Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan
profesionsl yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Kebutuhan dasar manusia
merupakan fokus dalam asuhan keperawatan,dalam hal ini perawat harus punya
pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien melalui proses
keperawatan. Pasien adalah individu yang tidak terlepas dari adanya masalah
kesehatan. Bagi pasien yang memiliki masalah kesehataan, maka dimungkinkan
kebutuhan dasarnya menjadi terganggu salah satunya adalah masalah dalam gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fekal : konstipasi.
Eliminasi fekal merupakan proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus (Tarwonto dan Wartonah, 2003). Sedangkan menurut Kozier, et al (2011)
eliminasi fekal (defekasi) adalah pengeluran feses dari anus dan rektum. Defekasi
juga disebut bowel movement (pergerakan usus). Salah satu gangguan pada eliminasi
fekal adalah konstipasi. Dimana konstipasi merupakan penurunan frekuensi defekasi,
yang diikuti oleh pengeluaran feses yang keras dan kering. Konstipasi adalah bahaya
yang signifikan terhadap kesehatan (Potter and Perry, 2006).
Aneka jenis makanan jadi dan makanan siap saji yang tersedia dan mudah
diperoleh, memudahkan memilih variasi pangan sesuai dengan selera dan daya beli
masyarakat perkotaan. Asupan serat yang terlampaui rendah dalam waktu lama akan
mempengaaruhi kesehatan. Rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia secara
umum yaitu 10,5 gram perhari (Depkes, 2008). Nilai ini mencapai setengah dari
kecukupan serat yang dianjurkan. Faktor resiko asupan serat yang rendah merupakan
penyebab tersering konstipasi karena asupan serat yang rendah dapat menyebabkan
masa feses berkurang dan sulit buang air besar (Lee dkk, 2008).
Bila konstipasi tidak segera di atasi biasanya akan menimbulkan komplikasi
seperti hemorrhoid (wasir), yang disebabkan karena pemaksaan karena buang air
besar, atau robeknya kulit disekitar anus, terjadi ketika feses yang keras melonggrkan
otot spincter. Lebih jauh lagi, bila seseorang menderita konstipasi dalam jangka waktu
yang lama maka akan beresiko untuk menderita divertikulosis, penyakit yang ditandai
dengan terbentuknya divertikula (kantong) pada usus besar dan biasanya juga
disebabkan karena peningkatan tekanan intrakolon.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengangkat permaslahan
tersebut untuk dijadikan kasus seminar dengan judul “Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Elimiasi Fekal : Konstipasi”.

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun tujuan penulisan kasus seminar ini adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fekal : konstipasi.
2. Tunjuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Ny. Sdengan gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fekal: konstipasi di ruang Yudistira
RSUD Sanjiwani Gianyar.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan yang tepat berdasarkan dari data
hasil pengkajian yang diperoleh .
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Ny.S dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fekal: konstipasi di Ruang
Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar
d. Mampu melakasanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny.S dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi fecal :konstipasi di Ruang
Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien Ny.S dengan
gangguan pemenuhaan kebutuhan dasar eliminasi fekal : konstipasi di Ruang
Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar.

C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan memberikan gambaran tentang masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar eliminasi fekal : konstipasi dan tindakan keperawatan serta hasil yang didapat
dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dan dokumentasi medis (rekam medis).

D. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika penulisan laporan kasus ini terdiri dari V bab yaitu :
BAB I Pendahuluan meliputi : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. BAB II Tinjauan teori meliputi : tinjauan teori kasus, tinjauan
teori asuhan keperawatan kasus serta WOC kasus. Pada tinjauan teori penulis
menguraikan tentang tinjauan teori gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi
fekal: konstipasi yang meliputi definisi,klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostic dan penatalaksaan medis. BAB III tinjauan kasus meliputi : tinjauan
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan,pelaksanaan keperawatan dan evaluasi. BAB IV pembahasan, pada BAB
ini penulis membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara BAB II dan BAB III.
BAB V Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Kasus


1. Definisi
Eliminasi merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan
dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeotasis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme (Potter
& Perry, 2001)
Eliminasi fekal merupakan proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus (Tarwonto dan Wartonah, 2003). Sedangkan menurut Kozier, et al (2011)
eliminasi fekal (defekasi) adalah pengeluran feses dari anus dan rektum. Defekasi
juga disebut bowel movement (pergerakan usus). Salah satu gangguan pada
eliminasi fekal adalah konstipasi. Dimana konstipasi merupakan penurunan
frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang keras dan kering.
Konstipasi adalah bahaya yang signifikan terhadap kesehatan (Potter and Perry,
2006).

2. Klasifikasi
Secara garis besar, eleminasi dibagi kedalam dua jenis yaitu sampah metabolisme
yang dibuang baik bersama feses taupun melalui saluran lain seperti urine, CO 2,
nitrogen dan H2O (Potterr & perry, 2001)
a. Gangguan eliminasi urine
Gangguan eleminasi uruni adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami gangguan dalam pola berkemih (NANDA NI NOC, 2013).
sedangkan gangguan eleminasi urine menurut Lynda Jual Carpeninto adalah
keadaan ketika seorang individu mengalami artau beresiko disfungsi
eleminasi.
b. Gangguan eleiminasi fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisoko tinggi mengalami satis pada usus besar, mengakibatkan jang
buang air besar, feses keras dan feses kering. Eliminasi alvi (buang air besar)
merupakan proses pengososngan usus. Terdapat dua pusat yang menguasai
refleks untuk buang air besar yang terletak di medulla dan sumsum tulang
belakang (A. Aziz, 2008)

3. Patofisiologi
a. Etiologi
1). Obat-obatan golongan antikolinergik, golongan narkotik, golongan
analgetik, golongan diuretik, antasida aluminium, penyalahgunaan
pencahar.
2). Kondisi neurologik : stroke, penyakit parkinson, trauma medulla spinalis,
neuropati diabetik.
3). Gangguan metabolik : hiperkalsemia, hipokalsemia, hipotiroidisme.
4). Kausa psikologik : psikosis, depresi, demensia, kurang provasi untuk
BAB, mengabaikan doronganBAB, konstipasi imajiner.
5). Lain-lain : defesiensi diet dalam asupan cairan dan serat, imobilitas atau
kurang olahraga, berpergian jauh, paksa tindakan bedah perut.
b. Proses Terjadi
Terjadinya peningkatan tekanan pada intra abdomen yang menyebabkan
membran mukoretal dan muskulatur tidak peka terhadap rangsangan fekal
yang menyebabkan seseorang memerlukan rangsangan yang lebih kuat untuk
mendorong feses lalu spasme setelah makan menyebabkan nyeri kolik pada
abdomen bawah sehingga menyebabkan konstipasi
c. Manifestasi Klinis
Menurut NANDA (2015-2017) beberapa keluhan yang mungkin berhubungan
dengan konstipasi adalah :
1). Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
2). Mengejan keras saat BAB
3). Massa feses yang keras dan sulit keluar
4). Perasaan tidak tuntas saat BAB
5). Sakit pada daerah rektum saat BAB
6). Rasa sakit pada daerah perut saat BAB
7). Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
8). Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
9). Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB

d. Komplikasi
Bila konstipasi tidak segera di atasi biasanya akan menimbulkan
komplikasi seperti hemorrhoid (wasir), yang disebabkan karena pemaksaan
karena buang air besar, atau robeknya kulit disekitar anus, terjadi ketika feses
yang keras melonggrkan otot spincter. Lebih jauh lagi, bila seseorang
menderita konstipasi dalam jangka waktu yang lama maka akan beresiko
untuk menderita divertikulosis, penyakit yang ditandai dengan terbentuknya
divertikula (kantong) pada usus besar dan biasanya juga disebabkan karena
peningkatan tekanan intrakolon

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1). Pemeriksaan pada gangguan eliminasi fekal melibatkan visualisasi
struktur salurang1, sering memerlukan dikorongkannya isi dibagian
usus. Klien tidak diizinkan untuk makan atau minum setelah tenga
malam jika esoknya akan dilakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan
yang menggunakan barium enema, endoskopi saluran G1 bagian
bawah, seragkaian pemeriksaan G1 bagian atas. Pada kasus
pengguanna barium enema atau endoskppi, klien biasaya menerima
katarik dan enema. Pengosongan usus dapat mengganggu eliminasi
sampai klien dapat makan dengan nornal. Prosedur pemeriksaan
mengguanakan barium menimbulkan maslah tambahan. Barium
mengerak mengeras jika dibiiarkan disaluran G1. Hal ini dapat
menyebabkan konstipasi atauimpaksi usus. Seorang klien harus
menerima katartik untuk menubgkatkan eleminasi barium setelah
prosedur dilakukan. Klien ynang mengalami kegagalan dalam
mengevakuasi emua barium, mungkin usus klien perlu dibersihkan
dengan menggunakan enema.

5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1). Pengobatan non farmakologis
a) Diet
Data epidemologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung
banyak serat mengurangi angka kejadian konstipasi dan macam
macam penyakit gastrointestinal lainnya misalnya devertikwl dan
kanker colorektal. Serat meningkatkan masa dan berat feses serta
mempersingkat waktu transit diusus. Untuk menduikung manfaat
serat ini, diharapkan cukup asupaan cairan sekitar 1000-1500 cc
bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan.
b) Olahraga
Cukup maktivitas dan olahraga membntu mengatasi konstipasi.
Jalan kaki atau lari-lari kecil yang ilakukan sesuai dengan umur
dan kemampuan pasien akan meningkatkan sirkulasi dnaa perut
untuk menguatkan otot-otot dinding perut terutama pada penderita
dengan atoni pada otot perut.
2). Pengobatan farmakologis
Ada empat tupe golongan obat pencahar :
a) Memperbesar dan melunakan feses, antara lain : cereal, methayl
selulose, psilium.
b) Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
menurunkan tegangan permukaan feses sehingga
mempermudah penyerapan air. Contohnya : minyak kastor,
golongan dochusate.
c) Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman
untuk digunakan misalnya pada penderita gagal ginjal antara
lain : sorbitol, laktulose, gliserin
d) Merangsang peristaltik sehingga meningkatkan mortilitas usus
besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan
bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka
panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat
dismotilitas kolon contohnya bisakodil, fenolptalein.

B. Tinjauan Teori Askep Kasus


1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1). Pasien mengatakan sakit pada bagian perut
2). Pasien mengatakan mual
3). Pasien mengatakan tidak dapat mengeluarkan feses lebih dari 3 hari

b. Data Objektif
1). Pasien tampak lemas
2). Perut kiri bawah pasien teraba keras
c. Diagnosa Keeperawatan
Gangguan pemenuhan eliminasi fekal : Konstipasi

2. Perencanaan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Gangguan pola eliminasi fekal : konstipasi
b. Rencana Asuhan Keperawatan
1). Diagnosa Keperawatan
Gangguan pola eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan
defesiensi diet dalam asupan cairan dan serat, imobilitas atau kurang
olahraga.

2). Rencana Tujuan dan Kriteria Hasil

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien


tidak mengalami gangguan pola eliminasi fekal : konstipasi dengan
kriteria hasil :

a). BAB pasien teratur


b). Pasien tidak mengatakan sakit dibagian perut
c). Pasien mengatakan tidak mual
d). Pasien tidak tanpak lemas
e). Perut bagian kiri bawah pasien tidak teraba keras
3). Rencana Tindakan
a). Monitor tanda dan gejala konstipasi
Rasional : mengetahui keadaan pola eliminasi fekal pasien agar dapat
menentukan tindakan selanjutnya guna mengatasi gangguan pola
eliminasi fekal : konstipasi.
b). Monitor feses : frekuensi, volume, konsistensi, dan bau feses
Rasioanl : untuk mengetahui pola eliminasi fekal pasien secara
keseluruhan.
c). Identifikasi faktor penyebab dan konsistensi feses
rasioanl : untuk mengetahui penyebab dan masalah konstipasi
d). Mendorong peningkatan asupan cairan
Rasional : Untuk mencegah pasien mengalami dehidrasi
e). Anjurkan pasien untuk makan-makanan tinggi serat seperti : buah-
buahan
Rasional : makanan tinggi serat membantu mempercepat keinginan
pasien untuk BAB
f). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar
Rasioanl : Obat pencahar membantu meningkatkan keinginan pasien
untuk BAB

3. Pelaksanaan

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana keperawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas keperawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

4. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu di evaluasi pada pasien dengan gangguan eliminasi fekal
: konstipasi yaitu :

a). BAB pasien teratur


b). Pasien tidak mengatakan sakit dibagian perut
c). Pasien mengatakan tidak mual
d). Pasien tidak tanpak lemas
e). Perut bagian kiri bawah pasien tidak teraba keras
C. WOC

Diet rendah serat, asupan cairan kurang, kondisi


metabolik, dan penyakit yang diderita

Absorbsi cairan dan elektrolit

Memperpanjang waktu transit di kolon karena


absorbsi terus berlangsung

Feses mengeras

Gangguan defekasi

Rangsangan refleks penyebab


rekto anal

Refleksi sfingter interna dan


eksterna

Membran mukorektal dan


muskulator tidak peka terhadap Tekanan intra abdomen
rangsangan fekal meningkat

Diperlukan rangsangan yang lebih


kuat untuk mendorong feses

Spasme setelah makan nyeri kolik


pada abdomen bawah

Kolon kehilangan tonus

Tidak responsif terhadap


rangsangan normal

Konstipasi
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.S

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN ELIMINASI FEKAL : KONSTIPASI

DI RUANG YUDISTIRA RSUD SANJIWANI GIANYAR

PADA TANGGAL 17 s/d 20 JANUARI 2018

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 17 Januari 2018 pukul 09.00 Wita di
ruang Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar dengan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medis).
1. Pengumpulan Data

a. Identitas Pasien Penanggung

Nama Ny. S Tn. M


Umur 47 th 50 th
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Status pernikahan Menikah Menikah
Suku/bangsa Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Agama Hindu Hindu
Pendidikan - SMA
Pekerjaan - Pegawai swasta
Alamat Br. Tarukan Br. Tarukan
Pejeng Kaja Pejeng Kaja
Nomor telepon - -
Nomor register 614120 -
Tanggal MRS 16 Januari 2018

b. Riwayat Kesehatan

1). Keluhan utama masuk rumah sakit

Pasien mengeluh sakit perut

2). Keluhan utama saat pengkajian


Pasien mengatakan sakit perut dan batuk hebat

3). Riwayat kesehatan sekarang


Pada tanggal 16 januari 2018 pasien Ny. S datang ke IGD RSUD
Sanjiwani Gianyar dengan keluhan sakit pada perut dan ulu hati sejak dua
hari yang lalu. Pasien mengatakan tidak merasa mual dan muntah. Pasien
mengatakan perut terasa kembung dan sudah tidak BAB sejak 3 hari yang
lalu. Pasien mengatakan bisa kentut dengan normal. Dari hasil
pemeriksaan di dapat tanda-tanda vital TD= 130/90 MmHg S= 36,4 0 C, N
= 80x/menit, RR= 20x/menit. Di IGD pasien diberikan terapi pengobatan :
 IVFD NaCL 0,9% 12 tpm
 Sanmol fles 3x1 gr
 Omeprazole vial 3x1 gr
 Ketorolak ampul 3x1 gr
4). Riwayat Penyakit Sebelumnya
Saat pengkajian pasien mengatakan pernah masuk rumah sakit karena
penyakit yang sama 6 bulan yang lalu.
5). Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan seperti diabetes melietus, asma, hipertensi dll.

c. Kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual

a). Bernafas

Sebelum pengkajian : pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam


bernafas baik menarik maupun mengeluarkan nafas
Saat pengkajian : pasien menatakan tidak mengalami gangguan dalam
bernafas baik menarik maupun mengeluarkan nafas.
Namun pasien mengeluh batuk terus-menerus.

b). Makan dan minum

Sebelum pengkajian : pasien mengatakan makan seperti biasa 3 x 1 porsi


sehari dengan jenis makanan padat (nasi + lauk-pauk +
sayur), pasien tidak ada pantangan makanan, tidak ada
mual dan muntah. Pasien minum seperti biasa 6-8 gelas
sehari (1200-1800 cc), pasien minum air putih.
Saat pengkajian : pasien mengatakan makan 3 x 1 porsi sehari dengan
jenis makanan padat (nasi + lauk-pauk + sayur), pasien
tidak ada pantangan makanan, tidak ada mual dan
muntah. Pasien mengatakan hanya minum 5-7 gelas
sehari (1200-1500 cc), pasien minum air putih.

c). Eleminasi

Sebelum pengkajian : pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi


lembek, warna kuning, bau khas feses, tidak terdapat
darah dan lendir.
Pasien mengatakan BAK 4x sehari (1000-1800 cc),
warna kekuningan, bau khas urine, pasin tidak
mengalami nyeri pada kencing.
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak tanggal 13
januari 2018, pasien mengatakan sakit pada bagian
perut. pasien mengatakan BAK sedikit dalam sehari
(500-700 cc), warna kekuningan, bau khas urine,
pasien tidak mengalami nyeri saat kencing.

d). Gerak dan aktivitas

Sebelum pengkajian : pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam


gerak dan aktivitas.
Saat pengkajian : pasien mengatakan ADLnya dibantu karena terpasang
infus pada tangan kanannya.

e). Pengaturan sushu tubuh

Sebelum pengkajian : pasien mengatakan badannya tidak panas, suhu tubuh


normal 36,6°C, pasien tidak berkeringat
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak bdannya tidak panas, suhu
tubuh normal 36,5°C, pasien tidak berkeringat.

f). Istirahat dan tidur


Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan tidur dari jam 22.00 sampai 06.00
(8 jam). Pasien mengatakan tidak mengalami masalah
dalam istirahat tudur.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan tidur dari jam 24.00 sampai jam
05.00 tetapi sering terbangun karena batuknya. Pasien
mengatakan tidak bisa tidur nyenyak.

g). Rasa aman dan nyaman

Sebelum pengkajian : pasien mengatakan aman saat di luar rumah sakit dan
nyaman, pasien mengatakan tidak ada nyeri
Saat pengkajian : pasien mengatakan merasa aman karena sudah
ditemani oleh keluargannya, pasien mengatakan tidak
nyaman karena berada di rumah sakit.

h). Sosialisasi : rekreasi, prestasi dan lingkungan sosial

Rekreasi : Sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan


merasa senang karena bisa mengobrol dan ditemani
oleh keluarga
Prestasi : Sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan
merasa senang karena sudah bisamembesarkan
anaknya hingga sekarang.
Lingkungan sosial : Sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan biasa
mengisi waktu dengan mengobrol dan berinterkasi
dengan keluarga maupun orang menjenguknya.

i). Spiritual : pasien mengatakan biasa berdoa.

d. Pemeriksaan Fisik
a). Keadaan umum

(1). Kesadaran : Compos mentis, GCS : E4, V5, M6

(2). Kesan umum : Lemas

(3). Bangun tubuh : Gemuk

(4). Postur tubuh : Tegak

(5). Gerakan motorik : Terkoordinasi

b). Gejala kardinal

(1). Tekanan darah : 120/70 MmHg

(2). Nadi : 84x/menit

(3). Suhu : 36,80 C

(4). Respirasi : 20x/menit

c). Keadaan fisik

(1). Kepala

(a). Inspeksi : Bentuk bulat, kulit kepala bersih, penyebaran rambut

merata, warna rambut hitam, tidak ada lesi.

(b). Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

(2). Mata

(a). Inspeksi : Bentuk mata simetris, konjungtiva merah

muda, kornea jernih, pupil isokor, tampak lingkar


hitam disekitar mata

(b). Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

(3). Hidung

(a). Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada


pernafasan cuping hidung

(b). Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

(4). Telinga

(a). Inspeksi : Bentuk mancung, tidak ada serumen, tidak ada lesi.

(b). Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

(5). Mulut

(a). Inspeksi : Kebersihan cukup, mukosa bibir kering,

lidah cukup bersih, tidak ada lesi, tidak ada peradangan


gusi, gig lengkap.

(b). Palpasi : tidak ada nyeri tekan

(6). Leher

(a). Inspeksi : Kebersihan cukup dan pergerakkan baik

(b). Palpasi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan

(7). Thorax

(a). Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi,

pergerakkan dada simetris.

(b). Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema

(c). Perkusi : Suara paru sonor

(d). Auskultasi : Suara jantung S1 S2 tunggalreguler, suara

napas vesikuler

(8). Abdomen

(a). Inspeksi : Bentuk simetris,


(b). Auskultasi : Peristaltik usus 4x/menit

(c). Palpasi : perut bagian kiri bawah pasien teraba keras

(d). Perkusi : Suara perut timpani

(9). Genetalia

(a). Inspeksi : Tidak terobservasi

(b). Palpasi : Tidak terobservasi

(10). Anus

(a). Inspeksi : Tidak terobservasi

(b). Palpasi : Tidak terobservasi

(11). Ekstremitas

(a). Atas

Inspeksi : Tidak ada nyeri, tidak aada sianosis


Palpasi : Tidak ada edema, tidakada nyeri tekan,
CRT < 2 detik

(b). Bawah

Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada sianosis


Palpasi : Tidakada edema, tidak ada nyeri tekan,
CRT < 2 detik

Kekuatan otot 555 555

555 555

2. Pemeriksaan Penunjang

No Paramenter Result Unit Ref. Range


1 WBC 11,8 103uL 4,0- 10,0
2 Lymph # 2,1 103uL 0,8- 4,0
3 Mid # 0,8 103uL 0,1- 0,9
4 Gran # 8,9 103uL 2,0- 7,0
5 Lymph % 17,9 % 20,0- 40,0
6 Mid % 6,4 % 3,0- 9,0
7 Gram % 75,5 % 50,0- 70,0
8 RBC 4,80 106/uL 3,50-5,50
9 HGB 14,1 g/dL 11,0-16,0
10 HCT 44,0 % 37,0-54,0
11 MCV 91,7 fL 82,0-95,0
12 MCH 29,4 Pg 27,0-31,0
13 MCHC 32,0 g/dL 32,0-36,0
14 RDW-CV 13,8 % 11,5-14,5
15 PLT 47,0 fL 35,0-56,0
3
16 MPV 369 10 /uL 150-450
17 PDW 15,8 fL 7,0-11,0
18 PCT 0,339 % 0,108-0,282

3. Analisa Data

ANALISA DATA KEPERAWATAN

PASIEN Ny. S DENGAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL : KONSTIPASI

DI RUANG YUDISTIRA RSUD SANJIWANI GIANYAR

TANGGAL 17 s/d 20 JANUARI 2018

Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan


- pasien mengatakan - Pasien tampak lemas Gangguan pola eliminasi
- Peristaltik usus
tidak bisa BAB sejak fekal : Konstipasi
4x/menit
tanggal 13 januari
2018. - Perut bagian kiri
- pasien mengatakan
bawah pasien teraba
sakit pada bagian
keras
perut.
- Pasien mengatakan - Pasien tampak lemas Gangguan pola tidur
- Terdapat lingkar
tidur dari jam 24.00
hitam disekitar mata
sampai jam 05.00
pasien
tetapi sering
terbangun karena
batuknya.
- Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
nyenyak.

4. Rumusan Masalah
a). Gangguan pola eliminasi fekal : Konstipasi
b). Gangguan pola tidur

5. Analisa Masalah

a. P : Gangguan eliminasi fekal : konstipasi

E : Penurunan motilitas (peristaltik kolon)

S : pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak tanggal 13 januari 2018, pasien
mengatakan sakit pada bagian perut. Pasien tampak lemas, peristaltik usus
4x/menit, Perut bagian kiri bawah pasien teraba keras.

Proses Terjadi :
Menurunnya motalitas (peristaltik kolon) menyebabkan penurunan cairan dan
peningkatan penyimpanan air dari tinja di dalam usus. Kemudian tinja menjadi
kering dan keras yang mengakibatkan tinja tertahan di dalam usus dan sulit
untuk dikeluarkan sehingga terjadi konstipasi.

Akibat Jika tidak ditanggulangi :


Pasien dapat mengalami hemoroid atau divertikulosis

c. P : Gangguan pola tidur


E : batuk terus-menerus
S : Pasien mengatakan tidur dari jam 24.00 sampai jam 05.00 tetapi sering
terbangun karena batuknya, pasien mengatakan tidak bisa tidur
nyenyak.Pasien tampak lemas, terdapat lingkar hitam disekitar mata.
Proses Terjadi :
Akibat batuk keras yang diderita pasien yang mengakibatkan po pasien tidak
bisa tidur nyenyak sehingga menggangu pola tidur pasien.

Akibat Jika Tidak Ditanggulangi :


Pasien mengalami keletihan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
traktus gastrointestinal ditandai dengan pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak
tanggal 13 januari 2018, pasien mengatakan sakit pada bagian perut. Pasien
tampak lemas, peristaltik usus 4x/menit, Perut bagian kiri bawah pasien teraba
keras.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk terus-menerus ditandai dengan
pasien mengatakan tidur dari jam 24.00 sampai jam 05.00 tetapi sering terbangun
karena batuknya, pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak.Pasien tampak
lemas, terdapat lingkar hitam disekitar mata.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Prioritas Masalah Keperawatan (berdasarkan berat ringannya masalah)
a. Gangguan eliminasi fekal : konstipasi
b. Gangguan pola tidur
2. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S
DENGAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL : KONSTIPASI
DI RUANG YUDISTIRA RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 17 s/d 20 JANUARI 2018

No Hari/Tgl/ Dx keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional


. Waktu Kriteria hasil
1. Rabu, 17 Gangguan eliminasi Setelah diberikan 1. Kaji tanda 1.Mempermuda
Januari fekal : konstipasi asuhan dan gejala h dalam
2018 berhubungan keperawatan konstipasi memberi
Pkl : 10.00 dengan penurunan selama 3x24 jam pasien intervnsi
Wita motilitas traktus diharapkan 2. Observasi 2. Mengetahui
gastrointestinal pasien BAB KU dan KU dan keadaan
ditandai dengan secara teratur keadaan perut perut pasien
pasien mengatakan dengan kriteria pasien 3. Untuk
tidak bisa BAB hasil : 3. Bantu merangsang
sejak tanggal 13 1.Pasien mampu pasien eliminasi
januari 2018, BAB setiap hari mobilisasi defekasi pasien
pasien mengatakan 2. Pasien miring kiri dan 4. Makanan
sakit pada bagian mengatakan tidak kanan di tinggi serat
perut. Pasien sakit pada bagian tempat tidur berfungsi
tampak lemas, perut setiap 2 jam memperlancar
peristaltik usus 3. Pasien tidak sekali BAB
4x/menit, Perut tampak lemas 4. Anjurkan 5. Membantu
bagian kiri bawah 4. Bising usus pasien untuk meningkatkan
pasien teraba keras. pasien 5- makan- dan
10x/menit makanan dan menormalkan
5. Perut bagian buah-buahan peristaltik usus
kiri bawah pasien yang berserat 6. Obat
tidak teraba tinggi seperti pencahar
keras. buah apel dan membantu
sayur-sayuran meningkatkan
6. Anjurkan eliminasi
pasien untuk
banyak minum
(1000-
1500cc/hari)
7. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
obat pencahar
D. Pelaksanaan Keperawatan

PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S


DENGAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL : KONSTIPASI
DI RUANG YUDISTIRA RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 17 s/d 20 JANUARI 2018

No Hari/Tgl/ Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf


. Waktu Keperawatan
1. Rabu, 17 1 - Mengkaji BAB S : Pasien
januari pasien mengatakan belum
2018 bisa BAB
Pkl : 11.00 - menganjurkan O:-
wita pasien untuk S : Pasien
makan-makanan mengatakan akan
dan buah- makan-makanan
buahan yang yang berserat
berserat tinggi O : Pasien tampak
seperti buah mengerti dengan
apel dan sayur- anjuran yang
sayuran diberikan perawat
Pkl : 13.00 1 - Mengobservasi S:-
Wita KU dan keadaan O : TTV :
perut pasien TD= 110/70 MmHg
S = 36,90C
N =80x/menit
RR =18x/menit
Pasien masih tampak
lemas dan perut kiri
bawah pasien masih
teraba keras
Pkl : 15.00 1 - membantu S : Pasien
pasien mengatakan bersedia
mobilisasi melakukan arahan
miring kiri dan yang di berikan
kanan di tempat O : Pasien tampak
tidur kesusahan dalam
memiringkan
badanya
- menganjurkan
S : Pasien
pasien untuk
mengatakan bersedia
banyak minum
melakukan anjuran
(1000-
yg diberikan
1500cc/hari)
O : Pasien tampak
minum setengah
gelas (kurang lebih
200 cc)

Pkl : 18.00 1 - Melakukan S : Dokter


kolaborasi mengatakan untuk
dalam diberikan obat
pemberian obat laxadine syrup 3x1
pencahar
18 Januari 1 - Mengobservasi S:-
2018 KU dan keadaan O : TTV :
Pkl : 06.00 perut pasien TD= 130/90 MmHg
Wita S = 36,40C
N =82x/menit
RR = 20x/menit
Pasien masih tampak
lemas dan perut kiri
bawah pasien masih
teraba keras
Pkl : 08.00 1 - Melakukan S : Pasien
Wita delegatif dalam mengatakan bersedia
pemberian minum obat
laxadine syrup O:-
3x1
Pkl : 10.00 1 - Mengkaji BAB S : Pasien
wita pasien mengatakan belum
bisa BAB
- menganjurkan O:-
pasien untuk S : Pasien
makan-makanan mengatakan sudah
dan buah- makan buah dan
buahan yang sayur
berserat tinggi O:-
seperti buah
apel dan sayur-
sayuran
Pkl : 15.00 1 - membantu S : Pasien
pasien mengatakan bersedia
mobilisasi melakukan arahan
miring kiri dan yang di berikan
kanan di tempat O : Pasien tampak
tidur kesusahan dalam
memiringkan
badanya
- menganjurkan
pasien untuk
S : Pasien
banyak minum
mengatakan
(1000-
mengatakan 500-700
1500cc/hari)
cc
O:-

Pkl : 16.00 1 - Melakukan S : Pasien


Wita delegatif dalam mengatakan bersedia
pemberian minum obat
laxadine syrup O:-
3x1
Pkl. 20.00 1 - Mambantu S:-
Wita pasien miring O : pasien tampak
kanan dan kiri lebih mudah
menggerakkan
badannya
Pkl : 23.00 1 - Melakukan S : Pasien
Wita delegatif dalam mengatakan bersedia
pemberian minum obat yang
laxadine syrup diberikan
3x1
Jumat, 19 1 - Mengobservasi S:-
Januari KU dan keadaan O : TTV :
2018 perut pasien TD= 120/90 MmHg
Pkl : 06.00 S = 36,80C
wita N =75x/menit
RR = 20x/menit
Pasien sudah tidak
tampak lemas tapi
perut kiri bawah
pasien masih teraba
keras
- Mengkaji BAB S : Pasien
pasien mengatakan belum
bisa BAB
O:-
Pkl 07.00 1 - Melakukan S : Pasien
wita huknah pada mengatakan bersedia
pasien dilakukan tindakan
O : Pasien tampak
kooperatif saat
dilakukan tindakan
Pkl : 08.00 1 - Melakukan S : Pasien
Wita delegatif dalam mengatakan sudah
pemberian minum obat
laxadine syrup O :-
3x1
Pkl : 11.00 1 - menganjurkan S : Pasien
Wita pasien untuk mengatakan sudah
makan-makanan makan buah pepaya
dan buah- O:-
buahan yang
berserat tinggi
seperti buah
apel dan sayur-
sayuran
- menganjurkan
S : pasien
pasien untuk
mengatakan sudah
banyak minum
minum sekitar 1000
(1000-
cc
1500cc/hari)
O:-
Pkl 11.30 1 - Mengkaji BAB S : pasien
Wita pasien mengatakan sudah
BAB setelah 1 Jam
dilakukan huknah
Pkl : 16.00 1 - Melakukan S : Pasien
wita delegatif dalam mengatakan sudah
pemberian minum obat
laxadine syrup O :-
3x1
Minggu, 1 - Mengobservasi S:-
20 Januari KU dan keadaan O : TTV :
2018 perut pasien TD= 130/90 MmHg
Pkl : 05.30 S = 36,90C
wita N = 80x/menit
RR =20x/menit
Pasien sudah tidak
tampak lemas dan
perut kiri bawah
pasien sudah tidak
teraba keras dan
- Mengkaji BAB pasien mengatakan
pasien perutnya sudah
tidak sakit lagi.
Bising usus 8x/menit
S : Pasien
mengatakan kemarin
sudah bisa BAB
O:-

E. Evaluasi Keperawatan

EVALUASI KEPERAWATAN PASIEN Ny. S


DENGAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL : KONSTIPASI
DI RUANG YUDISTIRA RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 20 JANUARI 2018
No. Hari/Tgl/Waktu Dx Keperawatan Evaluasi Respon Paraf
1 Minggu, 20 Gangguan S : Pasien mengatakan
januari 2018 eliminasi fekal : perutnya sudah tidak
konstipasi sakit lagi.
berhubungan
dengan penurunan
motilitas traktus O:
gastrointestinal - perut kiri bawah
ditandai dengan pasien sudah
pasien mengatakan tidak teraba keras.
- Bising usus
tidak bisa BAB
8x/menit
sejak tanggal 13
- Pasien sudah
januari 2018,
tidak tampak
pasien mengatakan
lemas
sakit pada bagian
A : Kriteria hasil 2,3,4, 5
perut. Pasien
sudah tercapai. Kriteria
tampak lemas,
hasil 1 belum tercapai.
peristaltik usus
Masalah teratasi sebagian
4x/menit, Perut
P : lanjutkan renpra
bagian kiri bawah
1,2,3,4,5,6,7.
pasien teraba keras.

NB. Dari mana datangnya kreteria hasil 6,7, sedangkan pada renpra ada 5 kerteria
hasil yang di inginkan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan konstipasi,di ruang


Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar. Maka pada bab ini penulis akan menguraikan
kesenjangan antara teori dengan kasus. Adapun pembahasan ini sesuai dengan
tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian diagnose keperawatan,
perencanaa keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan
dimana penulis berusaha mengkaji pasien secara menyeluruh melalui aspek bio,
psiko, sosial dan spiritual. Hasil pengkajian berupa data dasar, data khusus, data
penunjang, pemeriksaan fisik, membaca catatan medik dan catatan keperawatan.
Pada tahappengkajian tanda dan gejala ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada kasus terdapat tanda pasien mngatakan tidak bisa BAB lebih dari 3 hari,
pasien mengatakan sakit pada bagian perut, pasien tampak lemas, peristaltik usus
4x/menit dan perut bagian kiri bawah pasien teraba keras, sedangkan pada teori
tidak terdapat peristaltik usus 4x/menit.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori terdapat diagnosa keperawatan prioritas yaitu gangguan
eliminasi fekal : konstipasi yang ditemukan pada klien dengan konstipasi. Tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus jika teori terdapat 1 diagnosa
keperawatan di kasus terdapat 1 diagnosa keperawatan, pada kasus ditegakkan
gangguan eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
traktus gastrointestinal ditandai dengan pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak
tanggal 13 januari 2018, pasien mengatakan sakit pada bagian perut. Pasien
tampak lemas, peristaltik usus 4x/menit, Perut bagian kiri bawah pasien teraba
keras.
C. Rencana Keperawatan
Setelah masalah keperawatan dapat diterapkan, maka perlu menetapkan
rencana keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. Kegiatan
perencanaan ini meliputi : memprioritaskan masalah, merumuskan tujun, kriteria
hasil serta tindakan.
Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, dalam
memprioritaskan masalah, merumuskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria
hasil serta tindakan. Penulis berusaha memprioritaskan berdasarkan 14 kebutuhan
dasar Virginia Henderson dimana gangguan eliminasi ekal:konstipasi berada pada
nomor 3 yaitu eliminasi. Perumusan tujuan dan kriteria hasil pada suhan
keperawatan berdasarkan pada metode SMART (spesifik, measurable, acceptable,
reliable, and time) yaitu secara spesufik dapat diukur maupun diatasi dengan
tindakan keperawatan.
D. Pelaksanaan
Dalam rencana tindakan, ada tindakan yang dilakukan tidak ada di
perencanaan yaitu huknah. Huknah diberikan karena pasien tidak kunjung BAB
setelah diberikan laxadien sirup 3 x 1dan makan makanan dan buah-buahan
berserat tinggi. Tindakan keperawatn dilakukan sesuai waktu yang ditetapkan
yaitu 3 x 24 jam, secara umun rencana tindakan yang telah disusun dapat
dikerjakan penulis,seperti mengkaji tanda dan gejala konstipasi pasien,
mengobnservasi KU dan keadaan perut pasien, membantu pasien mobilisasi
miring kanan dan miring kiri di tempat tidur setiap 2 jam, menganjurkanpasien
untuk makan makanan dan buah-buahan berserat tinggi, menganjurkan pasien
untuk minum banya 1000-1500 cc perhari dan melakukan kolaborasi dalam
pemberian obat pencahar.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah klien
sangat kooperatif dan kerjasama yang baik antara penulis dan perawat ruangan.
E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari keperawatan yang digunakan
untuk menilai keberhasilan tindakan yang diberikan. Pada teori maupun kasus
dalam pembuatan evaluasi disusun berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang
dicapai. Diamana pada kasusu penulis melakukan evaluasi dari tindakan
keperawatan yang dilakukan selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 17 januari
2018 s/d 20 januari 2018, tujuan 2,3,4 dan 5 sudah tercapai masalah teratasi
sebagian, lanjutkan renpra 1,2,3,4,5,6 dan 7.datang dari mana?.
Dalam melakukan evaluasi, adapun faktor pendukung adalah kerjasama yang
baik antara penulis dan perawat ruanagn, penulis tidak menemukan faktor
penghambat karena pasien sangat kooperatif.

BAB V
PENUTUP

Pada BAB ini penulis akan menyimpulkan beberapa hal penting, yang harus
diperhatikan serta saransaran yang bermanfaat bagi pihak dalam melakukan asuhan
keperawatan pada Ny.S dengan gangguan eliminasi fekal:konstipasi di ruang yudistira RSUD
Sanjiwani Gianyar.

A. Kesimpulan
Pada tahap pengkajian tanda dan gejala ada kensenjangan antara teori dan kasus. Pada
kasus terdapat tanda pasien mngatakan tidak bisa BAB lebih dari 3 hari, pasien
mengatakan sakit pada bagian perut, pasien tampak lemas, peristaltik usus 4x/menit dan
perut bagian kiri bawah pasien teraba keras, sedangkan pada teori tidak terdapat
peristaltik usus 4x/menit.
Gangguan eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
traktus gastrointestinal ditandai dengan pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak tanggal
13 januari 2018, pasien mengatakan sakit pada bagian perut. Pasien tampak lemas,
peristaltik usus 4x/menit, Perut bagian kiri bawah pasien teraba keras. Pada tujuan dan
kriteria hasil penulis mengguanakan metode SMART.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, penulis menyesesuaikan dengan kondisi
pasien dan pelaksanaan tersebut dilaksanakan 3 x 24 jam. Oleh karena itu penulis
melakukan hukanh pada pasien,melihat kondisi pasien yang belumjuga BAB.
Pada diagnosa keperawatan yang penulis angkat masalah tersebut teratasi sebagian.
Supaya masalah teratasi penulis mendelegasikan rencanan tindakan padaperawat
ruangan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebai berikut :
1. Untuk RS
RS hendaknya mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja yang telah
bagus,dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan
kelengkapan peralatan yang ada di ruangan
2. Kepada pasien Ny. S
Untuk pasien agar tetap kooperatif untuk mempercepat kesembuhan dan
mencapai kesehatan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai