Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan atau agraris dimana pembangunan di


bidang pertanian menjadi prioritas utama. Pembangunan saluran irigasi merupakan
penunjang untuk penyediaan bahan pangan nasional sangat diperlukan, sehingga
ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber
air permukaan. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air
dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif dan
ekonomis (Sudjarwadi, 1990).
Air merupakan sumber daya alam yang terbaharui melalui daur hidrologi. Namun
keberadaan air sangat bervariasi tergantung lokasi dan musim. Ketersediaan air di daerah
gurun sangat berbeda dengan ketersediaan air di daerah tropis. Ketersediaan air pada saat
musim hujan (Oktober s/d April) lebih besar dibandingkan pada saat musim kemarau
(April s/d Oktober), dikarenakan pada musim kemarau ketersediaan airnya sudah mulai
berkurang.
Untuk mengatasi masalah kekeringan dan kebanjiran, maka kita sebagai penghuni
bumi harus bisa mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air dengan membuat
distribusi air secara buatan. Salah satunya dengan pembangunan waduk. Waduk
merupakan suatu bangunan air yang digunakan untuk menampung debit air berlebih pada
saat musim hujan supaya kemudian dapat dimanfaatkan pada saat debit rendah saat musim
kemarau.

1.1.1 Pengertian Pengairan

Pengairan dalam arti umum adalah suatu usaha untuk mengatur air yang
mencakup bidang irigasi, drainsai, reklamasi, pengaturan banjir dan pengendalian
banjir. Bisa dikatakan Ilmu pengairan sama dengan Teknik Irigasi. Dalam arti
khusus pengairan adalah suatu usaha untuk mengatur dan memanfatkan air yang
tersedia baik di sungai ataupun di sumber lain, dengan menggunakan jaringan-
jaringan irigasi untuk kepentingan pengairan pertanian.

1.1.2. Tujuan Pengairan


Banyak tujuan dari pengairan baik tujuan utama dalam bidang pertanian
maupun tujuan lainnya yang sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan
penduduk di sekitar badan air. Adapun tujuan dari pengairan adalah :
1. Tujuan Pokok (Utama)
a. Membasahi tanah
Maksudnya supaya dapat dicapai suatu kondisi tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman dalam hubunganya dengan persentase kandungan air
dan udara diantara butir tanah.
Sedangkan guna air terhadap tanah adalah :
1) Sebagai pelarut mineral.
2) Sebagai zat penghancur bahan mineral
3) Sebagai bahan pembentuk tubuh tanah.
4) Sebagai penyubur tanaman.
5) Sebagai media terjadinya proses bahan kimiawi

b. Mengatur suhu tanah


Maksudnya adalah untuk menyesuaikan suhu tanah dengan tanaman yang
ditanam, jika suhu tanahnya terlalu tinggi, caranya yaitu dengan mengalirkan air
tanah tersebut.

c. Membersihkan tanah
Pengairan untuk pembersihan tanah dapat diartikan sebagai berikut :
1) Membersihkan tanah yang mengandung racun dan unsur-unsur yang
merugikan tanaman. Tanah yang mengandung unsur-unsur tersebut direndam
selama beberapa waktu, kemudian air rendaman dialirkan ke pembuangan
2) Membersihkan tanah dari gangguan rumput, dilakukan dengan perendaman
pada areal yang bersangkutan.
3) Membersihkn tanah pada areal persawahan pasang surut, terutama areal
persawahan terletak di pantai. Pada waktu air laut pasang maka areal
persawahan tersebut akan terendam air laut yang mengandung garam, sehingga
untuk pembersihanya dilakukan dengan perendaman sawah-sawah dengan air
biasa dari saluran, kemudian air rendaman dialirkan atau dibuang.

d. Memberantas hama
Yang dimaksud dengan hama salah satunya adalah tikus, cara memberantasnya
yaitu dengan penggenangan air di sawah. Maka liang-liang tikus akan terendam
dan tikus akan keluar sehinggga dapat dengan mudah dibunuh.

e. Memupuk tanah
Maksud memupuk tanah adalah mengalirkan air yang mengandung unsur-unsur
hara yang diperlukan untuk melangsungkan hidup tanaman. Unsur-unsur hara
yang dapat diperlukan tanaman mungkin terkandung dalam lumpur yang dibawa
oleh air yang dialirkan ke daerah pengaliran. Untuk itu dalam perencanaan irigasi
maka perlu diperhatikan hal-hal seperti bentuk saluran, sistem pengaliran, dan
keadaan daerah yang dilalui. Maka sedapat mungkin diusahakan:
1) Aliran kecepatan pada daerah yang kaya akan unsur-unsur hara.
2) Kecepatan aliran ditempat pemupukan agak rendah, sehingga unsur-unsur hara
yang terbawa dapat mengendap.

f. Mempertinggi permukaan tanah


Hal ini dilakukan pada tanah yang permukaan airnya terlalu rendah, sehingga
sukar untuk mendapatkan air. Caranya yaitu dengan perembesan melalui dinding-
dinding saluran, sehingga permukaan air tanah menjadi lebih tinggi walaupun
permukaan tanah tidak dibasahi.

g. Mengatur kebutuhan air sesuai tingkat kebutuhan hidup


Setiap tanaman membutuhkan air sesuai dangan umurnya. Misalnya kebutuhan
tanaman padi pada prinsipnya dibagi menjadi empat tahap, yang tiap tahapnya
berbeda-beda. Maka dengan adanya sistem irigasi pembagian air dapat sesuai
dengan kebutuhan tiap tahap pada masa tumbuh tanaman.

h. Koltimasi
Yaitu penimbunan tanah rendah dengan jalan mengalirkan air berlumpur, sehingga
tanah rendah tersebut akan menjadi lebih tinggi dan kemungkinan dapat digunakan
untuk pertanian.

2. Tujuan lain dari pengairan


a. Untuk industri
Untuk memenuhi kebutuhan air pada pabrik-pabrik atau indutri lain, misalnya
untuk pabrik gula, pabrik kertas dan lain-lain.
b. Untuk air minum dan lainnya
c. Untuk perikanan dan peternakan
Selain daerah pertanian, daerah perikanan dan peternakan juga membutuhkan air.
Tetapi untuk daerah pertanian lebih penting sehingga tujuan utama irigasi adalah
untuk mencukupi kebutuhan pertanian.

d. Untuk pembangkit listrik


Yang dimaksud adalah kebutuhan untuk Pembangkit lisrik Tenaga Air (PLTA).
e. Untuk pengontrolan atau finishing

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PERENCANAAN


Laporan ini adalah dokumen teknis yang menjelaskan maksud-maksud yang
tertuang dalam kriteria perencanaan dimana dokumen ini berisi perhitungan teknis dari
bagian bangunan-bangunan air.
Tujuan utama dokumen ini adalah untuk memberikan informasi tentang hasil
hitungan perencanaan yang dilakukan pada rencana bangunan air. Sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan pembangunan. Dokumen ini merupakan rujukan teknis dari gambar,
spesifikasi teknis perhitungan kuantitas (volume) dan biaya.

1.3. METODE DAN LINGKUP PERENCANAAN


1.3.1. Sumber Air Pengairan
Sebagai sumber pengairan, air dapat dibagi menjadi tiga golongan :
1. Mata air
Yaitu air yang terdapat didalam tanah, seperti air sumur, air artesis, dan air tanah. Air
tersebut banyak mengandung zat terlarut sehingga mineral bahan makan tanaman
sangat kurang dan pada umumnya konstan.

2. Air sungai
Yaitu air yang terdapat di atas permukaan tanah. Air tersebut banyak mengandung
Lumpur yang mengandung mineral sebagai bahan makan tanaman, sehingga sangat
baik untuk pemupukan dan juga suhunya lebih rendah daripada suhu atmosfer. Air
sungai ini berasal dari dua macam sungai, yaitu sungai kecil yng debitnya berubah-
ubah, dan sungai besar.

3. Air waduk
Yaitu air yang terdapat di permukaan tanah juga seperti pada air sungai. Tetapi air
waduk sedikit mengandung lumpur, sedangkan zat terlarutnya sama banyaknya dengan
air sungai. Air waduk disini dapat berasal dari dua macam waduk, yaitu waduk alam
dan waduk buatan manusia. Air waduk juga dibedakan menjadi dua macam menurut
keuntungan yang diperoleh. Yaitu waduk multi purpose atau waduk dengan keuntungan
yang diperoleh hanya satu. Misalnya air waduk selain untuk pertanian juga untuk
perikanan, penanggulangan banjir, pembangkit listrik, dan pariwisata. Tetapi ada juga
waduk yang hanya digunakan untuk pertanian saja.
Dalam perencanaan ini dilaksanakan pada sumber air yaitu air sungai.

1.3.2. Cara Pemberian Air Pengairan


Pada garis besarnya ada tiga cara pemberian air pengairan, yaitu :
1. Pemberian air lewat permukaan
a. Perluapan penggenangan bebas
Jika debit air besar sehingga tinggi muka air melampaui tanah di kiri kanannya
(air akan bebas meluap kekiri dan kekanan).
b. Perluapan penggenangan terkendali
Cara pemberian air yaitu dialirkan dari parit pada satu sisi suatu petak sawah, air
dialirkan ke petak sawah yang telah ditentukan letaknya maupau ukurannya.
c. Sistem kalenan
Penggenangan diberikan pada kalenan-kalenan yang dibuat sejajar lajur-lajur
tanaman, air diberikan pada parit pemberi dengan menggunakan pipa atau hevel.
d. Dengan petak penggenangan atau check sungai
Sistem pemberian air ini umumnya dipakai untuk tanaman buah-buahan dengan
membuat cekungan dibawah tanaman yang akan diairi ke cekungan tersebut
dengan sistem pengairan terbuka.

2. Pemberian air melalui bawah permukaan atau resapan


a. Peresapan dengan sistem terbuka
Pada sistem ini dialirkan pada saluran-saluran yang telah mengelilingi suatu petak
sawah, sehingga air dapat meresap kekiri atau kekanan. Umumnya diberikan di
bawah zone perakaran dan diatas muka air tanah. Dengan adanya daya kapiler air
dapat naik keatas sehingga air dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman.

b. Peresapan dengan saluran tertutup


Pada sistem ini air dialirkan pada pipa porous yang dimasukan ke dalam tanah
sehingga air dapat diserap dan dapat meresap ke tanah sekitarnya. Cara ini jarang
digunakan karena pipa porous yang digunakan harus tahan terhadap pengaruh air
(tidak lekas lapuk) dan juga pemasanganya mahal.

3. Pemberian air dengan penyiraman


a. Pemberian air dengan cara pancaran
Cara ini dipancarkan ke udara dengan menggunakan pipa berporasi atau alat
pancar yang bisa berputar untuk memperoleh pemerataan, sehingga air jatuh
diatas tanaman yang menyerupai hujan. Cara ini sering disebut sprinkler
irrigation.
b. Pemberian air dengan cara tetesan
Pemberian air dengan cara ini, air dialirkan dengan menggunakan pipa-pipa yang
pada tempat tertentu diberi perlengkapan jalur keluarnya air (lubang-lubang).
Lubang tersebut diletakan sedikit diatas tanah tetapi tidak terlalu tinggi, sehingga
air dapat menetes terus menerus, cara ini biasa disebut trickle irrigation.

1.3.3. Sistem Pengairan


a. Sistem konvensional
Sistem ini hanya mengandalkan keadaan topografi, yaitu selisih tinggi muka air pada
sumber air dengan tinggi muka air tanah yang akan diairi harus cukup atau dapat
juga air pada sumber air diuraikan dengan tenaga pompa.
b. Sistem pasang surut
Yaitu tinggi muka tanah yang tersedia sangat dipengaruhi oleh keadaan pasang
surutnya air laut (tidak konstan).
c. Sistem pengairan pantai
Sistem ini terdapat didaerah pantai yang mana merupakan kombinasi antara sistem
pasang surut dan konvensional. Tetapi pada sistem ini diperlukan pintu pengatur
untuk mengatur aliran air kedalam petak pertanian.
d. Sistem pengairan polder
Yaitu sistem pengairan dengan cara melokalisir suatu areal dengan menggunakan
tanggul, sehingga diperoleh sistem tata air yang terpisah dari tata air sekitarnya.
Sistem ini jarang dipakai karena biayanya mahal.

1.3.4. Kebutuhan Air Pengairan


Kebutuhan air pengairan ini diutamakan untuk pertanian. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan pengairan :
a. Struktur tanah dan tinggi muka air tanah
b. Cara pengolahan tanah
c. Tujuan pengairan dan cara pemberian air
d. Bentuk tanah dan topografi
e. Peraturan pengairan
f. Faktor besarnya petak sawah
g. Iklim
h. Macam tanah
i. Umur tanaman
j. Jenis tanaman
k. Keadaan hidrologi tanah, penguapan, peresapan dan lain-lain
Kebutuhan air pengairan dapat dibedakan :
a. Kebutuhan tanaman akan air yang diperlukan untuk tumbuh
b. Kebutuhan air yang harus diberikan pada petak sawah
c. Banyaknya air yang hilang selama perjalanan dari sumber air hingga petak sawah

Untuk hitungan banyaknya air yang diperlukan, dipakai anggapan-anggapan sebagai


berikut :
a. Dianggap air yang dibutuhkan pada musim hujan didasarkan ketentuan PWR dan
AWR.
b. Pada musim hujan semua lahan pertanian ditanami padi dan pada musim kemarau
ditanami palawija.
c. Diperhitungkan pula kehilangan air dalam perjalanan yang dapat mencapai 50%
dikarenakan penguapan karena bocoran kapiler dan sebagainya.

Rata-rata kebutuhan air seluruh daerah dapat dikurangi dengan adanya giliran
bebas. Sedangkan dalam menghitung kebutuhan air itu sendiri, tidak hanya kebutuhan
air ditempat yang dihitung, tetapi juga kebutuhan air operasional untuk memenuhi
kebutuhan ditempat.
Untuk menghitung kebutuhan air operasional ini diperlukan efisiensi irigasi, yang
terdiri dari tiga macam efisiensi, yaitu:
1. Efisiensi pengaliran
Yaitu efisiensi yang dipengaruhi oleh kehilangan air disalurkan akibat peresapan,
penguapan, dan kebocoran yang ada. Mulai dari tempat pengambilan sampai
diberikan pada areal irigasi atau dapat disebut kehilangan air pada saluran.
2. Efisiensi distribusi/sebaran
Ada dua macam efisiensi distribusi yaitu:
a. Efisiensi operasional yang sangat tergantung dari kesadaran dan kedisiplinan
petani itu sendiri, sehingga tidak terjadi dilain pihak kelebihan air dan dilain
pihak kekurangan air.
b. Efisiensi saluran distribusi
Guna memenuhi kebutuhan air, diharap jangan terlalu banyak jaringan irigasi
karena kemungkinan kehilangan air relative besar atau dapat disebut kehilangan
air pada saluran distribusinya.
3. Efisiensi pada petak sawah
Efisiensi petak sawah sering disebut dengan field efficiency. Efisiensi ini dibagi
menjadi :
a. Efisiensi pemakaian
Yaitu efisiensi yang merupakan perbandingan air yang bisa tertahan pada zone
perakaran pada periode pemberian air dengan air yang diberikan pada areal
irigasi.
b. Efisiensi sebaran
Yaitu efisiensi yang menunjukan gejala bahwa makin seragam sebaran-sebaran
air pada zone perakaran, akan baik juga produksi tanaman.
c. Efisiensi penyimpanan
Yaitu efisiensi yang massalahnya adalah suatudaerah-daerah sangat kekurangan
air pada suatu musim dimana air yang tersedia tidak mencapai jumlah air yang
dibutuhkan untuk pengisian lengas pada zone perakaran.
Dalam menghitung kebutuhan air dalam praktek, kita tidak menghitung satu
persatu tetapi secara over all efficiency atau efisiensi secara keseluruhan.

1.3.5. Lingkup Perencanaan


A. Menentukan Lokasi Bendung
Bendungan yang merupakan bangunan penyadap air dibangun dengan
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Tinggi tempat diusahakan agar daerah yang dapat dialiri seluas mungkin sehingga
lokasi bendungdipilih yang cukup tinggi
2. Debit air, jika sungai akan dibendung merupakan pertemuan dari dua sungai atau
lebih maka bendung diletakkan di sebelah hilir titik pertemuan dengan demikian
akan diperoleh debit yang lebih besar
3. Kandungan lumpur, lokasi bendung dipilih daerah dimana sungai belum banyak
mengalami pengotoran karena lumpur akan mempersulit pemeliharaannya
4. Dihindarkan terjadi tanah tandus yang disebabkan kurangnya air di sebelah hilir
5. Tanah longsor, umur dari bendung ditentukan oleh pemeliharaan dan keadaan
lingkungannya maka bangunan dimana tanahnya mudah longsor sangat
mempengaruhi kekuatan bendung
B. Saluran Primer
Saluran primer atau saluran induk dibuat dengan mengikuti arah garis trance dan
dimulai dari bangunan penyadap. Pada bagian pertama dibangun saluran penangkap
pasir atu lumpur, kemudian bangunan penguras yang bercabang dengan bangunan
pengambilan. Dari bangunan penguras dibuat saluran penguras yang hampir sejajar
dengan sungai untuk memudahkan pengurasan lumpur. Dalam pembuatan saluran
primer harap diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Panjang saluran diusahakan tidak berlebihn karena harus membelok-belok
mengikuti garis trance.
2. Saluran primer memungkinkan melewati jurang-jurang atau memotong aliran
sungai, sehingga perlu dipertimbangkan banyaknya galian dan timbunan karena
nanti akan mengakibatkan banyaknya kehilangan air.
3. Untuk mengurangi masuknya air hujan ke saluran primer, ditepi saluran dibuat
saluran pelampung air hujan.
4. Dimensi saluran primer ditentukan berdasarkan banyaknya air yang dibutuhkan
untuk seluruh areal irigasi dengan memperhatikan faktor-faktor kehilangan air
baik di petak sawah maupun di sepanjang saluran.

C. Saluran Sekunder
Untuk memungkinkan dapat mengairi daerah kedua sisi saluran, maka saluran
sekunder dibuat menyilang tegak lurus garis trance dan diletakkan di punggung
topografi. Dalam pembuatan saluran sekunder, hal-hal dibawah ini harus menjadi
pertimbangan :
1. Bentuk petak tersier dan jenis pengairannya, saluran sekunder merupakan batas
dari petak tersier, sehingga penentuan dari petak tersier diusahakan berbentuk
persegi panjang (memanjang arah aliran) dengan luas disesuaikan dengan
keadaan topografi daerah.
2. Perbedaan tinggi tempat, saluran yang melalui suatu daerah dimana kemiringan
tanahnya besar akan memperbanyak bangunan terjunan yang diperlukan serta
memperbesar biaya pembangunan.
3. Dimensi saluran sekunder ditentukan berdasarkan kebutuhan air dari seluruh
petak tersier yang dilayani dengan memperhitungkan kehilangan air banyak di
petak sawah maupun pada saluran sekunder.
4. Bangunan pembagi dan bangunan pelengkap dijadikan satu untuk memudahkan
operasinya dan penghematan biaya pembangunannya.

D. Tampang Saluran
Dimensi saluran dan bentuk saluran perlu diperhatikan agar didapatkan saluran
stabil yaitu tidak menganggu masalah erosi maupun sedimentasi. Persoalan pada
saluran yang perlu mendapat yaitu penentuan kecepatan terpakai, agar tidak timbul
erosi, sedimentasi, maupun longsoran-longsoran. Apapun yang dikehendaki adalah
kecepatan terpakai kecepatan transport.
1. Tampang Memanjang Saluran
Pada saluran primer maupun sekunder dibuat tampangmemanjang untuk
mengetahui :
 Elevasi muka tanah asli yang diperoleh dari ketinggian garis kontur pada peta
topografi
 Elevasi dasar saluran dengan memperhitungkan debit air saluran
 Panjang saluran sesuai denga panjang daerah irigasi
 Elevasi saluran muka air sesuai dengan bentuk tampang saluran
 Tinggi/dalamnya timbunan maupun galian maksimum
 Tinggi muka air maksimum sebagai kontrol
2. Tampang Melintang Saluran
Dimensi saluran baik saluran primer mauun saluran sekunder ditentukan
berdasrkan berdasrkan kebutuhan air maksimum yang diperhatikan menurut luas
daerah yang dialiri, yaitu :
a. Untuk saluran primer berdasarkan seluruh daerah irigasi yang dilayani.
b. Saluan sekunder berdasarkan atas petak-petak tersier yang dialiri dengan
memperhatikan banyaknya air yang hilang karena rembesan bocoran dan
sebagainya.
Pada perencanaan jaringanirigasi, banyakya air yang hilang di saluran diambil
sebagi berikut:
a. Untuk saluran terpanjang di ambil 0,675 dan saluran terpendek diambil 0,885
dan diantarakeduanya diadakan interpolasilinier.
b. Untu saluran terpendek diambil 0/99 dan diantarnya diambil interpolasi linier.

E. Bangunan-Bangunan Pada Jaringan Irigasi


Bangunan-bangunan jaringan irigasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yang
sesuai dengan fungsinya yaitu:

1. Bangunan-bangunan utama/pokok terdiri dari:


a. Bangunan penyadap/pengambil/intek
b. Bangunan pembawa
c. Bangunan pembagi
d. Bangunan pembiang
e. Bangunan penyadap
Jaringan irigasi memerlukan bangunan penyadap yang berupa bendung
berfungsi untuk meninggikan muka air sungai, bendung ini berupa bendung tetap
ataupun bendung bergerak yang dilengkapi dengan pintu air untuk mengatur tinggi
muka airdisebelah hulu, saluran penangkap lumpur bangunan penguras serta
bangunan pengukur debit. Ada juga penyadap yang tidak menggunakan bendungan
yang tidak dilengkapi dengan pintu air tersebut dengan penyadap air bebas.
Penyadap bebas ini hanya dapat dibuat jika airnya diambil dari satu lubuk/kedung
sungai.
Syarat-syarat bangunan ini adalah :
a. Harus kuat dan stabil terhadap tekanan air.
b. Tidak mudah rusak akibat rembesan
c. Peluap harus di atur sedemikian rupa air, batu dan pasir yang jatuh pada dasar
sungai tidak.
d. Muka air terbendung pada waktu banjir serendah mungkin.
e. Bendung harus dibangun pada bagian yang lurus dan sungai.
f. Memungkinkan dicapainya pengairan yang lurus.

Bangunan pembawa ini berupa satuan yang akan membawa air dari kepetak
sawah dandibedakan menjadi:
a. Saluran induk atau saluran primer
Saluran ini berupa tranche karena arahnya sejajar dengan garis contur.
b. Saluran sekunder
Saluran ini berupa saluran punggung dan merupakan saluran pembagi, saluran yang
lebih kecil disebut saluran sub sekunder.
c. Saluran tersier atau saluran pemberi
Saluran yang berfungsi untuk membagi-bagikan air ke petak-petak kuarter, saluran
yang lebih kecil lagi disebut saluran sub tersier.
d. Saluran kuarter
Saluran kuarter terdapat di dalam petak tersier yang dimulai dari pembagi sampai
pembuang.
Ada jenis saluran air lain lagi yang dinamakan saluran supleksi berfungsi menambah
air dari sumber air yang berbeda ke suatu sistem jaringan irigasi.
a. Bangunan Pembagi
Bangunan ini berfungsi untuk membagi air dari saluran primer ke saluran sekunder
atau dari saluran sekunder ke aliran tersier dan seterusnya. Bangunan pembagi di buat
pada cadangan saluran dan dilengkapi dengan :
1. Alat pembendung saluran, setiap saat dapat diatur.
2. Perlengkapan untuk mengatur jalan air melalui tanggul saluran besar menuju
saluran cabang.
3. Konstruksi untuk mengatur besar debit yang lewat serta alat pengukur tingg air
b. Bangunan Pembuang
Bangunan ini merupakan saluran drainase yang berfungsi membuang air kelebihan
dari petak sawah. Sistem yang dipakai pada umumnya sistem pembuang permukaan
(surface drainage) dengan menggunakan saluran terbuka. Sisitem ini disebut sub
surface drainase yaitu sistem pembuang air dengan menggunakan pipa dibawah tanah.

2. Bangunan Pelengkap.
Bangunan ini terdiri dari:
a. Bangunan silang
Bangunan ini merupakan satu sarana pembagian yang baik. Sedangkan yang termasuk
dalam bangunan ini adalah:
1. Talang air
2. Sypon-sypon air
3. Gorong-gorong
4. Jembatan
b. Bangunan pemecah
Bangunana ini gunanya adlah untuk mereduksi kecepatan pengaliran agar tidak
terlalu cepat mengalirnya akan merusak saluran atau bangunan. Sebab apabila air
terlalu cepat mengalir akan merusak saluran atau bangunan. Sedangkan yang termasuk
bangunan ini adalah:
1. Bangunan peluncur atau turap, yang digunakan pada daerah punggung yang
kemiringan terlalu besar.
2. Bangunan terjunan, yang digunakan pada daerah yang permukaanya menyerupai
tangga dengan selisih tingi yang cukup besar.

c. Bangunan eksploitasi
Bangunan ini merupakan bangunan yang hanya dibuat pada bagian-bagian
tertentu, misalnya:
1. Jalan inspeksi, yang digunanya untuk melihat saluran atau bangunan di sepanjang
saluran induk dan saluran sekunder.
2. Rumah jaga yang gunanya untuk para penjaga air saluran atau pintu air.
3. Sistem promunikasi.
4. Gunakan.

d. Bangunan pengaman
Bangunan ini dimaksudkan untuk menjaga atau menjaga atau mencegah agar
sistem jaringan tidak lekas rusak pada waktu tertentu yang termasuk dalam bangunan
ini adalah:
1. Bangunan penangkap pasir atau lumpur, gunanya mencegah agar pasir atau lumpur
tidak masuk saluran.
2. Bangunan pelimpah, gunanya untuk melimpahkan kelebihan air dari saluran.
3. Bangunan pengaman tebing, yang gunanya untuk menjaga daerah-daerah yang
tanahnya longsor dan menjaga agar air tidak menghantam tebing pada belokan-
belokan saluran.
Tanda-tanda Gambar bangunan Irigasi :
a. Bendung
b. Bangunan Pembagi
c. Bangunan Primer
d. Saluran Primer
e. Saluran Sekunder
f. Saluran Drainse
g. Sypon-sypon
h. Jembatan
i. Gorong-Gorong
j. Bangunan Terjunan
k. Saluran Cepat
l. Jalan Raya
1.4 KELUARAN KEGIATAN PERENCANAAN
Perencanaan bangunan air sangat rumit, selain membutuhkan ketelitian juga
membutuhkan data-data yang akurat tentang curah hujan, keadaan tanah, dan data-data
penting lainnya. Perencanaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Keluaran
kegiatan perencanaan pada bangunan air adalah produk bangunan air itu sendiri. Berupa
banguna pokok atau utama dan bangunan pelengkapnya.
Guna memberikan informasi tentang rencana bangunan air yang dibangun.
Keluaran kegiatan perencanaan ini berupa :
1. Perhitungan hidrologi
2. Perhitungan teknis bangunan air
3. Gambar desain
4. Perhitungan volume dan biaya

Anda mungkin juga menyukai