Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru ( Alsagaf, 2009 ). ISPA
salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun tetapi diagnosis
sulit ditegakkan. World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens
ISPA di Negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 40
per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di
dunia golongan usia balita. Pada tahun 2000, 1,9 juta (95%) anak – anak di
seluruh dunia meninggal karena ISPA, 70 % dan dari Afrika dan Asia Tenggara
( WHO,2006)
Salah satu penyebab kematian akibat ISPA adalah pneumonia dimana
penyakit ini disebabkan oleh infeksi streptococcus pneumonia atau haemophillus
influenza. Banyak kematian yang di akibatkan oleh pneumonia terjadi dirumah,
diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Program
pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan
berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khusus nya pada bayi
dan anak balita, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih
tetap tinggi ( Rasmalia, 2004 ). Kematian akibat pneumonia sebagai penyebab
utama ISPA di Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak 5 kasus diantara 1000
bayi atau balita. Berarti, akibat pneumonia sebanyak 150 ribu bayi atau balita
meninggal tiap tahun atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus sehari atau 17
anak perjam atau seorang bayi / balita tiap 5 menit (WHO,2007).
Prevalensi secara nasional ISPA di Indonesia 25 % ( 16 provinsi diatas angka
nasional ), angka kesakitan ( morbiditas ) pneumonia pada bayi 2,2% , balita 3 %,
sedangkan angka kematian ( mortalitas ) pada bayi 23,8 % dan balita 15,5 % ,
(Riskerdas, 2007 ). Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, departemen
kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang di temukan di

1
masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia sehat 2010, dimana salah satu diantaran
nya adalah program pencegahan penyakit menular termasuk penyakit infeksi saluran
pernafasan akut ( Depkes RI , 2002)
Jumlah kasus ISPA dua tahun terakhir di kota Solok , yaitu pada tahun 2015
Kota Solok menduduki peringkat ke 13 sebanyak 16 % setelah Kabupaten
Padang Pariaman. Sedangkan di Kelurahan Nan Balimo Kota Solok dalam dua
tahun terakhir 2015 – 2016 ada 3.432 kunjungan, ISPA merupakan penyakit
terbanyak di Pusekesmas Nan Balimo dan menjadi peringkat pertama dari 10
kunjungan penyakit terbanyak, yaitu n dan tahun 2016 sebanyak 927 kunjungan.
Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang
Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas di wilayah kerja puskesmas nan
balimo tahun 2016.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui peningkatan jumlah kasus ISPA di wilayah kerja Puskesmas Nan
Balimo tahun 2016 serta upaya pencegahannya.

1.2.2. Tujuan khusus


1. Diketahuinya batasan dan defenisi penyakit ISPA
2. Diketahuinya etiologi penyakit ISPA
3. Dikethui nya gejala penyakit ISPA
4. Diketahuinya cara penularan penyakit ISPA
5. Diketahuinya Diagnosis ISPA
6. Diketahuinya klasifikasi ISPA
7. Diketahuinya factor yang mempengaruhi ISPA
8. Diketahuinya penatalaksanaan penyakit ISPA

1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu dan wawasan pengetahuan di bidang kesehatan dalam
mencegah penyakit ispa yang sering muncul di masyarakat.
1.3.2. Manfaat Praktis
Sebagai sumber informasi untuk melakukan tindakan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitative dalam upaya menurunkan angka kejadian penyakit
ISPA di Kelurahan Nan Balimo.
1.3.3. Manfaat Bagi Masyarakat

2
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyakit ISPA dan cara
untuk mencegah penyakit tersebut.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini mengenai program
pengendalian penyakit ISPA dan gambaran penyebab munculnya penyakit ISPA di
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014, Puskesmas


merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanan tugas tersebut,
puskesmas menyelenggarakan fungsinya yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan

3
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingakat pertama di
wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.
Upaya Kesehatan Masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat
esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. UKM esensial meliputi
pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan
ibu,anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi dan pelayanan pencegahan dan
pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan
atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perorangan.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk


mewujudkan masyarakat yang:
1) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
2) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
3) Hidup dalam lingkungan sehat.
4) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
1) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan Komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.

4
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggualangan penyakit.
2) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelnggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan,dan evaluasi terhadap mutu
dan akses pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkat kompetensi tenaga kesehatan.
i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.

2.2 Manajemen Puskesmas

5
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manajemen mengandung tiga prinsip pokok
yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya,
efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan
rasional dalam pengambilan keputusan manejerial.

2.2.1 Perencanaan
1) Pengertian

Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan


strategi, kebiijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi
untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan
fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menetukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa yang akan melakukan
dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses
pencapaian terhadap tujuan secra efektif dan efisien.

2) Langkah-langkah perencanaan

Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu


sebagai berikut:

a. Analisa situasi
b. Mengidentifikasi masalah prioritas
c. Menentukan tujuan program
d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
e. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

2.2.2 Pengorganisasian

1) Pengertian

6
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga
mempunyai peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur
pengguanaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan.

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan


dan mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan
wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan
organisasi.

2) Manfaat pengorganisasian

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan


mengetahui:

a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok


b. Hubungan organisasi antar manusia yang akan terjadi antar anggota atau
staf organisasi
c. Pendelegasian wewenang
Manajer atau pimpinan akan melimpahkan wewenang kepada staf
sesuai dengan tugas pokok yang diberikan kepadanya
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi

3) Langkah-langkah pengorganisasian

Ada lima langkah pentng dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf


b. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis
d. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
e. Mendelegasikan wewenang

2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan

7
1) Pengertian

Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program


(ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan program (yang
dirumuskan dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini lebih menekankan
bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia
dan yang bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

2) Tujuan dan fungsi pelaksanaan

Tujuan pelaksanaan yaitu

a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien


b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis

2.2.4 Pengwasan dan pengendalian

1) Prinsip Pengawasan

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari


proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan
program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus
selalu dibandingkan dengan hasil yang dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf.
Jika ada kesenjangan dan penyimngan yang terjadi harus segera diatasi.
Penyimpangan ini harus dapat dideteksi secara dini dicegah, dikendalikan atau
dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
penggunaan sumber daya dapat lebih diefesiensikan dan tugas-tugas staf untuk
mencapai tujuan program dapat lebih diefekti

2) Standar Pengawasan

8
Standar pengawasan mencakup :

a. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf


melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan
dalam situasi yang sama di masa lalu.
b. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh
petugas yang sudah mendapat pelatihan. Satandar ini berkaitan dengan
tingkat profesionalisme staf.

3) Manfaat Pengawasan

Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi


yang akan memperoleh manfaatnya, yaitu :

a. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan


oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah
sumberdayanya sudah digunakan seusai dengan yang sudah ditetapkan.
Dalam hal ini,fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk
meningkatkan efesiensi kegiatan program
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
melaksanakan tugas-tugasnya
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien
d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan
atau diberikan pelatihan lanjutan

4) Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering
dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaannya terletak
pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu
pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga mempunyai
kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas pelaksanaan
program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.

9
2.3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
2.3.1. Defenisi ISPA
Insfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan
akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang
lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan
penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulant atau berurutan
(Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson,2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

2.3.2. Etiologi ISPA


Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptokokus , stafilokokus,
pneumokokus, hemofillus, bordetelia dan korinebakterium. Virus penyebab ISPA
antara lain golongan Miksovirus, Adnovirus,Koronavirus, Pikornavirus,Mikoplasma
dan lain-lain ( Suhandayani,2007).

2.3.3. Gejala ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena
menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau
stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung,
yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer
serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di
hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah
3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga
tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang

10
paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri
tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas.(WHO 2007).

2.3.4. Cara Penularan Penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan , oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Bone Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan
adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan
benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular
melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar
penularannya adalah karena menghisap udara yang mendukung unsur penyebab atau
mikroorganisme penyebab (WHO,2007)

2.3.5. Diagnosis ISPA

Pneumonia yang merupakan salah satu dari jenis ISPA adalah pembunuh
utama balita di dunia, lebih banyak di banding dengan gabungan penyakit AIDS,
malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta balita
meninggal karena pneumonia (1 balita /20 detik) dari 9 juta total kematian balita. Di
antara 5 kematian balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena
besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “pandemi yang
terlupakan” atau “ the forgotten pandemic’’. Namun , tidak banyak perhatian terhadap
penyakit ini, sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau
“The forgotten killer of children” (Kemenkes RI, 2011b). Diagnosis etiologi
pneumonia khususnya pada balita sulit untuk ditegakkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang
memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia, hanya
biakan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkan
diagnosis etilogi pneumonia. Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan
dan menentukan jenis bakteri penyebab pneumonia balita, namun disisi lain dianggap
prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika ( terutama jika semata untuk

11
tujuan penelitian). Dengan pertimbangan tersebut, diagnosis bakteri penyebab
pneumonia bagi balita di Indonesia mendasarkan pada hasil penelitian asing ( melalui
publikasi WHO ), bahwa Streptococcus, Pneumonia dan Hemophylus influenza
merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian etiologi di Negara
berkembang. Di Negara maju pneumonia pada balita disebabkan oleh virus.
Diagnosis pneumonia pada balita disebabkan oleh virus. Diagnosis pneumonia pada
balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai
peningkatan frekuensi napas (napas cepat) sesuai umur. Penentuan napas cepat
dilakukan dengan cara menghitung frekuensi pernapasan dengan menggunakan
sound timer. Batas napas cepat (Kemenkes RI,2011b) adalah :

a. Pada anak usia kurang 2 bulan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per
menit atau lebih.

b. Pada anak usia 2 bulan - <1 tahun frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per
menit atau lebih.

c. Pada anak usia 1 tahun - < 5 tahun frekuensi pernapasan sebanyak 40 kali per
menit atau lebih.

Diagnosis pneumonia berat untuk kelompok umur kurang 2 bulan ditandai


dengan adanya napas cepat, yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit
atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke
dalam. Rujukan penderita pneumonia berat dilakukan dengan gejala batuk atau
kesukaran bernapas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan tidak dapat minum.
Pada klasifikasi bukan pneumonia maka diagnosisnya adalah batuk pilek biasa
(common cold), pharyngitis, tonsillitis, otitis atau penyakit non- pneumonia lainnya.

2.3.6. Klasifikasi ISPA

A. Klasifikasi berdasarkan umur ( kemenkes RI 2011b), sebagai berikut :

12
1. kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas :

a) Pneumonia berat : bila disertai dengan tanda-tanda klinis


seperti berhenti menyusu ( jika sebelumnya menyusu dengan
baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun,
stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38°C atau
lebih) atau suhu tubuh yang rendah ( dibawah 35,5°C),
pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan
dinding dada berat , sianosis sentral (pada lidah), serangan
apnea. Distensi abdomen dan abdomen tegang.

b) Bukan pneumonia : jika anak bernapas dengan frekuensi


kurang dari 60 kali permenit dan tidak terdapat tanda
pneumonia seperti di atas.

2. Kelompok umur 2 bulan -< 5 tahun, diklasifikasikan atas :

a) Pneumonia sangat berat : batuk atau kesulitan bernapas yang


disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya
penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.

b) Pneumonia berat : batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan


dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat
minum.

c) Pneumonia : batuk (atau kesulitan bernapas) dan pernafasan


cepat tanpa penarikan dinding dada.

d) Bukan pneumonia ( batuk pilek biasa) : batuk (atau kesulitan


bernapas) tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.

e) Pneumonia persisten : anak dengan diagnosis pneumonia tetap


sakit walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis
antibiotic yang adekuat dan antibiotic yang sesuai, biasanya

13
terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang
tinggi, dan demam ringan.

3. Kelompok umur dewasa yang mempunyai factor risiko tinggi untuk terkena
pneumonia (Kurniawan dan Israr, 2009 ), yaitu :

a) Usia lebih dari 65 tahun

b) Merokok

c) Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun dikarenakan


penyakit kronis lain.

d) Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma,


PPOK, dan emfisema.

e) Kelompok dengan masalah-masalah medis lain, termasuk diabetes dan


penyakit jantung.

f) Kelompok dengan system imunitas dikarenakan HIV, transplantasi


organ, kemoterapi atau penggunaan steroid lama.

g) Kelompok dengan ketidakmampuan untuk batuk karena stroke, obat-


obatan sedatif atau alcohol, atau mobilitas yang terbatas.

h) Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atas


oleh virus.

B. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi (Depkes RI,2005), sebagai berikut :

1) Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)

Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek,


otitis media, faringitis.

2) Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)

14
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglottis atau laring sampai
dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran napas, seperti
epiglottis, laryngitis , laringotrakeitis, bronchitis, bronkiolitis,
pneumonia.

2.3.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ISPA

a) Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya


bias secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rhinitis
simpleks,faringitis,tonsitis, dan sinusitis. Rhinitis simplek atau yang lebih
dikenal sebagai salesma/commond cold /korizal/pilek, merupakan penyakit
virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebab penyakit ini adalah
virus Myxovurus, Coxsackie dan Echo (WHO,2007).

b) Manusia

 Umur

Berdsasarkan hasil penelitian Anom (2006), risiko untuk


terkena ISPA pada anak yang lebih muda umurnya lebih besar
dibandingkan dengan anak yang lebih tua umurnya. Dari hasil uji
statistic menunjukkan ada pengaruh unur terhadap kejadian ISPA pada
anak balita. Dengan demikian, umur merupakan determinan dari
kejadian ISPA pada anak balita.

 Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Daroham dan Mutiatikum (2009),


menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden
maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Namun menurun beberapa penelitian kejadian ISPA lebih sering

15
didapatkan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan,
terutama anak usia muda, dibawah 6 tahun.

 Status gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan


yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi,transportasi,penyimpanan,metabolism dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan,pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi ( I dewa Nyoman supariasa, Bachsyar Bakri dan
Ibnu Fajar ,2002:17)

Fungsi zat gizi antara lain sebagai berikut :

1. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan


perkembangan, terutama bagi yang masih dalam
pertumbuhan.

2. Memperoleh energi guna melakukan aktifitas fisik


sehari-hari.

3. Mengganti sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung


dalam tubuh ( dengan cara menjaga keseimbangan
cairan tubuh )

4. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap


berbagai penyakit sebagai zat anti oksidan.

Penelitian yang dilakukan oleh Chandra pada tahun 1997


menunjukan bahwa kekurangan gizi akan meningkat kerentanan dan
beratnya infeksi suatu penyakit. Penelitian ini dilakukan oleh Pio dkk
(1985) menunjukkan adanya hubungan antara kekurangan zat gizi dan

16
ISPA karena kekurangan gizi akan cenderung menurunkan daya tahan
balita terhadap serangan penyakit.

 Pemberian ASI Ekslusif

ASI adalah suatu komponen yang paling utama bagi ibu dalam
memberikan pemeliharaan yang baik terhadap bayinya, untuk
memenuhi pertumbuhan dan perkembangan psikososialnya. Karena
sesuatu yang baik tidaklah harus mahal bahkan bias sebaliknya,
terbaik dan termurah yaitu ASI. Karena ASI bias membuat anak lebih
sehat, tapi juga cerdas dan lebih menyesuaikan diri dengan
lingkungan. ( Depkes RI,2001:15)

Penelitian yang dilakukan oleh picasane membuktikan bahwa


pemeberian ASI memberikan efek yang tinggi terhadap ISPA. Sedang
penelitian yang dilakukan oleh Syah juga menunjukkan bahwa ASI
mengandung bahan-bahan dan anti infeksi yang penting dalam
mencegah invasi saluran pernafasan oleh bakteri dan virus. Walaupun
balita sudah mendapat ASI lebih dari 4 bulan lebih namun bila status
gizi dan lingkungan kurang mendukung dapat resiko penyebab
pneumonia pada bayi ( Dinkes,2001:9)

 Kelengkapan imunisasi

Ada dua jenis imunisasi , yaitu imunisasi aktif dan imunisasi


pasif. Pemberian imunisasi pada anak biasanya dilakukan dengan cara
imunisasi aktif, karena imunasasi aktif akan memberikan kekebalan
yang lebih lama. Imunisasi pasif diberikan hanya dalam keadaan yang
sangat mendesak, yaitu bila diduga tubuh anak belum mempunyai
kekebalan ketika terinfeksi oleh kuman penyakit yang ganas.

Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan


imunisasi pasif adalah

17
1. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam
tubuh harus meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu
yang agak lebih lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan
dengan imunisasi pasif.

2. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama


( bertahun-tahun) sedangkan pada imunisasi pasif hanya
berlagsung untuk beberapa bulan.

Sesuai dengan program pemerintah (Departemen Kesehatan)


tentang program pengembangan imunisasi (FPI) , maka anak
diharuskan mendapat perlindungan terhadap 7 jenis penyakit
utama, yaitu penyakit TBC ( dengan pemberian vaksin
BCG),difteria,tetanus,batuk rejan,poliomyelitis, campak dan
hepatitis B.

Imunisasi lain yang dianjurkan di Indonesia pada saat ini adalah


terhadap penyakit gondong dan campak Jerman ( dengan
pemberian vaksin MMR), tifus, radang selaput otak oleh kuman
Haemophilus influenza tipe B (Hib),hepatitis A, cacar air dan
rabies (Markum,2002:15)

Jenis – jenis imunisasi wajib :

1. Vaksin BCG

Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan


kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin
BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup. Jenis
kuman ini telah dilemahkan.

2. Vaksin DPT

18
Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan
kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap
penyakit difteria,pertussis (batuk rejan) dan tetanus.

3. Vaksin DT (Difteria, Tetanus)

Vaksin ini dibuat untuk keperluan khusus yaitu bila anak sudah
tidak diperbolehkan atau tidak lagi memerlukan imunisasi
pertussis, tapi masih memerlukan imunisasi difteria dan
tetanus.

4. Vaksin tetanus

Terhadap penyakit tetanus , dikenal 2 jenis imunisasi yaitu


imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Vaksin yang digunakan
untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman
tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.

5. Vaksin poliomyelitis

Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap


penyakit poliomyelitis. Terdapat 2 jenis vaksin dalam
peredaran, yang masing-masing mengandung virus polio tipe
I,II dan III yaitu :

1) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I,II, dan III yang
sudah dimatikan (vaksin salk), cara pemberiannya dengan
penyuntikan.

2) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I,II, dan III yang
masih hidup tetapi telah dilemahkan (vaksin sabin), cara
pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.

6. Vaksin campak

19
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap
penyakit campak secara aktif.

7. Vaksin Hepatitis B

Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif


terhadap penyakit Hepatitis B . penyakit ini dalam istilah
sehari-hari dikenal sebagai penyakit lever.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan status


imunisasi menunjukan bahwa ada kaitan antara penyakit
penderita pneumonia yang mendapatkan imunisasi tidak
lengkap dan lengkap, dan bermakna secara statitis. Menurut
penelitian yang dilakukan Tupasi (1985) menyebutkan bahwa
ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan
penderita ISPA. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sievert
pada tahun 1993 menyebutkan bahwa imunisasi yang lengkap
dapat memberikan peranan yang cukup berarti mencegah
kejadian ISPA (Dinkes RI, 2001:10)

 Kepadatan hunian

Pemanfaatan atau penggunaan rumah perlu sekali diperhatikan.


Banyak rumah yang secara teknis memenuhi syarat kesehatan, tetapi
apabila penggunaannya tidak sesuai dengan peruntukan, maka dapat
terjadi gangguan kesehatan . Misalnya rumah yang dibangun untuk
dihuni oleh empat orang tidak jarang dihuni lebih dari semestinya. Hal
ini sering dijumpai, karena biasanta pendapatan kelurga itu berbanding
terbalik dengan jumlah anak atau anggota keluarga. Dengan demikan
keluarga yang besar seringkali hanya mampu membeli rumah yang
kecil dan sebaliknya. Hal ini sering tidak mendapat perhatian dan terus

20
membangun rumah menjadi sangat sederhana dan sangat kecil bagi
yang kurang mampu (Juli Soemirat,2000:144)

 Ventilasi

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI nomor


829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan,
luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai.

Pertukaran hawa (ventilasi) yaitu proses penyediaan udara


segar dan pengeluaran udara kotor secara alamiah atau mekanis harus
cukup. Berdasrkan peraturan bangunan nasional, lubang hawa suatu
bangunan harus memenuhi aturan sebagai berikut :

1) Luas bersih dari jendela/ lubang hawa sekurang-kurangnya 1/10


dari luas lantai ruangan.

2) Jendela/ lubang hawa harus meluas kearah atas sampai setinggi


minimal 1,95 m dari permukaan lantai.

3) Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit-langit


sekurangnya-kurangnya 0,35% luas lantai yang bersangkutan
(Mukono ,200:156)

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Yang pertama


adalah untuk menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap
segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 didalam rumah yang berarti
kadar CO2 yang bersifat racun akan meningkat. Tidak cukupnya
ventilasi juga akan menyebabkan kelembapan udara di dalam
ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit
dan penyerapan. Kelembapan ini akan merupakan media yang baik
untuk bakteri-bakteri, pathogen ( bakteri-bakteri penyebab

21
penyakit). Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen,
karena terjadi aliran udara yang terus menerus. Fungsi lain adalah
untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam
kelembapan yang optimum (Soekidjo Notoatmoji,1997:150).

 Kepemilikan Lubang Asap

Pembakaran yang terjadi di dapur rumah merupakan aktivitas


manusia yang menjadi sumber pengotoran atau pencemaran udara.
Pengaruh terhadap kesehatan akan tampak apabila kadar zat pengotor
meningkat sedemikian rupa sehingga timbul penyakit. Pengaruh zat
kimia ini pertama-tama akan ditemukan pada system pernafasan dan
kulit serta selaput lender, selanjutnya apabila zat pencemar dapat
memasuki peredaran darah, maka efek sistemik tak dapat dihindari
(Juli Soemirat,2000:55).

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan,
dapur yang sehat harus memiliki lubang asap dapur. Di perkotaan ,
dapur sudah dilengkapi dengan penghisap asap. Lubang asap dapur
menjadi penting artinya karena asap dapat mempunyai dampak
terhadap kesehatan manusia terutama penghuni di dalam rumah atau
masyarakat pada umumnya.

Lubang asap dapur yang tidak memenuhi persyaratan


menyebabkan :

1) Gangguan terhadap pernapasan dan mungkin dapat merusak alat-


alat pernapasan.

2) Lingkungan menjadi kotor

22
3) Gangguan terhadap penglihatan / mata menjadi pedih.

Dapur tanpa lubang asap relatif akan menimbulkan polusi asap


ke dalam rumah yang dapurnya menyatu dengan rumah dan
kondisi ini akan berpengaruh terhadap kejadian pneumonia balita,
seperti hasil penelitian Lubis (1990) yang membuktikan adanya
hubungan terhadap kejadian ISPA di rumah yang banyak
mendapatkan polusi asap dapur dan tidak.

 Jenis Bahan Bakar masak

Aktivitas manusia berperan dalam penyebaran partikel udara


yang berbentuk partikel-partikel kecil padatan dan droplet cairan,
misalnya dalam bentuk asap dari proses pembakaran didapur, terutama
dari batu arang. Partikel dari pembakaran di dapur biasanya berukuran
di antara 1-10 mikron. Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia
terutama melalui system pernapasan, oleh karena itu pengaruh yang
merugikan langsung terutama terjadi pada system pernapasan .

 Keberadaan Anggota keluarga yang Menderita ISPA

ISPA disebabkan oleh bakteri, virus dan riketsia. Bakteri


penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,
Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus dan Korinebakterium . Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,adenivirus,
Pikornavirus, Mikoplasma dan lain lain.

Kuman penyebab ISPA ditularkan dari penderita ke orang lain


melalui udara pernapasan atau percikan ludah penderita. Pada
prinsipnya kuman ISPA yang ada di udara terhisap oleg penjamu baru
dan masuk keseluruh saluran pernafasan. Dari saluran pernafsan
kuman menyebar ke seluruh tubuh apabila orang yang terinfeksi ini
rentan, amak ia akan terkena ISPA (Depkes RI,1996:6)

23
2.3.8. Penatalaksaa penyakit ISPA

ISPA Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus


yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan 19 program
(turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan
obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA).

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar


pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan
obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup
pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari
tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA .

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut


(Smeltzer & Bare, 2002) :

1. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan


mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan
anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila
menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka
baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat
gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka
sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia
dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

2. Klasifikasi ISPA

24
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut :

1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).

2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

3. Pengobatan

1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,


oksigendan sebagainya.

2. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita


tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di


rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita 21 dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)
selama 10 hari.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

25
4. Perawatan di rumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi


anaknya yang menderita ISPA.

1. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan


memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

2. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional


yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

3. Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulangulang


yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI
pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

4. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

5. Lain-lain

1. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal


dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.

26
2. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.

3. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang


berventilasi cukup dan tidak berasap.

4. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka


dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

5. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas


usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar
selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke
petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

BAB III
HASIL PRAKTIK KLINIK

3.1. Gambaran Puskesmas Nan Balimo


3.1.1.Kondisi Geografi
Peta Wilayah :

27
Gambar 3.1.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo

Puskesmas Nan Balimo merupakan salah satu puskesmas yang ada di


Kota Solok yang berdiri pada tahun 2008 dengan luas tanah 1200 M2, dan
merupakan puskesmas non perawatan atau puskesmas rawat jalan.

Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan


dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan PPA dan Kampung Jawa
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan tanjung paku

28
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa
Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi
Sumatera Barat 67 km, dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas
2 (dua) kelurahan, yaitu :
1) Kelurahan Nan Balimo
2) Kelurahan Laing

3.1.2 Kondisi Demografi


Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Nan Balimo sebanyak 8682 jiwa, dimana menurut kelurahan:
1) Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7080 jiwa
2) Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1111 jiwa
Mata Pencarian penduduk di Kelurahan Nan Balimo dan Kelurahan
Laing pada umumnya bekerja disektor perdagangan dan sektor pertanian.

3.1.3 Visi dan Misi

1) Visi Puskesmas Nan Balimo


“Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk hidup sehat”

2) Misi Puskesmas Nan Balimo


a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS
b. Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang kesehatan
c. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
d. Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan
e. Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi
f. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
g. Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan
lingkungan

3.1.4 Sarana dan Prasarana

1) Gedung Puskesmas

29
1 buah gedung puskesmas yang terletak di Kelurahan Nan Balimo Kota
Solok.

2) Puskesmas Pembantu
a. Pustu Gelanggang Betung
b. Pustu Tembok
c. Pustu Laing Taluk
d. Pustu Laing Pasir

3) Pos Kesehatan Kelurahan


a. Poskeskel Nan Balimo
b. Poskeskel Laing

4) Sarana Transportasi
a. Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit
b. Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit

Tabel 3.1 Data Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Nan Balimo

No Jenis Sarana Jumlah


1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu 4 Unit
3. Poskeskel 2 Unit
4. Posyandu Balita 9 Unit
5. Posyandu Lansia 4 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016

3.1.5 Ketenaga Kerjaan Nan Balimo

Tabel 3.2 Tenaga yang ada di Puskesmas Nan Balimo Tahun 2017, yaitu:

No Jenis Tenaga Jumlah Ket


1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 1 Kepala Puskesmas

30
3 Kesehatan Masyarakat 4 1 TU
4 Tenaga Perawat 12
5 Tenaga Bidan 22 2 sukarela
Tenaga Kesehatan
6 1
Lingkungan
7 Tenaga Gizi 3
8 Perawat Gigi 1
9 Tenaga Apotik/gudang obat 3
10 Ahli Laboratorium Medik 1
11 Tenaga Refraksi Optisi 1 Sukarela
12 Tenaga RM 1
13 Tenaga Elektromedik 0
14 Administrasi 1
15 Tenaga Supir 1
16 Penjaga Malam 1
17 Tenaga Kebersihan 2
Total 57
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2017

3.2 Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di


Puskesmas Nan Balimo

1) Promosi kesehatan

Kegiatan yang dilakukan :

a. Penyuluhan ke Sekolah
b. Penyuluhan di Posyandu
c. Penyuluhan Keliling
d. Pembinaan Kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kawasan
Tanpa Rokok (PHBS KTR)
e. Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga

2) Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan yang dilakukan :
1. Inspeksi sanitasi dasar
2. Rumah sehat
3. Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan makanan
dan minuman (TTU-TPM)
4. Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
5. Pengelolaan sampah rumah tangga

31
6. Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
7. Penyuluhan Hygiene sanitasi ke sekolah
8. Penyuluhan kawasan sehat
b. Hasil Kegiatan :
Tabel 3.3 hasil kegiatan Kesehatan Lingkungan

No Kegiatan Target % Pencapaian %


1 Akses air bersih * 92 91
2 Jamban keluarga * 90 71
3 Pembuangan limbah 75 86
4 Pengelolaan sampah 95 85
5 Rumah sehat 80 88
6 TTU 75 94
7 TPM 65 82,5
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016

3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB


a. Kegiatan yang dilakukan :
1. Program Kesehatan Ibu
a) Kelas Ibu Hamil
b) Pelayanan Ante Natal Care (ANC)
c) Kunjungan Bumil Resiko tinggi
d) Kunjungan Nifas
e) Pemantauan Stiker program perencanaan dan pencegahan
komplikasi (P4K) /ANC Berkualitas
f) Otopsi verbal,dll
2. Program Kesehatan Anak
a) Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)
b) Kelas Ibu Balita
3. Program Keluarga Berencana
a) Pelayanan dan konseling
b) Penanganan komplikasi ringan

b. Hasil Kegiatan
1. Program Kesehatan Ibu
Tabel 3.4 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Ibu

No Kegiatan Target Pencapaian

32
(%) (%)
1 K1 Sasaran 187 100 105
2 K4 Sasaran 187 95 91,16
3 Persalinan oleh Nakes sasaran 179 90 82
4 Persalinan komplikasi Obstetri 80 20,3
5 Kunjungan Nifas 90 74
6 Deteksi resti ibu hamil o Nakes 20 15
7 Deteksi Resti ibu Hamil o Masy 10 0
8 Kematian Ibu hamil/bersalin/nifas 0 0
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016

2. Program Kesehatan Anak


Tabel 3.5 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Anak

N Target Pencapaian
Program Kegiatan Sasaran
o (%) (%)

(Anak) Jumlah KN1 170 90 82

Jumlah KN
Lengkap sasaran170 90 72,4
170
DDTK 2x/tahun 659 90 80
Jumlah neonatus
komplikasi yg0 80 33
ditangani
(Bayi) Pelayanan Bayi
DDTK 4x/th 170 90 82,5
Jlh kematian bayi 0 - 4
Jlh Kematian Balita 0 - 1
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016

3. Program Keluarga Berencana

33
Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana

Peserta KB Baru Peserta KB Aktif DROP OUT


Jml Kumulatif Kumulatif Kumulatif
No Kelurahan
PUS
Jml % Jml % Jml %

1 Nan Balimo 1250 44 9,12 909 72,72 112 8,9

2 Laing 198 41 28,7 166 83,8 18 9,09

Total 1448 155 10,7 1075 74,2 130 8,7

Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016


4) Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Kegiatan yang dilakukan :
1. Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb & Agst)
2. Pengukuran Status Gizi Murid TK/PAUD
3. Pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA
4. Pemberian PMT Pemulihan
5. Kelas gizi
6. Survey GAKY tingkat rumah tangga.
7. Kegiatan rutin seperti :
8. Pemberian vit A
9. Pemberian tablet Fe
10. GERNASDARZI

2. Hasil Kegiatan

Tabel 3.7 Hasil Kegiatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Pencapaian
No Kegiatan Target (%)
(%)
1 D/S Balita 90 64
2 N/D’ Balita 87 87,53
3 BGM/D Balita 3 0,13
4 Pendistribusian Vit A 87 99
5 Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 82 91,1

34
6 Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi ekslusif 85 96
7 Balita gizi buruk mendapat perawatan 100 -
Cakupan rumah tangga yg konsumsi
8 95 100
beryodium
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016

5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


a. Kegiatan yang dilakukan :
1. Program P2P
a) Sosialisasi P2P dan Surveilans
b) Pemeriksaan kontak TB
c) Penyegaran Kader TB
d) Penyuluhan HIV – AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan Lapas
e) Survey Epidemiologi
f) PTM
g) Posbindu

2. Kusta
a) Penemuan dan penanganan kasus

3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC


a) Pelacakan Kasus Kontak
b) PMO TB
c) TB mangkir
d) Penyaringan saspec

4. Pencegahan dan Pemberantasan DBD


a) Sosialisasi DBD
b) Pemantauan Jentik
c) PE

5. Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia

35
a) Penemuan dan penanganan kasus

6. Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies


a) Pelacakan Kasus

b. Hasil Kegiatan
Program P2P
Tabel 3.8 Hasil Kegiatan Program P2P

No Kegiatan Pencapaian % Target %


Penemuan kasus BTA (+) * 38 70
Angka Bebas Jentik(ABJ) 77,43 92
Penemuan kasus Pneumoni * 18 org -
Pengobatan Diare 100 100
Penanganan kasus DBD 100 100
Penemuan kasus Kusta - -

Rabies : Kasus Gigitan 19 org -

Pemberian VAR/SAR 9 -

IVA : diperiksa 63 org 237 org


hasil (+) 2 org -
Pemakaian Zink pada diare
100 100
pada anak balita
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016
6) Program Imunisasi
a. Kegiatan

1) Pelayanan Imunisasi
2) BIAS
3) TT WUS
4) Sweeping
5) Pelacakan KIPI

36
b. Hasil Kegiatan

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Program Imunisasi

N Pencapaian
Kegiatan Target %
o %
HB 0 85 92.4
BCG 95 82,6
Polio 1 95 92,6
Polio 2 95 75,9
Polio 3 95 78,5
Polio 4 90 81,5
DPT HB 1 95 75,9
DPT HB 2 95 79
DPT HB 3 90 82,6
Campak 90 79,5
Booster pentavalen 80 10,3
Booster campak 80 2,5
DODPT/Hb (1-3) 5 8,6
DODPT/Hb 1 Campak 5 7,9
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2016

7) Pengobatan
Program pengobatan yang dilaksanakan di puskesmas adalah program
pengobatan tingkat pertama atau program pengobatan dasar yang mengacu kepada
standar pengobatan rasional di puskesmas. Obat-obatan yang digunakan di dalam
pengobatan dasar di puskesmas ini harus mengacu pada obat-obat standar yang
terdapat di dalam Formularium Nasional (Fornas).
3.3 Program Pengembangan (Inovasi)
3.3.1 Kegiatan
1) UKS
a. Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
b. Pembinaan Sekolah Sehat

37
c. Pelatihan Dokter Kecil/Kader Kesehatan
2) Perkesmas
a. Asuhan keperawatan pada keluarga
b. Kunjungan rumah KK Resti
3) Kesehatan Jiwa
a. Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
b. Rujukan kasus jiwa
4) Kesehatan Mata
a. Penemuan dan penangan kasus
b. Rujukan
5) Kesehatan Lansia
a. Pelayanan di dalam dan luar gedung
b. Pembinaan kelompok Lansia
c. Senam lansia
d. Penyuluhan Kesehatan Lansia
e. Deteksi Dini Kesehatan Lansia
6) PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)
a. Pelatihan kader PKPR
b. Penyuluhan & konsultasi ke sekolah
c. Konsultasi bagi remaja
7) Kesehatan Gigi & Mulut
a. Dalam Gedung
1. Pelayanan kedaruratan Gigi
2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar
3. Pelayanan medik gigi dasar
b. Luar Gedung
1. UKGS
2. UKGM

3.4. Hasil Kegiatan Puskemas


Kegiatan kepaniteraan klinik senior Kedokteran Baiturrahmah dilakukan
selama 5 minggu di beberapa puskesmas, salah satunya puskesmas nan balimo
kota Solok. Kegiatan dari puskesmas ini dimulai dengan ada nya pengumpulan di
Dinas Kesehatan dengan tujuan pembagian kelompok dan setelah kelompok di
bagi mahasiwa langsung pergi ke puskesmas masing masing dan di hari pertama
di berikan pengarahan dari dokter pembimbing di Puskesmas Nan Balimo.
Kepaniteraan klinik senior melakukan kegiatan di dalam gedung berupa
pembelajaran mengenai program-program.
Kemudian juga dilakukan kegiatan diluar gedung diantaranya adalah :

38
1. Posbindu

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :

Tanggal : 22 April 2017

Tempat : Pos Binaan Terpadu Melati

Kegiatan yang dilakukan :

- Melakukan penimbangan BB pada masyarakat di daerah setempat.


- Melakukan pengukuran TB pada masyarakat di daerah setempat.
- Melakukan pengecekan kesehatan masyarakat di daerah setempat.
dan gaya hidup sehat untuk lansia.

2. Kunjungan ke Lapas Klas IIB


Waktu : 4 mei 2017

Tempat : Jl Kapten Bahar Hamid KM 41 Solok.


Kegiatan yang dilakukan

Tujuan :
- Memberikan penyuluhan kepada narapidana
tentang Penyakit Tidak Menular.
Manfaat :
- Meningkatkan Pengetahuan tentang penyuluhan
Penyakit tidak menular.
3. Posyandu
Waktu : 9 Mei 2017.

Tempat : Posyandu Bougenville 6


Kegiatan yang dilakukan
Tujuan :
- Memberikan Imunisasi, Penimbangan berat badan,
dan Pengukuran tinggi badan.

Manfaat :
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan pengetahuan ibu

39
- Meningkatkan Imunitas anak dengan pemberian
imunisasi.
4. Posyandu
Waktu : 10 mei 2017
Tempat : Posbindu Sungai Sianik.
Kegiatan yang dilakukan
Tujuan :
- Memberikan Imunisasi, Penimbangan berat badan,
dan Pengukuran tinggi badan.
Manfaat :
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan penetahuan ibu
- Meningkatkan Imunitas anak dengan pemberian imunisasi.

5. Posyandu
Waktu : 10 mei 2017
Tempat : Posyandu laing
Kegiatan yang dilakukan
Tujuan :
- Memberikan Imunisasi, Penimbangan berat badan,
dan Pengukuran tinggi badan.
Manfaat :
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan penetahuan ibu

- Meningkatkan Imunitas anak dengan pemberian imunisasi

6. Kunjungan ke Lapas
Tanggal: 12 Mei 2017
Tempat : Jl. Kapten Bahar Hamid KM 41 Solok.
Kegiatan yang dilakukan
Manfaat :
-Memberikan pengobatan pada narapidana oleh Dokter
Puskesmas yang bertanggung jawab pada waktu itu.

7. Kelas Ibu Hamil


Tanggal: 18 Mei 2017
Tempat : Posyandu laing
Kegiatan yang dilakukan
Tujuan :
- Memberikan penyuluhan ibu hamil tentang kehamilan.

40
- Melakukan diskusi dengan ibu hamil terkait dengan bahan
penyuluhan yang disampaikan.

Manfaat :
- Mengetahui perkembangan dan kondisi kehamilan
-Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyuluhan kehamilan.

3.5 Fokus Kajian Program

3.5.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data seunder, observasi dan


wawancara dengan kepala puskesmas dan penanggung jawab program di Puskesmas
Nan Balimo. Terdapat 5 upaya kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana, perbaikan gizi masyarakat, serta pencegahan dan pengendalian penyakit.
Identifikasi masalah dilakukan pada masing-masing program wajib di Puskesmas Nan
Balimo. Pada program esensial tersebut masih terdapat kesenjangan antara target dan
pencapaian.
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua
masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgensy,
Seriousness, Growth (USG). Penilaian dua masalah prioritas tersebut ditentukan
berdasarkan data laporan tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang program,
serta observasi langsung lapangan. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dai
kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgensy,
Seriousness, dan Growth.
Uraian dua permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:

1) ISPA menjadi kunjungan penyakit terbanyak tiap tahun nya


Ditemukan nya kasus terbanyak di Puskesmas Nan Balimo, yaitu 10 penyakit
terbanyak, ISPA merupakan kasus yang paling banyak dan menjadi peringkat
pertama. Jumlah peningkatan kasus penyakit ISPA dalam 1 tahun terakhir di
Puskesmas Nan Balimo ditemukan tahun 2016 sebanyak 927 kunjungan.

41
2) Meningkatnya kasus Hipertensi
Jumlah peningkatan kasus Hipertensi dalam 1 tahun terakhir di puskesmas
Nan balimo ditemukan tahun 2016 sebanyak 645 kunjungan.
3) Meningkatnya kasus Diare
Jumlah peningkatan kasus Diare dalam 2 tahun terakhir di puskesmas Nan
balimo ditemukan tahun 2016 sebanyak 291 kunjungan

3.5.2 Penetapan Prioritas Masalah

Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus


ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
puskesmas.
Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah
menggunakan teknik skoring sebagai berikut:
1) Urgency (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting
2) Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting
3) Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting
3.5.3 Penilaian prioritas masalah program di Puskesmas Nan Balimo

42
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua
masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG. Penilaian dua
masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan puskesmas
dari wawancara dengan pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari
kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgency,
Seriousness, dan Growth. Adapun masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan
skala USG adalah ditemukannya kasus tertinggi Penyakit ISPA 1 tahun terakhir.

Tabel 3.10 Ur gency, Seriousness, Growth

Masalah U S G P Prioritas

Tingginya angka 5 4 5 100 P1


kunjungan ISPA di
puskesmas Nan
Balimo tahun 2016

Meningkatnya kasus 5 4 4 80 P2
Hipertensi

Meningkatnya kasus 4 4 4 64 P3
Diare

Data tahun 2016 ditemukan sembilan ratus dua puluh tujuh kunjungan.
ISPA selalu menjadi peringkat pertama dari sepuluh kunjungan penyakit
terbanyak di puskesmas Nan Balimo.
Dimana data 1 tahun terakhirnya sebagai berikut :
Jumlah kunjungan penyakit ISPA puskesmas nan balimo tahun 2016

No Bulan < 1 tahun 1 - 4 tahun > 5 tahun

1 Januari 7 18 27

2 Februari 3 10 60

43
3 Maret 3 9 45

4 April - 16 118

5 Mei 1 10 59

6 Juni 5 20 53

7 Juli - 19 57

8 Agustus 2 19 48

9 September - 14 63

10 Oktober 3 18 63

11 November 3 14 54

12 Desember 5 14 67

JUMLAH 32 181 714

TOTAL 927

Jumlah kunjungan Hipertensi Puskesmas Nan Balimo tahun 2016

No Bulan Laki - Laki Perempuan

1 Januari 18 28

2 Februari 8 24

3 Maret 18 32

4 April 10 24

5 Mei 17 24

6 Juni 25 30

44
7 Juli 20 36

8 Agustus 14 42

9 September 37 44

10 Oktober 27 47

11 November 28 35

12 Desember 39 42

JUMLAH 261 384

TOTAL 645

Jumlah kunjungan penyakit Diare puskesmas Nan Balimo tahu 2016

No Bulan < 1 th 1-4 >5 tahun

1 Januari - 7 8

2 Februari - 3 10

3 Maret 5 4 16

4 April 5 4 16

5 Mei 1 7 13

6 Juni - 12 12

7 Juli - 15 20

8 Agustus 1 16 19

9 September 2 6 20

10 Oktober 3 7 13

45
11 November 1 7 11

12 Desember - 7 20

JUMLAH 18 95 78

TOTAL 291

46
47
Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa(Fishbone)
Ditemukannya kunjungan terbanyak penyakit ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo

MAN METODE

Kurang nya pengetahuan dan pemahaman


tentang penyakit ISPA Kurang optimal nya penyuluhan mengenai
Kurang pedulinya masyarakat tentang ISPA
pentingnya kebersihan
Kurangnya pelatihan petugas promkes
Penyebab
tingginya
Tidak pahamnya pasien tentang kunjungan
pengobatan ISPA
ISPA tiap
Kurangnya dana yang dibutuhkan Lingkungan Kotor tahun
Kurangnya laptop dan
untuk penyuluhan. .
infokus untuk penyuluhan
Lingkungan tempat tinggal
Kurangnya leaflet tentang yang kurang memadai
k
Rendahnya nilai ekonomi ISPA
keluarga

SARANA
LINGKUNGAN
MONEY
48
3.5.4 Analisis Sebab Akibat Masalah

Berdasarkan Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa (Fishbone) maka dapat


dilakukan analisis sebab akibat masalah tersebut selanjutnya diambil tindakan
perbaikan. Dari berbagai penyebab yang ditemukan maka selanjutnya dicari alternatif
pemecahan masalah tersebut.

Tabel 3.11 Analisis Sebab Akibat Masalah

Variabel Masalah

No Faktor Penyebab Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan


Masalah

1. Manusia a. Kurang nya pengetahuan a. Memberikan penyuluhan


dan pemahaman tentang kepada masyarkat mengenai
penyakit ISPA
penyakit ISPA.
b. Kurang pedulinya b. Memberikan edukasi bahwa
masyarakat tentang ISPA perlu diobati.
pentingnya
kesehatan/kebersihan
lingkungan.

c. Tidak pahamnya pasien


tentang pengobatan ISPA

2. Metode a. Kurang optimal nya a. Meningkatkan kerjasama


penyuluhan ISPA petugas puskesmas dengan
b. Kurang nya pelatihan
petugas
petugas promkes untuk
pustu/puskeskel/praktek
pelaksanaan kegiatan
swasta.
diluar gedung. b. Mengoptimalkan lagi kerja
petugas Promkes

49
3. Money a. Dana yang dibutuhkan Memaksimalkan
untuk penyuluhan tidak penggunaan sumber dana
banyak, kurang nya puskesmas
biaya untuk pembelian
sarana.
b. Rendahnya nilai
ekonomi keluarga

4. Sarana a. Kurangnya laptop dan a. Membeli laptop dan


infokus untuk infokus dengan dana yang
penyuluhan ada.

b. Kurangnya leaflet b. Memperbanyak dan


tentang ISPA melakukan Penyebaran
leaflet dan
penempelan/pemajangan
proster seputar penyakit
ISPA

5. Lingkungan a. Lingkungan kotor a. Melakukan gotong royong


(polusi udara) rutin sekali seminggu
b. Lingkungan tempat
dilingkungan kelurahan
tinggal yang kurang
memadai sehingga b. Memberikan masukan utuk

memudahkan mempertimbangkan tentang

penularan ISPA tempat tinggal yang


memadai. Dan memberikan
solusi bagaimana baik nya
agar penularan ISPA tidak
banyak.

3.5.5 Plan Of Action

50
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah diatas, penulis membuat beberapa
perencanaan kegiatan untuk menurunkan Angka penyakit ISPA.

51
Tabel 3.12 Plan Of Action

No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Volume Pelaksana


Kegiatan

1. Memberikan penyuluhan Meningkatkan Seluruh Puskesmas, Sekali sebulan Petugas promosi


kepada masyarakat mengenai pengetahuan warga posyandu bulan kesehatan,
penyakit ISPA masyarakat masyarakat di pemegang program
wilayah kerja KIA, dokter muda,
Puskesmas dan kader lapangan
Nan Balimo

2. Melakukan pendataan Untuk Suluruh Rumah Sekali enam Petugas pemegang


terhadap penderita penyakit mengevaluasi warga masyarakat bulan program dan
ISPA di wilayah kerja penyebab tingginya masyarakat di dokter muda.
Puskesmas Nan Balimo penderita Penyakit wilayah kerja
ISPA Puskesmas
Nan Balimo

3. Penyebaran leaflet, Meningkatkan Suluruh Rumah Sekali enam Petugas pemegang


penempelan/pemajangan ketersediaan media warga masyarakat, bulan program dan

52
poster mengenai penyakit informasi yang masyarakat di posyandu, pustu dokter muda.
ISPA berkaitan dengan wilayah kerja
penyakit ISPA Puskesmas
Nan Balimo

4. Melakukan gotong royong Terciptanya Suluruh Lingkungan Sekali sebulan Seluruh warga
rutin sekali sebulan lingkungan yang warga rumah warga masyarakat di
dilingkungan kelurahan bersih dn sehat masyarakat di wilayah kerja
wilayah kerja Puskesmas Nan
Puskesmas Balimo
Nan Balimo

53
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data di dapatkan kesimpulan bahwa di angka


kunjungan penyakit ISPA selalu menjadi peringkat pertama di Puskesmas
Nan Balimo tiap tahunnya. Hal ini karenakan kurangnya pengetahuan dan
pemahaman tentang penyakit ISPA,Kurang pedulinya masyarakat tentang
pentingnya kesehatan atau kebersihan lingkungan serta Tidak pahamnya
pasien tentang pengobatan ISPA.

Untuk itu untuk mengurangi angka tersebut perlu dilakukan hal seperti
memberikan penyuluhan kepada masyarkat mengenai penyakit ISPA. dan
memberikan edukasi bahwa pentingnya ISPA itu untuk di obati, dan untuk
petugas Puskesmas Nan Balimo meingkatkan lagi kerja sama petugas
puskesmas dengan petugas Pustu,puskeskel dan praktek swasta dan
kepada petugas Puskesmas Nan Balimo sebaiknya menigkatkan lagi kerja
sama petugas puskesmas dengan petugas Pustu,puskeskel dan praktek
swasta, mengoptimalkan lagi kerja petugas promkes dan untuk dana yang
dibutuhkan lebih di optimalkan lagi agar program yang direncakan dapat
terlaksana dengan baik.

4.1. SARAN

Agar program-program kerja di puskesmas dapat berjalan dengan


baik dan masalah dapat teratasi, maka penulis menyarankan:
1. Melakukan koordinasi antar program/lintas program dan tokoh
masyarakat/lurah (lintas sector)
2. Melakukan pengawasan dan evaluasi oleh kepala puskesmas kepada
pemegang program
3. Memberikan penyuluhan tentang penyakit ISPA kepada msyarakat yang
masih tidak peduli tentang pentingnya kesehatan.
4. Penyebaran leaflet, penempelan/pemajangan poster mengenai dampak
penyakit ISPA, faktor penyebab dan pencegahannya

54
DAFTAR PUSTAKA

55
 Corwin, Elizabeth (2008). Buku Saku Patofisiologi, ed. 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 Departemen Kesehatan RI.2004.Manajemen Puskesmas


2004.Jakarta: Depkes RI.

 Depkes RI. (2000). Informasi tentang ISPA pada Balita. Jakarta:


Pusat Kesehatan Masyarakat Depkes RI.

 Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 2014. ”Profil


Kesehatan 2014”.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_
PROVINSI_2014/03_Sumatera%20Barat_2014.pdf (diakses 19-06-
2016, 21:15 WIB)..

 Erlien (2008). Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta : Sunda Kelapa


Pustaka.

 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan


Indonesia 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

 Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo tahun 2015.

 Nastiti Rahajoe, dkk. (2008). Buku Ajar Respirologi. Jakarta : Ikatan


Dokter Anak Indonesia.

Lampiran leaflet

1. Leaflet hipertensi

Nurul Amilya

56
2. Leaflet nutrisi

Melisa Habi Winata

3. Liflite maag

Yose Soares

57
Lampiran Kegiatan

1. Kunjungan Lapas

58
2. Posyandu

59
60
61
62

Anda mungkin juga menyukai