Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT BENCANA

TANAH LONGSOR

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Evi Widiastuti
2. Mangesti Tri H
3. Rizkyana Dewi S.A
4. Rizka Wigati
5. Siska Sri Mulyani
6. Tri Fatmawati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
(STIKES BHAMADA SLAWI)
Jl. Cut Nyak Dien No.16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi–Kab. Tegal 52416
Telp. (0283) 6197570, 6197571 Fax.(0283) 6198540 Homepage http://stikesbhamada.ac.id
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keperawatan Gawat Darurat
Bencana Tanah Lomgsor” dengan tepat waktu tanpa halangan suatu apapun. Diharapkan
makalahh ini dapat memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Dosen Keperawatan gawat darurat bencana
3. Pihak lain yang telah mendukung sehingga terselesaikannya makalah ini.
Bagaimanapun penulis telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun tidak
ada kesempurnaan dalam karya manusia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk lebih
menyempurnakan makalah ini. Mudah-mudahan sedikit yang penulis sumbangkan ini akan
menjadi ilmu yang bermanfaat.

Slawi, Oktober 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena
itu manusia tidak dapat dipisahkan dari alam. Alam memang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan manusia, akan tetapi selain menguntungkan alam juga dapat merugikan bagi
manusia, contohnya akhir-akhir ini banyak sekali bencana alam khususnya di Indonesia.
Melihat fenomena tersebut sehausnya manusia dapat berpikir bagaimana untuk dapat hidup
selaras dengan alam. Karena alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng
Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara
lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau
Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara,
sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari
tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur
kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.
Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari
jumlah gunung api aktif dunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana letusan
gunung api dan gempa bumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga
curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat
menimbulkan gelombang Tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung
api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat
subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan
dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada
musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada
tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor
(Nandi, 2007).
Catatan BNPN yang menyatakan bencana tahun 2017 di Indonsia berjumlah 1.582
bencana. Longsor tambang di Bogor Desa Bantar Karet,Gunung Mas Pogkor menyebabkan
12 orang meninggal. Pada tahun 2015 ada 50 peristiwa tanah longsor yyang tersebar di 12
kecamatan yaitu :Pacitan, Donorojo, Punung, Pringkuku, Kebonagung,Tulakan, Sudimoro,
Bandar, Nawangan, Tegalombo, Arjosari dan Ngadirojo. Longsor tersebut tidak
mengakibatkan korban jiwa tapi mengakibatkan kerugian material Rp.150 Juta. Untuk itu
kami sebgai calon perawat harus mengetahui bagaimana cara penanganan korban tanah
longsor agar pada saat terjun di masyarakat kami sudah memiliki ilmu tersebut.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori keperawatan bencana tanah longsor.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi tanah longsor
2. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab tanah longsor
3. Mahasiswa mampu mengetahui manajemen benacana
4. Mahasiswa mamapu mengetahui mitigasi benacana tanah longsor
5. Mahasiwa mampu menganalisis video simulasi bencana tanah longsor
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Menurut BNPB (2010) tanah longsor adalah jenis bencana alamyang terjadi karena
gerakan massa tanah atau batuan yang keluar dari lereng akibat adanya gangguan kestabilan
tanah dari sebelumnya.
Menurut Nandi (2007) tanah longsor secara umum adalah perpindahan material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material laoporan, bergerak
kebawah atau keluar lereng. Secara geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi
dimana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Menurut Munir (2006) tanah longsor adalah suatu pergerakan massa batuan,tanah atau bahan
rombakan material penyusun lereng yang bergerak ke bawah atau keluar lereng karena
pengaruh gravitasi.
Jadi,dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tanah longsor adalah
pergerakan suatu material penyusun lereng yang terjadi apabila apabila gaya pendorong lebih
besar disbanding dengan gaya penahannya. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya
pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan daya pendorong
dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.

2.2 Penyebab
Gejala umum tanah longsor ditandai dengan munculnya retakan-retakan dilereng yang
sejajar dengan arah tebing, biasanya terjadi setelah hujan, munculnya mata air baru secara
tiba-tiba dan tebing rapuh serta kerikil mulai berjatuhan (Nandi; 2007).
Faktor penyebabnya antara lain :
a. Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan angin. Kebanyakan sudut
lereng yang menyebabkan longsor adalah 1800 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang
longsorannya mendatar.
b. Ketinggian
Semakin tinggi maka semakin besar potensi jatuhnya tanah.
c. Curah Hujan
Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air dipermukaan
tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah
hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan
menyusup kebagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengambang kembali dan
dapat menyebabkan terjadinya longsor bila tanah tersebut terletak pada lereng yang terjal.
d. Jenis Tanah
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan
lebih dari 2,5 m dari sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi
terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat retan
terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa
terlalu panas.
e. Penggunaan Lahan
Tanah longsor sering terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan dan adanya
genangan air dilereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk
mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga
mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena
akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi
didaerah longsoran lama.

2.3 Manajemen Bencana


Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menjelaskan
bahwa bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Siklus
manajemen tersebut terdiri atas 3 tahapan.
Tahapan-tahapan tersebut (dalam Kusumasari, 2014: 22) antara lain:
1. Pra Bencana
Pra bencana merupakan tahapan bencana pada kondisi sebelum kejadian meliputi:
a. Pencegahan dan Mitigasi
Mitigasi menurut King didefinisikan sebagai tindakan yang diambil sebelum bencana
terjadi dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak bencana
terhadap masyarakat dan lingkungan.
b. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan berarti merencanakan tindakan untuk merespon jika terjadi bencana.
Kesiapsiagaan berkaitan dengan kegiatan dan langkah-langkah yang diambil sebelum
terjadinya bencana untuk memastikan adanya respon yang efektif terhadap dampak
bahaya, termasuk dikeluarkannya peringatan dini secara tepat waktu dan efektif.
2. Saat Bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana
berlangsung atau terjadi. Kegiatan yang dilakukan adalah tanggap darurat atau respon.
3. Pasca
Bencana Tahapan yang dilakukan setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap
darurat dilewati (Ramli, 2011: 37), antara lain:
a. Rehabilitasi, yaitu perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat.
b. Rekonstruksi, yaitu pembangunan kembali semua sarana dan prasarana, kelembagaan
pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat
dalam segala aspek kehidupan.

2.4 Mitigasi Bencana Tanah Longsor


Menurut Somantri (2008), mitigasi bencana longsor bertujuan untuk meminimumkan
dampak bencana tersebut, salah satunya dengan kegiatan peringatan dini (early warning).
Mitigasi bencana meliputi sebelum, saat terjadi, dan setelah bencana, sebagai berikut:
1. Sebelum bencana antara lain dengan peringatan dini (early warning system) secara
optimal dan terus menerus pada masyarakat secara:
a. Mendata daerah rawan longsor berdasarkan tingkat kerentanannya
b. Memberi tanda khusus pada daerah rawan longsor
c. Memanfaatkan peta-peta kajian tanah longsor
d. Pemukiman sebaiknya menjauhi tebing
e. Melakukan reboisasi pada hutan yang pada saat ini dalam keadaan gundul, menanam
pohon-pohon penyangga, melakukan penghijauan pada lahan terbuka.
f. Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang memiliki kemiringan yang
relatif curam
g. Membatasi lahan untuk pertanian
h. Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah
i. Menggunakan teknik penanaman dengan sistem kontur tanah
j. Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah) terutama dimusim hujan.
2. Saat bencana, berupaya menyelamatkan diri dan ke arah mana jalur evakuasi yang harus
diketahui oleh masyarakat.
3. Sesudah bencana antara lain, kegiatan pemulihan (recovery) dan masyarakat harus
dilibatkan, yaitu:
a. Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman.
b. Penyelamatan harta benda yang mungkin masih bisa diselamatkan.
c. Menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara atau tenda-tenda darurat bagi
para pengungsi.
d. Menyediakan dapur-dapur umum.
e. Menyediakan air bersih dan sarana kesehatan.
f. Memberikan dorongan semangat bagi para korban bencana agar korban tersebut tidak
frustrasi dan lain-lain.
g. Koordinasi secepatnya dengan aparat pengendali bencana.

Menurut Paimin, dkk. (2009) teknik peringatan dini dalam memitigasi longsor secara umum
dapat diketahui sebagai berikut :
a. Adanya retakan-retakan tanah pada lahan (pertanian, hutan, kebun, pemukiman) dan atau
jalan yang cenderung semakin besar, dengan mudah bisa dilihat secara visual.
b. Adanya penggelembungan/amblesan pada jalan aspal - terlihat secara visual.
c. Pemasangan penakar hujan di sekitar daerah rawan tanah longsor. Apabila curah hujan
kumulatif secara berurutan selama 2 hari melebihi 200 mm sedangkan hari ke-3 masih
nampak terlihat akan terjadi hujan maka masyarakat harus waspada.
d. Adanya rembesan air pada kaki lereng, tebing jalan, tebing halaman rumah (sebelumnya
belum pernah terjadi rembesan) atau aliran rembesannya (debit) lebih besar dari
sebelumnya.
e. Adanya pohon yang posisinya condong kearah bawah bukit.
f. Adanya perubahan penutupan lahan (dari hutan ke non-hutan) pada lahan berlereng curam
dan kedalaman lapisan tanah sedang.
g. Adanya pemotongan tebing untuk jalan dan atau perumahan pada lahan berlereng curam
dan lapisan tanah dalam.
BAB 3
ANALISIS VIDEO SIMULASI TANAH LONGSOR

Alur penanganan korban bencana tanah longsor menurut video simulasi tanah longsor sebagai
berikut:
1. Warga melaporkan kejadian tanah longsor pada unit kesehatan/puskesmas
2. Unit kesehatan terdekat pengirimkan bantuan berupa tim emergency bencana ke tempat
kejadian
3. Sebelum ke tempat kejadian tim emergency mengadakan briefing dahulu terkait prinsip
penanganan bencana
4. Tim triage memberikan label warna merah, kuning, hijau, hitam sesuai kondisi korban di
tempat kejadian.
a. Merah
1) Luka bagian servikal, kehilangan kesadaran, napas tidak spontan dan koma
2) Syok hipovolemik, luka tusuk bagian abdomen, pendarahan, korban sadar, merintih
kesakitan dan apatis
b. Kuning
Fraktur tertutup, lesi pada wajah dan tangan, sadar dan kompos mentis
c. Hijau
Lesi wajah,dahi dan tangan, sadar dan komposmentis
d. Hitam
Pendarahan di abdomen, mulut, telinga, dan hidung, nadi tidak teraba dan pasien
meninggal
5. Setiap menemukan korban, tim triage melaporkan kepada tim evakuasi
6. Tim evakuasi datang untuk memindahkan korban ke tempat dengan long spine board.
Korban yang berlabel merah atau kuning sebelum dipindahkan ke long spine board
diposisikan rog roll untuk mengetahui pendarahan dibagian belakang korban.
7. Tim evakuasi mendahulukan korban yang memiliki label merah dan kuning
8. Setelah di rumah sakit tim kesehatan memberikan pengkajian primery survey dan
penanganannya.
Analsisis kesalahan video simulasi tanah longsor:
1. Pada video tersebut memang betul setelah terjadi bencana disebuah daerah harus dilakukan
penyebaran informasi terutama pada fasilitas kesehatan agar mendapatkan pertologan medis
dengan segera. Penyebaran informasi seharusnya meliputi lokasi kejadian secara tepat, waktu
terjadinya bencana, tipe bencana yang terjadi, perkiraan jumlah korban, risiko potensial
tambahan dan populasi yang terpapar oleh bencana.
2. Seharusya berkoordinasi dahulu dengan petugas lain di lapangan (POLISI, SAR, PLN atau
Dinas lain yang lebih berkompeten). Setelah lokasi dinyatakan aman oleh pihak yang lebih
berkompeten, segera lakukan triage lapangan.
3. Seharusnya triage dilakukan sebanyak 3 kali yaitu di tempat kejadian, triage di pos medik,
dan triage evakuasi. Namun,di video tersebut hanya melakukan triage satu kali di tempat
kejadian saja. Tujuan dilakukan triage sebanyak 3 kali adalah untuk menjamin stabilisasi
korban sesuai kasus yang dialami.
4. Seharusnya korban dievakuasi dari tempat kejadian ke pos medik terlebih dahulu baru ke
rumah sakit. Bukan dari tempat kejadian langsung dibawa ke rumah sakit.
5. Dalam video tersebut tidak terlihat gambaran terkait dengan penanganan korban dalam
tempat pengungsian.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tanah longsor adalah pergerakan suatu material penyusun lereng yang terjadi apabila
apabila gaya pendorong lebih besar dibanding dengan gaya penahannya. Faktor penyebab
tanah longsor yaitu lereng terjal, ketinggian, curah hujan, jenis tanah dan penggunaan lahan.
Penanggulangan bencana meliputi pra bencana, bencana dan pasca bencana. Meminimalkan
terjadinya bencana lanjutan maka dilakukan mitigasi bencana tanah longsor.

4.2 Saran
Mahasiswa dalam menganalisa sebuah kejadian harus mengetahui tahapan-tahapan
penanggulangan bencana alam.
DAFTAR PUSTAKA

Munir, M. (2006). Geologi Lingkungan. Malang : Bayumedia Publishing


Nandi. (2007). Longsor. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI)
Kusumasari, B.( 2014). Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintahan Lokal. Yogyakarta :
Gava Media.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2010). Indeks Rawan Bencana Indonesia. Jakarta
Ramli, S. (2011). Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat.
Somantri. (2008). Kajian Mitigasi Bencana Tanah Longsor Lahan Dengan Menggunakan
Teknologi Penginderaan Jauh. Makalah disajikan dalam seminar ikatan Geografi
Indonesia, Padang 22-23 September.

Anda mungkin juga menyukai