Anda di halaman 1dari 17

KEBUTUHAN SPIRITUAL LANSIA

Di Susun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah

KEPERAWATAN ISLAMI

Dosen Pembibing : Suko Pranowo, M.Kep

Di Susun Oleh :

1. Fariq Aan Kunaefi (106116005)


2. Faishal Fahmi Mubarok (106116008)
3. Andrye Pelita Zamzam M (106116012)
4. Nadiah Riyanto (106116014)
5. Evita Anggraeni (106116016)
6. Irma Amalia (106116025)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH
TAHUN 2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah penulisan ilmiah yang membahas tentang
“ KEBUTUHAN SPIRITUAL LANSIA ”. Pada penulisan makalah ini, kami
berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua
orang, sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca. Makalah penulisan ilmiah ini
juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama mahasiswa kesehatan.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, masih


banyak kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah, baik dalam segi
bahasa dan pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan saran yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu
kesempurnaan dalam makalah ini.

Atas perhatian saudara pada makalah kami ucapkan banyak terima kasih.

Cilacap, September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ i

Kata Pengantar ........................................................................................... ii

Daftar Isi ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan ............................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Spiritualitas ..................................................................... 5


2.2 Karakteristik Spiritual ....................................................................... 6
2.3 Perkembangan Spiritual Pada Lansia ................................................ 6
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual ............................ 8
2.5 Hubungan Antara Spiritual – Kesehatan dan Sakit ............................ 9
2.6 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Spiritualitas .............. 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 13


3.2 Saran .................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang menganut dan mengakui faham Ketuhanan.
Sikap ini tercermin dari rumusan konstitusi dasar negara Pancasila. Klien dalam
perspektif keperawatan seperti dikemukakan Henderson (2006) merupakan
individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan
membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan
meningkatkan status kesehatannya. Sebagai manusia, klien selain sebagai mahluk
individu, juga merupakan mahkuk sosial dan mahluk Tuhan. Berdasarkan hakikat
manusia itu, maka keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang
holistik yang terdiri atas aspek biologis (fisiologis), psikologis, sosiologis,
kultural dan spiritual. Hal ini seperti di nyatakan Xiaohan (2005) bahwa manusia
merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas fisiologis (physiological),
psikologis (psychological), sosial (social), spiritual (spiritual), dan kultural
(cultural). Hal serupa dikemukakan Dossey & Dossey (1998), Govier (2000), dan
Stoter (1995) dalam Govier (2000) yang menyatakan bahwa manusia merupakan
mahluk unik dan kompleks yang terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi yang
komprehensif pada manusia itu meliputi dimensi biologis (fisik), psikologis,
sosial, kultural dan spiritual.
Dalam kata lain, Makhija (2002) mendeskripsikan bahwa tiap individu
manusia adalah mahluk yang holistik yang tersusun atas body, main dan spirit.
Beberapa pandangan pakar di atas, sesungguhnya memiliki esensi yang sama
bahwa manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh, yang tidak saja
terdiri atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu saja diantara dimensi di
atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi
tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan
kultural atau dimensi body, main dan spirit merupakan satu kesatuan yang utuh.

1
Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu
diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua
klien. Bahkan, Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan
religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut
dikatakannya, keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat
(powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Mengingat pentingnya
peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting
bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar
dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua klien.
Sementara itu, jika kita lakukan analisis situasi saat ini, termasuk di Indonesia,
kenyataannya menunjukan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum
diberikan oleh perawat secara kompeten. Setidaknya fakta tersebut, didasarkan
oleh beberapa data yang didapat penulis dari hasil penelusuran terhadap berbagai
sumber di beberapa negara maupun pengalaman dan observasi klinis penulis di
beberapa institusi atau lembaga pelayanan kesehatan dimana penulis pernah
melaksanakan praktik klinik.
Fakta tersebut antara lain seperti yang di kemukakan oleh:
1) Rankin dan DeLashmutt (2006) dalam penelitiannya yang menemukan
bahwa banyak perawat mengakui belum memahami secara jelas dan
mengalami kebingungan antara konsep spiritualitas dan religius
2) kesimpulan Rieg, Mason dan Preston, (2006) dalam studinya juga
memperlihatkan terdapat banyak perawat yang mengakui bahwa mereka
tidak dapat memberikan asuhan spiritual secara kompeten karena selama
masa pendidikannya mereka kurang mendapatkan panduan tentang
bagaimana memberikan asuhan spiritual secara kompeten
3) Makhija (2002) melihat bahwa praktik asuhan spiritual menjadi sulit
ditemukan akibat terjadinya pergeseran budaya dalam pelayanan
kesehatan dan kedokteran yang lebih berespon terhadap kepentingan
bisnis yang berorientasi material

2
4) Kesimpulan sementara penulis dari hasil observasi penulis selama
melaksanakan praktik di tatanan pelayanan kesehatan yang
menyimpulkan bahwa asuhan spiritual belum dilakukan oleh perawat
dalam praktik profesionalnya sehari-hari dengan dibuktikan oleh sulitnya
menemukan dokumen dalam catatan keperawatan yang memperlihatkan
bukti bahwa asuhan spiritual telah dilakukan dengan baik.

Nilai yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan kita adalah


keabadian dan kesehatan. Kesehatan seseorang bergantung pada
keseimbangan variabel fisik, psikologis, sosiologis, cultural, perkembangan
an spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari
manusia secara keseluruhan, yang ditanai oleh makna dan harapan ( Clark at
all, 1991 ) spiritualitas memberi dimensi luas pada pandangan holistic
kemanusiaan. Agar perawat dapat memberikan keperawatan yang berkualitas,
mereka harus mendukung klien seperti halnya ketika mereka
mengidentifikasikan dan mengeksplorasi apa yang sangat bermakna dalam
kehidupan mereka dan ketika mereka menemukan cara untuk mengadaptasi
nyeri dan menderita penyakit. Keperawatan membutuhkan keterampilan
dalam keperawatan spiritual. Setiap perawat harus memahami tentang
spiritualitas dan bagaimana keyakinan spiritual mempengaruhi kehidupan
setiap orang. Berdasarkan latar belakang diatas, maka makalah ini akan
membahas mengenai konsep umum spiritualitas pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian spiritual ?
b. Apa karakteristik spiritual ?
c. Bagaimana perkembangan spiritual pada lansia ?
d. Apa saja faktor yang mempengaruhi spiritual ?
e. Bagaimana hubungan spiritual – kesehatan dan sakit ?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pasien gangguan spiritual ?

3
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa pengertian spiritual.
b. Untuk mengetahui apa saja karakteristik spiritual.
c. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan spiritual pada lansia.
d. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi spiritual.
e. Untuk mengetahui bagaimana hubungan spiritual – kesehatan dan sakit.
f. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien gangguan spiritual.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia
dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar
tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih,
dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual
seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita,
kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup
yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang
dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat
diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang
lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang.
Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan
(Nelson, 2002).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup,
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan
mendapatkan maaf (Kozier, 2004).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan

5
penuh rasa percaya dengan Tuhan. dapat disimpulkan kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan
dan mendapatkan maaf. (Hamid, 2000).

2.2 Karakteristik Spiritual


Adapun karakteristik spiritualitas menurut Hamid (2000) meliputi :
a. Hubungan dengan diri sendiri (kekuatan dalam atau self-reliance)
Meliputi : pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) dan
sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan,
ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri.
a. Hubungan dengan alam (harmoni)
Meliputi : mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan
berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabadikan dan
melindungi alam.
b. Hubungan dengan orang lain (harmonis atau suportif)
Meliputi : berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik,
mengasuh anak, orang tua dan orang sakit, serta meyakini kehidupan dan
kematian (mengunjungi, melayat dll), dikatakan tidak harmonis apabila:
konflik dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan
dan friksi.
c. Hubungan dengan ketuhanan (agamais atau tidak agamais)
Meliputi : sembahyang atau berdoa atau meditasi, perlengkapan keagamaan
dan bersatu dengan alam (hamid, 2000).

2.3 Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia


Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk
mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan
kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain

6
(saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan
filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga
serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak
atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006), perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia
antara lain :
 Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
 Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

Sikap pasien lansia sesuai tingkat perkembangan lansia mengahadapi sakit dan
kematian. Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih
cenderung :

 Mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama


 Berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama
yang diyakini oleh generasi muda.
 Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian
orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.
 Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang
tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa
berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat
ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).

7
Alasannya : karena pada kelompok lansia lebih cenderung memikirkan aspek
spiritual keagamaan yang lebih utama dari aspek-aspek yang lain, sehingga
kelompok lansia lebih focus pada satu aktivitas spiritual keagamaan untuk
mendekatkan dirinya dengan Tuhannya.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual

a. Perkembangan
Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual,
karena setiap tahap perkembangan memeliki cara meyakini kepercayaan
terhadap Tuhan.
b. Keluarga
Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan
spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ras/suku
Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses
pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang
dimiliki.
d. Agama yang dianut
Keyakina pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan
arti pentingnya kebutuhan spiritual.
e. Kegiatan keagamaan
Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya
dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya (Asmadi,
2008: 254-257).

8
2.5 Hubungan Antara Spiritual – Kesehatan dan Sakit
a. Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh yang perlu dipahami :
 Menuntun kebiasaan sehari-hari
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, sebagai
contoh : ada agama yang menetapkan diet makanan yang boleh dan tidak
boleh dimakan.
 Sumber dukungan
Pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima
keadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu
penyembuhan yang lama.
 Sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan. Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya adalah
cobaan dari Tuhan
b. Kepercayaan agama tentang kesehatan

2.6 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Spiritual


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif.
Spiritual sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk
individu yang berbeda pula (Mcsherry dan ross, 2002).
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah :

1. Alifiasi nilai
 Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara
aktif atau tidak.
 Jenis partisipasi dalam kegiatan agama

9
2. Keyakinan agama dan spiritual
 Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara
agama
 Strategi koping
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:
a. Tujuan dan arti hidup
b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan arti pemeliharaan
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain

b. Diagnosa
1. Distress spiritual
2. Koping inefektif
3. Ansietas
4. Disfungsi seksual
5. Harga diri rendah
6. Keputusasaan

c. Perencanaan
1. Distress spiritual b.d anxietas
Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek
dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC :
a. Menunjukkan harapan
b. Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual:
 Berarti adlam hidup
 Pandangan tentang spiritual
 Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
 Berdoa atau beribadah
 Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
 Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan
dan kenyataan
c. Klien tenang

10
NIC :
 Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
 Tentukan konsep ketuhanan klien
 Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
 Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan
kesehatan
 Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik
keagamaan
 Kolaborasi dengan pastoral

2. Koping inefektif b.d krisis situasi


Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap
stressor, pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau
ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersedia.
NOC:
 Koping efektif
 Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
 Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku
kompulsif
 Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan
menggunakan informasi
NIC :
 Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya
 Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
 Peningkatan koping:
nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri
nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai

d. Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan

11
e. Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum tujuan
tercapai apabila klien ( Achir Yani, 1999)
1. Mampu beristirahat dengan tenang
2. Menyatakan penerimaan keputusan moral
3. Mengekspresikan rasa damai
4. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
5. Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas
6. Menunjukkan prilaku lebih positif
7. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih
cenderung : Mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama, berusaha
untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang
diyakini oleh generasi muda, perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif
serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa
kesepian dan mawas diri, perkembangan filosofis agama yang lebih matang
sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif
dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian
sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).

3.2 Saran
Sebagai perawat professional kita harus melakukan hal yang memang dibutuhkan
oleh pasien termasuk salah satunya adalah melakukan asuhan keperawatan
spiritual, jangan hanya mementingkan kepentingan bisnis yang berorientasi pada
material saja.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://sites.google.com/site/penawaranjasadaninformasi/silabus-dan-ilmu-
keperawatan/konsep-spiritual-dalam-keperawatan

http://rizkichaerana.blogspot.co.id/2014/01/kebutuhan-spiritual.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai