KASUS SEMINAR Ruang YUDISTIRA Gianyar 2018
KASUS SEMINAR Ruang YUDISTIRA Gianyar 2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan
profesionsl yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Kebutuhan dasar manusia
merupakan fokus dalam asuhan keperawatan,dalam hal ini perawat harus punya
pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien melalui proses
keperawatan. Pasien adalah individu yang tidak terlepas dari adanya masalah
kesehatan. Bagi pasien yang memiliki masalah kesehataan, maka dimungkinkan
kebutuhan dasarnya menjadi terganggu salah satunya adalah masalah dalam gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fekal : konstipasi.
Eliminasi fekal merupakan proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus (Tarwonto dan Wartonah, 2003). Sedangkan menurut Kozier, et al (2011)
eliminasi fekal (defekasi) adalah pengeluran feses dari anus dan rektum. Defekasi
juga disebut bowel movement (pergerakan usus). Salah satu gangguan pada eliminasi
fekal adalah konstipasi. Dimana konstipasi merupakan penurunan frekuensi defekasi,
yang diikuti oleh pengeluaran feses yang keras dan kering. Konstipasi adalah bahaya
yang signifikan terhadap kesehatan (Potter and Perry, 2006).
Aneka jenis makanan jadi dan makanan siap saji yang tersedia dan mudah
diperoleh, memudahkan memilih variasi pangan sesuai dengan selera dan daya beli
masyarakat perkotaan. Asupan serat yang terlampaui rendah dalam waktu lama akan
mempengaaruhi kesehatan. Rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia secara
umum yaitu 10,5 gram perhari (Depkes, 2008). Nilai ini mencapai setengah dari
kecukupan serat yang dianjurkan. Faktor resiko asupan serat yang rendah merupakan
penyebab tersering konstipasi karena asupan serat yang rendah dapat menyebabkan
masa feses berkurang dan sulit buang air besar (Lee dkk, 2008).
Bila konstipasi tidak segera di atasi biasanya akan menimbulkan komplikasi
seperti hemorrhoid (wasir), yang disebabkan karena pemaksaan karena buang air
besar, atau robeknya kulit disekitar anus, terjadi ketika feses yang keras melonggrkan
otot spincter. Lebih jauh lagi, bila seseorang menderita konstipasi dalam jangka waktu
yang lama maka akan beresiko untuk menderita divertikulosis, penyakit yang ditandai
dengan terbentuknya divertikula (kantong) pada usus besar dan biasanya juga
disebabkan karena peningkatan tekanan intrakolon.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengangkat permaslahan
tersebut untuk dijadikan kasus seminar dengan judul “Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Elimiasi Fekal : Konstipasi”.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun tujuan penulisan kasus seminar ini adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fekal : konstipasi.
2. Tunjuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Ny. Sdengan gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fekal: konstipasi di ruang Yudistira
RSUD Sanjiwani Gianyar.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan yang tepat berdasarkan dari data
hasil pengkajian yang diperoleh .
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Ny.S dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fekal: konstipasi di Ruang
Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar
d. Mampu melakasanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny.S dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fecal :konstipasi di Ruang
Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien Ny.S dengan
gangguan pemenuhaan kebutuhan dasar eliminasi fekal : konstipasi di Ruang
Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan memberikan gambaran tentang masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar eliminasi fekal : konstipasi dan tindakan keperawatan serta hasil yang didapat
dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dan dokumentasi medis (rekam medis).
D. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika penulisan laporan kasus ini terdiri dari V bab yaitu :
BAB I Pendahuluan meliputi : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. BAB II Tinjauan teori meliputi : tinjauan teori kasus, tinjauan
teori asuhan keperawatan kasus serta WOC kasus. Pada tinjauan teori penulis
menguraikan tentang tinjauan teori gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi
fekal: konstipasi yang meliputi definisi,klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostic dan penatalaksaan medis. BAB III tinjauan kasus meliputi : tinjauan
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan,pelaksanaan keperawatan dan evaluasi. BAB IV pembahasan, pada BAB
ini penulis membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara BAB II dan BAB III.
BAB V Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi
Secara garis besar, eleminasi dibagi kedalam dua jenis yaitu sampah metabolisme
yang dibuang baik bersama feses taupun melalui saluran lain seperti urine, CO 2,
nitrogen dan H2O (Potterr & perry, 2001)
a. Gangguan eliminasi urine
Gangguan eleminasi uruni adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami gangguan dalam pola berkemih (NANDA NI NOC, 2013).
sedangkan gangguan eleminasi urine menurut Lynda Jual Carpeninto adalah
keadaan ketika seorang individu mengalami artau beresiko disfungsi
eleminasi.
b. Gangguan eleiminasi fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisoko tinggi mengalami satis pada usus besar, mengakibatkan jang
buang air besar, feses keras dan feses kering. Eliminasi alvi (buang air besar)
merupakan proses pengososngan usus. Terdapat dua pusat yang menguasai
refleks untuk buang air besar yang terletak di medulla dan sumsum tulang
belakang (A. Aziz, 2008)
3. Patofisiologi
a. Etiologi
1). Obat-obatan golongan antikolinergik, golongan narkotik, golongan
analgetik, golongan diuretik, antasida aluminium, penyalahgunaan
pencahar.
2). Kondisi neurologik : stroke, penyakit parkinson, trauma medulla spinalis,
neuropati diabetik.
3). Gangguan metabolik : hiperkalsemia, hipokalsemia, hipotiroidisme.
4). Kausa psikologik : psikosis, depresi, demensia, kurang provasi untuk
BAB, mengabaikan doronganBAB, konstipasi imajiner.
5). Lain-lain : defesiensi diet dalam asupan cairan dan serat, imobilitas atau
kurang olahraga, berpergian jauh, paksa tindakan bedah perut.
b. Proses Terjadi
Terjadinya peningkatan tekanan pada intra abdomen yang menyebabkan
membran mukoretal dan muskulatur tidak peka terhadap rangsangan fekal
yang menyebabkan seseorang memerlukan rangsangan yang lebih kuat untuk
mendorong feses lalu spasme setelah makan menyebabkan nyeri kolik pada
abdomen bawah sehingga menyebabkan konstipasi
c. Manifestasi Klinis
Menurut NANDA (2015-2017) beberapa keluhan yang mungkin berhubungan
dengan konstipasi adalah :
1). Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
2). Mengejan keras saat BAB
3). Massa feses yang keras dan sulit keluar
4). Perasaan tidak tuntas saat BAB
5). Sakit pada daerah rektum saat BAB
6). Rasa sakit pada daerah perut saat BAB
7). Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
8). Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
9). Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
d. Komplikasi
Bila konstipasi tidak segera di atasi biasanya akan menimbulkan
komplikasi seperti hemorrhoid (wasir), yang disebabkan karena pemaksaan
karena buang air besar, atau robeknya kulit disekitar anus, terjadi ketika feses
yang keras melonggrkan otot spincter. Lebih jauh lagi, bila seseorang
menderita konstipasi dalam jangka waktu yang lama maka akan beresiko
untuk menderita divertikulosis, penyakit yang ditandai dengan terbentuknya
divertikula (kantong) pada usus besar dan biasanya juga disebabkan karena
peningkatan tekanan intrakolon
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1). Pemeriksaan pada gangguan eliminasi fekal melibatkan visualisasi
struktur salurang1, sering memerlukan dikorongkannya isi dibagian
usus. Klien tidak diizinkan untuk makan atau minum setelah tenga
malam jika esoknya akan dilakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan
yang menggunakan barium enema, endoskopi saluran G1 bagian
bawah, seragkaian pemeriksaan G1 bagian atas. Pada kasus
pengguanna barium enema atau endoskppi, klien biasaya menerima
katarik dan enema. Pengosongan usus dapat mengganggu eliminasi
sampai klien dapat makan dengan nornal. Prosedur pemeriksaan
mengguanakan barium menimbulkan maslah tambahan. Barium
mengerak mengeras jika dibiiarkan disaluran G1. Hal ini dapat
menyebabkan konstipasi atauimpaksi usus. Seorang klien harus
menerima katartik untuk menubgkatkan eleminasi barium setelah
prosedur dilakukan. Klien ynang mengalami kegagalan dalam
mengevakuasi emua barium, mungkin usus klien perlu dibersihkan
dengan menggunakan enema.
5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1). Pengobatan non farmakologis
a) Diet
Data epidemologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung
banyak serat mengurangi angka kejadian konstipasi dan macam
macam penyakit gastrointestinal lainnya misalnya devertikwl dan
kanker colorektal. Serat meningkatkan masa dan berat feses serta
mempersingkat waktu transit diusus. Untuk menduikung manfaat
serat ini, diharapkan cukup asupaan cairan sekitar 1000-1500 cc
bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan.
b) Olahraga
Cukup maktivitas dan olahraga membntu mengatasi konstipasi.
Jalan kaki atau lari-lari kecil yang ilakukan sesuai dengan umur
dan kemampuan pasien akan meningkatkan sirkulasi dnaa perut
untuk menguatkan otot-otot dinding perut terutama pada penderita
dengan atoni pada otot perut.
2). Pengobatan farmakologis
Ada empat tupe golongan obat pencahar :
a) Memperbesar dan melunakan feses, antara lain : cereal, methayl
selulose, psilium.
b) Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
menurunkan tegangan permukaan feses sehingga
mempermudah penyerapan air. Contohnya : minyak kastor,
golongan dochusate.
c) Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman
untuk digunakan misalnya pada penderita gagal ginjal antara
lain : sorbitol, laktulose, gliserin
d) Merangsang peristaltik sehingga meningkatkan mortilitas usus
besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan
bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka
panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat
dismotilitas kolon contohnya bisakodil, fenolptalein.
b. Data Objektif
1). Pasien tampak lemas
2). Perut kiri bawah pasien teraba keras
c. Diagnosa Keeperawatan
Gangguan pemenuhan eliminasi fekal : Konstipasi
2. Perencanaan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Gangguan pola eliminasi fekal : konstipasi
b. Rencana Asuhan Keperawatan
1). Diagnosa Keperawatan
Gangguan pola eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan
defesiensi diet dalam asupan cairan dan serat, imobilitas atau kurang
olahraga.
3. Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana keperawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas keperawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
4. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu di evaluasi pada pasien dengan gangguan eliminasi fekal
: konstipasi yaitu :
Feses mengeras
Gangguan defekasi
Konstipasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 17 Januari 2018 pukul 09.00 Wita di
ruang Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar dengan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medis).
1. Pengumpulan Data
b. Riwayat Kesehatan
a). Bernafas
c). Eleminasi
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan aman saat di luar rumah sakit dan
nyaman, pasien mengatakan tidak ada nyeri
Saat pengkajian : pasien mengatakan merasa aman karena sudah
ditemani oleh keluargannya, pasien mengatakan tidak
nyaman karena berada di rumah sakit.
d. Pemeriksaan Fisik
a). Keadaan umum
(1). Kepala
(2). Mata
(3). Hidung
(4). Telinga
(a). Inspeksi : Bentuk mancung, tidak ada serumen, tidak ada lesi.
(5). Mulut
(6). Leher
(7). Thorax
(b). Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema
napas vesikuler
(8). Abdomen
(9). Genetalia
(10). Anus
(11). Ekstremitas
(a). Atas
(b). Bawah
555 555
2. Pemeriksaan Penunjang
3. Analisa Data
4. Rumusan Masalah
a). Gangguan pola eliminasi fekal : Konstipasi
b). Gangguan pola tidur
5. Analisa Masalah
S : pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak tanggal 13 januari 2018, pasien
mengatakan sakit pada bagian perut. Pasien tampak lemas, peristaltik usus
4x/menit, Perut bagian kiri bawah pasien teraba keras.
Proses Terjadi :
Menurunnya motalitas (peristaltik kolon) menyebabkan penurunan cairan dan
peningkatan penyimpanan air dari tinja di dalam usus. Kemudian tinja menjadi
kering dan keras yang mengakibatkan tinja tertahan di dalam usus dan sulit
untuk dikeluarkan sehingga terjadi konstipasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
traktus gastrointestinal ditandai dengan pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak
tanggal 13 januari 2018, pasien mengatakan sakit pada bagian perut. Pasien
tampak lemas, peristaltik usus 4x/menit, Perut bagian kiri bawah pasien teraba
keras.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk terus-menerus ditandai dengan
pasien mengatakan tidur dari jam 24.00 sampai jam 05.00 tetapi sering terbangun
karena batuknya, pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak.Pasien tampak
lemas, terdapat lingkar hitam disekitar mata.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Prioritas Masalah Keperawatan (berdasarkan berat ringannya masalah)
a. Gangguan eliminasi fekal : konstipasi
b. Gangguan pola tidur
2. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S
DENGAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL : KONSTIPASI
DI RUANG YUDISTIRA RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 17 s/d 20 JANUARI 2018
E. Evaluasi Keperawatan
NB. Dari mana datangnya kreteria hasil 6,7, sedangkan pada renpra ada 5 kerteria
hasil yang di inginkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
Pada BAB ini penulis akan menyimpulkan beberapa hal penting, yang harus
diperhatikan serta saransaran yang bermanfaat bagi pihak dalam melakukan asuhan
keperawatan pada Ny.S dengan gangguan eliminasi fekal:konstipasi di ruang yudistira RSUD
Sanjiwani Gianyar.
A. Kesimpulan
Pada tahap pengkajian tanda dan gejala ada kensenjangan antara teori dan kasus. Pada
kasus terdapat tanda pasien mngatakan tidak bisa BAB lebih dari 3 hari, pasien
mengatakan sakit pada bagian perut, pasien tampak lemas, peristaltik usus 4x/menit dan
perut bagian kiri bawah pasien teraba keras, sedangkan pada teori tidak terdapat
peristaltik usus 4x/menit.
Gangguan eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
traktus gastrointestinal ditandai dengan pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak tanggal
13 januari 2018, pasien mengatakan sakit pada bagian perut. Pasien tampak lemas,
peristaltik usus 4x/menit, Perut bagian kiri bawah pasien teraba keras. Pada tujuan dan
kriteria hasil penulis mengguanakan metode SMART.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, penulis menyesesuaikan dengan kondisi
pasien dan pelaksanaan tersebut dilaksanakan 3 x 24 jam. Oleh karena itu penulis
melakukan hukanh pada pasien,melihat kondisi pasien yang belumjuga BAB.
Pada diagnosa keperawatan yang penulis angkat masalah tersebut teratasi sebagian.
Supaya masalah teratasi penulis mendelegasikan rencanan tindakan padaperawat
ruangan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebai berikut :
1. Untuk RS
RS hendaknya mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja yang telah
bagus,dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan
kelengkapan peralatan yang ada di ruangan
2. Kepada pasien Ny. S
Untuk pasien agar tetap kooperatif untuk mempercepat kesembuhan dan
mencapai kesehatan yang lebih baik.