PENDAHULUAN
1
masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia sehat 2010, dimana salah satu diantaran
nya adalah program pencegahan penyakit menular termasuk penyakit infeksi saluran
pernafasan akut ( Depkes RI , 2002)
Jumlah kasus ISPA dua tahun terakhir di kota Solok , yaitu pada tahun 2015
Kota Solok menduduki peringkat ke 13 sebanyak 16 % setelah Kabupaten
Padang Pariaman. Sedangkan di Kelurahan Nan Balimo Kota Solok dalam dua
tahun terakhir 2015 – 2016 ada 3.432 kunjungan, ISPA merupakan penyakit
terbanyak di Pusekesmas Nan Balimo dan menjadi peringkat pertama dari 10
kunjungan penyakit terbanyak, yaitu n dan tahun 2016 sebanyak 927 kunjungan.
Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang
Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas di wilayah kerja puskesmas nan
balimo tahun 2016.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui peningkatan jumlah kasus ISPA di wilayah kerja Puskesmas Nan
Balimo tahun 2016 serta upaya pencegahannya.
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu dan wawasan pengetahuan di bidang kesehatan dalam
mencegah penyakit ispa yang sering muncul di masyarakat.
1.3.2. Manfaat Praktis
Sebagai sumber informasi untuk melakukan tindakan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitative dalam upaya menurunkan angka kejadian penyakit
ISPA di Kelurahan Nan Balimo.
1.3.3. Manfaat Bagi Masyarakat
2
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyakit ISPA dan cara
untuk mencegah penyakit tersebut.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini mengenai program
pengendalian penyakit ISPA dan gambaran penyebab munculnya penyakit ISPA di
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Puskesmas
3
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingakat pertama di
wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.
Upaya Kesehatan Masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat
esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. UKM esensial meliputi
pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan
ibu,anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi dan pelayanan pencegahan dan
pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan
atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perorangan.
4
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggualangan penyakit.
2) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelnggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan,dan evaluasi terhadap mutu
dan akses pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkat kompetensi tenaga kesehatan.
i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.
5
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manajemen mengandung tiga prinsip pokok
yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya,
efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan
rasional dalam pengambilan keputusan manejerial.
2.2.1 Perencanaan
1) Pengertian
2) Langkah-langkah perencanaan
a. Analisa situasi
b. Mengidentifikasi masalah prioritas
c. Menentukan tujuan program
d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
e. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
2.2.2 Pengorganisasian
1) Pengertian
6
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga
mempunyai peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur
pengguanaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan.
2) Manfaat pengorganisasian
3) Langkah-langkah pengorganisasian
7
1) Pengertian
1) Prinsip Pengawasan
2) Standar Pengawasan
8
Standar pengawasan mencakup :
3) Manfaat Pengawasan
4) Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering
dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaannya terletak
pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu
pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga mempunyai
kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas pelaksanaan
program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.
9
2.3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
2.3.1. Defenisi ISPA
Insfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan
akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang
lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan
penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulant atau berurutan
(Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson,2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena
menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau
stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung,
yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer
serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di
hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah
3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga
tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang
10
paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri
tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas.(WHO 2007).
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan , oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Bone Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan
adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan
benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular
melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar
penularannya adalah karena menghisap udara yang mendukung unsur penyebab atau
mikroorganisme penyebab (WHO,2007)
Pneumonia yang merupakan salah satu dari jenis ISPA adalah pembunuh
utama balita di dunia, lebih banyak di banding dengan gabungan penyakit AIDS,
malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta balita
meninggal karena pneumonia (1 balita /20 detik) dari 9 juta total kematian balita. Di
antara 5 kematian balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena
besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “pandemi yang
terlupakan” atau “ the forgotten pandemic’’. Namun , tidak banyak perhatian terhadap
penyakit ini, sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau
“The forgotten killer of children” (Kemenkes RI, 2011b). Diagnosis etiologi
pneumonia khususnya pada balita sulit untuk ditegakkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang
memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia, hanya
biakan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkan
diagnosis etilogi pneumonia. Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan
dan menentukan jenis bakteri penyebab pneumonia balita, namun disisi lain dianggap
prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika ( terutama jika semata untuk
11
tujuan penelitian). Dengan pertimbangan tersebut, diagnosis bakteri penyebab
pneumonia bagi balita di Indonesia mendasarkan pada hasil penelitian asing ( melalui
publikasi WHO ), bahwa Streptococcus, Pneumonia dan Hemophylus influenza
merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian etiologi di Negara
berkembang. Di Negara maju pneumonia pada balita disebabkan oleh virus.
Diagnosis pneumonia pada balita disebabkan oleh virus. Diagnosis pneumonia pada
balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai
peningkatan frekuensi napas (napas cepat) sesuai umur. Penentuan napas cepat
dilakukan dengan cara menghitung frekuensi pernapasan dengan menggunakan
sound timer. Batas napas cepat (Kemenkes RI,2011b) adalah :
a. Pada anak usia kurang 2 bulan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per
menit atau lebih.
b. Pada anak usia 2 bulan - <1 tahun frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per
menit atau lebih.
c. Pada anak usia 1 tahun - < 5 tahun frekuensi pernapasan sebanyak 40 kali per
menit atau lebih.
12
1. kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas :
13
terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang
tinggi, dan demam ringan.
3. Kelompok umur dewasa yang mempunyai factor risiko tinggi untuk terkena
pneumonia (Kurniawan dan Israr, 2009 ), yaitu :
b) Merokok
14
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglottis atau laring sampai
dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran napas, seperti
epiglottis, laryngitis , laringotrakeitis, bronchitis, bronkiolitis,
pneumonia.
a) Agent
b) Manusia
Umur
Jenis kelamin
15
didapatkan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan,
terutama anak usia muda, dibawah 6 tahun.
Status gizi
16
ISPA karena kekurangan gizi akan cenderung menurunkan daya tahan
balita terhadap serangan penyakit.
ASI adalah suatu komponen yang paling utama bagi ibu dalam
memberikan pemeliharaan yang baik terhadap bayinya, untuk
memenuhi pertumbuhan dan perkembangan psikososialnya. Karena
sesuatu yang baik tidaklah harus mahal bahkan bias sebaliknya,
terbaik dan termurah yaitu ASI. Karena ASI bias membuat anak lebih
sehat, tapi juga cerdas dan lebih menyesuaikan diri dengan
lingkungan. ( Depkes RI,2001:15)
Kelengkapan imunisasi
17
1. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam
tubuh harus meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu
yang agak lebih lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan
dengan imunisasi pasif.
1. Vaksin BCG
2. Vaksin DPT
18
Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan
kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap
penyakit difteria,pertussis (batuk rejan) dan tetanus.
Vaksin ini dibuat untuk keperluan khusus yaitu bila anak sudah
tidak diperbolehkan atau tidak lagi memerlukan imunisasi
pertussis, tapi masih memerlukan imunisasi difteria dan
tetanus.
4. Vaksin tetanus
5. Vaksin poliomyelitis
1) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I,II, dan III yang
sudah dimatikan (vaksin salk), cara pemberiannya dengan
penyuntikan.
2) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I,II, dan III yang
masih hidup tetapi telah dilemahkan (vaksin sabin), cara
pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.
6. Vaksin campak
19
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap
penyakit campak secara aktif.
7. Vaksin Hepatitis B
Kepadatan hunian
20
membangun rumah menjadi sangat sederhana dan sangat kecil bagi
yang kurang mampu (Juli Soemirat,2000:144)
Ventilasi
21
penyakit). Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen,
karena terjadi aliran udara yang terus menerus. Fungsi lain adalah
untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam
kelembapan yang optimum (Soekidjo Notoatmoji,1997:150).
22
3) Gangguan terhadap penglihatan / mata menjadi pedih.
23
2.3.8. Penatalaksaa penyakit ISPA
1. Pemeriksaan
2. Klasifikasi ISPA
24
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut :
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
3. Pengobatan
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
25
4. Perawatan di rumah
2. Mengatasi batuk
3. Pemberian makanan
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
5. Lain-lain
26
2. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
BAB III
HASIL PRAKTIK KLINIK
27
Gambar 3.1.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
28
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa
Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi
Sumatera Barat 67 km, dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas
2 (dua) kelurahan, yaitu :
1) Kelurahan Nan Balimo
2) Kelurahan Laing
1) Gedung Puskesmas
29
1 buah gedung puskesmas yang terletak di Kelurahan Nan Balimo Kota
Solok.
2) Puskesmas Pembantu
a. Pustu Gelanggang Betung
b. Pustu Tembok
c. Pustu Laing Taluk
d. Pustu Laing Pasir
4) Sarana Transportasi
a. Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit
b. Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit
Tabel 3.1 Data Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Nan Balimo
Tabel 3.2 Tenaga yang ada di Puskesmas Nan Balimo Tahun 2017, yaitu:
30
3 Kesehatan Masyarakat 4 1 TU
4 Tenaga Perawat 12
5 Tenaga Bidan 22 2 sukarela
Tenaga Kesehatan
6 1
Lingkungan
7 Tenaga Gizi 3
8 Perawat Gigi 1
9 Tenaga Apotik/gudang obat 3
10 Ahli Laboratorium Medik 1
11 Tenaga Refraksi Optisi 1 Sukarela
12 Tenaga RM 1
13 Tenaga Elektromedik 0
14 Administrasi 1
15 Tenaga Supir 1
16 Penjaga Malam 1
17 Tenaga Kebersihan 2
Total 57
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2017
1) Promosi kesehatan
a. Penyuluhan ke Sekolah
b. Penyuluhan di Posyandu
c. Penyuluhan Keliling
d. Pembinaan Kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kawasan
Tanpa Rokok (PHBS KTR)
e. Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga
2) Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan yang dilakukan :
1. Inspeksi sanitasi dasar
2. Rumah sehat
3. Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan makanan
dan minuman (TTU-TPM)
4. Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
5. Pengelolaan sampah rumah tangga
31
6. Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
7. Penyuluhan Hygiene sanitasi ke sekolah
8. Penyuluhan kawasan sehat
b. Hasil Kegiatan :
Tabel 3.3 hasil kegiatan Kesehatan Lingkungan
b. Hasil Kegiatan
1. Program Kesehatan Ibu
Tabel 3.4 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Ibu
32
(%) (%)
1 K1 Sasaran 187 100 105
2 K4 Sasaran 187 95 91,16
3 Persalinan oleh Nakes sasaran 179 90 82
4 Persalinan komplikasi Obstetri 80 20,3
5 Kunjungan Nifas 90 74
6 Deteksi resti ibu hamil o Nakes 20 15
7 Deteksi Resti ibu Hamil o Masy 10 0
8 Kematian Ibu hamil/bersalin/nifas 0 0
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016
N Target Pencapaian
Program Kegiatan Sasaran
o (%) (%)
Jumlah KN
Lengkap sasaran170 90 72,4
170
DDTK 2x/tahun 659 90 80
Jumlah neonatus
komplikasi yg0 80 33
ditangani
(Bayi) Pelayanan Bayi
DDTK 4x/th 170 90 82,5
Jlh kematian bayi 0 - 4
Jlh Kematian Balita 0 - 1
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016
33
Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana
2. Hasil Kegiatan
Pencapaian
No Kegiatan Target (%)
(%)
1 D/S Balita 90 64
2 N/D’ Balita 87 87,53
3 BGM/D Balita 3 0,13
4 Pendistribusian Vit A 87 99
5 Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 82 91,1
34
6 Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi ekslusif 85 96
7 Balita gizi buruk mendapat perawatan 100 -
Cakupan rumah tangga yg konsumsi
8 95 100
beryodium
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016
2. Kusta
a) Penemuan dan penanganan kasus
35
a) Penemuan dan penanganan kasus
b. Hasil Kegiatan
Program P2P
Tabel 3.8 Hasil Kegiatan Program P2P
Pemberian VAR/SAR 9 -
1) Pelayanan Imunisasi
2) BIAS
3) TT WUS
4) Sweeping
5) Pelacakan KIPI
36
b. Hasil Kegiatan
N Pencapaian
Kegiatan Target %
o %
HB 0 85 92.4
BCG 95 82,6
Polio 1 95 92,6
Polio 2 95 75,9
Polio 3 95 78,5
Polio 4 90 81,5
DPT HB 1 95 75,9
DPT HB 2 95 79
DPT HB 3 90 82,6
Campak 90 79,5
Booster pentavalen 80 10,3
Booster campak 80 2,5
DODPT/Hb (1-3) 5 8,6
DODPT/Hb 1 Campak 5 7,9
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016
7) Pengobatan
Program pengobatan yang dilaksanakan di puskesmas adalah program
pengobatan tingkat pertama atau program pengobatan dasar yang mengacu kepada
standar pengobatan rasional di puskesmas. Obat-obatan yang digunakan di dalam
pengobatan dasar di puskesmas ini harus mengacu pada obat-obat standar yang
terdapat di dalam Formularium Nasional (Fornas).
3.3 Program Pengembangan (Inovasi)
3.3.1 Kegiatan
1) UKS
a. Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
b. Pembinaan Sekolah Sehat
37
c. Pelatihan Dokter Kecil/Kader Kesehatan
2) Perkesmas
a. Asuhan keperawatan pada keluarga
b. Kunjungan rumah KK Resti
3) Kesehatan Jiwa
a. Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
b. Rujukan kasus jiwa
4) Kesehatan Mata
a. Penemuan dan penangan kasus
b. Rujukan
5) Kesehatan Lansia
a. Pelayanan di dalam dan luar gedung
b. Pembinaan kelompok Lansia
c. Senam lansia
d. Penyuluhan Kesehatan Lansia
e. Deteksi Dini Kesehatan Lansia
6) PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)
a. Pelatihan kader PKPR
b. Penyuluhan & konsultasi ke sekolah
c. Konsultasi bagi remaja
7) Kesehatan Gigi & Mulut
a. Dalam Gedung
1. Pelayanan kedaruratan Gigi
2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar
3. Pelayanan medik gigi dasar
b. Luar Gedung
1. UKGS
2. UKGM
38
1. Posbindu
Tujuan :
- Memberikan penyuluhan kepada narapidana
tentang Penyakit Tidak Menular.
Manfaat :
- Meningkatkan Pengetahuan tentang penyuluhan
Penyakit tidak menular.
3. Posyandu
Waktu : 9 Mei 2017.
Manfaat :
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan pengetahuan ibu
39
- Meningkatkan Imunitas anak dengan pemberian
imunisasi.
4. Posyandu
Waktu : 10 mei 2017
Tempat : Posbindu Sungai Sianik.
Kegiatan yang dilakukan
Tujuan :
- Memberikan Imunisasi, Penimbangan berat badan,
dan Pengukuran tinggi badan.
Manfaat :
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan penetahuan ibu
- Meningkatkan Imunitas anak dengan pemberian imunisasi.
5. Posyandu
Waktu : 10 mei 2017
Tempat : Posyandu laing
Kegiatan yang dilakukan
Tujuan :
- Memberikan Imunisasi, Penimbangan berat badan,
dan Pengukuran tinggi badan.
Manfaat :
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan penetahuan ibu
6. Kunjungan ke Lapas
Tanggal: 12 Mei 2017
Tempat : Jl. Kapten Bahar Hamid KM 41 Solok.
Kegiatan yang dilakukan
Manfaat :
-Memberikan pengobatan pada narapidana oleh Dokter
Puskesmas yang bertanggung jawab pada waktu itu.
40
- Melakukan diskusi dengan ibu hamil terkait dengan bahan
penyuluhan yang disampaikan.
Manfaat :
- Mengetahui perkembangan dan kondisi kehamilan
-Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyuluhan kehamilan.
41
2) Meningkatnya kasus Hipertensi
Jumlah peningkatan kasus Hipertensi dalam 1 tahun terakhir di puskesmas
Nan balimo ditemukan tahun 2016 sebanyak 645 kunjungan.
3) Meningkatnya kasus Diare
Jumlah peningkatan kasus Diare dalam 2 tahun terakhir di puskesmas Nan
balimo ditemukan tahun 2016 sebanyak 291 kunjungan
42
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua
masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG. Penilaian dua
masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan puskesmas
dari wawancara dengan pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari
kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgency,
Seriousness, dan Growth. Adapun masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan
skala USG adalah ditemukannya kasus tertinggi Penyakit ISPA 1 tahun terakhir.
Masalah U S G P Prioritas
Meningkatnya kasus 5 4 4 80 P2
Hipertensi
Meningkatnya kasus 4 4 4 64 P3
Diare
Data tahun 2016 ditemukan sembilan ratus dua puluh tujuh kunjungan.
ISPA selalu menjadi peringkat pertama dari sepuluh kunjungan penyakit
terbanyak di puskesmas Nan Balimo.
Dimana data 1 tahun terakhirnya sebagai berikut :
Jumlah kunjungan penyakit ISPA puskesmas nan balimo tahun 2016
1 Januari 7 18 27
2 Februari 3 10 60
43
3 Maret 3 9 45
4 April - 16 118
5 Mei 1 10 59
6 Juni 5 20 53
7 Juli - 19 57
8 Agustus 2 19 48
9 September - 14 63
10 Oktober 3 18 63
11 November 3 14 54
12 Desember 5 14 67
TOTAL 927
1 Januari 18 28
2 Februari 8 24
3 Maret 18 32
4 April 10 24
5 Mei 17 24
6 Juni 25 30
44
7 Juli 20 36
8 Agustus 14 42
9 September 37 44
10 Oktober 27 47
11 November 28 35
12 Desember 39 42
TOTAL 645
1 Januari - 7 8
2 Februari - 3 10
3 Maret 5 4 16
4 April 5 4 16
5 Mei 1 7 13
6 Juni - 12 12
7 Juli - 15 20
8 Agustus 1 16 19
9 September 2 6 20
10 Oktober 3 7 13
45
11 November 1 7 11
12 Desember - 7 20
JUMLAH 18 95 78
TOTAL 291
46
47
Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa(Fishbone)
Ditemukannya kunjungan terbanyak penyakit ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
MAN METODE
SARANA
LINGKUNGAN
MONEY
48
3.5.4 Analisis Sebab Akibat Masalah
Variabel Masalah
49
3. Money a. Dana yang dibutuhkan Memaksimalkan
untuk penyuluhan tidak penggunaan sumber dana
banyak, kurang nya puskesmas
biaya untuk pembelian
sarana.
b. Rendahnya nilai
ekonomi keluarga
50
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah diatas, penulis membuat beberapa
perencanaan kegiatan untuk menurunkan Angka penyakit ISPA.
51
Tabel 3.12 Plan Of Action
52
poster mengenai penyakit informasi yang masyarakat di posyandu, pustu dokter muda.
ISPA berkaitan dengan wilayah kerja
penyakit ISPA Puskesmas
Nan Balimo
4. Melakukan gotong royong Terciptanya Suluruh Lingkungan Sekali sebulan Seluruh warga
rutin sekali sebulan lingkungan yang warga rumah warga masyarakat di
dilingkungan kelurahan bersih dn sehat masyarakat di wilayah kerja
wilayah kerja Puskesmas Nan
Puskesmas Balimo
Nan Balimo
53
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Untuk itu untuk mengurangi angka tersebut perlu dilakukan hal seperti
memberikan penyuluhan kepada masyarkat mengenai penyakit ISPA. dan
memberikan edukasi bahwa pentingnya ISPA itu untuk di obati, dan untuk
petugas Puskesmas Nan Balimo meingkatkan lagi kerja sama petugas
puskesmas dengan petugas Pustu,puskeskel dan praktek swasta dan
kepada petugas Puskesmas Nan Balimo sebaiknya menigkatkan lagi kerja
sama petugas puskesmas dengan petugas Pustu,puskeskel dan praktek
swasta, mengoptimalkan lagi kerja petugas promkes dan untuk dana yang
dibutuhkan lebih di optimalkan lagi agar program yang direncakan dapat
terlaksana dengan baik.
4.1. SARAN
54
DAFTAR PUSTAKA
55
Corwin, Elizabeth (2008). Buku Saku Patofisiologi, ed. 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lampiran leaflet
1. Leaflet hipertensi
Nurul Amilya
56
2. Leaflet nutrisi
3. Liflite maag
Yose Soares
57
Lampiran Kegiatan
1. Kunjungan Lapas
58
2. Posyandu
59
60
61
62