Anda di halaman 1dari 2

Cara Aman Makan Mi Instan

Oleh Vista | Yahoo! SHE – 23 menit yang lalu


 Email


 Cetak

Artikel Terpopuler

 Makanan Mematikan di Asia


 Pangeran Harry Telanjang jadi Label Anggur
 Cafe Tersayang di Hamburg
 Kelinci Liar untuk Pangeran William
 CANTEEN, Sajian Kincir Angin

Tampilkan Lainnya

Oleh: Marmi Panti Hidayah

Mi instan merupakan makanan yang paling simpel dikonsumsi. Mudah dan praktis. Namun perlu
diingat bahayanya. Misalnya, endapan zat pewarna yang sangat berbahaya bagi tubuh.

Ahli gizi Afrinia Ekasari menuturkan, mi instan terbuat dari bahan dasar tepung, terigu, telur, air
dan mineral, serta dilengkapi bumbu dan minyak sayur. Memang ada kandungan vitamin, tapi pada
faktanya, jauh dari standar untuk memenuhi angka kebutuhan gizi. Terutama bagi anak-anak.

Ada beberapa kandungan berbahaya pada mi instan, yakni bahan pengawet dan pewarna yang tidak
dapat diurai di dalam tubuh, sehingga cenderung tidak dapat dikeluarkan. Jadi, apabila zat-zat
tersebut terlalu sering dikonsumsi, dapat mengendap dalam tubuh dan bersifat karsinogenik atau
merusak.

“Karena itu, untuk memenuhi zat gizi, sebaiknya mi instan ditambahkan sayuran dan protein
hewani seperti telur, ayam, udang,” ujar wanita yang lama berkarir di perusahaan makanan tersebut.
Afrinia menyarankan jangan terlalu sering mengonsumsi mi instan.

Sementara Andi Imam Arundhana, ahli gizi dari Universitas Hasanuddin menguraikan bahwa dalam
prinsip-prinsip makanan seimbang, apa yang dikonsumsi harus beraneka ragam, memiliki
kandungan gizi. “Tidak hanya mengandung karbohidrat, tapi juga lemak, protein dan vitamin. Tidak
cukup dengan kenyang saja,” ujarnya.

Sebagai gambaran, lanjut Andi, saat sarapan, seseorang membutuhkan sekitar 15-25 persen dari
kebutuhan zat gizinya. Sementara kandungan mi instan baru memenuhi sekitar 16 persen kebutuhan
karbohidrat dan lemak seseorang (kebutuhan 2.000 kkal).

Terkait dengan bahan pengawet, Andi mengungkapkan, kendati bisa hilang, memang sangat sulit.
“Melalui sistem sekresi manusia, setidaknya sekitar empat hari kemudian,” ujarnya.
Karena itulah, dia mengatakan, kalaupun terpaksa harus mengonsumsi mi instan, durasi paling
banyak 4-5 hari sekali. “Misalkan hari ini kita sudah konsumsi mi instan, empat hari sampai lima
hari kemudian baru bisa konsumsi lagi,” jelasnya.

Andi dan Afrinia sependapat bahwa cara memasaknya harus diperhatikan, selain menambah bahan
makanan lain saat mengonsumsi mi instan, demi kesehatan. Keduanya menyarankan agar ketika
memasak mi instan, air rebusan pertamanya dibuang. Hal itu perlu dilakukan untuk membuang
pengawetnya.

“Barulah mi instan dimasukkan ke dalam air mendidih yang baru, sehingga kadar pengawetnya
keluar,” jelas Andi.

Cara lainnya yang bisa ditempuh adalah tidak menggunakan bumbu bawaan dari mi. “Kita bisa
mengolah bumbunya sendiri seperti saat memasak,” kata Andi. Atau, minimal kurangi penggunaan
bumbu mi instan. Ini untuk meminimalisasi masuknya pengawet ke dalam tubuh kita.

“Jika sudah terasa cukup, buang saja sisa bumbunya. Bila ingin lebih asin, ada baiknya ganti dengan
menambahkan garam,” katanya. “Berbagai cara tadi bisa ditempuh, bila memang kita tidak bisa
menghindari konsumsi mi instan.”

Bagian lain yang perlu diperhatikan, yaitu ketika membeli. Kata Afrinia Ekasari, selain melihat
tanggal kedaluwarsa, komposisi, logo halal, pastikan juga kemasan tidak cacat atau robek. Sebab
dalam kondisi cacat atau robek, berbagai macam serangga dapat mengontaminasi mi instan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai