat keberatan.
Tanda penerimaan surat yang telah diberikan oleh
pejabat Direktorat Jenderal Pajak atau oleh Kantor
Penjelasan
Pos berfungsi sebagai tanda terima surat
keberatan apabila surat tersebut memenuhi syarat
sebagai surat keberatan. Dengan demikian batas Tanda penerimaan surat yang telah diberikan oleh
waktu penyelesaian keberatan dihitung sejak pegawai Direktorat Jenderal Pajak atau oleh pos
tanggal penerimaan surat dimaksud. berfungsi sebagai tanda terima surat keberatan
Apabila surat Wajib Pajak tidak memenuhi syarat
sebagai surat keberatan dan Wajib Pajak
apabila surat tersebut memenuhi syarat sebagai
memperbaikinya, maka batas waktu penyelesaian
surat keberatan. Dengan demikian, batas waktu
keberatan dihitung sejak diterimanya surat
penyelesaian keberatan dihitung sejak tanggal
berikutnya yang memenuhi syarat sebagai surat
penerimaan surat dimaksud.
keberatan.

Apabila surat Wajib Pajak tidak memenuhi syarat


sebagai surat keberatan dan Wajib Pajak
memperbaikinya dalam batas waktu penyampaian
surat keberatan, batas waktu penyelesaian
keberatan dihitung sejak diterima surat
berikutnya yang memenuhi syarat sebagai surat
keberatan.
6 Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan 6 Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan
pengajuan keberatan, Direktur Jenderal Pajak pengajuan keberatan, Direktur Jenderal Pajak
wajib memberikan keterangan secara tertulis hal- wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-
hal yang menjadi dasar pengenaan pajak, hal yang menjadi dasar pengenaan pajak,
penghitungan rugi, pemotongan atau pemungutan penghitungan rugi, atau pemotongan atau
pajak. pemungutan pajak.

Penjelasan Penjelasan

Agar Wajib Pajak dapat menyusun keberatan Agar Wajib Pajak dapat menyusun keberatan
dengan alasan-alasan yang kuat, Wajib Pajak dengan alasan yang kuat, Wajib Pajak diberi hak
diberi hak untuk meminta dasar-dasar pengenaan, untuk meminta dasar pengenaan pajak,
pemotongan atau pemungutan pajak yang telah penghitungan rugi, atau pemotongan atau
ditetapkan, sebaliknya Direktur Jenderal Pajak pemungutan pajak yang telah ditetapkan. Oleh
berkewajiban untuk memenuhi permintaan karena itu, Direktur Jenderal Pajak berkewajiban
tersebut di atas. untuk memenuhi permintaan tersebut.
7 Pengajuan keberatan tidak menunda 7 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan
kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
penagihan pajak. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak yang
belum dibayar pada saat pengajuan
Penjelasan
keberatan, tertangguh sampai dengan 1
(satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat
Untuk mencegah usaha penghindaran atau Keputusan Keberatan.
penundaan pembayaran pajak melalui
pengajuansurat keberatan, maka pengajuan
Penjelasan
keberatan tidak menghalangi tindakan
penagihansampai dengan pelaksanaan lelang.
Ayat ini mengatur bahwa jatuh tempo
pembayaran yang tertera dalam surat ketetapan
Ketentuan ini perlu dicantumkanKetentuan ini
pajak tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan
perlu dicantumkan dengan maksud agar Wajib
sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
Pajak dengan dalih mengajukan keberatan, untuk
Keberatan. Penangguhan jangka waktu pelunasan
tidak melakukan kewajiban membayar pajak yang
pajak menyebabkan sanksi administrasi berupa
telah ditetapkan, sehingga dapat dicegah
bunga sebesar 2% per bulan sebagaimana diatur
terganggunya penerimaan negara.
dalam Pasal 19 tidak diberlakukan atas jumlah
pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan
keberatan.
Tidak ada 8 Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat
pengajuan permohonan keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) tidak termasuk
sebagai utang pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (1a).

Penjelasan

Cukup jelas.
Tidak ada 9 Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau
dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% (lima
puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan
keputusan keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.

Penjelasan

Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau


dikabulkan sebagian dan Wajib Pajak tidak
mengajukan permohonan banding, jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan harus dilunasi paling lama
1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat
Keputusan Keberatan, dan penagihan dengan
Surat Paksa akan dilaksanakan apabila Wajib
Pajak tidak melunasi utang pajak tersebut. Di
samping itu, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% (lima
puluh persen).

Contoh:

Untuk tahun pajak 2008, Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar (SKPKB) dengan jumlah pajak yang
masih harus dibayar sebesar Rp1.000.000.000,00
diterbitkan terhadap PT A. Dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan, Wajib Pajak hanya
menyetujui pajak yang masih harus dibayar
sebesar Rp200.000.000,00. Wajib Pajak telah
melunasi sebagian SKPKB tersebut sebesar
Rp200.000.000,00 dan kemudian mengajukan
keberatan atas koreksi lainnya. Direktur Jenderal
Pajak mengabulkan sebagian keberatan Wajib
Pajak dengan jumlah pajak yang masih harus
dibayar menjadi sebesar Rp750.000.000,00.
Dalam hal ini, Wajib Pajak tidak dikenai sanksi
administrasi sebagaimana diatur dalam Pasal 19,
tetapi dikenai sanksi sesuai dengan ayat ini, yaitu
sebesar 50% x (Rp750.000.000,00 –
Rp200.000.000,00) = Rp275.000.000,00.
Tidak ada 10 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan
banding, sanksi administrasi berupa denda
sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 26 keputusan keberatan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling
lama dua belas bulan sejak tanggal Surat lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat
Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan. keberatan yang diajukan.

Penjelasan Penjelasan

Terhadap Surat Keberatan yang diajukan oleh Terhadap surat keberatan yang diajukan oleh Wajib
Wajib Pajak kewenangan penyelesaian dalam Pajak, kewenangan penyelesaian dalam tingkat
tingkat pertama diberikan kepada Direktur Jenderal pertama diberikan kepada Direktur Jenderal Pajak
Pajak dengan ketentuan batasan waktu dengan ketentuan batasan waktu penyelesaian
penyelesaian keputusan atas keberatan Wajib keputusan atas keberatan Wajib Pajak ditetapkan
Pajak ditetapkan paling lama dua belas bulan sejak paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
tanggal Surat Keberatan diterima. surat keberatan diterima.

Dengan ditentukannya batas waktu penyelesaian Dengan ditentukannya batas waktu penyelesaian
keputusan atas keberatan tersebut, berarti akan keputusan atas keberatan tersebut, berarti akan
diperoleh suatu kepastian hukum bagi Wajib Pajak diperoleh suatu kepastian hukum bagi Wajib Pajak
di samping terlaksananya administrasi perpajakan. selain terlaksananya administrasi perpajakan.
2 Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak
dapat menyampaikan alasan tambahan atau dapat menyampaikan alasan tambahan atau
penjelasan tertulis. penjelasan tertulis.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas.


3 Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan
dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau
menolak atau menambah besarnya jumlah pajak sebagian, menolak atau menambah besarnya
yang terhutang. jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas.


4 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas
ketetapan pajak yang ditentukan dalam Pasal surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud
13 ayat (1) huruf b dan huruf d, Wajib Pajak yang dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b dan huruf d, Wajib
bersangkutan harus dapat membuktikan Pajak yang bersangkutan harus dapat membuktikan
ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut. ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut.

Penjelasan Penjelasan

Ayat ini mengharuskan Wajib Pajak membuktikan Ayat ini mengharuskan Wajib Pajak membuktikan
ketidakbenaran ketetapan pajak, dalam hal Wajib ketidakbenaran ketetapan pajak dalam hal Wajib
Pajak mengajukan keberatan terhadap pajak-pajak Pajak mengajukan keberatan terhadap pajak-pajak
yang ditetapkan secara jabatan, Surat Ketetapan yang ditetapkan secara jabatan. Surat ketetapan
Pajak secara jabatan tersebut diterbitkan karena pajak secara jabatan tersebut diterbitkan karena
Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan, Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat
meskipun telah ditegor secara tertulis, atau tidak Pemberitahuan Tahunan meskipun telah ditegur
memenuhi kewajiban menyelenggarakan secara tertulis, tidak memenuhi kewajiban
pembukuan, atau menolak untuk memberikan menyelenggarakan pembukuan, atau menolak
kesempatan kepada pejabat pemeriksa memasuki untuk memberikan kesempatan kepada pemeriksa
tempat-tempat tertentu yang dipandang perlu, memasuki tempat-tempat tertentu yang dipandang
dalam rangka pemeriksaan guna menetapkan perlu, dalam rangka pemeriksaan guna menetapkan
besarnya jumlah pajak yang terutang. Apabila besarnya jumlah pajak yang terutang. Apabila Wajib
Wajib Pajak tidak membuktikan ketidakbenaran Pajak tidak dapat membuktikan ketidakbenaran
Surat Ketetapan Pajak secara jabatan itu, maka surat ketetapan pajak secara jabatan, pengajuan
keberatannya ditolak. keberatannya ditolak.
5 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
dalam ayat (1) telah lewat dan Direktur Jenderal ayat (1) telah terlampaui dan Direktur Jenderal
Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka Pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan
keberatan yang diajukan tersebut dianggap yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
diterima.
Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 26a tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Tidak ada 1 Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas.
2 Tidak ada 2 Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain,
mengatur tentang pemberian hak kepada Wajib
Pajak untuk hadir memberikan keterangan atau
memperoleh penjelasan mengenai keberatannya.

Penjelasan

Agar dapat memberikan kesempatan yang lebih


luas kepada Wajib Pajak untuk memperoleh
keadilan dalam penyelesaian keberatannya, dalam
tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat ini
diatur, antara lain, Wajib Pajak dapat hadir untuk
memberikan keterangan atau memperoleh
penjelasan mengenai keberatannya.
3 Tidak ada 3 Apabila Wajib Pajak tidak menggunakan hak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), proses
keberatan tetap dapat diselesaikan.

Penjelasan

Cukup jelas.
4 Tidak ada 4 Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan,
catatan, data, informasi, atau keterangan lain
dalam proses keberatan yang tidak diberikan
pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi
yang pada saat pemeriksaan belum diperoleh Wajib
Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data,
informasi, atau keterangan lain dimaksud tidak
dipertimbangkan dalam penyelesaian
keberatannya.

Penjelasan

Cukup jelas.
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Pasal 27 pengajuan permohonan banding

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan 1 Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
banding hanya kepada badan peradilan pajak banding hanya kepada badan peradilan pajak atas
terhadap keputusan mengenai keberatannya Surat Keputusan Keberatan sebagaimana
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1).
Pajak.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
2 Putusan badan peradilan pajak bukan 2 Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan
merupakan keputusan tata usaha negara. pengadilan khusus di lingkungan peradilan
tata usaha negara.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
3 Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) diajukan secara tertulis dalam bahasa diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga)
waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, bulan sejak Surat Keputusan Keberatan
dilampiri salinan dari surat keputusan tersebut. diterima dan dilampiri dengan salinan Surat
Keputusan Keberatan tersebut.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
4 dihapus. 4 dihapus
4a Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan
pengajuan permohonan banding, Direktur Jenderal
Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar Surat
Keputusan Keberatan yang diterbitkan.

Penjelasan

Cukup jelas
5 Dihapus.
5a Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding,
jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau
Pasal 25 ayat (7), atas jumlah pajak yang belum
dibayar pada saat pengajuan keberatan,
tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan
sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

Penjelasan

Ayat ini mengatur bahwa bagi Wajib Pajak yang


mengajukan banding, jangka waktu pelunasan
pajak yang diajukan banding tertangguh sampai
dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
Putusan Banding. Penangguhan jangka waktu
pelunasan pajak menyebabkan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
sebagaimana diatur dalam Pasal 19 tidak
diberlakukan atas jumlah pajak yang belum dibayar
pada saat pengajuan keberatan.
5b Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat
pengajuan permohonan keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5a) tidak termasuk sebagai
utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (1) dan ayat (1a).

Penjelasan

Cukup jelas
5c Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat
pengajuan permohonan banding belum
merupakan pajak yang terutang sampai dengan
Putusan Banding diterbitkan.

Penjelasan

Cukup jelas
5d Dalam hal permohonan banding ditolak atau
dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100%
(seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan
Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.

Penjelasan

Dalam hal permohonan banding Wajib Pajak ditolak


atau dikabulkan sebagian, jumlah pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan harus dilunasi paling lama 1 (satu) bulan
sejak tanggal penerbitan Putusan Banding, dan
penagihan dengan Surat Paksa akan dilaksanakan
apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak
tersebut. Di samping itu, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus
persen) sebagaimana dimaksud pada ayat ini.

Contoh:

Untuk tahun pajak 2008, Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar (SKPKB) dengan jumlah pajak yang
masih harus dibayar sebesar Rp1.000.000.000,00
diterbitkan terhadap PT A. Dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan, Wajib Pajak hanya
menyetujui pajak yang masih harus dibayar
sebesar Rp200.000.000,00. Wajib Pajak telah
melunasi sebagian SKPKB tersebut sebesar
Rp200.000.000,00 dan kemudian mengajukan
keberatan atas koreksi lainnya. Direktur Jenderal
Pajak mengabulkan sebagian keberatan Wajib
Pajak dengan jumlah pajak yang masih harus
dibayar menjadi sebesar Rp750.000.000,00.

Selanjutnya Wajib Pajak mengajukan permohonan


banding dan oleh Pengadilan Pajak diputuskan
besarnya pajak yang masih harus dibayar menjadi
sebesar Rp450.000.000,00. Dalam hal ini baik
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan sebagaimana diatur dalam Pasal
19 maupun sanksi administrasi berupa denda
sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (9) tidak
dikenakan. Namun, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sesuai dengan ayat ini,
yaitu sebesar 100% x (Rp450.000.000,00 –
Rp200.000.000,00) = Rp250.000.000,00.
6 Badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan dalam Pasal 23 ayat (2) diatur dengan
undang-undang.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 27a imbalan bunga

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Apabila pengajuan keberatan atau permohonan 1 Apabila pengajuan keberatan, permohonan
banding diterima sebagian atau seluruhnya, banding, atau permohonan peninjauan kembali
sepanjang utang pajak sebagaimana dimaksud dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama
dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan pajak yang masih harus dibayar sebagaimana
atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Tambahan telah dibayar yang menyebabkan Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihan Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan
pembayaran dikembalikan dengan ditambah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang telah
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran
untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan pajak, kelebihan pembayaran dimaksud
dihitung sejak tanggal pembayaran yang dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling
sampai dengan diterbitkannya Keputusan lama 24 (dua puluh empat) bulan dengan
Keberatan atau Putusan Banding. ketentuan sebagai berikut:

Penjelasan a.untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran
Imbalanbunga hanya diberikan berkenaan dengan
yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak
Keputusan Keberatan atau Putusan Bandingyang
sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
menyangkut Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
atau Surat Ketetapan PajakKurang Bayar
Peninjauan Kembali; atau
Tambahan.

b.untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat


Ketetapan Pajak Lebih Bayar dihitung
sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali.

Penjelasan

Imbalan bunga diberikan berkenaan dengan Surat


Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan
Pajak Nihil atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
yang telah dibayar menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak.
Tidak ada 1a Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) juga diberikan atas Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan
Pembatalan Ketetapan Pajak yang dikabulkan
sebagian atau seluruhnya menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak dengan ketentuan sebagai
berikut:

a.untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan
PenguranganKetetapan Pajak, atau Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;

b.untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat


Ketetapan Pajak Lebih Bayar dihitung sejak
tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan
Pembatalan Ketetapan Pajak; atau

c.untuk Surat Tagihan Pajak dihitung sejak


tanggal pembayaran yang menyebabkan
kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak,
atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan
Pajak.

Penjelasan

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan


pembetulan, pengurangan, atau pembatalan atas
surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak
yang keputusannya mengabulkan sebagian atau
seluruhnya, selama jumlah pajak yang masih harus
dibayar sebagaimana dimaksud dalam surat
ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak telah
dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran
pajak, kelebihan pembayaran dimaksud
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
2 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam 2 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat
ayat (1) juga diberikan atas pembayaran lebih (1) juga diberikan atas pembayaran lebih sanksi
sanksi administrasi berupa denda sebagaimana administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) dan atau bunga dalam Pasal 14 ayat (4) dan/atau bunga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)
berdasarkan Keputusan Pengurangan atau berdasarkan Surat Keputusan Pengurangan
Penghapusan Sanksi Administrasi, sebagai akibat Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan
diterbitkan Keputusan Keberatan atau Putusan Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai
Banding yang menerima sebagian atau seluruh akibat diterbitkan Surat Keputusan Keberatan,
permohonan Wajib Pajak. Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali yang mengabulkan sebagian atau
seluruh permohonan Wajib Pajak.
Penjelasan

Penjelasan
Imbalan bunga juga diberikan terhadap
pembayaran lebih Surat Tagihan Pajak yang telah
diterbitkan berdasarkan Pasal 14 ayat (4) dan Imbalan bunga juga diberikan terhadap
Pasal 19 ayat (1) sehubungan dengan pembayaran lebih Surat Tagihan Pajak yang telah
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang diterbitkan berdasarkan Pasal 14 ayat (4) dan
Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pasal 19 ayat (1) sehubungan dengan
Tambahan, yang memperoleh pengurangan atau diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang
penghapusan sanksi administrasi berupa denda Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
atau bunga. Tambahan, yang memperoleh pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi berupa denda
atau bunga.
Pengurangan atau penghapusan dimaksud
merupakan akibat dari adanya Keputusan
Keberatan atau Putusan Banding atas Surat Pengurangan atau penghapusan yang dimaksud
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat merupakan akibat dari adanya Surat Keputusan
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
tersebut, yang menerima sebagian atau seluruh Peninjauan Kembali atas Surat Ketetapan Pajak
permohonan Wajib Pajak. Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan tersebut, yang mengabulkan
sebagian atau seluruh permohonan Wajib Pajak.
3 Tata cara penghitungan pengembalian kelebihan 3 Tata cara penghitungan pengembalian kelebihan
bayar dan pemberian imbalan bunga diatur pembayaran pajak dan pemberian imbalan
dengan Keputusan Menteri Keuangan. bunga diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 28 ketentuan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan 1 Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan. menyelenggarakan pembukuan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


2 Dikecualikan dari kewajiban 2 Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan sebagaimana menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tetapi wajib dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib
melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang menurut atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak Pajak orang pribadi yang tidak melakukan
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
bebas.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
3 Pembukuan atau pencatatan tersebut harus 3 Pembukuan atau pencatatan tersebut harus
diselenggarakan dengan memperhatikan itikad diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad
baik dan mencerminkan keadaan atau baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
kegiatan usaha yang sebenarnya. usaha yang sebenarnya.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


4 Pembukuan atau pencatatan harus 4 Pembukuan atau pencatatan harus
diselenggarakan di Indonesia dengan diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang Indonesia atau dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan. diizinkan oleh Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


5 Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip 5 Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip
taat asas dan dengan stelsel akrual atau taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
stelsel kas. kas.

Penjelasan Penjelasan

Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama
digunakan dalam metode pembukuan dengan digunakan dalam metode pembukuan dengan
tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegah tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah
penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas
dalam metode pembukuan misalnya dalam dalam metode pembukuan misalnya dalam
penerapan: penerapan:

a. Stelsel pengakuan penghasilan; a. stelsel pengakuan penghasilan;


b. tahun buku;
b. Tahun buku; c. metode penilaian persediaan; atau
d. metode penyusutan dan amortisasi.
c. Metode penilaian persediaan;
Stelsel akrual adalah suatu metode
d. Metode penyusutan dan amortisasi
penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan
biaya diakui pada waktu terutang. Jadi, tidak
tergantung kapan penghasilan itu diterima dan
kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Stelsel akrual adalah suatu metode
penghitungan penghasilan dan biaya dalam
arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh Termasuk dalam pengertian stelsel akrual
dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi adalah pengakuan penghasilan berdasarkan
tidak tergantung kapan penghasilan itu metode persentase tingkat penyelesaian
diterima dan kapan biaya itu dibayar tunai. pekerjaan yang umumnya dipakai dalam
bidang konstruksi dan metode lain yang dipakai
dalam bidang usaha tertentu seperti build
Termasuk dalam pengertian stelsel akrual
operate and transfer (BOT) dan real estat.
adalah pengakuan penghasilan berdasarkan
metode persentase tingkat penyelesaian
pekerjaan yang umumnya dipakai di Stelsel kas adalah suatu metode yang
bidang konstruksi dan metode lainnya yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan
dipakai di bidang usaha tertentu seperti Build yang diterima dan biaya yang dibayar secara
Operate and Transfer (BOT), Real Estate, dan tunai.
lain-lain.
Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap
Stelsel kas adalah suatu metode yang sebagai penghasilan apabila benar-benar telah
penghitungannya didasarkan atas penghasilan diterima secara tunai dalam suatu periode
yang diterima dan biaya yang dibayar secara tertentu serta biaya baru dianggap sebagai
tunai. biaya apabila benar-benar telah dibayar secara
tunai dalam suatu periode tertentu.
Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap
sebagai penghasilan, bila benar-benar telah Stelsel kas biasanya digunakan oleh
diterima tunai dalam suatu periode tertentu, perusahaan kecil orang pribadi atau
serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila perusahaan jasa, misalnya transportasi,
benar-benar telah dibayar tunai dalam suatu hiburan, dan restoran yang tenggang waktu
periode tertentu. antara penyerahan jasa dan penerimaan
pembayarannya tidak berlangsung lama. Dalam
stelsel kas murni, penghasilan dari penyerahan
Stelsel kas biasanya digunakan oleh
barang atau jasa ditetapkan pada saat
perusahaan kecil orang pribadi atau
pembayaran dari pelanggan diterima dan
perusahaan jasa misalnya transportasi,
biaya-biaya ditetapkan pada saat barang, jasa,
hiburan, restoran, yang tenggang waktu
dan biaya operasi lain dibayar.
antara penyerahan jasa dan penerimaan
pembayarannya tidak berlangsung lama.
Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat
penyerahan barang atau jasa ditetapkan pada mengakibatkan penghitungan yang
saat diterimanya pembayaran dari langganan, mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu
dan biaya-biaya ditetapkan pada saat besarnya penghasilan dari tahun ke tahun
dibayarnya barang, jasa, dan biaya operasi dapat disesuaikan dengan mengatur
lainnya. penerimaan kas dan pengeluaran kas. Oleh
karena itu, untuk penghitungan Pajak
Penghasilan dalam memakai stelsel kas harus
Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat
memperhatikan hal-hal antara lain sebagai
mengakibatkan penghitungan yang
berikut.
mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu
besarnya penghasilan dari tahun ke tahun
dapat disesuaikan dengan mengatur 1) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu
penerimaan kas dan pengeluaran kas. Oleh periode harus meliputi seluruh penjualan, baik
karena itu untuk penghitungan Pajak yang tunai maupun yang bukan. Dalam
Penghasilan dalam memakai stelsel kas harus menghitung harga pokok penjualan harus
memperhatikan hal-hal antara lain sebagai diperhitungkan seluruh pembelian dan
berikut: persediaan.

1) 2) Dalam memperoleh harta yang dapat


disusutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan
Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu
dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui
periode harus meliputi seluruh penjualan, baik
penyusutan dan amortisasi.
yang tunai maupun yang bukan. Dalam
menghitung harga pokok penjualan harus
diperhitungkan seluruh pembelian dan 3) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan
persediaan. secara taat asas (konsisten).

Dengan demikian penggunaan stelsel kas untuk


tujuan perpajakan dapat juga dinamakan
stelsel campuran.
2) Dalam memperoleh harta yang dapat
disusutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan
dari penghasilan hanya dapat dilakukan
melalui penyusutan dan amortisasi.

3) Pemakaian stelsel kas harus


dilakukan secara taat asas
(konsisten).

Dengan demikian penggunaan stelsel kas


untuk tujuan perpajakan dapat juga
dinamakan stelsel campuran.
6 Perubahan terhadap metode pembukuan dan 6 Perubahan terhadap metode pembukuan
atau tahun buku, harus mendapat dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

Penjelasan Penjelasan

Pada dasarnya metode-metode pembukuan Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut
yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama harus taat asas, yaitu harus sama dengan
dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnya tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal
dalam hal penggunaan metode pengakuan penggunaan metode pengakuan penghasilan
penghasilan dan biaya (metode kas atau dan biaya (metode kas atau akrual), metode
akrual), metode penyusutan aktiva tetap, penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian
metode penilaian persediaan dan sebagainya. persediaan. Namun, perubahan metode
Namun demikian, perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat
pembukuan masih dimungkinkan dengan telah mendapat persetujuan dari Direktur
syarat telah mendapat persetujuan dari Jenderal Pajak. Perubahan metode pembukuan
Direktur Jenderal Pajak. Perubahan metode harus diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak
pembukuan harus diajukan kepada Direktur sebelum dimulainya tahun buku yang
Jenderal Pajak sebelum dimulainya tahun buku bersangkutan dengan menyampaikan alasan
yang bersangkutan dengan menyampaikan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang
alasan-alasan yang logis dan dapat diterima mungkin timbul dari perubahan tersebut.
serta akibat-akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut.
Perubahan metode pembukuan akan
mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat
Perubahan metode pembukuan akan asas yang dapat meliputi perubahan metode
mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat dari kas ke akrual atau sebaliknya atau
asas yang dapat meliputi perubahan metode perubahan penggunaan metode pengakuan
dari kas ke akrual atau sebaliknya atau penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri,
perubahan penggunaan metode pengakuan misalnya dalam metode pengakuan biaya yang
penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri. berkenaan dengan penyusutan aktiva tetap
Misalnya dalam metode pengakuan biaya yang dengan menggunakan metode penyusutan
berkenaan dengan penyusutan aktiva tetap tertentu.
dengan menggunakan metode penyusutan
tertentu.
Contoh:

Contoh:
Wajib Pajak dalam tahun 2008 menggunakan
metode penyusutan garis lurus atau straight
Wajib Pajak dalam tahun 2002 menggunakan line method. Jika dalam tahun 2009 Wajib
metode penyusutan garis lurus atau straight Pajak bermaksud mengubah metode
line method. Dalam tahun 2003 Wajib Pajak penyusutan aktiva dengan menggunakan
bermaksud mengubah metode penyusutan metode penyusutan saldo menurun atau
aktiva dengan menggunakan metode declining balance method, Wajib Pajak harus
penyusutan saldo menurun atau declining minta persetujuan terlebih dahulu kepada
balance method. Direktur Jenderal Pajak yang diajukan sebelum
dimulainya tahun buku 2009 dengan
Untuk keperluan tersebut, Wajib Pajak harus menyebutkan alasan dilakukannya perubahan
minta persetujuan terlebih dahulu kepada metode penyusutan dan akibat dari perubahan
Direktur Jenderal Pajak yang diajukan tersebut.
sebelum dimulainya tahun buku 2003 dengan
menyebutkan alasan-alasan dilakukannya
Selain itu, perubahan periode tahun buku juga
perubahan metode penyusutan dan akibat dari
berakibat berubahnya jumlah penghasilan atau
perubahan tersebut.
kerugian Wajib Pajak. Oleh karena itu,
perubahan tersebut juga harus mendapat
Selain itu, perubahan periode tahun buku juga persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
berakibat berubahnya jumlah penghasilan
atau kerugian Wajib Pajak, oleh karena itu
Tahun Pajak adalah sama dengan tahun
perubahan tersebut juga harus mendapat
kalender kecuali Wajib Pajak menggunakan
persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender.
Tahun Pajak adalah sama dengan tahun
takwim (tahun kalender) kecuali Wajib Pajak
Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku
menggunakan tahun buku yang tidak sama
yang tidak sama dengan tahun kalender,
dengan tahun takwim.
penyebutan Tahun Pajak yang bersangkutan
menggunakan tahun yang di dalamnya
Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku termasuk 6 (enam) bulan pertama atau lebih.
yang tidak sama dengan tahun takwim, maka
penyebutan Tahun Pajak yang bersangkutan
Contoh:
menggunakan tahun yang di dalamnya
termasuk 6 (enam) enam bulan pertama atau
lebih. a. Tahun buku 1 Juli 2008 sampai
dengan 30 Juni 2009 adalah Tahun Pajak
2008.
Contoh:

b. Tahun buku 1 Oktober 2008 sampai


a. Pembukuan 1 Juli 2002 sampai
dengan 30 September 2009 adalah
dengan 30 Juni 2003, tahun pajaknya
Tahun Pajak 2009.
adalah tahun 2002.

b. Pembukuan 1 Oktober 2002 sampai


dengan 30 September 2003, tahun
pajaknya adalah tahun 2003.

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari 7 Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas


catatan mengenai harta, kewajiban, modal, catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pembelian sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang. pajak yang terutang.

Penjelasan Penjelasan

Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pasal
Pasal 1 angka 26. Pengaturan dalam ayat ini 1 angka 29. Pengaturan dalam ayat ini
dimaksudkan agar dari pembukuan tersebut dimaksudkan agar berdasarkan pembukuan
dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. tersebut dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang.
Selain dapat dihitung besarnya Pajak
Penghasilan, pajak-pajak lainnya juga harus Selain dapat dihitung besarnya Pajak
dapat dihitung dari pembukuan tersebut. Agar Penghasilan, pajak lainnya juga harus dapat
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan dihitung dari pembukuan tersebut. Agar Pajak
atas Barang Mewah dapat dihitung dengan Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
benar maka pembukuan harus mencatat juga Barang Mewah dapat dihitung dengan benar,
jumlah harga perolehan atau nilai impor, pembukuan harus mencatat juga jumlah harga
jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual
harga jual dari barang yang dikenakan Pajak atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang
Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang
pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Mewah, jumlah pembayaran atas pemanfaatan
Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar
di dalam Daerah Pabean dan atau daerah pabean di dalam daerah pabean
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari
Pabean di dalam Daerah Pabean, jumlah Pajak luar daerah pabean di dalam daerah pabean,
Masukan yang dapat dikreditkan dan yang jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
tidak dapat dikreditkan. dan yang tidak dapat dikreditkan.

Dengan demikian pembukuan harus Dengan demikian, pembukuan harus


diselenggarakan dengan cara atau sistem diselenggarakan dengan cara atau sistem yang
yang lazim dipakai di Indonesia misalnya lazim dipakai di Indonesia, misalnya
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,
kecuali peraturan perundang-undangan kecuali peraturan perundang-undangan
perpajakan menentukan lain. perpajakan menentukan lain.
8 Pembukuan dengan menggunakan bahasa 8 Pembukuan dengan menggunakan bahasa
asing dan mata uang selain Rupiah dapat asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah
mendapat izin Menteri Keuangan. mendapat izin Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


9 Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 9 Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdiri dari data yang dikumpulkan secara (2) terdiri atas data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran atau penerimaan teratur tentang peredaran atau penerimaan
bruto dan atau penghasilan bruto sebagai bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan terutang, termasuk penghasilan yang bukan
objek pajak dan atau yang dikenakan pajak objek pajak dan/atau yang dikenai pajak
yang bersifat final. yang bersifat final.

Penjelasan Penjelasan

Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang
yang melakukan kegiatan usaha dan melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan
pekerjaan bebas meliputi peredaran atau bebas meliputi peredaran atau penerimaan
penerimaan bruto dan penerimaan bruto dan penerimaan penghasilan lainnya,
penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka sedangkan bagi mereka yang semata-mata
yang semata-mata menerima penghasilan dari menerima penghasilan dari luar usaha dan
luar usaha dan pekerjaan bebas pekerjaan bebas, pencatatannya hanya
pencatatannya hanya mengenai penghasilan mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan
bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang penghasilan neto yang merupakan objek Pajak
merupakan objek Pajak Penghasilan. Penghasilan.

Di samping itu pencatatan meliputi pula Di samping itu, pencatatan meliputi pula
penghasilan yang bukan objek pajak dan atau penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau
yang dikenakan pajak yang bersifat final. yang dikenai pajak yang bersifat final.
10 Dikecualikan dari kewajiban 10 Dihapus.
menyelenggarakan pembukuan dan
melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang tidak wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.

Penjelasan

Cukup jelas
11 Buku-buku, catatan-catatan, dokumen- 11 Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dokumen yang menjadi dasar pembukuan dasar pembukuan atau pencatatan dan
atau pencatatan dan dokumen lain wajib dokumen lain termasuk hasil pengolahan
disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di data dari pembukuan yang dikelola secara
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di elektronik atau secara program aplikasi
tempat tinggal bagi Wajib Pajak orang pribadi, on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh)
atau di tempat kedudukan bagi Wajib Pajak tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan
badan. atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi,
atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
Penjelasan
Penjelasan
Buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-
dokumen termasuk hasil pengolahan data Buku, catatan, dan dokumen termasuk yang
elektronik yang menjadi dasar pembukuan diselenggarakan secara program aplikasi on-
atau pencatatan harus disimpan selama 10 line dan hasil pengolahan data elektronik yang
(sepuluh) tahun di Indonesia, dengan maksud menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
agar apabila Direktur Jenderal Pajak akan harus disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
mengeluarkan surat ketetapan pajak, bahan Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar apabila
pembukuan atau pencatatan yang diperlukan Direktur Jenderal Pajak akan mengeluarkan
masih tetap ada dan dapat segera disediakan. surat ketetapan pajak, bahan pembukuan atau
Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan pencatatan yang diperlukan masih tetap ada
buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen- dan dapat segera disediakan. Kurun waktu 10
dokumen yang menjadi dasar pembukuan (sepuluh) tahun penyimpanan buku, catatan,
atau pencatatan adalah sesuai dengan dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan
ketentuan yang mengatur mengenai batas atau pencatatan adalah sesuai dengan
daluwarsa penetapan pajak. ketentuan yang mengatur mengenai batas
daluwarsa penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan. Penyimpanan buku, catatan, dan
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk yang
diselenggarakan secara program aplikasi on-
line harus dilakukan dengan memperhatikan
faktor keamanan, kelayakan, dan kewajaran
penyimpanan.
12 Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana 12 Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau
Keputusan Direktur Jenderal Pajak. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 29 pemeriksaan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan 1 Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan. menyelenggarakan pembukuan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


2 Dikecualikan dari kewajiban 2 Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan sebagaimana menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tetapi wajib dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib
melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang menurut atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak Pajak orang pribadi yang tidak melakukan
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
bebas.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
3 Pembukuan atau pencatatan tersebut harus 3 Pembukuan atau pencatatan tersebut harus
diselenggarakan dengan memperhatikan itikad diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad
baik dan mencerminkan keadaan atau baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
kegiatan usaha yang sebenarnya. usaha yang sebenarnya.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


4 Pembukuan atau pencatatan harus 4 Pembukuan atau pencatatan harus
diselenggarakan di Indonesia dengan diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang Indonesia atau dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan. diizinkan oleh Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


5 Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip 5 Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip
taat asas dan dengan stelsel akrual atau taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
stelsel kas. kas.

Penjelasan Penjelasan

Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama
digunakan dalam metode pembukuan dengan digunakan dalam metode pembukuan dengan
tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegah tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah
penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas
dalam metode pembukuan misalnya dalam dalam metode pembukuan misalnya dalam
penerapan: penerapan:

a. Stelsel pengakuan penghasilan; a. stelsel pengakuan penghasilan;


b. tahun buku;
b. Tahun buku; c. metode penilaian persediaan; atau
d. metode penyusutan dan amortisasi.
c. Metode penilaian persediaan;
Stelsel akrual adalah suatu metode
d. Metode penyusutan dan amortisasi
penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan
biaya diakui pada waktu terutang. Jadi, tidak
tergantung kapan penghasilan itu diterima dan
kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Stelsel akrual adalah suatu metode
penghitungan penghasilan dan biaya dalam
arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh Termasuk dalam pengertian stelsel akrual
dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi adalah pengakuan penghasilan berdasarkan
tidak tergantung kapan penghasilan itu metode persentase tingkat penyelesaian
diterima dan kapan biaya itu dibayar tunai. pekerjaan yang umumnya dipakai dalam
bidang konstruksi dan metode lain yang dipakai
dalam bidang usaha tertentu seperti build
Termasuk dalam pengertian stelsel akrual
operate and transfer (BOT) dan real estat.
adalah pengakuan penghasilan berdasarkan
metode persentase tingkat penyelesaian
pekerjaan yang umumnya dipakai di Stelsel kas adalah suatu metode yang
bidang konstruksi dan metode lainnya yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan
dipakai di bidang usaha tertentu seperti Build yang diterima dan biaya yang dibayar secara
Operate and Transfer (BOT), Real Estate, dan tunai.
lain-lain.
Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap
Stelsel kas adalah suatu metode yang sebagai penghasilan apabila benar-benar telah
penghitungannya didasarkan atas penghasilan diterima secara tunai dalam suatu periode
yang diterima dan biaya yang dibayar secara tertentu serta biaya baru dianggap sebagai
tunai. biaya apabila benar-benar telah dibayar secara
tunai dalam suatu periode tertentu.
Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap
sebagai penghasilan, bila benar-benar telah Stelsel kas biasanya digunakan oleh
diterima tunai dalam suatu periode tertentu, perusahaan kecil orang pribadi atau
serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila perusahaan jasa, misalnya transportasi,
benar-benar telah dibayar tunai dalam suatu hiburan, dan restoran yang tenggang waktu
periode tertentu. antara penyerahan jasa dan penerimaan
pembayarannya tidak berlangsung lama. Dalam
stelsel kas murni, penghasilan dari penyerahan
Stelsel kas biasanya digunakan oleh
barang atau jasa ditetapkan pada saat
perusahaan kecil orang pribadi atau
pembayaran dari pelanggan diterima dan
perusahaan jasa misalnya transportasi,
biaya-biaya ditetapkan pada saat barang, jasa,
hiburan, restoran, yang tenggang waktu
dan biaya operasi lain dibayar.
antara penyerahan jasa dan penerimaan
pembayarannya tidak berlangsung lama.
Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat
penyerahan barang atau jasa ditetapkan pada mengakibatkan penghitungan yang
saat diterimanya pembayaran dari langganan, mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu
dan biaya-biaya ditetapkan pada saat besarnya penghasilan dari tahun ke tahun
dibayarnya barang, jasa, dan biaya operasi dapat disesuaikan dengan mengatur
lainnya. penerimaan kas dan pengeluaran kas. Oleh
karena itu, untuk penghitungan Pajak
Penghasilan dalam memakai stelsel kas harus
Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat
memperhatikan hal-hal antara lain sebagai
mengakibatkan penghitungan yang
berikut.
mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu
besarnya penghasilan dari tahun ke tahun
dapat disesuaikan dengan mengatur 1) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu
penerimaan kas dan pengeluaran kas. Oleh periode harus meliputi seluruh penjualan, baik
karena itu untuk penghitungan Pajak yang tunai maupun yang bukan. Dalam
Penghasilan dalam memakai stelsel kas harus menghitung harga pokok penjualan harus
memperhatikan hal-hal antara lain sebagai diperhitungkan seluruh pembelian dan
berikut: persediaan.

1) 2) Dalam memperoleh harta yang dapat


disusutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan
Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu
dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui
periode harus meliputi seluruh penjualan, baik
penyusutan dan amortisasi.
yang tunai maupun yang bukan. Dalam
menghitung harga pokok penjualan harus
diperhitungkan seluruh pembelian dan 3) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan
persediaan. secara taat asas (konsisten).

Dengan demikian penggunaan stelsel kas untuk


tujuan perpajakan dapat juga dinamakan
stelsel campuran.
2) Dalam memperoleh harta yang dapat
disusutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan
dari penghasilan hanya dapat dilakukan
melalui penyusutan dan amortisasi.

3) Pemakaian stelsel kas harus


dilakukan secara taat asas
(konsisten).

Dengan demikian penggunaan stelsel kas


untuk tujuan perpajakan dapat juga
dinamakan stelsel campuran.
6 Perubahan terhadap metode pembukuan dan 6 Perubahan terhadap metode pembukuan
atau tahun buku, harus mendapat dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

Penjelasan Penjelasan

Pada dasarnya metode-metode pembukuan Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut
yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama harus taat asas, yaitu harus sama dengan
dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnya tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal
dalam hal penggunaan metode pengakuan penggunaan metode pengakuan penghasilan
penghasilan dan biaya (metode kas atau dan biaya (metode kas atau akrual), metode
akrual), metode penyusutan aktiva tetap, penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian
metode penilaian persediaan dan sebagainya. persediaan. Namun, perubahan metode
Namun demikian, perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat
pembukuan masih dimungkinkan dengan telah mendapat persetujuan dari Direktur
syarat telah mendapat persetujuan dari Jenderal Pajak. Perubahan metode pembukuan
Direktur Jenderal Pajak. Perubahan metode harus diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak
pembukuan harus diajukan kepada Direktur sebelum dimulainya tahun buku yang
Jenderal Pajak sebelum dimulainya tahun buku bersangkutan dengan menyampaikan alasan
yang bersangkutan dengan menyampaikan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang
alasan-alasan yang logis dan dapat diterima mungkin timbul dari perubahan tersebut.
serta akibat-akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut.
Perubahan metode pembukuan akan
mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat
Perubahan metode pembukuan akan asas yang dapat meliputi perubahan metode
mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat dari kas ke akrual atau sebaliknya atau
asas yang dapat meliputi perubahan metode perubahan penggunaan metode pengakuan
dari kas ke akrual atau sebaliknya atau penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri,
perubahan penggunaan metode pengakuan misalnya dalam metode pengakuan biaya yang
penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri. berkenaan dengan penyusutan aktiva tetap
Misalnya dalam metode pengakuan biaya yang dengan menggunakan metode penyusutan
berkenaan dengan penyusutan aktiva tetap tertentu.
dengan menggunakan metode penyusutan
tertentu.
Contoh:

Contoh:
Wajib Pajak dalam tahun 2008 menggunakan
metode penyusutan garis lurus atau straight
Wajib Pajak dalam tahun 2002 menggunakan line method. Jika dalam tahun 2009 Wajib
metode penyusutan garis lurus atau straight Pajak bermaksud mengubah metode
line method. Dalam tahun 2003 Wajib Pajak penyusutan aktiva dengan menggunakan
bermaksud mengubah metode penyusutan metode penyusutan saldo menurun atau
aktiva dengan menggunakan metode declining balance method, Wajib Pajak harus
penyusutan saldo menurun atau declining minta persetujuan terlebih dahulu kepada
balance method. Direktur Jenderal Pajak yang diajukan sebelum
dimulainya tahun buku 2009 dengan
menyebutkan alasan dilakukannya perubahan
Untuk keperluan tersebut, Wajib Pajak harus
metode penyusutan dan akibat dari perubahan
minta persetujuan terlebih dahulu kepada
tersebut.
Direktur Jenderal Pajak yang diajukan sebelum
dimulainya tahun buku 2003 dengan
menyebutkan alasan-alasan dilakukannya Selain itu, perubahan periode tahun buku juga
perubahan metode penyusutan dan akibat dari berakibat berubahnya jumlah penghasilan atau
perubahan tersebut. kerugian Wajib Pajak. Oleh karena itu,
perubahan tersebut juga harus mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
Selain itu, perubahan periode tahun buku juga
berakibat berubahnya jumlah penghasilan atau
kerugian Wajib Pajak, oleh karena itu Tahun Pajak adalah sama dengan tahun
perubahan tersebut juga harus mendapat kalender kecuali Wajib Pajak menggunakan
persetujuan Direktur Jenderal Pajak. tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender.
Tahun Pajak adalah sama dengan tahun
takwim (tahun kalender) kecuali Wajib Pajak Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku
menggunakan tahun buku yang tidak sama yang tidak sama dengan tahun kalender,
dengan tahun takwim. penyebutan Tahun Pajak yang bersangkutan
menggunakan tahun yang di dalamnya
termasuk 6 (enam) bulan pertama atau lebih.
Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku
yang tidak sama dengan tahun takwim, maka
penyebutan Tahun Pajak yang bersangkutan Contoh:
menggunakan tahun yang di dalamnya
termasuk 6 (enam) enam bulan pertama atau
a. Tahun buku 1 Juli 2008 sampai
lebih.
dengan 30 Juni 2009 adalah Tahun Pajak
2008.
Contoh:
b. Tahun buku 1 Oktober 2008 sampai
a. Pembukuan 1 Juli 2002 sampai dengan 30 September 2009 adalah
dengan 30 Juni 2003, tahun pajaknya Tahun Pajak 2009.
adalah tahun 2002.

b. Pembukuan 1 Oktober 2002 sampai


dengan 30 September 2003, tahun
pajaknya adalah tahun 2003.

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari 7 Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas


catatan mengenai harta, kewajiban, modal, catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pembelian sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang. pajak yang terutang.

Penjelasan Penjelasan

Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pasal
Pasal 1 angka 26. Pengaturan dalam ayat ini 1 angka 29. Pengaturan dalam ayat ini
dimaksudkan agar dari pembukuan tersebut dimaksudkan agar berdasarkan pembukuan
dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. tersebut dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang.
Selain dapat dihitung besarnya Pajak
Penghasilan, pajak-pajak lainnya juga harus Selain dapat dihitung besarnya Pajak
dapat dihitung dari pembukuan tersebut. Agar Penghasilan, pajak lainnya juga harus dapat
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan dihitung dari pembukuan tersebut. Agar Pajak
atas Barang Mewah dapat dihitung dengan Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
benar maka pembukuan harus mencatat juga Barang Mewah dapat dihitung dengan benar,
jumlah harga perolehan atau nilai impor, pembukuan harus mencatat juga jumlah harga
jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual
harga jual dari barang yang dikenakan Pajak atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang
Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang
pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Mewah, jumlah pembayaran atas pemanfaatan
Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar
di dalam Daerah Pabean dan atau daerah pabean di dalam daerah pabean
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari
Pabean di dalam Daerah Pabean, jumlah Pajak luar daerah pabean di dalam daerah pabean,
Masukan yang dapat dikreditkan dan yang jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
tidak dapat dikreditkan. dan yang tidak dapat dikreditkan.

Dengan demikian pembukuan harus Dengan demikian, pembukuan harus


diselenggarakan dengan cara atau sistem yang diselenggarakan dengan cara atau sistem yang
lazim dipakai di Indonesia misalnya lazim dipakai di Indonesia, misalnya
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,
kecuali peraturan perundang-undangan kecuali peraturan perundang-undangan
perpajakan menentukan lain. perpajakan menentukan lain.
8 Pembukuan dengan menggunakan bahasa 8 Pembukuan dengan menggunakan bahasa
asing dan mata uang selain Rupiah dapat asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah
mendapat izin Menteri Keuangan. mendapat izin Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


9 Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 9 Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdiri dari data yang dikumpulkan secara (2) terdiri atas data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran atau penerimaan teratur tentang peredaran atau penerimaan
bruto dan atau penghasilan bruto sebagai bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan terutang, termasuk penghasilan yang bukan
objek pajak dan atau yang dikenakan pajak objek pajak dan/atau yang dikenai pajak
yang bersifat final. yang bersifat final.

Penjelasan Penjelasan

Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang
yang melakukan kegiatan usaha dan melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan
pekerjaan bebas meliputi peredaran atau bebas meliputi peredaran atau penerimaan
penerimaan bruto dan penerimaan bruto dan penerimaan penghasilan lainnya,
penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka sedangkan bagi mereka yang semata-mata
yang semata-mata menerima penghasilan dari menerima penghasilan dari luar usaha dan
luar usaha dan pekerjaan bebas pekerjaan bebas, pencatatannya hanya
pencatatannya hanya mengenai penghasilan mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan
bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang penghasilan neto yang merupakan objek Pajak
merupakan objek Pajak Penghasilan. Penghasilan.

Di samping itu pencatatan meliputi pula Di samping itu, pencatatan meliputi pula
penghasilan yang bukan objek pajak dan atau penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau
yang dikenakan pajak yang bersifat final. yang dikenai pajak yang bersifat final.
10 Dikecualikan dari kewajiban 10 Dihapus.
menyelenggarakan pembukuan dan
melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang tidak wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.
Penjelasan

Cukup jelas
11 Buku-buku, catatan-catatan, dokumen- 11 Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dokumen yang menjadi dasar pembukuan dasar pembukuan atau pencatatan dan
atau pencatatan dan dokumen lain wajib dokumen lain termasuk hasil pengolahan
disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di data dari pembukuan yang dikelola secara
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di elektronik atau secara program aplikasi
tempat tinggal bagi Wajib Pajak orang pribadi, on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh)
atau di tempat kedudukan bagi Wajib Pajak tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan
badan. atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi,
atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
Penjelasan
Penjelasan
Buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-
dokumen termasuk hasil pengolahan data Buku, catatan, dan dokumen termasuk yang
elektronik yang menjadi dasar pembukuan diselenggarakan secara program aplikasi on-
atau pencatatan harus disimpan selama 10 line dan hasil pengolahan data elektronik yang
(sepuluh) tahun di Indonesia, dengan maksud menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
agar apabila Direktur Jenderal Pajak akan harus disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
mengeluarkan surat ketetapan pajak, bahan Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar apabila
pembukuan atau pencatatan yang diperlukan Direktur Jenderal Pajak akan mengeluarkan
masih tetap ada dan dapat segera disediakan. surat ketetapan pajak, bahan pembukuan atau
Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan pencatatan yang diperlukan masih tetap ada
buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen- dan dapat segera disediakan. Kurun waktu 10
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau (sepuluh) tahun penyimpanan buku, catatan,
pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan
yang mengatur mengenai batas daluwarsa atau pencatatan adalah sesuai dengan
penetapan pajak. ketentuan yang mengatur mengenai batas
daluwarsa penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan. Penyimpanan buku, catatan, dan
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk yang
diselenggarakan secara program aplikasi on-
line harus dilakukan dengan memperhatikan
faktor keamanan, kelayakan, dan kewajaran
penyimpanan.
12 Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana 12 Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau
Keputusan Direktur Jenderal Pajak. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 29a pemeriksaan analisis resiko

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Tidak ada Terhadap Wajib Pajak badan yang pernyataan
pendaftaran emisi sahamnya telah dinyatakan
efektif oleh badan pengawas pasar modal dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan
dilampiri Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh
Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian yang:

a.Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak


menyatakan lebih bayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17B; atau

b.terpilih untuk diperiksa berdasarkan analisis risiko

Penjelasan

Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan


fasilitas kepada Wajib Pajak yang mendaftarkan
sahamnya di bursa efek, yaitu dalam hal Wajib
Pajak dilakukan pemeriksaan, pemeriksaannya
dapat melalui Pemeriksaan Kantor. Dengan
Pemeriksaan Kantor, proses pemeriksaan menjadi
lebih sederhana dan cepat penyelesaiannya
sehingga Wajib Pajak semakin cepat mendapatkan
kepastian hukum, dibandingkan melalui
Pemeriksaan Lapangan.

Mengingat pemeriksaan dapat dilakukan melalui


Pemeriksaan Kantor dan jangka waktu
pemeriksaannya cukup singkat, Direktur Jenderal
Pajak melalui Wajib Pajak dapat meminta kertas
kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 30 penyegelan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan
penyegelan tempat atau ruangan tertentu, bila penyegelan tempat atau ruangan tertentu serta
Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban barang bergerak dan/atau tidak bergerak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban
huruf b. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3)
huruf b.
Penjelasan
Penjelasan
Terhadap orang atau badan yang pada saat
dilakukan pemeriksaan tidak bersedia memberi Dalam pemeriksaan dapat ditemukan adanya Wajib
kesempatan kepada petugas pemeriksa untuk Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang diatur
memasuki tempat-tempat/ruangan-ruangan dalam Pasal 29 ayat (3) huruf b, yakni tidak
tertentu yang diduga disimpan di dalamnya memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk
pembukuan, dokumen-dokumen, dan catatan- memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu
catatan, sehingga pembukuan, dokumen-dokumen, dan memberi bantuan guna kelancaran
dan catatan-catatan yang diperlukan tidak dapat pemeriksaan. Keadaan tersebut dapat disebabkan
diperoleh, maka Wajib Pajak dianggap oleh berbagai hal, misalnya, Wajib Pajak tidak
menghalang-halangi pelaksanaan pemungutan berada di tempat atau sengaja tidak memberikan
pajak. kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki
tempat atau ruang yang dipandang perlu dan tidak
memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
Dalam hal demikian Direktur Jenderal Pajak diberi
wewenang untuk melakukan tindakan penyegelan
tempat atau ruangan-ruangan tertentu yang Wajib Pajak yang pada saat dilakukan pemeriksaan
diperkirakan sebagai tempat penyimpanan tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk
pembukuan, catatan-catatan, dan dokumen-
dokumen guna mengamankan atau mencegah
memasuki tempat, ruang, dan barang bergerak
hilangnya pembukuan, catatan-catatan, dan
dan/atau tidak bergerak, serta mengakses data
dokumen-dokumen tersebut.
yang dikelola secara elektronik atau tidak memberi
bantuan guna kelancaran pemeriksaan dianggap
menghalangi pelaksanaan pemeriksaan.

Dalam hal demikian, untuk memperoleh buku,


catatan, dokumen termasuk data yang dikelola
secara elektronik dan benda-benda lain yang dapat
memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas Wajib Pajak yang diperiksa
dipandang perlu memberi kewenangan kepada
Direktur Jenderal Pajak yang dilaksanakan oleh
pemeriksa untuk melakukan penyegelan terhadap
tempat, ruang, dan barang bergerak dan/atau tidak
bergerak.

Penyegelan merupakan upaya terakhir pemeriksa


untuk memperoleh atau mengamankan buku,
catatan, dokumen termasuk data yang dikelola
secara elektronik, dan benda-benda lain yang dapat
memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas Wajib Pajak yang diperiksa agar
tidak dipindahkan, dihilangkan, dimusnahkan,
diubah, dirusak, ditukar, atau dipalsukan.

Penyegelan data elektronik dilakukan sepanjang


tidak menghentikan kelancaran kegiatan operasional
perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat.
Tidak ada Tata cara penyegelan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

a
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Pasal 31 tata cara pemeriksaan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Tata cara pemeriksaan diatur dengan Keputusan 1 Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau
Menteri Keuangan. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas

Tidak ada 2 Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) di antaranya mengatur tentang
pemeriksaan ulang, jangka waktu
pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada
Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
dalam batas waktu yang ditentukan.

Penjelasan

Untuk lebih memberikan keseimbangan hak kepada


Wajib Pajak dalam menanggapi temuan hasil
pemeriksaan, dalam tata cara pemeriksaan
tersebut, antara lain, mengatur kewajiban
menyampaikan surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan kepada Wajib Pajak dan memberikan
hak Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang
ditentukan. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir
dalam batas waktu yang ditentukan, hasil
pemeriksaan ditindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Tidak ada 3 Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan Wajib
Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) sehingga
penghitungan penghasilan kena pajak
dilakukan secara jabatan, Direktur Jenderal
Pajak wajib menyampaikan surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada
Wajib Pajak dan memberikan hak kepada
Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang
ditentukan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 32 wakil wajib pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Dalam menjalankan hak dan memenuhi 1 Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai
kewajiban menurut ketentuan peraturan dengan ketentuan peraturan perundang-
perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam
diwakili, dalam hal : hal:

a.badan oleh pengurus; a.badan oleh pengurus;

b.badan dalam pembubaran atau pailit oleh b.badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
orang atau badan yang dibebani untuk
melakukan pemberesan;
c.badan dalam pembubaran oleh orang atau
badan yang ditugasi untuk melakukan
c.suatu warisan yang belum terbagi oleh salah pemberesan;
seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau
yang mengurus harta peninggalannya;
badan dalam likuidasi oleh likuidator;

d.anak yang belum dewasa atau orang yang


c.suatu warisan yang belum terbagi oleh salah
berada dalam pengampuan oleh wali atau seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau
pengampunya. yang mengurus harta peninggalannya; atau

Penjelasan d.anak yang belum dewasa atau orang yang


berada dalam pengampuan oleh wali atau
pengampunya.
Dalam Undang-undang ini ditentukan siapa yang
menjadi wakil untuk melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak terhadap Penjelasan
badan, badan dalam pembubaran, warisan yang
belum dibagi, dan anak yang belum dewasa atau
Dalam Undang-Undang ini ditentukan siapa yang
orang yang berada dalam pengampuan. Bagi
menjadi wakil untuk melaksanakan hak dan
Wajib Pajak tersebut perlu ditentukan siapa yang
kewajiban perpajakan Wajib Pajak terhadap
menjadi wakil atau kuasanya, oleh karena mereka
badan, badan yang dinyatakan pailit, badan
tidak dapat atau tidak mungkin melakukan sendiri
dalam pembubaran, badan dalam likuidasi,
tindakan hukum tersebut.
warisan yang belum dibagi, dan anak yang belum
dewasa atau orang yang berada dalam
pengampuan. Bagi Wajib Pajak tersebut perlu
ditentukan siapa yang menjadi wakil atau
kuasanya karena mereka tidak dapat atau tidak
mungkin melakukan sendiri tindakan hukum
tersebut.
2 Wakil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) 2 Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggungjawab secara pribadi dan atau bertanggungjawab secara pribadi dan/atau
secara renteng atas pembayaran pajak yang secara renteng atas pembayaran pajak yang
terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan
meyakinkan Direktur Jenderal Pajak, bahwa meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa
mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak
mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas
pajak yang terutang tersebut. pajak yang terutang tersebut.

Penjelasan Penjelasan

Ayat ini menegaskan bahwa wakil dari Wajib Ayat ini menegaskan bahwa wakil Wajib Pajak
Pajak yang diatur dalam Undang-undang ini yang diatur dalam Undang-Undang ini
bertanggungjawab secara pribadi atau secara bertanggung jawab secara pribadi atau secara
renteng atas pembayaran pajak yang terutang. renteng atas pembayaran pajak yang terutang.

Pengecualian dapat dipertimbangkan oleh Pengecualian dapat dipertimbangkan oleh


Direktur Jenderal Pajak apabila wakil Wajib Pajak Direktur Jenderal Pajak apabila wakil Wajib Pajak
dapat membuktikan dan meyakinkan bahwa dapat membuktikan dan meyakinkan bahwa
dalam kedudukannya, menurut kewajaran dan dalam kedudukannya, menurut kewajaran dan
kepatutan tidak mungkin dimintakan kepatutan, tidak mungkin dimintai
pertanggungjawaban secara pribadi atau secara pertanggungjawaban.
renteng.
3 Orang pribadi atau badan dapat menunjuk 3 Orang pribadi atau badan dapat menunjuk
seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
menurut ketentuan peraturan perundang- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. undangan perpajakan.

Penjelasan Penjelasan

Ayat ini memberikan kelonggaran dan Ayat ini memberikan kelonggaran dan
kesempatan bagi Wajib Pajak untuk minta kesempatan bagi Wajib Pajak untuk meminta
bantuan pihak lain yang memahami masalah bantuan pihak lain yang memahami masalah
perpajakan sebagai kuasanya, untuk dan atas perpajakan sebagai kuasanya, untuk dan atas
namanya membantu melaksanakan hak dan namanya, membantu melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak. kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Bantuan tersebut meliputi pelaksanaan Bantuan tersebut meliputi pelaksanaan kewajiban


kewajiban formal dan materiil serta pemenuhan
hak Wajib Pajak yang ditentukan dalam peraturan
formal dan material serta pemenuhan hak Wajib
perundang-undangan perpajakan.
Pajak yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Yang dimaksud dengan kuasa adalah orang yang


menerima kuasa khusus dari Wajib Pajak untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakan tertentu dari Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
3a Kuasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) 3a Persyaratan serta pelaksanaan hak dan
harus memenuhi persyaratan yang kewajiban kuasa sebagaimana dimaksud pada
ditetapkan dengan Keputusan Menteri ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan
Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


4 Termasuk dalam pengertian pengurus 4 Termasuk dalam pengertian pengurus
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
adalah orang yang nyata-nyata mempunyai adalah orang yang nyata-nyata mempunyai
wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan wewenang ikut menentukan kebijaksanaan
atau mengambil keputusan dalam menjalankan dan/atau mengambil keputusan dalam
perusahaan. menjalankan perusahaan.

Penjelasan Penjelasan

Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang
dalam menentukan kebijaksanaan dan atau dalam menentukan kebijaksanaan dan/atau
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan mengambil keputusan dalam rangka menjalankan
kegiatan perusahaan, misalnya berwenang kegiatan perusahaan, misalnya berwenang
menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani kontrak dengan pihak ketiga,
menandatangani cek, dan sebagainya, walaupun menandatangani cek, dan sebagainya walaupun
orang tersebut tidak tercantum namanya dalam orang tersebut tidak tercantum namanya dalam
susunan pengurus yang tertera dalam akte susunan pengurus yang tertera dalam akte
pendirian maupun akte perubahan, termasuk pendirian maupun akte perubahan, termasuk
dalam pengertian pengurus. Ketentuan dalam dalam pengertian pengurus. Ketentuan dalam
ayat ini berlaku pula bagi Komisaris dan ayat ini berlaku pula bagi komisaris dan
pemegang saham mayoritas atau pengendali. pemegang saham mayoritas atau pengendali.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 33 tanggung renteng konsumen ppn

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Dihapus.
Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya bertanggungjawab secara renteng
atas pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat
menunjukkan bukti bahwa pajak telah dibayar.

Penjelasan
Sesuai dengan prinsip beban pembayaran pajak
untuk Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah
pada pembeli atau konsumen barang atau
penerima jasa. Oleh karena itu sudah seharusnya
apabila pembeli atau konsumen barang dan
penerima jasa bertanggung jawab renteng atas
pembayaran pajak yang terutang apabila ternyata
bahwa pajak yang terutang tersebut tidak
dapat ditagih kepada penjual atau pemberi jasa
dan pembeli atau penerima jasa tidak dapat
menunjukkan bukti telah melakukan pembayaran
pajak kepada penjual atau pemberi jasa.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 34 larangan pejabat

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada 1 Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada
pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau
diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam
rangka jabatan atau pekerjaannya untuk rangka jabatan atau pekerjaannya untuk
menjalankan ketentuan peraturan perundang- menjalankan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. undangan perpajakan.

Penjelasan Penjelasan

Setiap pejabat baik petugas pajak maupun Setiap pejabat, baik petugas pajak maupun
mereka yang melakukan tugas di bidang mereka yang melakukan tugas di bidang
perpajakan, dilarang mengungkapkan perpajakan dilarang mengungkapkan kerahasiaan
kerahasiaan Wajib Pajak yang menyangkut Wajib Pajak yang menyangkut masalah
masalah perpajakan, antara lain: perpajakan, antara lain:

a.Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan a.Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan
lain-lain yang dilaporkan oleh Wajib Pajak; lain-lain yang Surat dilaporkan oleh Wajib Pajak;

b.data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan b.data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan
pemeriksaan; pemeriksaan;

c.dokumen dan atau data yang diperoleh dari c.dokumen dan/atau data yang diperoleh dari
pihak ketiga yang bersifat rahasia; pihak ketiga yang bersifat rahasia;

d.dokumen dan atau rahasia Wajib Pajak sesuai d.dokumen dan/atau rahasia Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkenaan. undangan yang berkenaan.

2 Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) 2 Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk
oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu
dalam pelaksanaan ketentuan peraturan dalam pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. perundang-undangan perpajakan.

Penjelasan Penjelasan

Para ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, Para ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, dan
pengacara, dan sebagainya yang ditunjuk oleh pengacara yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Direktur Jenderal Pajak untuk membantu Pajak untuk membantu pelaksanaan undang-
pelaksanaan undang-undang perpajakan, adalah undang perpajakan adalah sama dengan petugas
sama dengan petugas pajak yang dilarang pula pajak yang dilarang pula untuk mengungkapkan
untuk mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak kerahasiaan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). pada ayat (1).
2a Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana 2a Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) adalah : dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:

a.Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai a.pejabat dan tenaga ahli yang bertindak
saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan. sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang
pengadilan; atau
b.Pejabat dan tenaga ahli yang memberikan
keterangan kepada pihak lain yang b.pejabat dan/atau tenaga ahli yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. ditetapkan Menteri Keuangan untuk
memberikan keterangan kepada pejabat
lembaga negara atau instansi Pemerintah
Penjelasan
yang berwenang melakukan pemeriksaan
dalam bidang keuangan negara.
Yang dimaksud dengan pihak lain antara lain
lembaga negara atau instansi pemerintah yang
Penjelasan
berwenang melakukan pemeriksaan di bidang
keuangan negara. Dalam pengertian keterangan
yang dapat diberitahukan, antara lain identitas Keterangan yang dapat diberitahukan adalah
Wajib Pajak dan informasi yang bersifat umum identitas Wajib Pajak dan informasi yang bersifat
tentang perpajakan. umum tentang perpajakan.

Identitas Wajib Pajak meliputi:

1. nama Wajib Pajak;

2. Nomor Pokok Wajib Pajak;

3. alamat Wajib Pajak;

4. alamat kegiatan usaha;

5. merek usaha; dan/atau

6. kegiatan usaha Wajib Pajak.

Informasi yang bersifat umum tentang


perpajakan meliputi:

a. penerimaan pajak secara nasional;


b. penerimaan pajak per Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak dan/atau per
Kantor Pelayanan Pajak;

c. penerimaan pajak per jenis pajak;

d. penerimaan pajak per klasifikasi


lapangan usaha;

e. jumlah Wajib Pajak dan/atau Pengusaha


Kena Pajak terdaftar;

f. register permohonan Wajib Pajak;

g. tunggakan pajak secara nasional;


dan/atau
h. tunggakan pajak per Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak dan/atau per
Kantor Pelayanan Pajak.
3 Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan 3 Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan
berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga
tenaga-tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ayat (2) supaya memberikan keterangan, supaya memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang
Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuknya. Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.

Penjelasan Penjelasan

Untuk kepentingan negara, misalnya dalam Untuk kepentingan negara, misalnya dalam
rangka penyidikan, penuntutan atau dalam rangka penyidikan, penuntutan, atau dalam
rangka mengadakan kerja sama dengan instansi rangka mengadakan kerja sama dengan instansi
pemerintah lainnya, keterangan atau bukti tertulis pemerintah lain, keterangan atau bukti tertulis
dari atau tentang Wajib Pajak dapat diberikan dari atau tentang Wajib Pajak dapat diberikan
atau diperlihatkan kepada pihak tertentu yang atau diperlihatkan kepada pihak tertentu yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan. ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

Dalam surat izin yang diterbitkan oleh Menteri Dalam surat izin yang diterbitkan oleh Menteri
Keuangan harus dicantumkan nama Wajib Pajak, Keuangan harus dicantumkan nama Wajib Pajak,
nama pihak yang ditunjuk dan nama pejabat atau nama pihak yang ditunjuk, dan nama pejabat,
ahli atau tenaga ahli yang diizinkan untuk ahli, atau tenaga ahli yang diizinkan untuk
memberikan keterangan atau memperlihatkan memberikan keterangan atau memperlihatkan
bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak. bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak.
Pemberian izin tersebut dilakukan secara terbatas Pemberian izin tersebut dilakukan secara terbatas
dalam hal-hal yang dipandang perlu oleh Menteri dalam hal-hal yang dipandang perlu oleh Menteri
Keuangan. Keuangan.
4 Untuk kepentingan pemeriksaan di Pengadilan 4 Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan
dalam perkara pidana atau perdata atas dalam perkara pidana atau perdata, atas
permintaan Hakim sesuai dengan Hukum Acara permintaan Hakim sesuai dengan Hukum Acara
Pidana dan Hukum Acara Perdata, Menteri Pidana dan Hukum Acara Perdata, Menteri
Keuangan dapat memberi izin tertulis untuk Keuangan dapat memberi izin tertulis kepada
meminta kepada pejabat sebagaimana dimaksud pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dalam ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada
dimaksud dalam ayat (2), bukti tertulis dan ayat (2), untuk memberikan dan
keterangan Wajib Pajak yang ada padanya. memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan
Wajib Pajak yang ada padanya.
Penjelasan
Penjelasan
Untuk melaksanakan pemeriksaan di sidang
pengadilan dalam perkara pidana atau perdata Untuk melaksanakan pemeriksaan pada sidang
yang berhubungan dengan masalah perpajakan, pengadilan dalam perkara pidana atau perdata
demi kepentingan peradilan Menteri Keuangan yang berhubungan dengan masalah perpajakan,
memberikan izin pembebasan atas kewajiban demi kepentingan peradilan, Menteri Keuangan
kerahasiaan kepada pejabat pajak dan para ahli memberikan izin pembebasan atas kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat kerahasiaan kepada pejabat pajak dan para ahli
(2), atas permintaan tertulis Hakim ketua sidang. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) atas permintaan tertulis hakim ketua sidang.
5 Permintaan Hakim sebagaimana dimaksud dalam 5 Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), harus menyebutkan nama tersangka ayat (4) harus menyebutkan nama tersangka
atau nama tergugat, keterangan-keterangan yang atau nama tergugat, keterangan yang diminta,
diminta serta kaitan antara perkara pidana atau serta kaitan antara perkara pidana atau perdata
perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang bersangkutan dengan keterangan yang
yang diminta tersebut. diminta.

Penjelasan Penjelasan

Maksud dari ayat ini adalah merupakan Ayat ini merupakan pembatasan dan penegasan
pembatasan dan penegasan, bahwa keterangan bahwa keterangan perpajakan yang diminta
perpajakan yang diminta tersebut adalah hanya hanya mengenai perkara pidana atau perdata
mengenai perkara pidana atau perdata tentang tentang perbuatan atau peristiwa yang
perbuatan atau peristiwa yang menyangkut menyangkut bidang perpajakan dan hanya
bidang perpajakan dan hanya terbatas pada terbatas pada tersangka yang bersangkutan.
tersangka yang bersangkutan.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 35 kewajiban memberikan keterangan atau bukti

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan 1 Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperlukan perundang-undangan perpajakan diperlukan
keterangan, atau bukti dari bank, akuntan publik, keterangan atau bukti dari bank, akuntan publik,
notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan notaris, konsultan pajak, kantor administrasi,
pihak ketiga lainnya, yang mempunyai hubungan dan/atau pihak ketiga lainnya, yang mempunyai
dengan Wajib Pajak yang diperiksa atau disidik, hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan
atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal pemeriksaan pajak, penagihan pajak, atau
Pajak, pihak-pihak tersebut wajib memberikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas
keterangan atau bukti yang diminta. permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak,
pihak-pihak tersebut wajib memberikan keterangan
atau bukti yang diminta.
Penjelasan

Penjelasan
Untuk menjalankan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, atas permintaan
tertulis Direktur Jenderal Pajak, pihak ketiga yaitu Untuk menjalankan ketentuan peraturan
bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, perundang-undangan perpajakan, atas permintaan
kantor administrasi, dan pihak ketiga lainnya yang tertulis Direktur Jenderal Pajak, pihak ketiga yaitu
mempunyai hubungan dengan kegiatan usaha bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak,
Wajib Pajak yang diperiksa atau disidik, harus kantor administrasi, dan pihak ketiga lainnya yang
memberikan keterangan atau bukti-bukti yang mempunyai hubungan dengan kegiatan usaha
diminta pejabat Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan pajak atau
penagihan pajak atau penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan harus memberikan keterangan
atau bukti-bukti yang diminta.

Yang dimaksud dengan “konsultan pajak” adalah


setiap orang yang dalam lingkungan pekerjaannya
secara bebas memberikan jasa konsultasi kepada
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2 Dalam hal pihak-pihak sebagaimana pada ayat (1) 2 Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud
terikat oleh kewajiban merahasiakan, untuk pada ayat (1) terikat oleh kewajiban merahasiakan,
keperluan pemeriksaan atau penyidikan pajak, untuk keperluan pemeriksaan, penagihan pajak,
kewajiban merahasiakan tersebut ditiadakan, atau penyidikan tindak pidana di bidang
kecuali untuk bank kewajiban merahasiakan perpajakan, kewajiban merahasiakan tersebut
ditiadakan atas perintah tertulis dari Menteri ditiadakan, kecuali untuk bank, kewajiban
Keuangan. merahasiakan ditiadakan atas permintaan tertulis
dari Menteri Keuangan.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Untuk kepentingan perpajakan, pimpinan Bank
Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan
berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada
bank agar memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-
surat mengenai keadaan keuangan nasabah
penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.
3 Tidak ada 3 Tata cara permintaan keterangan atau bukti
dari pihak-pihak yang terikat oleh kewajiban
merahasiakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 35a kewajiban memberikan data dan informasi

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Tidak ada 1 Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi,
dan pihak lain, wajib memberikan data dan
informasi yang berkaitan dengan perpajakan
kepada Direktorat Jenderal Pajak yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).

Penjelasan

Dalam rangka pengawasan kepatuhan pelaksanaan


kewajiban perpajakan sebagai konsekuensi
penerapan sistem self assessment, data dan
informasi yang berkaitan dengan perpajakan yang
bersumber dari instansi pemerintah, lembaga,
asosiasi, dan pihak lain sangat diperlukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak. Data dan informasi
dimaksud adalah data dan informasi orang pribadi
atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan
atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau
kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi
mengenai nasabah debitur, data transaksi
keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, serta
laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha
yang disampaikan kepada instansi lain di luar
Direktorat Jenderal Pajak.

Dalam rangka pelaksanaan ketentuan ini, sumber,


jenis, dan tata cara penyampaian data dan
informasi kepada Direktorat Jenderal Pajak diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
2 Tidak ada 2 Dalam hal data dan informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak mencukupi, Direktur
Jenderal Pajak berwenang menghimpun data
dan informasi untuk kepentingan penerimaan
negara yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
Penjelasan

Apabila data dan informasi yang berkaitan dengan


perpajakan yang diberikan oleh instansi
pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain
belum mencukupi, untuk kepentingan penerimaan
negara, Direktur Jenderal Pajak dapat menghimpun
data dan informasi yang berkaitan dengan
perpajakan sehubungan dengan terjadinya suatu
peristiwa yang diperkirakan berkaitan dengan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
dengan memperhatikan ketentuan tentang
kerahasiaan atas data dan informasi dimaksud.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 36 pengurangan atau pembatalan jabatan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Direktur Jenderal Pajak dapat : 1 Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas
permohonan Wajib Pajak dapat:
a. mengurangkan atau menghapuskan
sanksi administrasi berupa bunga, denda, a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi
dan kenaikan yang terutang menurut administrasi berupa bunga, denda, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan kenaikan yang terutang sesuai dengan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut ketentuan peraturan perundang-undangan
dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak perpajakan dalam hal sanksi tersebut
atau bukan karena kesalahannya; dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau
b. mengurangkan atau membatalkan bukan karena kesalahannya;
ketetapan pajak yang tidak benar. b. mengurangkan atau membatalkan surat
ketetapan pajak yang tidak benar;
Penjelasan
c. mengurangkan atau membatalkan Surat
Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud
Dapat saja terjadi dalam praktek, bahwa sanksi dalam Pasal 14 yang tidak benar; atau
administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak,
karena ketidaktelitian petugas pajak dapat d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak
membebani Wajib Pajak yang tidak bersalah atau atau surat ketetapan pajak dari
tidak memahami peraturan perpajakan. Dalam hal hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
yang demikian, sanksi administrasi berupa bunga,
denda, dan kenaikan yang telah ditetapkan dapat
dihapuskan atau dikurangkan oleh Direktur 1. penyampaian surat pemberitahuan hasil
Jenderal Pajak. pemeriksaan; atau

2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan


Demikian juga Direktur Jenderal Pajak karena dengan Wajib Pajak.
jabatannya, dan berlandaskan unsur keadilan
dapat mengurangkan atau membatalkan
Ketetapan Pajak yang tidak benar, misalnya Wajib Penjelasan
Pajak yang ditolak pengajuan keberatannya
karena tidak memenuhi persyaratan formal Dalam praktik dapat ditemukan sanksi administrasi
(memasukkan Surat Keberatan tidak pada yang dikenakan kepada Wajib Pajak tidak tepat
waktunya) meskipun persyaratan material karena ketidaktelitian petugas pajak yang dapat
terpenuhi. membebani Wajib Pajak yang tidak bersalah atau
tidak memahami peraturan perpajakan. Dalam hal
demikian, sanksi administrasi berupa bunga,
denda, dan kenaikan yang telah ditetapkan dapat
dihapuskan atau dikurangkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.

Selain itu, Direktur Jenderal Pajak karena


jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dan
berlandaskan unsur keadilan dapat mengurangkan
atau membatalkan surat ketetapan pajak yang
tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang ditolak
pengajuan keberatannya karena tidak memenuhi
persyaratan formal (memasukkan surat keberatan
tidak pada waktunya) meskipun persyaratan
material terpenuhi.

Demikian juga, atas Surat Tagihan Pajak yang tidak


benar dapat dilakukan pengurangan atau
pembatalan oleh Direktur Jenderal Pajak karena
jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak.

Dalam rangka memberikan keadilan dan


melindungi hak Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Pajak atas kewenangannya atau atas permohonan
Wajib Pajak dapat membatalkan hasil pemeriksaan
pajak yang dilaksanakan tanpa penyampaian surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan atau tanpa
dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan
dengan Wajib Pajak. Namun, dalam hal Wajib Pajak
tidak hadir dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan, permohonan Wajib Pajak tidak dapat
dipertimbangkan.
Tidak ada 1a Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, huruf b, dan huruf c hanya dapat
diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua)
kali.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak ada 1b Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak
1 (satu) kali.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak Ada 1c Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling
lama 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima,
harus memberi keputusan atas permohonan
yang diajukan.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak Ada 1d Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1c) telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dianggap dikabulkan.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak Ada 1e Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk
menolak atau mengabulkan sebagian permohonan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1c).

Penjelasan

Cukup jelas
2 Tata cara pengurangan, penghapusan, atau 2 Ketentuan pelaksanaan ayat (1), ayat (1a),
pembatalan utang pajak sebagaimana dimaksud ayat (1b), ayat (1c), ayat (1d), dan ayat (1e)
dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan Menteri diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Keuangan. Menteri Keuangan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Pasal 36a sanksi pegawai menetapan pajak tidak sesuai uu

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Apabila petugas pajak dalam menghitung atau 1 Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau
menetapkan pajak tidak sesuai dengan Undang- dengan sengaja menghitung atau menetapkan
undang perpajakan yang berlaku sehingga pajak tidak sesuai dengan ketentuan undang-
merugikan negara, maka petugas pajak yang undang perpajakan dikenai sanksi sesuai dengan
bersangkutan dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Penjelasan

Penjelasan
Dalam rangka mengamankan penerimaan negara
dan meningkatkan profesionalisme pegawai pajak
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada dalam melaksanakan ketentuan undang-undang
Wajib Pajak dan meningkatkan kemampuan perpajakan, terhadap pegawai pajak yang dengan
petugas pajak maka terhadap petugas pajak yang sengaja menghitung atau menetapkan pajak yang
menghitung atau menetapkan pajak yang tidak tidak sesuai dengan undang-undang sehingga
sesuai dengan Undang-undang perpajakan yang mengakibatkan kerugian pada pendapatan negara
berlaku sehingga menimbulkan kerugian negara, dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2 Tidak ada 2 Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya
dengan sengaja bertindak di luar
kewenangannya yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, dapat
diadukan ke unit internal Departemen
Keuangan yang berwenang melakukan
pemeriksaan dan investigasi dan apabila terbukti
melakukannya dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan

Ayat ini mengatur pelanggaran yang dilakukan


pegawai pajak, misalnya apabila pegawai pajak
melakukan pelanggaran di bidang kepegawaian,
pegawai pajak dapat diadukan karena telah
melanggar peraturan perundang-undangan di
bidang kepegawaian. Apabila pegawai pajak
dianggap melakukan tindak pidana, pegawai pajak
dapat diadukan karena telah melakukan tindak
pidana. Demikian juga, apabila pegawai pajak
melakukan tindak pidana korupsi, pegawai pajak
dapat diadukan karena melakukan tindak pidana
korupsi.

Dalam keadaan demikian, Wajib Pajak dapat


mengadukan pelanggaran yang dilakukan pegawai
pajak tersebut kepada unit internal Departemen
Keuangan.
3 Tidak ada 3 Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya
terbukti melakukan pemerasan dan
pengancaman kepada Wajib Pajak untuk
menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum
diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.

Penjelasan

Cukup jelas
4 Tidak ada 4 Pegawai pajak yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri secara melawan
hukum dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang untuk
memberikan sesuatu, untuk membayar atau
menerima pembayaran, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri,
diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dan perubahannya.

Penjelasan

Cukup jelas
5 Tidak ada 5 Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara
perdata maupun pidana, apabila dalam
melaksanakan tugasnya didasarkan pada iktikad
baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Penjelasan

Pegawai pajak dalam melaksanakan tugasnya


dianggap berdasarkan iktikad baik apabila pegawai
pajak tersebut dalam melaksanakan tugasnya tidak
untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri,
keluarga, kelompok, dan/atau tindakan lain yang
berindikasi korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme.
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Pasal 36b kode etik

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Tidak ada 1 Menteri Keuangan berkewajiban untuk membuat
kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak.

Penjelasan

Cukup jelas
2 Tidak ada 2 Pegawai Direktorat Jenderal Pajak wajib
mematuhi kode etik pegawai Direktorat Jenderal
Pajak.

Penjelasan

Cukup jelas
3 Tidak ada 3 Pengawasan pelaksanaan dan penampungan
pengaduan pelanggaran kode etik pegawai
Direktorat Jenderal Pajak dilaksanakan oleh Komite
Kode Etik yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 36c komite pengawas perpajakan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Tidak ada Menteri Keuangan membentuk komite pengawas
perpajakan, yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 36d pemberian dan pemanfaatan insentif

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Tidak ada 1 Direktorat Jenderal Pajak dapat diberi insentif atas
dasar pencapaian kinerja tertentu.

Penjelasan

Cukup jelas
2 Tidak ada 2 Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.

Penjelasan

Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui


pembahasan yang dilakukan oleh Pemerintah
dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat
yang membidangi masalah keuangan
3 Tidak ada 3 Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 37a pengurangan sanksi pembetulan spt sebelum 2007

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Tidak ada 1 Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum
Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang
masih harus dibayar menjadi lebih besar dan
dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini, dapat
diberikan pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi berupa bunga atas
keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran
pajak yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas
Tidak ada 2 Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun
setelah berlakunya Undang-Undang ini diberikan
penghapusan sanksi administrasi atas pajak yang
tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak
sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan
tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali terdapat
data atau keterangan yang menyatakan bahwa
Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak
tidak benar atau menyatakan lebih bayar.
Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 38 kealfaan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Setiap orang yang karena kealpaannya : Setiap orang yang karena kealpaannya:

a. tidak menyampaikan Surat a. tidak menyampaikan Surat


Pemberitahuan; atau Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat b. menyampaikan Surat
Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar, keterangan yang isinya tidak benar

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara, dipidana dengan pidana pendapatan negara dan perbuatan tersebut
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau merupakan perbuatan setelah perbuatan yang
denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak pertama kali sebagaimana dimaksud dalam
terutang yang tidak atau kurang dibayar Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah
Penjelasan
pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar, atau dipidana kurungan paling
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1
dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut (satu) tahun.
tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi
administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak
Penjelasan
pidana di bidang perpajakan, dikenakan sanksi
pidana. Perbuatan atau tindakan sebagaimana
dimaksud dalam pasal ini bukan merupakan Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang
pelanggaran administrasi tetapi merupakan tindak dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut
pidana. tindakan administrasi perpajakan, dikenai sanksi
administrasi dengan menerbitkan surat ketetapan
pajak atau Surat Tagihan Pajak, sedangkan yang
Dengan adanya sanksi pidana tersebut, diharapkan
menyangkut tindak pidana di bidang perpajakan
tumbuhnya kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi
dikenai sanksi pidana.
kewajiban perpajakan seperti yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud
dalam pasal ini bukan merupakan pelanggaran
Kealpaan yang dimaksud dalam Pasal ini berarti
administrasi melainkan merupakan tindak pidana di
tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang
bidang perpajakan.
mengindahkan kewajibannya, sehingga perbuatan
tersebut menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara. Dengan adanya sanksi pidana tersebut, diharapkan
tumbuhnya kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi
kewajiban perpajakan seperti yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kealpaan yang dimaksud dalam pasal ini berarti


tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang
mengindahkan kewajibannya sehingga perbuatan
tersebut dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Pasal 39 kesengajaan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Setiap orang yang dengan sengaja : Setiap orang yang dengan sengaja:

a. tidak mendaftarkan diri, atau a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan


menyalahgunakan atau menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak
tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; b. menyalahgunakan atau menggunakan
atau tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
b. tidak menyampaikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
Pemberitahuan; atau
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
c. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan
atau keterangan yang isinya tidak d. menyampaikan Surat Pemberitahuan
benar atau tidak lengkap; atau dan/atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap;
d. menolak untuk dilakukan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29; e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan
atau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;

e. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan,


atau dokumen lain yang palsu atau atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar; atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak
menggambarkan keadaan yang
f. tidak menyelenggarakan pembukuan atau sebenarnya;
pencatatan, tidak memperlihatkan atau
tidak meminjamkan buku, catatan, atau g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau
dokumen lainnya; atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan
g. tidak menyetorkan pajak yang telah buku, catatan, atau dokumen lain;
dipotong atau dipungut;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau
dokumen yang menjadi dasar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
pendapatan negara, dipidana dengan pidana
termasuk hasil pengolahan data dari
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
pembukuan yang dikelola secara
paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
elektronik atau diselenggarakan secara
yang tidak atau kurang dibayar.
program aplikasi on-line di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
Penjelasan (11); atau

Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud i. tidak menyetorkan pajak yang telah
dalam ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dipotong atau dipungut
dikenakan sanksi yang berat mengingat pentingnya
peranan penerimaan pajak dalam penerimaan sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
negara. pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Penjelasan

Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud


pada ayat ini yang dilakukan dengan sengaja
dikenai sanksi yang berat mengingat pentingnya
peranan penerimaan pajak dalam penerimaan
negara.

Dalam perbuatan atau tindakan ini termasuk pula


setiap orang yang dengan sengaja tidak
mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak,
atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa
hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
2 Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilipatkan 2 (dua) apabila seseorang melakukan ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali
lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi
lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1
menjalani pidana penjara yang dijatuhkan (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.
Penjelasan
Penjelasan
Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak
pidana di bidang perpajakan, maka bagi mereka Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak
yang melakukan lagi tindak pidana di bidang pidana di bidang perpajakan, bagi mereka yang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun sejak melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana sebelum lewat 1 (satu) tahun sejak selesainya
penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana lebih menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara
berat, ialah dilipatkan 2 (dua) dari ancaman pidana yang dijatuhkan, dikenai pidana lebih berat, yaitu
yang diatur dalam ayat (1). ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali
sanksi pidana yang diatur pada ayat (1).
3 Setiap orang yang melakukan percobaan untuk Setiap orang yang melakukan percobaan untuk
melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak
atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau
atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dalam rangka mengajukan permohonan huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan
restitusi atau melakukan kompensasi pajak, restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana
(dua) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
jumlah restitusi yang dimohon dan atau lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua)
kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak. kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang
Penjelasan
dimohonkan dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan.
Penyalahgunaan atau penggunaan tanpa hak
Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan
Penjelasan
Pengusaha Kena Pajak, atau penyampaian Surat
Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap dalam rangka mengajukan permohonan Penyalahgunaan atau penggunaan tanpa hak Nomor
restitusi pajak dan atau kompensasi pajak yang Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha
tidak benar, sangat merugikan negara. Oleh karena Kena Pajak, atau penyampaian Surat
itu percobaan melakukan tindak pidana tersebut Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak
merupakan delik tersendiri. lengkap dalam rangka mengajukan permohonan
restitusi pajak dan/atau kompensasi pajak atau
pengkreditan pajak yang tidak benar sangat
merugikan negara. Oleh karena itu, percobaan
melakukan tindak pidana tersebut merupakan delik
tersendiri.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 39 a kesengajaan penerbitan /penggunaan faktur pajak

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Setiap orang yang dengan sengaja : Setiap orang yang dengan sengaja:

h. tidak mendaftarkan diri, atau j. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan


menyalahgunakan atau menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak
tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; k. menyalahgunakan atau menggunakan
atau tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
i. tidak menyampaikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
Pemberitahuan; atau
l. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
j. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan
atau keterangan yang isinya tidak m. menyampaikan Surat Pemberitahuan
benar atau tidak lengkap; atau dan/atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap;
k. menolak untuk dilakukan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29; n. menolak untuk dilakukan pemeriksaan
atau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;

l. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, o. memperlihatkan pembukuan, pencatatan,


atau dokumen lain yang palsu atau atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar; atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak
menggambarkan keadaan yang
m. tidak menyelenggarakan pembukuan atau sebenarnya;
pencatatan, tidak memperlihatkan atau
tidak meminjamkan buku, catatan, atau p. tidak menyelenggarakan pembukuan atau
dokumen lainnya; atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan
n. tidak menyetorkan pajak yang telah buku, catatan, atau dokumen lain;
dipotong atau dipungut;
q. tidak menyimpan buku, catatan, atau
dokumen yang menjadi dasar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
pendapatan negara, dipidana dengan pidana
termasuk hasil pengolahan data dari
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
pembukuan yang dikelola secara
paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
elektronik atau diselenggarakan secara
yang tidak atau kurang dibayar.
program aplikasi on-line di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
Penjelasan (11); atau

Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud r. tidak menyetorkan pajak yang telah
dalam ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dipotong atau dipungut
dikenakan sanksi yang berat mengingat pentingnya
peranan penerimaan pajak dalam penerimaan sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
negara. pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Penjelasan

Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud


pada ayat ini yang dilakukan dengan sengaja
dikenai sanksi yang berat mengingat pentingnya
peranan penerimaan pajak dalam penerimaan
negara.

Dalam perbuatan atau tindakan ini termasuk pula


setiap orang yang dengan sengaja tidak
mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak,
atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa
hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
2 Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilipatkan 2 (dua) apabila seseorang melakukan ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali
lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi
lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1
menjalani pidana penjara yang dijatuhkan (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.
Penjelasan
Penjelasan
Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak
pidana di bidang perpajakan, maka bagi mereka Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak
yang melakukan lagi tindak pidana di bidang pidana di bidang perpajakan, bagi mereka yang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun sejak melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana sebelum lewat 1 (satu) tahun sejak selesainya
penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana lebih menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara
berat, ialah dilipatkan 2 (dua) dari ancaman pidana yang dijatuhkan, dikenai pidana lebih berat, yaitu
yang diatur dalam ayat (1). ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali
sanksi pidana yang diatur pada ayat (1).
3 Setiap orang yang melakukan percobaan untuk Setiap orang yang melakukan percobaan untuk
melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak
atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau
atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dalam rangka mengajukan permohonan huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan
restitusi atau melakukan kompensasi pajak, restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara
(dua) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2
jumlah restitusi yang dimohon dan atau (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak. jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang
Penjelasan
dimohonkan dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan.
Penyalahgunaan atau penggunaan tanpa hak
Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan
Penjelasan
Pengusaha Kena Pajak, atau penyampaian Surat
Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap dalam rangka mengajukan permohonan Penyalahgunaan atau penggunaan tanpa hak Nomor
restitusi pajak dan atau kompensasi pajak yang Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha
tidak benar, sangat merugikan negara. Oleh karena Kena Pajak, atau penyampaian Surat
itu percobaan melakukan tindak pidana tersebut Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak
merupakan delik tersendiri. lengkap dalam rangka mengajukan permohonan
restitusi pajak dan/atau kompensasi pajak atau
pengkreditan pajak yang tidak benar sangat
merugikan negara. Oleh karena itu, percobaan
melakukan tindak pidana tersebut merupakan delik
tersendiri.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 40 daluwarsa tindak pindana

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat
dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun sejak
saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak,
berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya
Tahun Pajak yang bersangkutan.

Penjelasan

Tindak pidana di bidang perpajakan daluwarsa


sepuluh tahun, dari sejak saat terutangnya pajak,
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak yang bersangkutan. Hal tersebut
dimaksudkan guna memberikan suatu kepastian
hukum bagi Wajib Pajak, Penuntut Umum, dan
Hakim. Jangka waktu sepuluh tahun tersebut
adalah untuk menyesuaikan dengan daluwarsa
penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan yang
dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang
terutang selama sepuluh tahun.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 41 saksi pidana terhadap pejabat

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi
kewajiban merahasiakan hal sebagaimana kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam Pasal 34, dipidana dengan dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
juta rupiah).
Penjelasan
Penjelasan
Untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai
Untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan tidak akan diberitahukan kepada pihak
perpajakan tidak akan diberitahukan kepada lain dan supaya Wajib Pajak dalam memberikan
pihak lain dan supaya Wajib Pajak dalam data dan keterangan tidak ragu-ragu, dalam rangka
memberikan data dan keterangan tidak ragu- pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan, perlu
ragu, dalam rangka pelaksanaan undang-undang adanya sanksi pidana bagi pejabat yang
perpajakan, maka perlu adanya sanksi pidana bersangkutan yang menyebabkan terjadinya
bagi pejabat yang bersangkutan yang pengungkapan kerahasiaan tersebut.
menyebabkan terjadinya pengungkapan
kerahasiaan tersebut.
Pengungkapan kerahasiaan sebagaimana dimaksud
pada ayat ini dilakukan karena kealpaan dalam arti
Pengungkapan kerahasiaan menurut ayat ini lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan
adalah dilakukan karena kealpaan dalam arti lalai, sehingga kewajiban untuk merahasiakan
tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan, keterangan atau bukti-bukti yang ada pada Wajib
sehingga kewajiban untuk merahasiakan, Pajak yang dilindungi oleh Undang-Undang
keterangan atau bukti-bukti yang ada pada Wajib Perpajakan dilanggar. Atas kealpaan tersebut,
Pajak yang dilindungi oleh undang-undang pelaku dihukum dengan hukuman yang setimpal.
perpajakan dilanggar. Atas kealpaan tersebut
dihukum dengan hukuman yang setimpal.
2 Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan
tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34, dipidana dengan dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah). banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Penjelasan Penjelasan

Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud
dalam ayat ini yang dilakukan dengan sengaja pada ayat ini yang dilakukan dengan sengaja
dikenakan sanksi yang lebih berat dibanding dikenai sanksi yang lebih berat dibandingkan
dengan perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan perbuatan atau tindakan yang dilakukan
karena kealpaan, agar pejabat yang bersangkutan karena kealpaan agar pejabat yang bersangkutan
lebih berhati-hati untuk tidak melakukan lebih berhati-hati untuk tidak melakukan perbuatan
perbuatan mebocorkan rahasia Wajib Pajak. membocorkan rahasia Wajib Pajak.
3 Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) hanya dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya
dilakukan atas pengaduan orang yang dilakukan atas pengaduan orang yang
kerahasiaannya dilanggar. kerahasiaannya dilanggar.

Penjelasan Penjelasan

Tuntutan pidana terhadap pelanggaran Tuntutan pidana terhadap pelanggaran kerahasiaan


kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
(1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut
menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau kepentingan pribadi seseorang atau badan selaku
badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan Wajib Pajak.
tindak pidana pengaduan.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 41 a sanksi pidana terhadap wajib memberikan keterangan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Setiap orang yang menurut Pasal 35 Undang- Setiap orang yang wajib memberikan
undang ini wajib memberi keterangan atau keterangan atau bukti yang diminta
bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi
memberi keterangan atau bukti, atau memberi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau
keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidana bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tidak benar dipidana dengan pidana kurungan
tahun dan denda paling banyak paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah).
Penjelasan
Penjelasan
Agar pihak ketiga memenuhi permintaan Direktur
Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 35 Agar pihak ketiga memenuhi permintaan Direktur
maka perlu adanya sanksi bagi pihak ketiga yang Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 35
melakukan perbuatan atau tindakan sebagaimana maka perlu adanya sanksi bagi pihak ketiga yang
dimaksud dalam Pasal ini. melakukan perbuatan atau tindakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 41 b sanksi pidana yang menghalangi atau mempersulit penyedikan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi
atau mempersulit penyidikan tindak pidana di atau mempersulit penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan, dipidana dengan pidana bidang perpajakan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh
rupiah). lima juta rupiah).

Penjelasan Penjelasan

Seseorang yang melakukan perbuatan menghalangi Seseorang yang melakukan perbuatan


atau mempersulit penyidikan tindak pidana di menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak
bidang perpajakan misalnya menghalangi Penyidik pidana di bidang perpajakan, misalnya
melakukan penggeledahan, menyembunyikan menghalangi penyidik melakukan penggeledahan
bahan bukti dan sebagainya sebagaimana dan/atau menyembunyikan bahan bukti
dimaksud dalam Pasal ini, dikenakan sanksi pidana. sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dikenai
sanksi pidana.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 41 c sanksi tidak memenuhi kewajiban memberikan data dan informasi

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Tidak ada 1 Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A
ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Penjelasan

Cukup jelas
2 Tidak ada 2 Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan
tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10
(sepuluh) bulan atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Penjelasan

Cukup jelas
3 Tidak ada 3 Setiap orang yang dengan sengaja tidak
memberikan data dan informasi yang diminta oleh
Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau
denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah).

Penjelasan

Cukup jelas
4 Tidak ada 4 Setiap orang yang dengan sengaja
menyalahgunakan data dan informasi perpajakan
sehingga menimbulkan kerugian kepada negara
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 42 dihapus

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi
atau mempersulit penyidikan tindak pidana di atau mempersulit penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan, dipidana dengan pidana bidang perpajakan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh
rupiah). lima juta rupiah).

Penjelasan Penjelasan

Seseorang yang melakukan perbuatan menghalangi Seseorang yang melakukan perbuatan


atau mempersulit penyidikan tindak pidana di menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak
bidang perpajakan misalnya menghalangi Penyidik pidana di bidang perpajakan, misalnya
melakukan penggeledahan, menyembunyikan menghalangi penyidik melakukan penggeledahan
bahan bukti dan sebagainya sebagaimana dan/atau menyembunyikan bahan bukti
dimaksud dalam Pasal ini, dikenakan sanksi pidana. sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dikenai
sanksi pidana.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 43 menyusuh, menganjurkan, tindak piadana perpajakan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 1 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
dan Pasal 39, berlaku juga bagi wakil, kuasa, dan Pasal 39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa,
atau pegawai dari Wajib Pajak, yang menyeluruh pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang
melakukan, yang turut serta melakukan, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan,
menganjurkan, atau yang membantu melakukan yang menganjurkan, atau yang membantu
tindak pidana di bidang perpajakan. melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Penjelasan Penjelasan

Yang dipidana karena melakukan perbuatan tindak Yang dipidana karena melakukan perbuatan tindak
pidana di bidang perpajakan tidak terbatas pada pidana di bidang perpajakan tidak terbatas pada
Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, Wajib Pajak, wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak,
atau pegawai Wajib Pajak, namun juga terhadap pegawai Wajib Pajak, Akuntan Publik, Konsultan
mereka yang menyuruh melakukan, yang turut Pajak, atau pihak lain, tetapi juga terhadap mereka
serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang yang menyuruh melakukan, yang turut serta
membantu melakukan tindak pidana di bidang melakukan, yang menganjurkan, atau yang
perpajakan. membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A
41A dan Pasal 41B berlaku juga bagi yang dan Pasal 41B berlaku juga bagi yang menyuruh
menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau melakukan, yang menganjurkan, atau yang
yang membantu melakukan tindak pidana di membantu melakukan tindak pidana di bidang
bidang perpajakan. perpajakan.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 43 b pemeriksaan bukti permulaan

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Tidak ada 1 Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi,
data, laporan, dan pengaduan berwenang
melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum
dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan.

Penjelasan

Informasi, data, laporan, dan pengaduan yang


diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak akan
dikembangkan dan dianalisis melalui kegiatan
intelijen atau pengamatan yang hasilnya dapat
ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan, Pemeriksaan
Bukti Permulaan, atau tidak ditindaklanjuti.
2 Tidak ada 2 Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang
perpajakan yang menyangkut petugas Direktorat
Jenderal Pajak, Menteri Keuangan dapat menugasi
unit pemeriksa internal di lingkungan Departemen
Keuangan untuk melakukan pemeriksaan bukti
permulaan.

Penjelasan

Cukup jelas
3 Tidak ada 3 Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur
tindak pidana korupsi, pegawai Direktorat Jenderal
Pajak yang tersangkut wajib diproses menurut
ketentuan hukum Tindak Pidana Korupsi.

Penjelasan

Cukup jelas
4 Tidak ada 4 Tata cara pemeriksaan bukti permulaan tindak
pidana di bidang perpajakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 44 Penyidk Tindak Pidana Perpajakan
UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007
1 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di 1 Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak diberi hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus
perpajakan, sebagaimana dimaksud dalam sebagai penyidik tindak pidana di bidang
Undang-undang Hukum Acara Pidana yang perpajakan.
berlaku
Penjelasan
Penjelasan
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Penyidik di bidang perpajakan adalah pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang diangkat sebagai
pegawai negeri tertentu di lingkungan Direktorat penyidik tindak pidana di bidang perpajakan oleh
Jenderal Pajak yang diangkat oleh pejabat yang pejabat yang berwenang adalah penyidik tindak
berwenang sesuai dengan ketentuan perundang- pidana di bidang perpajakan. Penyidikan tindak
undangan yang berlaku. Penyidikan tindak pidana pidana di bidang perpajakan dilaksanakan menurut
tindak pidana di bidang perpajakan dilaksanakan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
menurut ketentuan yang diatur dalam Undang- Hukum Acara Pidana yang berlaku.
undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
2 Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam 2 Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah : ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan


meneliti keterangan atau laporan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang dengan tindak pidana di bidang perpajakan
perpajakan agar keterangan atau laporan agar keterangan atau laporan tersebut
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan
keterangan mengenai orang pribadi atau keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan badan tentang kebenaran perbuatan yang
yang dilakukan sehubungan dengan dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
tindak pidana di bidang perpajakan; di bidang perpajakan;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari c. meminta keterangan dan bahan bukti dari
orang pribadi atau badan sehubungan orang pribadi atau badan sehubungan dengan
dengan tindak pidana di bidang tindak pidana di bidang perpajakan;
perpajakan;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen
d. memeriksa buku-buku, catatan- lain berkenaan dengan tindak pidana di
catatan, dan dokumen-dokumen lain bidang perpajakan;
berkenaan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan; e. melakukan penggeledahan untuk
mendapatkan bahan bukti pembukuan,
e. melakukan penggeledahan untuk pencatatan, dan dokumen lain, serta
mendapatkan bahan bukti pembukuan, melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
pencatatan, dan dokumen-dokumen tersebut;
lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam di bidang perpajakan;
rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang
seseorang meninggalkan ruangan atau
g. menyuruh berhenti dan atau melarang tempat pada saat pemeriksaan sedang
seseorang meninggalkan ruangan atau berlangsung dan memeriksa identitas orang,
tempat pada saat pemeriksaan sedang benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
berlangsung dan memeriksa identitas
orang dan atau dokumen yang dibawa h. memotret seseorang yang berkaitan dengan
sebagaimana dimaksud pada huruf tindak pidana di bidang perpajakan;
e;
i. memanggil orang untuk didengar
h. memotret seseorang yang berkaitan keterangannya dan diperiksa sebagai
dengan tindak pidana di bidang
perpajakan; tersangka atau saksi;

i. memanggil orang untuk didengar j. menghentikan penyidikan; dan/atau


keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
j. menghentikan penyidikan; perpajakan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan.
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan menurut hukum
yang bertanggungjawab.
Penjelasan
Penjelasan
Pada ayat ini diatur wewenang Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat
Cukup jelas Jenderal Pajak sebagai penyidik tindak pidana di
bidang perpajakan, termasuk melakukan
penyitaan. Penyitaan tersebut dapat dilakukan,
baik terhadap barang bergerak maupun tidak
bergerak, termasuk rekening bank, piutang, dan
surat berharga milik Wajib Pajak, Penanggung
Pajak, dan/atau pihak lain yang telah ditetapkan
sebagai tersangka.
3 Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) 3 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yang berlaku. Hukum Acara Pidana.

Penjelasan Penjelasan

Cukup jelas Cukup jelas


Tidak ada 4 Dalam rangka pelaksanaan kewenangan
penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyidik dapat meminta bantuan aparat penegak
hukum lain.

Penjelasan

Cukup jelas

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 44 a Penghentian Penyidikan Oleh Penyidik

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
ayat (1) menghentikan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf j dalam
hal tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa
tersebut bukan merupakan tindak pidana di bidang
perpajakan, atau penyidikan dihentikan karena
peristiwanya telah daluwarsa, atau tersangka
meninggal dunia.
Penjelasan

Dalam hal penyidikan tindak pidana di bidang


perpajakan dihentikan kecuali karena peristiwanya
telah daluwarsa, maka surat ketetapan pajak tetap
dapat diterbitkan.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Pasal 44 b Penghentian Penyidikan Oleh Jaksa Agung

UU NO 16 TAHUN 2000 UU NO 28 TAHUN 2007


1 Untuk kepentingan penerimaan negara, atas 1 Untuk kepentingan penerimaan negara, atas
permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat
menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan. perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6
(enam) bulan sejak tanggal surat permintaan.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Untuk kepentingan penerimaan negara, atas
permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat
menghentikan penyidikan tindak pidana
perpajakan sepanjang perkara pidana tersebut
belum dilimpahkan ke pengadilan.
2 Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang 2 Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi
pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau
tidak seharusnya dikembalikan, ditambah dengan yang tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah
sanksi administrasi berupa denda sebesar empat dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar
kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau
atau yang tidak seharusnya dikembalikan. kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya
dikembalikan.
Penjelasan
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas

Pasal II

Pasal II

1. Terhadap semua hak dan kewajiban perpajakan Tahun Pajak 2001 sampai dengan Tahun Pajak 2007 yang
belum diselesaikan, diberlakukan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2000.
2. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, daluwarsa penetapan untuk Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya, selain penetapan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau Pasal 15 ayat (4), berakhir paling lama pada akhir Tahun
Pajak 2013.

3. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 17 Juli 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 jULI 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATA, SH, MH.


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 85

Anda mungkin juga menyukai