Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

MAKALAH INDIVIDU

Disusun Oleh :

Nama : Mudafar .S. Bessy

Dosen :

Semester : V (Lima)

FAKULTAS KEGURUANDAN ILMU PENDIDIKAN FISIKA


UNIVERSITAS BUMI HIJRAH (UNIBRAH)
MALUKU UTARA
TAHUN AJARAN
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pemipikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..I

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..II

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..III

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..4-6

A. Latar Belakang……………………………………………………………………..4
B. Ruang Lingkup ……………………………………………………………………5
C. Tujuan Dan Manfaat……………………………………………………………….6

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………6-9

A. Paket Gelombang………………………………………………………………….6
a. Efek Fotolistrik……………………………………………………………7
b. Efek Compton…………………………………………………………….9

B. Prinsip Ketidakpastian Heisenberg…………………………………………………10-12


a. Werner Heisenberg - Merumuskan Prinsip Teori Ketidakpastian…………10
b. Kehidupan dan karier………………………………………………………12
c. Teori Prinsip Ketidakpastian……………………………………………….12

C. Persamaan Schrodinger…………………………………………………………….13-16
a. Persamaan Gelombang Schrodinger Untuk Atom Hidrogen……………16

BAB III PENUTUB……………………………………………………………………...17

A. Kesimpulan………………………………………………………………………..17
B. Saran……………………………………………………………………………….17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seratus tahun lalu, Albert Einstein muda membuat karya besarnya. Tak tanggung-tanggung,
ia melahirkan tiga buah makalah ilmiah yang menjadikan dirinya ilmuwan paling berpengaruh di abad
ke-20. Tahun itu dianggap annus mirabilis atau Tahun Keajaiban Einstein. Salah satu makalah itu
adalah tentang efek fotolistrik. Oleh panitia Hadiah Nobel Fisika, makalah itu dianugerahi Hadiah
Nobel Fisika pada 1921. Komunitas fisika dunia memperingati tahun ini sebagai Tahun Einstein.
Dalam momentum peringatan ini diharapkan muncul Einstein-Einstein abad ke-21. Sejalan dengan
ide itulah panitia akademika Olimpiade Fisika Internasional ke-36 di Salamanca, Spanyol,
memunculkan problem dari penelitian Einstein dalam fotolistrik. Dalam ujian praktek yang
berlangsung di gedung Multiusos Sanchez Paraiso, Universitas Salamanca, Kamis (7/7) pekan lalu,
para kontestan disuguhi soal bagaimana mengukur konstanta Planck dengan cahaya dari lampu pijar.
Apa hubungan Max Planck dan Albert Einstein? Pada 1990, Max Karl Ernst Ludwig Planck
(1858-1947), ilmuwan dari Universitas Berlin, Jerman, mengemukakan hipotesisnya bahwa cahaya
dipancarkan oleh materi dalam bentuk paket-paket energi yang ia sebut quanta. Ia memformulakannya
sebagai hv. Penemuan Planck itu membuatnya mendapatkan Hadiah Nobel Bidang Fisika pada 1918.
Gagasan ini diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu. Dalam makalah ilmiah tentang efek
fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri dari partikel-partikel yang kemudian disebut sebagai
foton. Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan logam, foton-fotonnya akan menumbuk
elektron-elektron pada permukaan logam tersebut sehingga elektron itu dapat lepas. Peristiwa
lepasnya elektron dari permukaan logam itu dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik. Einstein
menemukan bahwa setiap foton mempunyai energi yang sangat besar, bergantung pada frekuensi.
Dalam fisika, energi dari foton dituliskan sebagai E = h x f, simbol f adalah frekuensi dan h adalah
konstanta Planck. Nah, dalam soal eksperimen OFI ke-36 itu, para kontestan diminta menghitung nilai
konstanta Planck tersebut melalui percobaan. Semua kontestan diberikan satu unit rangkaian.
Komponen sistem itu terdiri atas lampu pijar (bohlam), light dependent resistance (LDR),
filter, tabung tes, cairan pewarna berwarna oranye, baterai, dan alat ukur multimeter digital.
Komponen-komponen itu harus dirangkaikan sesuai dengan skema yang diberikan. Prosedur
perangkaian alat juga disertakan. Sebelum menghitung konstanta Planck, para kontestan harus lebih
dulu menghitung hambatan filamen (kawat pijar) bohlam, panjang gelombang yang dapat diserap oleh
filter, dan sifat-sifat LDR melalui percobaan yang cukup rumit dengan peralatan yang terbilang
sederhana. Menurut Yohanes Surya, pembina TOFI, dalam percobaan seperti ini, ketelitian, teknik
penggunaan grafik, dan penentuan eror atau kesalahan eksperimen sangat menentukan.
Prinsip ketidakpastian Heisenberg memperkenalkan suatu hubungan timbal balik
antara posisi dan momentum. Jika nilai posisi elektron diketahui dengan tingkat akurasi yang tinggi,
maka nilai momentum elektron elektron akan tidak pasti, dan sebaliknya. Menurut de Broglie suatu
partikel yang memiliki momentum p jika dipandang sebagai gelombang, mempunyai
panjang gelombang. Panjang gelombang ini disebut panjang gelombang de Broglie. Karena itu,
panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju partikel.
Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang tampak jelas
tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie dengan dimensinya serta dimensi
sesuatu yang berinteraksi dengannya. Pertikel yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang
mendukung teori ini adalah petir dan kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat
menunjukan sifat gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel berbentuk
suara.

4
Teori Fisika Utama teori mekanika klasik dapat menjelaskan pergerakan benda dengan tepat,
asalkan benda ini lebih besar daripada atom dan bergerak dengan kecepatan jauh lebih lambat
daripada kecepatan cahaya. Teori-teori ini masih terus diteliti; contohnya, aspek mengagumkan dari
mekanika klasik yang dikenal sebagai teori chaos ditemukan pada abad kedua puluh, tiga abad setelah
dirumuskan oleh Isaac Newton. Namun, hanya sedikit fisikawan yang menganggap teori-teori dasar
ini menyimpang. Oleh karena itu, teori-teori tersebut digunakan sebagai dasar penelitian menuju topik
yang lebih khusus, dan semua pelaku fisika, apa pun spesialisasinya, diharapkan memahami teori-
teori tersebut.

Pada awalnya orang menganggap materi (zat) bersifat kontinu. Tetapi hasil penemuan
berikutnya seperti penemuan muatan elementer melalui percobaan simpangan sinar katoda membuat
para ilmuwan mulai memikirkan bahwa materi bersifat diskrit. Lalu konsep atom muncul karena rasa
ingin tahu terhadap struktur zat. Struktur zat berarti komponen-komponen dan hubungan antar
komponen yang membentuk zat tersebut.

Penjelasan Rutherford tentang penerapan mekanika Newton pada model atom, dimana
elektron diandaikan melakukan gerak mengelilingi atom, seperti planet mengelilingi matahari. Dalam
gerak itu elektron mengalami percepatan sentrifugal. Gambaran ini dapat disimpulkan bahwa elektron
pada atom tidak stabil. Karena mengalami percepatan maka elektron akan memancarkan gelombang
elektromagnetik. Energi pancaran ini akan mengurangi energi total elektron sehingga jari-jari elektron
akan mengecil. Karena adanya pancaran gelombang elektromagnetik maka spektrum panjang
gelombang yang dipancarkan adalah spektrum yang kontinu.

Namun dalam konsep mekanika modern menganggap bahwa di dalam atom terdapat
kestabilan. Hal ini didukung oleh percobaan yang dilakukan oleh J.J. Balmer pada tahun 1855 yang
bereksperimen tentang pemanasan gas hidrogen pada beda potensial tinggi yang menghasilkan
spektrum emisi diskrit, dan juga ditambahkan dengan teori atom Bohr yang menyatakan bahwa
elektron memiliki kestabilan.

Penjelasan mengenai struktur atom yang lebih lengkap diperlukan untuk mengetahui struktur
yang lebih detail tentang elektron di dalam atom. Model atom yang lebih lengkap harus dapat
menerangkan efek Zeeman dan sesuai untuk atom berelektron banyak. Efek Zeeman merupakan
terpecahnya satu garis spektrum atomik yang dialiri arus listrik melalui gas dalam sebuah tabung
menjadi beberapa garis di dalam medan magnet. Berikut adalah gambar pemisahan garis spektrum
atomik di dalam medan magnet.

5
B. Ruang Lingkup
Makalah ini akan mencakup paket gelombang,prinsip ketidakpastian Heisenberg dan
persamaan schrodinger

C. Tujuan Dan Manfaat


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
 Bagaimana proses terjadinya efek fotolistrik ?
 Bagaimana proses terjadinya efek compton ?
 Bagaimana Sejarah Prinsip Ketidakpastian Heisenberg ?
 Bagaimana Prinsip Ketidakpastian Heisenberg?
 Bagaimana Sejarah Hipotesis De Broglie ?
 Bagaimana Prinsip Hipotesis De Broglie ?
 Pengertian Persamaan Schrodinger
 Bagaimana Persamaan Gelombang Schrodinger Untuk Atom Hidrogen
 Mengetahui Bagaimana Sejarah Prinsip Ketidakpastian Heisenberg
 Mengetahui Bagaimana Prinsip Ketidakpastian Heisenberg
 Mengetahui Bagaimana Sejarah Hipotesis De Broglie
 Mengetahui Bagaimana Hipotesis De Broglie

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Paket Gelombang

Dalam kehidupan sehari-hari konsep gelombang dan konsep partikel merupakan dua konsep
berbeda yang tidak ada hubungannya sama sekali. Partikel bukanlah gelombang dan gelombang
bukanlah partikel. Salah satu perbedaan yang mencolok yang dapat kita lihat antara partikel dengan
gelombang adalah ketika dua gelombang atau dua partikel bertemu. Ketika dua partikel bertemu
(keadaan molekul-molekul) kedua partikel tidak sama sebelum dan sesudah tumbukan. Seperti
gambar dibawah ini :

Tetapi ketika dua buah gelombang bertemu, kedua gelombang bersatu dan terjadi interferensi.
Kecepatan dan bentuk masing-masing gelombang sebelum dan sesudah pertemuan adalah sama.
Perhatikan gambar dibawah ini :
Namun kita lihat dalam dunia atom, konsep partikel dan konsep gelombang menjadi baur.
Sifat pertikel dari gelombang dan sifat gelombang dari partikel. Tapi fokus utama pembahasan kami
pada makalah ini adalah sifat partikel dari gelombang.
Pernahkah kamu melihat pelangi? atau Pernahkah kamu melihat warna-warni di jalan aspal
yang basah?. Jika pernah, maka secara tak sengaja Anda sudah melihat sifat partikel dari gelombang.
Tujuh warna indah yang terurai di langit (Pelangi) ini terjadi akibat adanya dispersi cahaya matahari
pada titik-titik air hujan sedangkan warna-warni yang terlihat di jalan beraspal terjadi akibat adanya
gejala interferensi cahaya.
pola warna-warni di atas aspal basah yang dikenai bensin terjadi akibat interferensi cahaya

Gejala dispersi dan interferensi cahaya menunjukkan bahwa cahaya merupakan gejala
gelombang dan gejala difraksi dan polarisasi cahaya juga menunjukkan sifat gelombang dari cahaya.
Pola warna-warni di atas aspal basah yang dikenai bensin terjadi akibat interferensi cahaya. Gejala
fisika yang lain seperti spektrum diskrit atomik, efek fotolistrik, dan efek Compton menunjukkan
bahwa cahaya juga dapat berperilaku sebagai partikel. Dan sebagai partikel cahaya disebut dengan
foton yang dapat mengalami tumbukan selayaknya bola.

a. Efek Fotolistrik
Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan logam.
Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai berikut. Dua buah
pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam tabung hampa udara. Di luar
tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat. Mula-mula tidak ada arus yang
mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada salah satu pelat,
arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya elektron-elektron yang lepas dari satu pelat
dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama membentuk arus listrik.
Hasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta yang merupakan
karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai berikut.

1. Hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi tertentu saja)
yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan terjadi efek
fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari
cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam. Intinya

7
bahwa fotolistrik tidak tergantung pada intensitas cahaya yang datang, tapi fotolistrik tergantung
pada frekuensi cahaya yang datang.
2. Ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan intensitas
cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari pelat logam (yang
ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk
cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya
diperbesar.
3. Ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah cahaya
yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron terbebas
dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.

Misalnya, ketika suatu bahan natrium disinari cahaya dengan frekuensi lebih kecil dari 5,5 x
1014 Hz tidak terjadi fotolistrik. Walaupun intensitas cahaya diperbanyak ratusan kali lipat, tetap saja
tidak terjadi fotolistrik. Tetapi jika frekuensinya dinaikkan lebih dari 5,5 x 10 14 Hz, maka dapat
terdeteksi adanya fotolistrik. Hasil percobaan ini sangat mengejutkan fisikawan waktu itu. Mereka
bingung mengapa penambahan intensitas tidak mempengaruh terjadinya gejala fotolistrik. Padahal
setahu mereka, cahaya adalah gelombang. Penambahan intensitas berarti penambahan gelombang.
Karena gelombang ini diserap elektron, maka energi elektron semakin besar. Akibatnya elektron akan
lebih mudah lepas dari logam (terjadi fotolistrik). Tetapi kenyataannya tidak demikian ! Mengapa ???
Karena karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana cahaya
tidak dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya
sebagai partikel. Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia
melalui konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai
untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini
digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Persamaan efek fotolistrik
Einstein, yaitu:
· Energi cahaya yang terdiri dari foton-foton yang saat itu dikenal sebagai gelombang
elektromagnetik terkuantisasi dalam bentuk bundel-bundel energi yang besarnya: E = hf dengan f
menyatakan frekuensi cahaya dan h konstanta Planck (6,626 x 10-34 J.s) . Jika frekuensi cahaya cukup
tinggi maka energi yang diserap ini akan mampu mengeluarkan elektron dari permukaan logam itu.
Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik
adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap
elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini dapat
dituliskan sebagai : Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron
E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hf – hf0
Perlu diperhatikan bahwa W0 adalah energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah
frekuensi ambang logam, f adalah frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik
maksimum elektron yang lepas dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain
persamaan efek fotolistrik dapat ditulis sebagai :
Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi dalam
SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam biasanya dinyatakan
dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6 × 10−19 J.

8
 Potensial Penghenti
Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat
dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek
fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber dihubungkan
dengan pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain),
terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol. Arus
nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam akibat efek
fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari permukaan logam pada
efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (stopping potential). Jika V0 adalah
potensial penghenti, maka
Ekm = eV0

Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa e adalah
muatan elektron yang besarnya 1,6 × 10−19 C dan tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V).

 Aplikasi Efek fotolistrik


Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic device)
seperti lampu LED (light emitting device) dan piranti detektor cahaya (photo detector). Efek foto
listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat (logam), bila permukaan logam
tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja)
logam. Efek fotolistrik ini ditemukan oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa cahaya (foton)
yang mengenai logam bersifat sebagai partikel. Energi kinetik foto elektron yang terlepas:
Ek = h f - h fo
Ek maks = e Vo

Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses perubahan energi kinetik
elektron yang bergerak menjadi gelombang elektromagnetik (disebut juga proses Bremmsstrahlung).
Kesimpulan:

1. Agar elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f > fo


2. Ek maksimum elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya yang digunakan,
hanya tergantung pada energi atau frekuensi cahaya. Tetapi intensitas cahaya yang datang
sebanding dengan jumlah elektron yang terlepas dari logam.

b. Efek Compton
Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi dengan energi yang
diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai gelombang tetapi lebih mendekati bentuk
partikel. Partikel cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan sebutan foton. Pandangan cahaya
sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang dikenal sebagai efek Compton. Jika seberkas sinar-X
ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X akan mengalami perubahan panjang
gelombang dimana panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar. Panjang gelombang sinar X yang
terhambur ternyata hanya tergantung pada besar sudut hamburan, sama sekali tidak tergantung pada
lama penyinaran. Menurut teori gelombang, panjang gelombang sinar X terhambur seharusnya
tergantung pada lama penyinaran. Semakin lam penyinaran, semakin banyak sinar x yang diserap
elektron sehingga ketika sinar X ini dipancarkan kembali, tentu panjang gelombangnya akan semakin
pendek. Jadi dapat kita lihat bahwa sinar X atau cahaya tidak selalu berkelakuan sebagai gelombang.

9
Gejala ini dikenal sebagai efek Compton, sesuai dengan nama penemunya, yaitu Arthur Holly
Compton.
Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron (seperti halnya dua
bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang diam menyerap sebagian energi foton sehingga
bergerak ke arah membentuk sudut terhadap arah foton mula-mula. Foton yang menumbuk elektron
pun terhambur dengan sudut θ terhadap arah semula dan panjang gelombangnya menjadi lebih besar.
Perubahan panjang gelombang foton setelah terhambur dinyatakan sebagai :
Dimana m adalah massa diam elektron, c adalah kecepatan cahaya, dan h adalah konstanta Planck.
Sedangkan berdasarkan hukum kekekalan energi kite peroleh :
Energi foton mula-mula = energi foton akhir + energi kinetik elektron yang tertolak
hc = hc + Ek
λ0 λ’
hc/ λ0 adalah energi foton datang, hc/ λ’ adalah energi foton terhambur, dan Ek adalah energi kinetik
elektron yang tertolak. Dengan menggunakan rumus relativistik, kita peroleh
Dengan Sekarang gunakan hokum kekekalan momentum pada tumbukan ini. Momentum arah sumbu
dan harus kekal. Karena momentum electron dapat ditulis sebagai, maka kita peroleh hubungan
berikut :
Arah sumbu x :

Arah sumbu y :
Kuadratkan kedua persamaan diatas dan jumlahkan ,
Gunakan hubungan berikut pada persamaan diatas,
Sehingga kita memperoleh :
Sekarang kita sederhanakan persamaan energy :
Kurangi persamaan dengan persamaan ,
Gunakan lagi persamaan ke persamaan diatas untuk mendapatkan ,

B. Prinsip Ketidakpastian Heisenberg

d. Werner Heisenberg - Merumuskan Prinsip Teori Ketidakpastian

10
 Nama lahir: Werner Karl Heisenberg
 Tanggal lahir: 5 Desember 1901 Würzburg, Bavaria, Kekaisaran Jerman
 Meninggal: 1 Februari 1976 (umur 74) Munich, Bavaria, Jerman Barat
 Tempat peristirahatan: Munich Waldfriedhof
 Kebangsaan: Jerman
 Bidang: Fisika Teoritis
 Lembaga: University of Göttingen University of Copenhagen University of
Leipzig, University of Berlin, University of Munich
 Alma mater: University of Munich
 Penasihat Doktor: Arnold Sommerfeld
 Penasehat akademik lainnya: Niels Bohr, Max Born
 Doktor siswa: Felix Bloch, Edward Teller, Rudolf E. Peierls, Reinhard Oehme,
Friedwardt, Winterberg, Peter Mittelstaedt, Serban Ţiţeica ( de / la / ro ) Ivan Supek, Erich
Bagge, Hermann Arthur Jahn, Raziuddin Siddiqui, Heimo Dolch, Hans Heinrich Euler,
Edwin Gora, Bernhard Kockel, Arnold Siegert, Wang Foh-san, Karl Ott
 Siswa terkenal lainnya: William Vermillion Houston, Guido Beck, Ugo Fano
 Dikenal: Pencetus mekanika kuantum modern
 Dipengaruhi oleh: Robert Döpel, Carl Friedrich von Weizsäcker
 Penghargaan: Nobel dalam Fisika (1932) Max Planck Medal (1933)
 Istri: Elisabeth Schumacher (1937-1976)

Werner Karl Heisenberg adalah seorang ahli fisika teoritis Jerman dan salah satu pencipta
utama dari mekanika kuantum modern (Mekanika adalah cabang ilmu fisika yang berhubungan
dengan hukum-hukum umum gerak suatu benda). Ia menerbitkan karyanya pada tahun 1925 dalam
sebuah terobosan kertas. Pada 1927 ia menerbitkan bukunya "prinsip ketidakpastian". Heisenberg
dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika untuk 1932 "untuk penciptaan mekanikamax kuantum.
Ia juga membuat kontribusi penting untuk teori hidrodinamika aliran turbulen, inti atom,
ferromagnetism, sinar kosmik, dan partikel-partikel sub-atomik, dan ia berperan dalam perencanaan
reaktor nuklir di Karlsruhe pertama di Jerman Barat, bersama-sama dengan riset reaktor di Munich,
pada tahun 1957.

Setelah Perang Dunia II, ia diangkat sebagai direktur dari Institut Kaiser Wilhelm untuk Fisika,
yang berganti nama menjadi Institut Max Planck untuk Fisika. Dia adalah direktur lembaga itu sampai
pindah ke Munich pada tahun 1958, ketika itu diperluas dan berganti nama menjadi Institut Max
Planck untuk Fisika dan Astrofisika.

Heisenberg juga presiden Jerman Research Council, Ketua Komisi Fisika Atom, ketua Kelompok
Kerja Fisika Nuklir, dan presiden Alexander von Humboldt Foundation.

11
b. Kehidupan dan karier

Werner Heisenberg lahir 5 Desember 1901 di Würzburg, Bavaria, Kekaisaran Jerman. Dia belajar
fisika dan matematika 1920-1923 di Ludwig-Maximilians-Universität München dan Georg-August-
Universität Göttingen. Di Munich ia belajar di bawah asuhan Arnold Sommerfeld dan Wilhelm Wien.
Pada Göttingen, ia belajar fisika dengan Max Born dan James Franck, dan dia belajar matematika
dengan David Hilbert.

Dia terima gelar doktor dalam bidang fisika teoritis dari universitas Munich tahun 1923. Dari
tahun 1924 sampai 1927 dia kerja di Kopenhagen bersama ahli fisika besar Denmark, Niels Bohr.
Kertas kerja penting pertamanya tentang ihwal kuantum mekanika diterbitkan tahun 1925 dan
rumusnya tentang "prinsip ketidakpastian" keluar tahun 1927. Heisenberg meninggal 1 Februari 1976
(umur 74) di Munich, Bavaria, Jerman Barat. Dia hidup bersama isteri dan tujuh anak.

c. Teori Prinsip Ketidakpastian

Pada tahun 1925 Werner Heisenberg mengajukan rumus baru di bidang fisika, suatu rumus yang
sangat radikal, jauh berbeda dengan konsep dari rumus klasik Newton. Teori rumus baru ini --sesudah
mengalami beberapa perbaikan oleh orang-orang sesudah Heisenberg-- berhasil dan cemerlang.
Hingga kini Rumus itu diterima dan digunakan dalam semua sistem fisika.

Salah satu konsekuensi dari teori Heisenberg adalah apa yang terkenal --dengan rumus "prinsip
ketidakpastian" yang dirumuskannya sendiri di tahun 1927. Prinsip itu umumnya dianggap salah satu
prinsip yang paling mendalam di bidang ilmiah dan paling punya daya jangkau jauh. Dalam praktek,
apa yang diterapkan lewat penggunaan "prinsip ketidakpastian" ini adalah mengkhususkan batas-batas
teoritis tertentu terhadap kesanggupan kita membuat ukuran-ukuran ilmiah. Akibat serta pengaruh
dari sistem ini sangat dahsyat. Apabila hukum dasar fisika menghambat seorang ilmuwan --bahkan
dalam keadaan yang ideal sekalipun-- mendapatkan pengetahuan yang cermat dari suatu penyelidikan,
ini disebabkan karena sifat-sifat masa depan dari sistem itu tidak sepenuhnya bisa diramalkan.
Menurut "prinsip ketidakpastian," tak akan ada perbaikan pada peralatan ukur kita yang akan
mengijinkan kita mengungguli kesulitan, ini.

Prinsip Ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa adalah (hampir) tidak mungkin untuk
mengukur dua besaran secara bersamaan, misalnya posisi dan momentum suatu partikel.

"Prinsip ketidakpastian" ini menjamin bahwa fisika, dalam keadaannya yang lumrah, tak sanggup
membuat lebih dari sekedar dugaan-dugaan statistik. misalnya seorang ilmuwan yang menyelidiki
radioaktivitas, mungkin mampu menduga bahwa satu dari setriliun atom radium, dua juta akan
mengeluarkan sinar gamma dalam waktu sehari sesudahnya.

Tetapi, Heisenberg sendiri tidak bisa menaksir apakah ada atom radium yang khusus yang
akan berbuat begitu. Dalam banyak hal yang praktis, ini bukannya satu pembatasan yang ketat.
Bilamana menyangkut jumlah besar, metoda statistik sering mampu menyuguhkan basis pijakan yang
dapat dipercaya untuk suatu loangkah. Tetapi, jika menyangkut jumlah dari ukuran kecil, soalnya jadi
lain. Di sini "prinsip ketidakpastian" memaksa kita menghindar dari gagasan sebab-akibat fisika yang
ketat. Ini mengedepankan suatu perubahan yang amat mendasar dalam pokok filosofi ilmiah. Begitu
mendasarnya sampai-sampai ilmuwan besar Einstein tak pernah mau menerima prinsip ini. "Saya
tidak percaya," suatu waktu Einstein berkata, "bahwa Tuhan main-main dengan kehancuran alam
semesta."

12
Tetapi, ini pada hakekatnya sebuah pertanda bahwa ahli-ahli fisika yang paling modern
merasa perlu menerimanya. Jelaslah sudah, dari sudut teori kuantum, dan pada tingkat lebih lanjut
bahkan lebih besar dari "teori relativitas," telah merombak konsep dasar kita tentang dunia fisik.
Tetapi, konsekuensi teori ini tidaklah semata bersifat filosofis.

Penggunaan kuantum dapat dilihat pada peralatan modern seperti mikroskop elektron, laser
dan transistor. Teori kuantum juga secara luas digunakan dalam bidang fisika nuklir dan tenaga atom.
Ini membentuk dasar pengetahuan kita tentang bidang "spectroscopy" (alat pembuat dan meneliti
spektrum cahaya), dan ini digunakan secara luas di sektor astronomi dan kimia. Dan juga
dimanfaatkan dalam penyelidikan teoritis dalam masalah yang topiknya beraneka ragam seperti
kualitas khusus cairan belium, dasar susunan intern binatang-binatang, daya penambahan kekuatan
magnit, dan radio aktivitas.

C. Persamaan Schrodinger

Erwin Schrodinger (1887-1961), merumuskan teori mekanika gelombang, yang


menggambarkan perilaku partikel kecil yang membentuk segi materi gelombang. Pembuktian
mekanika gelombang, schrodinger meneruskan penemuan Louis de Broglie yaitu elektron atau
partikel memiliki sifat gelombang yang tidak memiliki posisi tertentu di dalam ruang. Persamaan
dinamika Newton yang sedianya untuk menjelaskan gerak elektron digantikan oleh persamaan
schrodinger yang menyatakan fungsi gelombang untuk elektron. Untuk model atom pada prinsip ini
disebut model atom mekanika kuantum.

Persamaan Schrödinger menghasilkan seperangkat fungsi keadaan yang bergantung pada tiga
bilangan kuantum n, l, ml. yn,l,ml2 dinyatakan maps out probabilitas lokasi elektron. Fungsi ini
ditunjukkan sebagai orbital-orbital.

Posisi dan keberadaan elektron di dalam atom dinyatakan sebagai peluang terbesar elektron di
dalam atom. Pada gambar atom diatas, Ψ elektron mengandung tiga bilangan kuantum yang jika
ditentukan akan diperoleh hasil berupa orbital. Ketiga bilangan kuantum ini adalah bilangan kuantum

13
utama, orbital, dan magnetik. Ψ2 menggambarkan rapatan muatan elektron atau peluang menemukan
elektron pada suatu titik dalam atom. Ketiganya digambarkan dalam proyeksi 3 dimensi :

Ψ * Ψ dx dy dz

probabilitas keberadaan elektron pada waktu t tertentu dalam volume dx dy dz di sekitar titik (x, y, z);
Ψ* adalah konjugat dari Ψ . Jadi persamaan Schrodinger tidak menentukan posisi elektron melainkan
memberikan probabilitas bahwa ia akan ditemukan di sekitar posisi tertentu. Kita juga tidak dapat
mengatakan secara pasti bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan
momentum elektron dibatasi oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg.
Persamaan gelombang partikel (misalnya elektron) yang bergerak dalam satu arah (misalnya
arah x) diberikan oleh:
(-h2/8π2m)(d2 Ψ /dx2) + V Ψ = E Ψ (2.14)
m adalah massa elektron, V adalah energi potensial sistem sebagai fungsi koordinat, dan Ψ adalah
fungsi gelombang.
Contoh paling sederhana persamaan Schrödinger adalah sistem satu elektron dalam potensial
kotak satu dimensi. Misalkan enegi potensial V elektron yang terjebak dalam kotak (panjangnya a)
adalah 0 dalam kotak (0 < x < a) dan, di luar kotak. Persamaan Schrödinger di dalam kotak menjadi:

d2 Ψ /dx2 = (-8π2mE/h2) Ψ (2.15)


Ψ = 0 di x = 0 dan x = a (2.16)

Persamaan berikut akan didapatkan sebagai penyelesaian persamaan-persamaan di atas:


Ψ (x) = (-2/a)sin(n π x/a)
Perlu diingat bahwa n muncul secara otomatis. Persamaan gelombang Ψ sendiri tidak
memiliki makna fisik. Kuadrat nilai absolut Ψ, Ψ2, merupakan indikasi matematis kebolehjadian
menemukan elektron dalam posisi tertentu, dan dengan demikian sangat penting sebab nilai ini
berhubungan dengan kerapatan elektron. Bila kebolehjadian menemukan elektron pada posisi tertentu
diintegrasikan di seluruh ruang aktif, hasilnya harus bernilai satu, atau secara metematis:
∫ Ψ 2dx = 1
Energinya (nilai eigennya) adalah E = n2h2/8ma2; n = 1, 2, 3... (2.18)
Jelas bahwa nilai energi partikel diskontinyu.
Perbedaan pokok antara mekanika klasik dengan mekanika kuantum terletak pada cara
penggambarannya. Dalam mekanika klasik, masa depan partikel dapat ditentukan berdasarkan
keadaan awal (kedudukan awal, momentum awal) serta gaya-gaya yang bekerja padanya melalui
hukum kedua Newton. Artinya dengan menyelesaikan secara matematis dari hukum kedua Newton,
maka bisa diketahui dengan pasti kedudukan dan momentum partikel untuk setiap saat.
Dalam mekanika kuantum ketentuan tentang keadaan masa depan partikel seperti pada
mekanika klasik tidak mungkin diperoleh, karena kedudukan dan momentum awal tidak dapat
diperoleh dengan ketelitian yang cukup.
Dimungkinkan uintuk memperluas metoda yang digunakan dalam potensial kotak satu
dimensi ini untuk menangani atom hidrogen dan atom mirip hidrogen secara umum. Untuk keperluan
ini, persamaan satu dimensi (2.14) harus diperluas menjadi persamaan tiga dimensi sebagai berikut:
(-h2/8π2m) Ψ [(∂2/∂x2) + (∂2/∂y2) + (∂2/∂z2) + V(x, y, z) Ψ = E Ψ (2.19)
Bila didefinisikan ▼ sebagai:
2

(∂2/∂x2) + (∂2/∂y2) + (∂2/∂z2) = ▼2 (2.20)


Maka persamaan Schrödinger tiga dimensi akan menjadi:
(-h2/8π2m) ▼2 Ψ +V Ψ = E Ψ (2.21)

14
atau

▼2 Ψ + (8π 2m/h2)(E -V) Ψ = 0 (2.22)

Energi potensial atom mirip hidrogen diberikan oleh persamaan berikut dengan Z adalah
muatan listrik.
V = -Ze2/4 ɛo r (2.23)
Bila anda substitusikan persamaan (2.23) ke persamaan (2.22), anda akan mendapatkan persamaan
berikut :
▼2 Ψ + (8π2m/h2) [E + (Ze2/4 ɛo r)] Ψ = 0 (2.24)
Ringkasnya, penyelesaian persamaan ini untuk energi atom mirip hidrogen cocok dengan yang
didapatkan dari teori Bohr.
Karena elektron bergerak dalam tiga dimensi, tiga jenis bilangan kuantum bilangan kuantum
utama, azimut, dan magnetik diperlukan untuk mengungkapkan fungsi gelombang. Dalam Tabel 2.3,
notasi dan nilai-nilai yang diizinkan untuk masing-masing bilangan kuantum dirangkumkan. Bilangan
kuantum ke-empat, bilangan kuantum magnetik spin berkaitan dengan momentum sudut elektron
yang disebabkan oleh gerak spinnya yang terkuantisasi. Komponen aksial momentum sudut yang
diizinkan hanya dua nilai, +1/2(h/2π) dan -1/2(h/2π). Bilangan kuantum magnetik spin berkaitan
dengan nilai ini (ms = +1/2 atau -1/2). Hanya bilangan kuantum spin sajalah yang nilainya tidak bulat.
Tabel 2.3 Bilangan kuantum
Nama (bilangan kuantum) simbol Nilai yang diizinkan
Utama n 1, 2, 3,...
Azimut l 0, 1, 2, 3, ...n - 1
Magnetik m(ml) 0, ±1, ±2,...±l
Magnetik spin ms +1/2, -1/2

Simbol lain seperti yang diberikan di Tabel 2.4 justru yang umumnya digunakan. Energi atom
hidrogen atau atom mirip hidrogen ditentukan hanya oleh bilangan kuantum utama dan persamaan
yang mengungkapkan energinya identik dengan yang telah diturunkan dari teori Bohr.
Tabel 2.4 Simbol bilangan kuantum azimut
nilai l 0 1 2 3 4
simbol s p d f g
Fungsi gelombang elektron disebut dengan orbital. Bila bilangan koantum utama n = 1, hanya ada
satu nilai l, yakni 0. Dalam kasus ini hanya ada satu orbital, dan kumpulan bilangan kuantum untuk
orbital ini adalah (n = 1, l = 0). Bila n = 2, ada dua nilai l, 0 dan 1, yang diizinkan. Dalam kasus ada
empat orbital yang didefinisikan oleh kumpulan bilangan kuantum: (n = 2, l = 0), (n = 2, l = 1, m = -
1), (n = 2, l = 1, m = 0), (n = 2, l = 1, m = +1).
Singkatan untuk mendeskripsikan orbital dengan menggunakan bilangan kuantum utama dan
simbol yang ada dalam Tabel 2.4 digunakan secara luas. Misalnya orbital dengan kumpulan bilangan
kuantum (n = 1, l = 0) ditandai dengan 1s, dan orbital dengan kumpulan bilangan kuantum (n = 2, l =
1) ditandai dengan 2p tidak peduli nilai m-nya. Sukar untuk mengungkapkan Ψ secara visual karena
besaran ini adalah rumus matematis. Namun, Ψ2 menyatakan kebolehjadian menemukan elektron
dalam jarak tertentu dari inti.
Bila kita batasi kebolehjadian sehingga katakan kebolehjadian menemukan elektron di dalam
batas katakan 95% tingkat kepercayaan, kita dapat kira-kira memvisualisasikan sebagai cuping.
Bila atom mengandung lebih dari dua elektron, interaksi antar elektron harus
dipertimbangkan, dan sukar untuk menyelesaikan persamaan gelombang dari sistem yang sangat
rumit ini. Bila diasumsikan setiap elektron dalam atom poli-elektron akan bergerak dalam medan

15
listrik simetrik yang kira-kira simetrik orbital untuk masing-masing elektron dapat didefinisikan
dengan tiga bilangan kuantum n, l dan m serta bilangan kunatum spin ms, seperti dalam kasus atom
mirip hidrogen. Energi atom mirip hidrogen ditentukan hanya oleh bilangan kuantum utama n, tetapi
untuk atom poli-elektron terutama ditentukan oleh n dan l. Bila atom memiliki bilangan kuantum n
yang sama, semakin besar l, semakin tinggi energinya.

Bilangan kuantum yang kini dikenal merupakan aplikasi persamaan schrodinger dalam
bentuk 3 dimensi dan terlepas dari pada waktu. Dalam banyak situasi energi potensial sebuah partikel
V tidak bergantung dari waktu, sehingga hanya berubah terhadap kedudukan partikel (x,y,z). untuk itu
kita dapat menyederhanakan persamaan Schrodinger dengan meniadakan kebergantungan terhadap
waktu t.

 Persamaan Gelombang Schrodinger Untuk Atom Hidrogen

Model atom Bohr telah memberikan gambaran mental yang sangat bermanfaat mengenai
struktur sebuah atom. Banyak gambaran tentang atom yang dapat dijelaskan berdasarkan orbit- orbit
Bohr. Bahkan model ini sangat mengesankan dengan gagasan baru tentang energi diskret dan keadaan
mantap suatu atom.

Meskipun model atom Bohr berhasil menerangkan banyak aspek dari gejala atom, model ini
masih mempunyai beberapa kelemahan. Model ini tidak bisa menjelaskan tentang hasil pengamatan
bahwa garis spektum ternyata bukan merupakan garis tunggal, melainkan terdiri dari dua atau lebih
garis spektrum yang jaraknya sangat berdekatan. Dengan menggunakan model ini kita dapat
menghitung energi spektrum dengan teliti, tetapi kita tidak dapat menghitung intensitasnya.

Hasil pengamatan bahwa kebanyakan garis spektrum ternyata bukan merupakan garis
tunggal, melainkan terdiri atas dua atau lebih garis spektrum yang jaraknya sangat berdekatan
menunjukkan adanya sub-tingkat energi yang sangat berdekatan dalam tingkat-tingkat energi utama.
Untuk menjelaskan kenyataan ini, Erwin Schrodinger (1887-1961) mengemukakan suatu pendekatan
baru yang dikenal dengan mekanika gelombang. Berbeda dengan Bohr yang melakukan percobaan
dengan elektron-elektron partikel, Schrodinger memperlakukan elektron-elektron tersebut sebagai
gelombang de Broglie.

Selanjutnya penyelesaian persamaan Schrodinger khusus untuk atom hidrogen yang


menampilkan keadaan kuantum, sehingga membantu kita memahami sifat-sifat dasar atom. Atom
hidrogen terdiri dari inti bermuatan +e dan sebuah elektron (partikel yang bermuatan –e). Untuk
memudahkan, inti atom dianggap diam dan elektron mengelilingi inti karena pengaruh gaya Coulomb
dari inti. Persamaan Schrodinger untuk elektron dalam sistem koordinat kartesian tiga dimensi
terdapat pada rumus diatas yang telah dibahas sebelumnya.

16
BAB III
PENUTUB
a. Kesimpulan

Persamaan gelombang materi Schrodinger untuk elektron yang bergerak mengelilingi inti
atom hidrogen dalam sistem koordinat kartesian (dengan energi potensial listrik). Schrodinger
merumuskan teori mekanika gelombang, yang menggambarkan perilaku partikel kecil yang
membentuk segi materi gelombang.

Pada intinya Schrodinger menggambarkan besar energi perilaku partikel yaitu bersumber dari
mekanika Newton yang kedua sukunya dikalikan dengan fungsi gelombang,

b. Saran
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, hingga penulis
merasa masih perlu belajar lagi dalam membuat makalah. Dengan demikian, penulis
berharap kepada pembaca mau memberikan saran dan kritik terhadap makalah ini.
Penulis juga meminta maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan dalam
penulisan makalah ini. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat menjadi
referensi dan membantu pembaca dalam menyelesaikan tugasnya tentang “telah
matematika sekolah dasar”.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Muhammmad nurdin fathurrohman,may 1 2014,fisika jerman,” Werner Heisenberg -


Merumuskan Prinsip Teori Ketidakpastian”.https ://blogpenemu.blokspot.com
 http://hkhoerustiwa.blogspot.com/2013/03/sifat-partikel-dari-gelombang.html
 Helmy Khoerustiwa http://aktifisika.wordpress.com/2010/02/22/sifat-partikel-dari-
cahaya-efek-fotolistrik/
 hkhoerustiwa.blogspot.com/2013/03/sifat-partikel-dari-gelombang.html
 http://taufihasbifisika.blogspot.com/2010/07/sifat-partikel-dari-cahaya-efek.html
 Surya, Prof. Yohanes.2010.Fisika Modern.Tangerang : PT.KANDEL
 Beisser A, 1987. Konsep Fisika Modern. Edisi Keempat. McGraw-Hill: International Book
Company
 Sukardiono-dkk. 2003. Konsep Dasar Fisika Modern. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
 www.wikipedia.com. Persamaan Schrodinger. Diakses pada tanggal 3 januari 2011.
Makassar
 www.wordpress.com. Dunia Fisika Kuantum. Diakses pada tanggal 3 januari 2011. Makassar
 www.math.ucla.edu. Mekanika Kuantum Schrodinger. Diakses pada tanggal 3 januari 2011.
Makassar
 www.physlink.com. Mekanika Kuantum. Diakses pada tanggal 3 januari 2011. Makassar

18

Anda mungkin juga menyukai