Kebutuhan Spiritual Lansia
Kebutuhan Spiritual Lansia
KEPERAWATAN ISLAMI
Di Susun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah penulisan ilmiah yang membahas tentang
“ KEBUTUHAN SPIRITUAL LANSIA ”. Pada penulisan makalah ini, kami
berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua
orang, sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca. Makalah penulisan ilmiah ini
juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama mahasiswa kesehatan.
Atas perhatian saudara pada makalah kami ucapkan banyak terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu
diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua
klien. Bahkan, Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan
religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut
dikatakannya, keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat
(powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Mengingat pentingnya
peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting
bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar
dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua klien.
Sementara itu, jika kita lakukan analisis situasi saat ini, termasuk di Indonesia,
kenyataannya menunjukan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum
diberikan oleh perawat secara kompeten. Setidaknya fakta tersebut, didasarkan
oleh beberapa data yang didapat penulis dari hasil penelusuran terhadap berbagai
sumber di beberapa negara maupun pengalaman dan observasi klinis penulis di
beberapa institusi atau lembaga pelayanan kesehatan dimana penulis pernah
melaksanakan praktik klinik.
Fakta tersebut antara lain seperti yang di kemukakan oleh:
1) Rankin dan DeLashmutt (2006) dalam penelitiannya yang menemukan
bahwa banyak perawat mengakui belum memahami secara jelas dan
mengalami kebingungan antara konsep spiritualitas dan religius
2) kesimpulan Rieg, Mason dan Preston, (2006) dalam studinya juga
memperlihatkan terdapat banyak perawat yang mengakui bahwa mereka
tidak dapat memberikan asuhan spiritual secara kompeten karena selama
masa pendidikannya mereka kurang mendapatkan panduan tentang
bagaimana memberikan asuhan spiritual secara kompeten
3) Makhija (2002) melihat bahwa praktik asuhan spiritual menjadi sulit
ditemukan akibat terjadinya pergeseran budaya dalam pelayanan
kesehatan dan kedokteran yang lebih berespon terhadap kepentingan
bisnis yang berorientasi material
2
4) Kesimpulan sementara penulis dari hasil observasi penulis selama
melaksanakan praktik di tatanan pelayanan kesehatan yang
menyimpulkan bahwa asuhan spiritual belum dilakukan oleh perawat
dalam praktik profesionalnya sehari-hari dengan dibuktikan oleh sulitnya
menemukan dokumen dalam catatan keperawatan yang memperlihatkan
bukti bahwa asuhan spiritual telah dilakukan dengan baik.
3
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa pengertian spiritual.
b. Untuk mengetahui apa saja karakteristik spiritual.
c. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan spiritual pada lansia.
d. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi spiritual.
e. Untuk mengetahui bagaimana hubungan spiritual – kesehatan dan sakit.
f. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien gangguan spiritual.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia
dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar
tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih,
dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual
seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita,
kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup
yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang
dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat
diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang
lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang.
Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan
(Nelson, 2002).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup,
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan
mendapatkan maaf (Kozier, 2004).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
5
penuh rasa percaya dengan Tuhan. dapat disimpulkan kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan
dan mendapatkan maaf. (Hamid, 2000).
6
(saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan
filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga
serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak
atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006), perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia
antara lain :
Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
Sikap pasien lansia sesuai tingkat perkembangan lansia mengahadapi sakit dan
kematian. Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih
cenderung :
7
Alasannya : karena pada kelompok lansia lebih cenderung memikirkan aspek
spiritual keagamaan yang lebih utama dari aspek-aspek yang lain, sehingga
kelompok lansia lebih focus pada satu aktivitas spiritual keagamaan untuk
mendekatkan dirinya dengan Tuhannya.
a. Perkembangan
Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual,
karena setiap tahap perkembangan memeliki cara meyakini kepercayaan
terhadap Tuhan.
b. Keluarga
Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan
spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ras/suku
Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses
pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang
dimiliki.
d. Agama yang dianut
Keyakina pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan
arti pentingnya kebutuhan spiritual.
e. Kegiatan keagamaan
Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya
dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya (Asmadi,
2008: 254-257).
8
2.5 Hubungan Antara Spiritual – Kesehatan dan Sakit
a. Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami :
Menuntun kebiasaan sehari-hari
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai
contoh : ada agama yang menetapkan diet makanan yang boleh dan tidak
boleh dimakan.
Sumber dukungan
Pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima
keadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu
penyembuhan yang lama.
Sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan. Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah
cobaan dari Tuhan
b. Kepercayaan agama tentang kesehatan
1. Alifiasi nilai
Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara
aktif atau tidak.
Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
9
2. Keyakinan agama dan spiritual
Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara
agama
Strategi koping
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:
a. Tujuan dan arti hidup
b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan arti pemeliharaan
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain
b. Diagnosa
1. Distress spiritual
2. Koping inefektif
3. Ansietas
4. Disfungsi seksual
5. Harga diri rendah
6. Keputusasaan
c. Perencanaan
1. Distress spiritual b.d anxietas
Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek
dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC :
a. Menunjukkan harapan
b. Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual:
Berarti adlam hidup
Pandangan tentang spiritual
Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
Berdoa atau beribadah
Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan
dan kenyataan
c. Klien tenang
10
NIC :
Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
Tentukan konsep ketuhanan klien
Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan
kesehatan
Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik
keagamaan
Kolaborasi dengan pastoral
d. Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan
11
e. Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum tujuan
tercapai apabila klien ( Achir Yani, 1999)
1. Mampu beristirahat dengan tenang
2. Menyatakan penerimaan keputusan moral
3. Mengekspresikan rasa damai
4. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
5. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas
6. Menunjukkan prilaku lebih positif
7. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih
cenderung : Mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama, berusaha
untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang
diyakini oleh generasi muda, perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif
serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa
kesepian dan mawas diri, perkembangan filosofis agama yang lebih matang
sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif
dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian
sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
3.2 Saran
Sebagai perawat professional kita harus melakukan hal yang memang dibutuhkan
oleh pasien termasuk salah satunya adalah melakukan asuhan keperawatan
spiritual, jangan hanya mementingkan kepentingan bisnis yang berorientasi pada
material saja.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://sites.google.com/site/penawaranjasadaninformasi/silabus-dan-ilmu-
keperawatan/konsep-spiritual-dalam-keperawatan
http://rizkichaerana.blogspot.co.id/2014/01/kebutuhan-spiritual.html?m=1
14