Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul

Asuhan keperawatan pada Sdr. R. Dengan gangguan sistem respirasi TB

Paru di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Blambangan Banyuwangi.

1.2 Latar Belakang

Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup

terutamadiparu atau diberbagai organ tubuh lainnya.TB paru dapat menyebar

ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan

lainnya (Smeltzer&Bare, 2015). Selain itu TB paru adalah penyakit yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat

hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai

tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010).

Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau

kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan

adanya infiltrat paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta

pembentukan kavitas.

Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15% dari morbiditas

atau kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun adalah penyakit

TB paru. Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi perhatian global,

dengan berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens dan kematian

1
2

akibat TB paru telahmenurun, namun TB paru diperkirakan masih menyerang

9,6 juta orangdan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014 (WHO,

2015).

Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, dalam

laporanDistrict of Columbia terdapat 9.557 kasus TB Paru, meningkat 1,6%

tahun 2014 di Dunia. Dua puluh tujuh negara bagian di dunia dilaporkan

peningkatan jumlah kasus TB paru dari tahun 2014, dan empat negara

(California, Texas, New York, dan Florida) menyumbang 50,6% penderita TB

paru dari total kasus nasional di Amerika Serikat. Tahun 2013, kejadian TB

paru terus secara bertahap menurun antara orang kulit hitam non Hispanik

atau Afrika Amerika (-6,4%), kulit putih non-Hispanik (-12,1%), dan

Hispanik atau Latin (-4,0%). Sementara kejadian TB paru tingkat Asia juga

menurun 2013-2015 (-1,0%), pada tahun 2015 tingkat kejadian TB secara

keseluruhan untuk Asia selama tiga kali lebih tinggi. Angka prevalensi TB

paru di Indonesia pada tahun 2014 menjadi sebesar 647 orang dari 100.000

penduduk. Angka penderita TB paru ini meningkat dari tahun 2013, penderita

TB paru pada tahun 2013yang berjumlah 272 dari 100.000 penduduk (WHO,

2015). Jumlah kasus tuberculosis bar BTA positif pada tahun 2011-2014 di

provinsi jawa timur cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2014

jumlah kasus tuberculosis baru BTA positifdi provinsi Jawa Timur sebanyak

21.036 orang menurun dari jumlah kasus BTA positif tahun 2013. Jumlah

kasus tuberculosis baru BTA positif di provinsi Jawa Timur sebagian besar

terjadi pada penduduk usia produktif antara usia 15 tahun hingga 65 tahun dan
3

sebagian lagi menyerang anak-anak usia kurang dari 15 tahun (Dinkes Jawa

Timur, 2014). Sebagian besar kabupaten yg memiliki kasus TB di Jawa Timur

yang senantiasa meningkat dan masih belum dilakukan penelitian sebelunya

adalah Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan laporan triwulan penemuan

pasien TB di Kabupaten Banyuwangi tahun 2017 terdapat 1.036 penderita

baru TB dengan klasifikasi jumlah BTA negatif sebanyak 461 penderita, BTA

negatif sebanyak 403 penderita, ekspansi paru sebanyak 153 penderita dan

skoring untuk kasus anak sebanyak 19 penderita. Sedangkan jumlah penderita

yang ditemukan MDR TB di Kabupaten Banyuwangi yang tercatat dari tahun

2012 hingga bulan September 2017 terdapat 35 penderita MDR TB denagn 26

orang yang telah diobati dan 6 orang yang dinyatakan meninggal, sisanya

tidak tidak ingin melanjytkan pengobatan, telah sembuh dan pindah domisili

(Dinkes Kabupaten Banyuwangi, 2017). Berdasarakan survey awal prevalensi

penyakit TB Paru di UGD RSUD Blambangan Banyuwangi selama satu bulan

adalah sebanyak 12 orang pada bulan Agustus sampai September.

Terdapat 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB paru di

Indonesia yaitu, waktu pengobatan yang relatif lama (6 sampai 8 bulan)

menjadi penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB paru berhenti

berobat (Drop Out) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum

selesai sehingga menyebabkan kekambuhan pada penderita TB paru dengan

DO. Selain itu, masalah TB paru diperberat dengan adanya peningkatan

infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB

Multi Drugs Resistant (MDR) kebal terhadap bermacam obat. Masalah lain
4

adalah adanya penderita TB paru laten, dimana penderita tidak sakit namun

akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB paru akan muncul upaya

penanggulangan TB paru diukur dengan kesembuhan penderita. Kesembuhan

dapat mengurangi jumlah penderita dan terjadinya penularan.Untuk itu, obat

harus diminum dan diawasi oleh keluarga atau orang terdekat.Saat ini upaya

penanggulangan TB paru dirumuskan lewat DirectlyObserved Treatment

Shortcourse (DOTS), dimana pengobatan yang disertaipengamatan langsung.

Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan di sarana-sarana Kesehatan Pemerintah

dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan program. Saran pada

pasien yang terjangkit penyakit TB Paru yaitu agar rutin berobat ke puskesmas

atau instalasi kesehatan terdekat dan jangan putus obat selama jangka waktu

yang ditentukan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk memilih judul

makalah ilmiah “ Asuhan Keperawatan pada klien Sdr. R dengan TB Paru di

Ruang Istalasi Gawat Darurat RSUD Blambangan Banyuwangi”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Mampumemberikanasuhankeperawatansecarakomperensifp

adapasien TB Paru di ruangInstalasi Gawat Darurat Banyuwangi.

1.3.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain adalah :

1. MelakukanpengkajianpadapasienTB Parudi ruang Instalasi

Gawat Darurat RSUD Blambangan Banyuwangi 2018


5

2.MenegakkandiagnosekeperawatanpadapasienTB Paru di

ruangInstalasi Gawat Darurat RSUD Blambangan Banyuwangi

2018

3. MembuatperencanaankeperawatanpadapasienTB Paru di

ruangInstalasi Gawat Darurat RSUD Blambangan Banyuwangi

2018

4. MelakukanimplementasikeperawatanpadapasienTB Paru di

ruangInstalasi Gawat Darurat RSUD Blambangan Banyuwangi

2018

5. MengevaluasipasienTB Paru di ruangInstalasi Gawat Darurat

RSUD Blambangan Banyuwangi 2018

6. Mengetahui kesinambungan antara konsep dasar teori dengan

asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru di

ruangInstalasi Gawat Darurat RSUD Blambangan Banyuwangi

2018

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi

profesi dalam mengembangkan perencanaan keperawatan yang

akan dilakukan tentang penanganan TB Paru.

1.4.2 Bagi tempat penelitian


6

Hasil karya tulis ilmiah ini nantinya dapat digunakan

sebagai informasi tentang TB Paru.

1.4.3 Bagi peneliti

Mengkaji secara ilmiah suatu permasalahan dengan

mengaplikasikan teori yang pernah peneliti peroleh sepanjang

mengikuti kuliah dan menambah pengetahuan penulis tentang TB

Paru.

1.4.4 Bagi pasien

Mencegah terjadinya stadium lanjut dan mendapatkan

penanganan yang tepat. Serta memberikan asuhan keperawatan dan

pendidikan kesehatan tentang masalah-masalah TB Paru yang

dialaminya serta tindakan apa saja yang harus dilaksanakan.

1.5 Pengumpulan Data

Adapun cara yang digunakan oleh penulis dalam

mengumpulkan data guna penyusunan penulisan, yaitu dengan

Observasi – partisipatif dan Interview dimana penulis melakukan

pengamatan dan turut serta dalam melakukan tindakan

keperawatan serta penulis melakukan pengumpulan data dengan

tanya jawab (pengkajian).

Anda mungkin juga menyukai