Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

TINJAUAN TEORITIS

A. SIROSIS HEPATIS

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur
hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat
penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan
pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan
terjadinya pengerasan dari hati.

KLASIFIKASI SIROSIS HEPATIS

Secara klinis sirosis hepatis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 Chirrosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata

 Chirrosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas.

 Chirrosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu
tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati.

B. PENYEBAB SIROSIS HEPATIS

Penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan dengan secara pasti. Akan tetapi menurut para ahli
ada tiga penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis.

 Hepatitis virus

Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis hati, apalagi
setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan
penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati
sehingga terjadi chirrosisi.

Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk
lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan
dengan hepatitis virus A

 Zat hepatotoksik atau Alkoholisme

Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara
akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan
kerusakan kronis akan berupa sirosis hati.

Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme
sangat jarang, namun peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan
parenkim hati.

1
Hemokromatosis

Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya hemokromatosis,
yaitu:

 Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.

 Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada penderita dengan
penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan menyebabkan
timbulnya sirosis hati.

C. PATHWAY SIROSIS HEPATIS


Infeksi hepatitis viral tipe B/C menyebabkan peradangan hati. Peradangan ini menyebabkan
nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu
timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati. Walaupun
etiologi beda, gambaran histologis sama atau hampir sama. Serta bisa dibentuk dari sel retikulum
penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk
nodul dengan berbagai ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatic dan
gangguan aliran darah porta dan menimbulkan hipertnsi portal. Tahap berikutnya terjadi
peradangan dan nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan
septa aktif. Jaringan kolagen berubah fari reversible menjadi irreversible bila telah terbentuk
septa permanen yang aselular pada daerah porta dan parenkim hati.

2
D. TANDA DAN GEJALA SIROSIS HEPATIS
Gejala Klinis

Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver yang mulai rusak
fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan lemah, kehilangan berat badan,
nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada chirrosis
terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat
yang difus.

Tanda-Tanda Klinis

Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi pada sirosis hepatis yaitu:

Adanya ikterus (penguningan)

Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang


menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa
menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi
sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit

Timbulnya asites dan perut membesar

Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki
(edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada
kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia
dan resistensi garam dan air.

Hati yang membesar (hepatomegaly)

Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar sekitar 2-
3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.

Hipertensi portal

Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di atas nilai normal.
Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.

E. KOMPLIKASI SIROSIS HEPATIS

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien sirosis hepatis antara lain:

 Perdarahan

Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada chirrosis hati adalah
perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah
atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna
kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
Penyebab lain adalah tukak lambung dan tukak duodeni.

 Koma hepatikum

Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat
melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum mempunyai gejala karakteristik yaitu hilangnya
kesadaran penderita.

3
Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh
nekrosis hati yang meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat
berjalan dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum yang timbul
bukan karena kerusakan hati secara langsung, tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan,
akibat terapi terhadap asites, karena obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen.

 Ulkus Peptikum

Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar bila dibandingkan dengan
penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada
mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain ialah
timbulnya defisiensi makanan

 Karsinoma Hepatoselular

Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk postnekrotik ialah
karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah
menjadi karsinoma yang multiple

 Infeksi

Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga penderita sirosis, kondisi
badannya menurun. Infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis,
bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik, pielonefritis, sistitis,
perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun septikemi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG SIROSIS HEPATIS

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa sirosis hepatis adalah sebagai
berikut:

Laboratorium

Urine

Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus. Pada
penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine kurang dari 4 meq/l)
menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.

Tinja/feses

Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi pigmen
empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah menjadi
sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau kehitaman.

Darah

Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang dalam bentuk
makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena splenomegali.
Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru akan terjadi
hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya trombositopeni.

4
Tes Fungsi Hati

Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita yang sudah
disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik, sedangkan albumin menurun.
Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat
disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari.9 Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL38. Jumlah
albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut elektroforesis protein
serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. 39 Selain itu, kadar asam
empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.

Sarana Penunjang Diagnostik

Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks, splenoportografi,


Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)

Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati, termasuk sirosi hati.
Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis
akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati
tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas nomal.

Peritoneoskopi (laparoskopi)

Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas kelihatan permukaan
yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati,
tepi biasanya tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis pada penderita sirosis hepatis adalah sebagai berikut:

 Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.

 Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori). Bila ada asites
diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000 mg). Bila proses tidak aktif
diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125 gr/hari). Bila ada
tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan dihentikan (diet
hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan
tubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan pasien atau meningginya hasil
metabolisme protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya koma hepatikum.
Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu diperhatikan.

 Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas tidak
hepatotoksik.

 Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai cabang
dengan glukosa.

 Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan yang mengandung
alkohol.

5
BAB 11
ASKEP SIROSIS HEPATIS

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tiinggal, dan
lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan.

Keluhan Utama

keluhan utama pasien sirosis hepatis biasanya nyeri perut dan perut membesar.

Riwayat penyakit masa lalu

Penyakit masa lalu seperti hepatitis, pericarditis, dan lain-lain.

A. DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP

Aktivitas dan istirahat

kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letargi, penurunan massa otot/tonus.

Sirkulasi

Riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit jantung, reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati), Distrimia, bunyi jantung ekstra (S3, S4).

Eliminasi

Flatus, Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan atau tidak ada bising usus,
Feces warna tanah liat, melena, urin gelap, pekat.

Nutrisi

Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat menerima, Mual, muntah, Penurunan berat
badan atau peningkatan cairan penggunaan jaringan, Edema umum pada jaringan, Kulit kering,Turgor
buruk, Ikterik, angioma spider, Nafas berbau/fetor hepatikus, perdarahan gusi.

Neurosensori

Orang terdekat dapat melaporkan perubahan keperibadian, penurunan mental, perubahan mental,
bingung halusinasi, koma bicara lambat/tak jelas.

Nyeri

Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran atas, Pruritus, Neuritis Perifer, Perilaku berhati-hati/distraksi,
Fokus pada diri sendiri.

Respirasi

Dispnea Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, Ekspansi paru terbatas (asites),
Hipoksia

6
Keamanan

Pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik, ekimosis, petekia.

Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar.

Seksualitas

Gangguan menstruasi/impoten, Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan,
pubis).

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG DIAGNOSA SIROSIS


HEPATIS

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa sirosis hepatis adalah sebagai
berikut:

Laboratorium

Urine

Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus. Pada penderita
dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine kurang dari 4 meq/l) menunjukkan
kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.

Tinja/feses

Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi pigmen empedu
rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin
yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau kehitaman.

Darah

Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang dalam bentuk
makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena splenomegali.
Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru akan terjadi
hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya trombositopeni.

Tes Fungsi Hati

Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita yang sudah disertai
tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik, sedangkan albumin menurun. Pada orang
normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat disintesa
antara 3,5-5,9 gr per hari.9 Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL38. Jumlah albumin dan
globulin yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut elektroforesis protein serum.
Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. 39 Selain itu, kadar asam empedu juga
termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.

Sarana Penunjang Diagnostik

Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks, splenoportografi,


Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)

7
Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati, termasuk sirosi hati.
Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis
akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati
tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas nomal.

Peritoneoskopi (laparoskopi)

Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas kelihatan permukaan
yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati,
tepi biasanya tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.

B. DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS

1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar serta nyeri tekan
dan asites)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan

3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis

4. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
gangguan gastrointestinal.

5. Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks
akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks

6. Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme pembekuan dan
gangguan dalam proses detoksifikasi obat.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN


1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar serta nyeri tekan
dan asites)

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:

Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 tidak pernah

2 jarang

3 kadang-kadang

4 sering

5 selalu

8
Indicator 1 2 3 4 5

Mengenali awitan nyeri

Menggunakan tindakan pencegahan

Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 sangat berat

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak ada

Indicator 1 2 3 4 5

Ekspresi nyeri pada wajah

Gelisah atau ketegangan otot

Durasi episode nyeri

Merintih dan menangis

gelisah

 memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan

 mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)

 melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

 mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut

 melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan

 melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi
pengkajian

 Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.

 Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efek sampingnya

 Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon
pasien

9
 Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan
pasien

Manajemen nyeri:

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya

 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami nyeri membandel.

 Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai

 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang ditawarkan

 Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko ketergantungan
atau overdosis)

Manajemen nyeri:

 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

 Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal, setiap 4 jam
selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat

 Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu

10
Perawatan dirumah

 Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah

 Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan dalam pemberian
obat

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Mentoleransi aktivitas yang bisasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan,
penghematan energy, kebugaran fisik, energy psikomotorik, dan perawatan diri, ADL.

Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 gangguan eksterm

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5

Saturasi oksigen saat


beraktivitas

Frekuensi pernapasan saat


beraktivitas

Kemampuan untuk berbicara


saat beraktivitas fisik

Mendemonstrasikan penghematan energy, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 tidak pernah

2 jarang

3 kadang-kadang

4 sering

5 selalu

Indikator 1 2 3 4 5

Menyadari keterbatasan energy

11
Menyeimbangkan aktivitas dan
istirahat

Mengatur jadwal aktivitas untuk


menghemat energy

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan ADL

 Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas

 Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

Manajemen energy (NIC):

 Tentukan penyebab keletihan

 Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas

 Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas

 Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy yang adekuat

 Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk:

 Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu

 Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan ke
dokter

 Pentingnya nutrisi yang baik

 Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas

 Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas

 Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga

 Tindakan untuk menghemat energy

Manajemen energy (NIC):

 Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang akan
meminimakan konsumsi oksigen

12
 Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan

Aktivitas kolaboratif

 Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu penyebab

 Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk merencanakan dan
memantau program aktivitas, jika perlu.

 Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah

 Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan


perawtan rumah, jika perlu

 Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet

 Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung

Aktivitas lain

 Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat

 Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, jika perlu

 Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah aktivitas

 Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat dan latihan

Manajemen energy (NIC);

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas

 Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling banyak

 Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur

 Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi

 Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat dan menggunakan
dokumentasi tertulis untuk mencatat asupan kalori dan energy

Perawatan dirumah

 Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas

 Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga dirumah

13
3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:

1 ganguan eksterm

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak ada gangguan

Indicator 1 2 3 4 5

Peningkatan suhu kulit

Hipertermia

Dehidrasi

Mengantuk

Berkeringat saat panas

Denyut nadi radialis

Frekuensi pernapasan

Intervensi Keperawatan (NIC)

Baca juga aktivitas keperawatan untuk “resiko ketidakseimbangan suhu tubuh”

Pengkajian

 Pantau aktivitas kejang

 Pantau hidrasi (turgor kulit, kelembaban membrane mukosa)

 Pantau td, nadi dan pernapasan

 Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu lingkungan

Untuk pasien bedah:

 Dapatkan riwayat hipertermi maligma, kematian akibat anastesi, atau demam pasca bedah
pada indivudu atau keluarga

 Pantau tanda hipertermi maligna

14
Regulasi suhu:

 Pantau suhu minima setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan

 Pasang alat pantau suhu inti tubuh kontinuou, jika perlu

 Pantau warna kulit dan suhu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara
dini hipertermi

 Regulasi suhu (nic); ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan , jika perlu

Aktivitas kolaboratif regulasi suhu:

 Berikan obat antipiretik, jika perlu

 Gunakan matras dingin dan mandi air

 Hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh jika perlu

Aktivitas lain

 Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja

 Gunakan waslap dingin di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha

 Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari dengan tambahan cairan selama aktivitas
berlebihan atau aktivitas dalam cuaca panas

 Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien

 Gunakan selimut pendingin

Untuk hipertermi maligna:

 Lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protocol

 Sediakan peralatan kedaruratan diarea operasi sesuai dengan protocol

Perawatan dirumah

 Banyak intervensi diatas sesuai diterapkan untuk perawatan dirumah

 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan thermometer

15
 Kaji suhu lingkungan rumah, bantu untuk mendapatkan kipas angina tau ac jika perlu

4. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
gangguan gastrointestinal.

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:

1. Tidak adekua

2. Sedikit adekuat

3. Cukup adekuat

4. Adekuat

5. Sangat adekuat

Indicator 1 2 3 4 5

Makanan oral, pemberian makanan


lewat selang, atau nutrisi parenteral
total

Asupan cairan oral atau IV

 Mempertahankan berat badan…. Kg ata bertambah…kg pada…..(tglnya)

 Menjelaskan komponen gizi adekuat

 Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet

 Menoleransi diet yang dianjurkan

 Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal

 Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal

 Melaporkan tingkat energy yang adekuat

Intervensi keperawatan (NIC)

Intervensi untuk semua ketidakseimbangan nutrisi:

Pengkajian

 Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan

 Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit

16
Manajemen nutrisi:

 Ketahui makanan kesukaan pasien

 Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

 Timbang pasien pada interval yang tepat

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Ajarkan metode untuk perencanaan makan

 Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal

 Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya

Aktivitas kolaboratif

 Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami
ketidakadekuatak asupan protein

 Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan lengkap, pemberian
makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat
dipertahankan

 Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi

 Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat memenuhi asupan
nutrisiyang adekuat

 Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika diperlukan
jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Aktivitas lain

 Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien

 Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien’

 Suapi pasien jika perlu

 Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi protein, tinggi kaori
yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara membuat jadwal makan jika perlu

Itulah Askep Sirosis Hepatis Aplikasi Nanda NIC NOC mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi anda.

17
DAFTAR PUSTAKA
Sumber:

Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi
Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.

Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di edit
oleh admin portalperawat.com.

18

Anda mungkin juga menyukai