Jtptunimus GDL Arikusuman 6662 3 Babii PDF
Jtptunimus GDL Arikusuman 6662 3 Babii PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Komplikasi
Berdasarkan Turkish Society of Cardiology (2007), komplikasi yang
ditemukan dibagi menjadi komplikasi mayor dan komplikasi minor.
a. Komplikasi mayor/utama
Komplikasi utama meliputi reoklusi akut, miokard infark baru,
pendarahan hebat di selangkangan kaki, tamponade jantung akibat
pecah atau robeknya dinding arteri koroner atau jantung ruang dan
kematian.
b. Komplikasi minor
Komplikasi minor PCA antara lain oklusi cabang pembuluh koroner,
ventrikel/atrium aritmia, bradikardi, hipotensi, perdarahan, arteri
trombus, emboli koroner. Komplikasi minor lain adalahkehilangan
darah yang parah dan membutuhkan transfusi, iskemia pada
ekstremitas tempat penusukan femoral sheath, penurunan fungsi
14
5. Teknik Anestesi
Umumnya tindakan kateterisasi menggunakan anestesi lokal, karena kita
perlu kerja sama dengan pasien saat tindakan berlangsung, tetapi pada
bayi atau anak yang tidak stabil/biru dan berpotensi terjadi kegawatan
biasanya digunakan anestesi umum (Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe,
2001).
b. Cutdown atau vena seksi, yaitu membuat sayatan pada otot dan
mencari pembuluh darah kemudian melokalisasinya dan membuat
tusukan pada pembuluh darah tersebut untuk memasukkan kateter.
Teknik yang sering digunakan adalah cara perkutan karena komplikasi
dari teknik ini sangat kecil dan mudah untuk mengerjakannya.
artinya nyeri seperti kram atau kaku. Skala 3 yaitu nyeri seperti
perih atau mules. Skala 2 yaitu nyeri seperti melilit atau terpukul.
Skala 1 yaitu nyeri seperti terbakar, tersetrum atau nyut-nyutan, dan
skala 0 yaitu tidak ada nyeri.
2) Skala nyeri berdasarkan tipe nyeri
Menurut Perry dan Potter (2005) skala nyeri berdasarkan tipe nyeri
terdiri dari 1-10. Nyeri skala 10 yaitu tipe nyeri sangat berat yaitu
pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. Nyeri
skala 7-9 yaitu tipe nyeri berat secara objektif pasien terkadang
tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi napas panjang/dalam dan distraksi. Nyeri skala 4-6 yaitu tipe
nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik. Skala nyeri 1-3 yaitu tipe nyeri ringan, secara objektif
pasien berkomunikasi dengan baik.
Adapun skala nyeri menurut Smeltzer & Bare (2008) adalah skala
intensitas nyeri deskriptif, skala intensitas nyeri numerik (Numeric
Rating Scale) dan skala analog visual (Visual Analog Scale)
1) Skala intensitas nyeri deskriptif
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri sedang Nyeri
nyeri terkontrol berat
tidak
terkontrol
Menurut Perry dan Potter (2005) nyeri yang terjadi akan menyebabkan
seseorang memberikan respon berupa respon fisiologis, respon
psikologis, respon tingkah laku berupa pernyataan verbal, respon
ekpresi wajah, gerakan tubuh dan respon kontak dengan orang lain.
1) Respon Fisiologis berupa stimulasi saraf simpatis dan parasimpatis.
Stimulasi saraf simpati meliputi dilatasi saluran bronkhial dan
peningkatan respiratory rate, peningkatan heart rate, peningkatan
nilai gula darah, diaporesis, peningkatan kekuatan otot, dilatasi
pupil, penurunan motilitas saluran cerna. Adapun stimulus
parasimpatik berupa muka pucat, otot mengeras, penurunan heart
rate, napas cepat dan irreguler, nausea dan vomitus, kelelahan dan
keletihan.
2) Respon psikologis berupa bahaya atau merusak, komplikasi seperti
infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru, penyakit yang fatal,
kehilangan mobilitas, menjadi tua dan sembuh.
3) Respon lingkah laku respon tingkah laku berupa pernyataan verbal,
respon ekpresi wajah, gerakan tubuh dan respon kontak dengan
orang lain. Respon pernyataan verbal meliputi mengaduh,
menangis, sesak napas, mendengkur. Respon ekspresi wajah
meliputi meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir. Respon
gerakan tubuh meliputi gelisah, immobilisasi, ketegangan otot,
peningkatan gerakan jari dan tangan dan respon interaksi sosial
berupa menghindari percakapan, menghindari kontak sosial,
penurunan rentang perhatian.
25
b. Kaki Kesemutan
Kesemutan adalah perasaan pegal dan nyeri yang menusuk-nusuk.
Kesemutan sering terjadi pada ujung jari kaki maupun ujung jari
tangan, juga pada salah satu sisi tubuh. Penyebabnya karena
tertindihnya saraf di suatu daerah atau organ tubuh sehingga ujung
saraf menjadi lumpuh (Wijayakusuma, 1999). Rasa kesemutan bisa
terjadi di seluruh tubuh, hanya di salah satu sisi tubuh atau bagian
tertentu dan bisa berlanjut sebagai rasa tebal. Penyebabnya adalah
jika terjadi di seluruh tubuh bisa disebabkan gangguan liver, ginjal
anemia dan sistem kekebalan tubuh, jika kesemutan dirasakan di
salah satu sisi tubuh bisa disebabkan jepitan saraf di sebelah atas
tempat yang kesemutan, DM (daerah kaki)(Wratsonggo & Sulistyo,
2006).
Berikut ini yang terjadi pada kondisi normal. Ketika tekanan yang
berlebihan dialami oleh salah satu bagian kaki atau lengan, ada
beberapa hal yang terjadi. Arteri bisa tertekan, sehingga arteri tidak
bisa memasok jaringan-jaringan dan saraf dengan oksigen dan
glukosa yang dibutuhkan agar dapat berfungsi dengan baik. Saluran
saraf juga bisa tersumbat, menghalangi transmisi normal impuls-
impuls elektrokimia ke otak. Dalam situasi ini, sebagian saraf
berhenti mengirimkan sinyal sementara sebagian lain mengirimkan
sinyal secara berlebihan. Sinyal-sinyal tersebut dikirimkan ke otak,
yang setiba di sana ditafsirkan sebagai rasa terbakar, rasa ditusuk-
tusuk, rasa digigit semut. Semua rasa tadi yang membuat kita ingin
menggerakkan kaki atau tangan. Menguncang-guncang kaki bisa
menghilangkan tekanan dan sel-sel saraf mulai mengirimkan sinyal
secara normal. Rasa ditusuk-tusuk bisa bertambah sampai sel-sel
saraf yang terpengaruh pulih kembali. Itu sebabnya sakit sekali ketika
26
c. Kaki Kebas/Baal
Baal merupakan keadaan dimana permukaan tubuh tidak mampu
merasakan rangsangan dari luar tubuh, misalnya cubitan, sentuhan,
tusukan. Keadaan ini dapat terjadi di kaki, tangan, atau jari-jari dan
bersifat sementara. Rangsang nyeri menyebabkan impuls saraf
sensorik akan dikirim ke otak. Penderita baal terjadi kerusakan pada
saraf sensorinya yang mengakibatkan tidak berfungsinya saraf
sensorik, sehingga permukaan tubuh tidak bisa meraskan sakit akibat
dicubit. Baal dapat terjadi karena kurangnya aliran darah pada bagian
tubuh tertentu. Tidak lancarnya aliran darah dapat disebabkan karena
menyempitnya pembuluh darah (Wijayakusuma, 1999). Kaki yang
mati rasa, kadang-kadang menandakan adanya penyakit arteri perifer
(Peripheral Artery Desease atau PAD) juga disebut penyakit vaskular
perifer (Peripheral Vascular Deseaseatau PVD) (Liebmann-Smith &
Egan, 2008). Sensasi kaki kesemutan dapat diukur dengan melakukan
cubitan. Pengukuran keluhan kaki kebas juga dapat dilakukan dengan
menggunakan test sensasi menggunakan monofilamen.
b. IMT / BMI
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
didefinisikan sebagai bobot badan dalam kilogram dibagi dengan
luas permukaan tubuh yang diukur dalam meter. Berdasarkan
National Institute of Health (NIH) dikutip dari Howard & Prince
(2006) pembagian kategori berat badan individu berdasarkan IMT
dibagi menjadi lima. IMT < 18,5 dianggap kekurangan bobot badan.
IMT 18,5 hingga 24,9 dianggap memiliki bobot normal. IMT 25
hingga 29,9 dianggap kelebihan bobot badan. IMT 30 ke atas
digolongkan sebagai gemuk dan IMT 40 ke atas digolongkan
sebagai sangat gemuk. Komplikasi pembuluh darah akan meningkat
pada pasien dengan berat badan lebih dari normal, Ammann, et al.,
(2003) dalam Woods, et al., (2005) mengatakan pasien obesitas bisa
mengalami kehilangan darah lebih dari 500 ml tanpa teridentifikasi
oleh perawat sekitar akibat hematom.
c. Jenis Kelamin
Giil (1990) dalam Potter & Perry (2005) mengatakan secara umum,
pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon
terhadap nyeri. Diragukan apakah jenis kelamin merupakan suatu
faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang
mempengaruhi jenis kelamin, misalnya menganggap bahwa anak
laki-laki tidak boleh menangis, sedangkan perempuan boleh
menangis pada situasi yang sama (mengalami ketidaknyamanan
nyeri).
d. Bantal pasir
Adalah sebuah alat berbentuk seperti bantal berbahan kain kedap air
dan halus permukaannya yang diisi pasir karena sifat pasir yang
padat dan tidak keras. Tujuan mengganti penekan manual untuk
28
D. Kerangka Teori
E. Penyebab : Pencegahan :
Tindakan angiografi koroner 1. Penekanan manual selama ±20
menit
Punksi arteri femoralis sebagai akses 2. Penekanan mekanik dengan
kateter bantal pasir selama 6 jam
3. Immobilisasi kaki tempat
Injuri arteri femoralis tusukan
E. Kerangka Konsep
Proses :
Penekanan bantal pasir selama 3 jam
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas(Independen)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varibel
dependen/terikat (Sugiyono, 2007). Variabel bebas adalah penggunaan
bantal pasir yang akan dijadikan sebagai penekan pasif pada pasien
pasca tindakan kateterisasi jantung dengan berat 2,1 kg,2,3 kg dan 2,5
kg.
e. Kaki kebas/baal
G. Hipotesis Penelitian
Beberapa hipotesis yang akan muncul dari penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan bantal pasir terhadap
ketidaknyamanan pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary
Angiography ( PCA ).
2. Ada pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg pasca
tindakan PCA terhadap keluhan ketidaknyamanan nyeri lipatan paha
pada pasien pasca tindakan PCA.
3. Ada pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan2,5 kg pasca
tindakan PCA terhadap keluhan ketidaknyamanan nyeri punggung
pasien pasca tindakan PCA.
4. Ada pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan2,5 kg pasca
tindakan PCA terhadap keluhan ketidaknyamanan nyeri pinggang
pasien pasca tindakan PCA.
5. Ada pengaruh penggunaan penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan
2,5 kg pasca tindakan PCA terhadap keluhan kaki kesemutan pada
pasien pasca tindakan PCA.
6. Ada pengaruh penggunaan penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan
2,5 kg pasca tindakan PCA terhadap keluhan kaki kebas/baal pada
pasien pasca tindakan PCA.