Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat pada saat ini menuntut adanya peningkatan
kebutuhan masyarakat, khususnya akan pelayanan kesehatan termasuk tuntutan
asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dinamika
globalisasi yang terjadi menyebabkan perpindahan penduduk baik antar daerah
maupun antar negara (migrasi) dimungkinkan dapat terjadi dan mampu
menimbulkan pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Indonesia
sebagai Negara kepulauan dan memiliki keragaman budaya yang sangat kaya
menyebabkan ada beberapa kebiasaan kultur yang terpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari khususnya bidang kesehatan.
Dimana keperawatan memandang manusia secara utuh dan unik sehingga
praktek keperawatan membutuhkan penerapan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
objektif pasien. Keunikan hubungan perawat dan klien harus dipelihara
interaksi dinamikanya dan kontuinitasnya, maka upaya perwujudannya
bukanlah hal mudah di Indonesia. Disisi lain keperawatan di Indonesia
menghadapi tuntutan dan kebutuhan eksternal dan internal yang kesemuanya
membutuhkan upaya yang sungguh–sungguh dan nyata keterlibatan berbagai
pihak yang terkait dan berkepentingan, sehingga berbagai perspektif dalam
keperawatan dibutuhkan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan keperawatan yang paripurna. Perspektif keperawatan dibagi menjadi
6 yaitu perspektif keperawatan anak, perspektif keperawatan jiwa, perspektif
keperawatan maternitas, perspektif keperawatan komunitas, perspektif
keperawatan medikal bedah dan perspektif keperawatan gerontik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun masalah yang akan
kami bahas dalam makalah ini, antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan prespektif keperawatann?

1
2. Apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan anak?
3. Apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan maternitas?
4. Apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan jiwa?
5. Apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan komunitas?
6. Apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan medikal bedah?
7. Apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan gerontik?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang akan kami bahas dalam makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan anak
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan
maternitas
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan jiwa
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan
komuitas
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan
medical bedah
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perspektif keperawatan
gerontik

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perspektif Keperawatan
Perspektif dapat diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap
sesuatu. Jadi perspekif merupakan penilaian seseorang mengenai suatu
fenomena yang terjadi.
Keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan atau asuhan yang
bersifat humanistik dan professional, holistik berdasarkan ilmu dan kiat,
standar pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi
perawat professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Berdasarkan pengertian perspektif dan keperawatan di atas dapat
diartikan bahwa perspektif keperawatan adalah cara pandang terhadap suatau
pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan yang bersifat holistic dan
professional dengan tetap berpegang pada kode etik.
Tujuan Keperawatan
1. Memberi bantuan kepada klien (seperti memberikan informasi dan
pencapaian haknya sebagai klien)
2. Memenuhi dasar kebutuhan klien (makanan, minuman dan obat-obatan)
3. Memberi kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan ilmunya
(walaupun sudah jadi perawat tetap menggali ilmu pengetahuan agar tidak
ketinggalan zaman)
4. Memelihara hubungan kerja antar parawat (keperawatan membantu perawat
untuk hidup seperti keluarga, tanpa adanya iri diantara perawat, perawat
dengan perawat bisa saja saling bertukar pikiran dan saling memberi
masukan sehingga terciptalah keperawatan yang seperti diharapkan).

B. Macam-Macam Perspektif Keperawatan


Perspektif keperawatan dibagi menjadi 6 yaitu perspektif keperawatan
anak, perspektif keperawatan jiwa, perspektif keperawatan maternitas,
perspektif keperawatan komunitas, perspektif keperawatan medikal bedah dan
perspektif keperawatan gerontik.

1. Perspektif Keperawatan Anak


Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berfikir bagi
seorang perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap
klien anak maupun keluarganya. Isi bahasan keperawatan anak mencakup

3
keperawatan anak dan peran anak, falsafah keperawatan dan peran perawat
anak.
a. Prinsip / Cara Kerja Keperawatan Anak
1) Cegah atau turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan dengan
menggunakan pendekatan family centred care
2) Tingkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perwatan
anaknya, pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk
menyiapkan orangtua sehingga terlihat aktif dalam perawatnya anak
3) Cegah cedera baik fisik maupun psikologis, rasa nyeri akibat tindakan
perlukan (misalnya suntikan) tidak akan bisa dihilangkan, tetapi tidak
dapat dkurangi dengan menggunakan teknik distraksi dan relaksasi
4) Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit, dengan mendesainnya
seperti di rumah, yaitu penataan dan dekorasi
b. Paradigma Keperawatan Anak
Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berfikir
dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Penggunaan paradigma
keperawatan anak tetap mengacu pada konsep paradigma keperawatan
secara umum. Landasan berfikir tersebut terdiri dari empat komponen, di
antaranya manusia dalam hal ini manusia (anak), keperawatan, sehat-
sakit dan lingkungan yang dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Manusia (Anak)
Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu
yang berusia antara 0–18 tahun, yang berada dalam suatu rentang
perubahan perkembangan dari bayi sampai remaja. Sebagai individu
yang sedang dalam proses tumbuh kembang, anak mempunyai
kebutuhan spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang
berbeda dengan orang dewasa. Diyakini bahwa anak bukan miniatur
orang dewasa, harta dan kekayaan orang tua yang nilainya dihitung
secara ekonomi tetapi anak adalah mahluk yang unik dan utuh,
biopsiko-sosio cultural spiritual.
Anak merupakan anggota unit keluarga dalam suatu kultur dan
masyarakat, maka keperawatan anak tidak boleh hanya
memperhatikan anak itu sendiri, akan tetapi kultur keluarga dan
masyarakat harus diperhatikan. Sebagai bagian dari keluarga salah
satu bagian yang penting adalah keterlibatan anggota keluarga dalam

4
memberikan pelayanan perawatan. Anak merupakan masa depan
bangsa dan negara (dunia) yang berhak atas pelayanan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan spesifiknya pada tiap tahap usia.
2) Lingkungan
Lingkungan dalam pradigma keperawatan anak yang dimaksud
adalah lingkungan internal maupun eksternal yang berperan dalam
perubahan status kesehatan anak. Lingkungan internal di antaranya
adalah genetik, kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi
dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit.
Lingkungan eksternal yaitu status nutrisi, orangtua, saudara
sekandung (sibling), masyarakat atau kelompok sekolah, kelompok
atau geng, disiplin yang ditanamkan orangtua, status sosial ekonomi.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi rangsangan terutama dari
lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang aman, peduli dan penuh
kasih sayang. Lingkungan di sekitar anak memegang peranan penting,
perawat perlu memahami bagaimana anak berinteraksi dengan
lingkungannya.
3) Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga. Fokus
utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Keperawatan kesehatan anak
meliputi hubungan antara perawat dengan anak dan perawat dengan
keluarga di mana perawat tidak semata-mata merawat anak selama
sakit, tetapi bertanggung jawab secara keseluruhan yang
memungkinkan pemenuhan kebutuhan anak keluarga. Perawat
dipandang sebagai orang yang dapat bekerja secara efektif dengan
bayi dan anak serta dapat menciptakan suatu kondisi bagi anak lain
agar berfungsi lebih efektif dalam merawat anaknya. Perawat harus
berfikir kritis, menggunakan ilmu dan mempunyai keterampilan
professional untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas
4) Kesehatan

5
Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan
bantuan pelayanan keperawatan pada anak. Rentang ini adalah suatu
alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam
setiap waktu. Sehat-sakit berada dalam suatu rentang mulai dari sehat
opimal pada satu kutub sampai meninggal pada kutub berikutnya
seperti terlihat berikut ini :
Sehat Optimal Sakit Berat Meninggal

Sepanjang rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawat baik


secara langsung maupun tidak langsung dengan melakukan bimbingan
antisipasi pada orangtuanya.
2. Perspektif Keperawatan Maternitas
a. Pengertian Keperawatan Maternitas
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan
dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa
nifas sampai enam minggu dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40
hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan
dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. (Depkes, 2004).
Keperawatan maternitas merupakan persiapan persalinan serta
kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada
kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga dan bayi baru
lahir. (May & mahlmeister, 1990).
Keperawatan maternitas merupakan sub sistem dari pelayanan
kesehatan dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya
untuk membantu beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal
dan masa interpartal. (Auvenshine & Enriquez, 1990).
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan professional
berkualitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan
psikososial ibu selama proses konsepsi\kehamilan, melahirkan, nifas,
keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan
keluarga sebagai sentra pelayanan (Reed, 1997).
b. Peran Perawat dalam Keperawatan Maternitas

6
Peran adalah suatu perilaku yang diharapkan yang dikaitkan
dengan standar, merefleksikan tujuan dan nilai yang dilaksanakan pada
situasi tertentu. (BAPPENAS,2010). Beberapa peran perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan maternitas:
1) Pelaksana atau Care Giver
a. Meningkatkan kesehatan, mengidentifikasi dan memaksimalkan
kemampuan klien yang spesifik dan unik untuk mencapai hasil
maksimal dan hidup yang berkualitas atau kematian yang tenang
b. Mencegah penyakit, sasaran objeknya mengurangi resiko sakit,
meningkatkan kebiasaan gaya hidup sehat mempertahankan
keadaan optimal.
c. Memulihkan kesehatan atau rehabilitasi, fokusnya pada tingkat
kesakitan individu dari deteksi dini perawat, rehabilitasi dan
bimbingan saat pemulihan.
d. Memfasilitasi koping, perawat lebih aktif dalam mempersiapkan
kematian dan kehidupan yang nyaman sebisa mungkin
2) Pendidik atau Educator
Bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya, bagi klien yang dalam
keadaan tidak tahu menjadi tahu, tidak mau menjadi mau dan tidak
mampu menjadi mampu.
3) Peneliti atau Researcher
a) Meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang dimiliki
b) Melakukan penelitian secara ilmiah dengan kompetensi seperti
melakukan penelitian dalam keperawatan maternitas,
mengembangkan kebiasaan melakukan observasi dan mencatat
secara sistematis dan akurat sehingga dapat menentukan hasilnya
memfokuskan observasi pada penemuan peanggulangan masalah
keselamatan, kesembuhan dan mengurangi cacat mengevaluasi
penemuan terhadap penelitian supaya relevan pada perawat pasien.
4) Pembela atau Advocator
Suatu proses menjaga, melindungi, hadir di samping klien saat
klien membutuhkan bantuan, bertujuan untuk melindungi hak pasien
dalam pelayanan kesehatan melalui kemitraan atau partnership dan
memperlakukan pasien sama sebagai mana ia ingin diperlakukan.
5) Konselor

7
Proses interpersonal untuk membantu klien membuat keputusan
yang akan meningkatkan kesehatan secara menyeluruh, yang
diberikan secara objektif dan lengkap secara sistematik
c. Tujuan Keperawatan Maternitas
1) Membantu wanita usia subur dan keluarga dalam masalah produksi
kehamilan
2) Membantu PUS untuk memahami kehamilan persalinan dan nifas
adalah normal
3) Memberi dukungan agar ibu memandang kehamilan persalinan dan
nifas pengalaman positif dan menyenangkan
4) Peran wanita dalam pelayanan dalam kesehatan masyarakat
5) Pola hidup dan peningkatan kesehatan

d. Paradigma Keperawatan Maternitas


1) Manusia
Memiliki karateristik biokimiawi, fisiologi interpersonal dan
kebutuhan dasar hidup yang selalu berkembang. Perkembangan terjadi
melalui interaksi dengan orang lain yang mampu memenuhi
kebutuhan dirinya atau membagi pengalamannya. Kebutuhan manusia
di organisasikan meliputi perilaku serta berdasarkan pengalaman masa
lalu serta memiliki kehidupan yang seimbang sebagai sarana
pertahanan diri dan upaya mengurangi kecemasan akibat kebutuhan
yang tak terpenuhi. Manusia dalam paradigm keperawatan maternitas
terdiri dari WUS, PUS, perempuan dan janin, perempuan masa
persalinan, perempuan nifas hingga 6 minggu, bayi sampai usia 40
hari, keluarga dan masyarakat unik, utuh serta tuumbuh kembang.
2) Lingkungan
Merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan manusia. Lingkungan dapat membantu perawat dalam
menjaga pola pertahanan tubuh terhadap penyakit. Perawat
bertanggung jawab dalam tatanan pengobatan yang merupakan bagian
dari lingkungan fisik dan sosial. Sikap, nilai dan prerilaku seseorang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan sosial disamping
mempengaruhi fisik dalam proses kehamilan dan persalinan serta nifas
akan melibatkan semua anggota keluarga dan masyarakat. Proses

8
kelahiran merupakan permulaan suatu bentuk hubungan baru dalam
keluarga yang sangat penting, sehingga pelayanan maternitas akan
mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan anggota
keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam
keluarga.
3) Keperawatan Ibu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan
professional berkwalitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi
fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi atau kehamilan,
melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan
pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan. Keperawatan ibu
memberikan asuhan keperawatan holistik dengan selalu menghargai
klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya
berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya.
Keperawatan maternitas merupakan suatu instrumen pendidikan
yang memfasilitasi kebutuhan ibu hamil, persalinan, masa nifas, bayi
baru lahir. Aktivitas keperawatan maternitas diserahkan untuk ibu
hamil dan bayi mencapai kesehatan yang optimal. Fokus aktivitas
keperawatan maternitas adalah masalah yang mencerminkan ruang
lingkup aktivitas keperawatan dan kemandarian dalam proses
diagnosis, tindakan (terapi) dan pendidikan riset.
4) Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar,
bersifat dinamis, tergantung dari perubahan-perubahan fisik dan
psikososial “Adaptasi”. Setiap individu memiliki hak untuk lahir
sehat, sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Ibu dapat beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi, baik fisik maupun psikososial. kesejahteraan
reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan
prosesnya. (Konferensi sedunia IV tentang Wanita, Beijing 1995)
3. Perspektif Keperawatan Jiwa
a. Pengertian Perspektif Keperawatan Jiwa

9
Stuart dan Sundeen memberikan batasan tentang keperawatan jiwa,
yaitu suatu proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku, yang mengontribusi pada fungsi yang
terintegrasi. Sementara ANA (American Nurses Association)
mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia
sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya
(Stuart, 2007).
b. Perspektif Kesehatan Jiwa
1) Karl Menninger mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah
orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan
bahagia. Michael Kirk Patrick mendefinisikan orang yang sehat jiwa
adalah orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, serta dapat
berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya. Clausen mengatakan
bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat mencegah
gangguan mental akibat berbagai stresor, serta dipengaruhi oleh besar
kecilnya stresor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan
sebagainya
2) UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 tentang Upaya Kesehatan Jiwa,
memberikan batasan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah suatu kondisi
dapat menciptakan keadaan yang memungkinkan atau mengizinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal pada
seseorang, serta perkembangan ini selaras dengan orang lain. Menurut
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Bab IX tentang
kesehatan jiwa menyebutkan Pasal 144 ayat 1 “Upaya kesehatan jiwa
ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan
kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain
yang dapat mengganggu kesehatan jiwa”. Ayat 2, “Upaya kesehatan
jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif,
promotif, kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa, dan masalah
psikososial”
c. Kriteria Sehat Jiwa

10
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan
kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal
berikut.
1) Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu buruk.
2) Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3) Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4) Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
6) Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7) Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di
kemudian hari.
8) Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
4. Falsafah Keperawatan Jiwa
Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam keperawatan
jiwa antara lain sebagai berikut (Depkes RI, 1998).
a. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu perlu
dihargai.
b. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.
c. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.
d. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan sebagai manusia yang utuh.
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
f. Semua perilaku individu adalah bermakna.
g. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi
oleh kondisi genetik, lingkungan, kondisi stres, dan sumber yang
tersedia.
i. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi
individu.
j. Setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sama.
k. Kesehatan mental adalah komponen kritis dan penting dari pelayanan
kesehatan yang komprehensif.
l. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan untuk kesehatan fisik dan mentalnya.

11
m. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahteraan,
memaksimalkan fungsi (meminimalkan kecacatan/ketidakmampuan),
dan meningkatkan aktualisasi diri.
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan
pertumbuhan pada individu.
4. Perspektif Keperawatan Komunitas
a. Pengertian Keperawatan Komunitas
Kepeawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga
(nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas,
membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri,
serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang
lain. (WHO, 1947).
Suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat
dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat lebih
tinggi. (DEPKES RI, 1986).
b. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
sebagai berikut:
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spasifik diharapkan individu, keluarga dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dialami, menepatkan masalah kesehatan dan
memprioritaskan masalah tersebut, merumuskan serta memecahkan
masalah kesehatan, menanggulangi masalah kesehatan yang mereka
hadapi dan mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi
c. Fungsi keperawatan komunitas

12
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya di bidang kesehatan
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecah
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan oenanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
d. Sasaran keperawatan komunitas
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu,
keluarga, kelomppok khusus, komunitas baik yang sehat maupun yang
sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Effendy,
1998), sasaran ini terdiri dari:
1) Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan
utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual.
2) Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan
erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik
secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.

3) Kelompok khusus
Kelomppok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah keperawatan.
e. Paradigma Keperawaan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
pelayanan terhadap pengaruh lingkungan (Bio, psiko, sosial, cultural dan
spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang
melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada falsafah atau

13
paragdima keperawatan secara umum yaitu manusia atau kemanusiaan
merupakan titik sentral setiap upaya pembangunan kesehatan kesehatan
yang menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bertolok dai
pandangan ini disusun falsafah atau paragdima keperawatan komunitas
yang terdiri dari 4 komponen dasar, seperti yang digambarkan sebagai
berikut:

Skema 2.1 paradigma keperawatan komunitas


Manusia (individu,
keluarga, kelompok dan
masyarakat) Komunitas
dengan keluarga sbg unit
pelayanan

Keperawatan dengan 3 Kesehatan (sehat-sakit)


level tingka pencegahan

Lingkungan (fisik, biologis,


psikologis, sosial, cultural
dan spiritual

f. Tingkat Pencegahan Dalam Keperawatan Komunnitas


Menurut Level dan Clark, tingkat pengetahuan dalam keperawatan
komunitas dapat dilakukan pada tahap sebelum tejadinya penyakit (tahap
prepatogenesis -prepathogenesis phase) dan pada tahap terjadinya
penyakit (tahap patogenesis – pathogenesis phase).
1) Tahap prepathogenesis
Pada tahap ini dapat dilakukan pencegahan primer (primery
preventation). Pencegahan primer ini dapat dilaksanakan selama masa
prepatogenesis suatu kejadian penyakit atau masalah kesehatan.
Pencegahan primer dilakukan melalui dua kelompok, yaitu
peningkatan kesehatan (health promotion) dan perlindungan umum
dan khusus (general and spesific protection)

14
2) Tahap Patogenesis
Pada tahap pathogenesis dapat dilakukan dua kegiatan
pencegahan, yaitu:
a) Pencegahan sekunder (secondary preventation), yaitu pencegahan
terhadap masyarakat yang masih sedang sakit dengan dua
kelompok kegiatan, yaitu diagnosis dini dan pengobatan
segera/adekuat (early diagnosis and promot treatment) dan
pembatasan kecacatan (disability limitation)
b) Pencegahan tersier (tertiary prevention) yaitu usaha pencegahan
terhadap masyarakat yang telah sembuh dari sakit serta mengalami
kecacatan.
5. Perspektif Keperawatan Medikal Bedah
a. Pengertian
Keperawatan medikal bedah membahas tentang masalah kesehatan
yang lazim terjadi pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun
kronik dengan atau tanpa tindakan operatif yang meliputi gangguan
fungsi tubuh pada system kardiovaskular, pengindraan (mata, THT),
pencernaan dan urologi oleh karena berbagai penyebab patologis seperti
infeksi atau peradangan, kongenital, neoplasma trauma, dan degeneratif.
Keperawatan palliatif pada kasus medikal bedah berarti bagaimana
memberi ketenangan kepada pasien dengan fase terminal atau
unresponsibel terhadap pengobatan. Komunikasi, penjelasan serta
informasi yang akan membuat merasa pasien merasa nyaman dan mulai
menerima kondisinya. (Muckaden, 2011).
2. Contoh Penyakit Paliatif pada Kasus KMB
Contoh penyakit paliatif pada kasus keperawatan medical bedah
adalah penyakit pada fase terminal atau paliatif adalah penyakit yang
sudah unresponsible dengan tindakan pengobatan atau dalam arti lain
menjadi semakin buruk dan kearah kematian. Jika lebih spesifik pada
kasus keperawatan medical bedah, maka kita dapat mengambil contoh
pada kasus pasien dengan penyakit jantung dan kanker yang memiliki
harapan hidup yang tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah
menyerah dan kesimpulannya penyakit ini sudah di fase terburuk. (Andry
Septian Sulaeman, 2016)
3. Paradigma Keperawatan Medikal Bedah
a. Manusia

15
Penerima asuhan keperawatan adalah manusia, individu,
kelompok, komunitas, atau social. Masing-masing diperlakukan oleh
perawat sebagai sistem adaptasi yang holistic dan terbuka. (Nursalam,
2008: hal 16)
b. Keperawatan
Bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis, dan social agar dapat mencapai
derajat kesehatan yang optimal. (Nursalam, 2008: hal 20)
c. Konsep Sehat-Sakit
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut
yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif
1) Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2) Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal.
3) Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah.
(Webster’s New Collegiate Dictionary).
Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam
hal, bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap susunan jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri
maupun fungsi keseluruhan. (Nursalam, 2008: hal 21)
d. Konsep lingkungan
Menurut Lingkup praktek keperawatan medikal-bedah
merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien dewasa yang
mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi
mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau
kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu
untuk memperoleh kenyamanan; membantu individu dalam
meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan
prevensi, deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit:
mengupayakan pemulihan sampai klien dapat mencapai kapasitas
produktif tertingginya; serta membantu klien menghadapi kematian
secara bermartabat. Praktek keperawatan medikal bedah
menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan

16
komponen-komponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon
gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan.
(Nur hidayah, 2014: hal 417- 418).
e. Aplikasi pada asuhan keperawatan: Proses keperawatan, menurut
(Nursalam, 2008: hal 21)
1) Pengakajian
2) Perumusan diagnosis keperawatan
3) Intervensi keperawatan
4) Pelaksanaan
5) Evaluasi

6. Perspektif Keperawatan Gerontik


Perawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
professional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik,
mencakup biopsikososial dan spiritual, di mana klien adalah orang yang
berusia lebih dari 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit
(Masyam dkk, 2018).
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,
mempertahankan fungsi tubuh serta membantu lansia menghadapi kematian
dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik.
Cakupan dari ilmu keperawatan gerontik adalah tidak sepenuhnya
kebutuhan dasar lansia sebagai akibat dari proses penuaan. Sedangkan
lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan
sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan
lansia dan pemulihan untuk mengatasi keterbatasan lansia.
Sifat asuhan keperawatan gerontik adalah independen, interdependen,
humanistik dan holistik. Peran dan fungsi perawat gerontik adalah sebagai
pemberi asuhan keperawatan secara langsung, sebagai pendidik bagi lansia,
keluarga dan masyarakat. Perawat juga dapat menjadi motivator dan
inovator dalam memberikan advokasi pada klien serta sebagai konselor.
Perawat gerontik memiliki tanggung jawab untuk membantu klien dalam
memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, menerima
kondisinya, serta persiapan dalam menghadapi ajal.

17
18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perspektif keperawatan adalah cara pandang terhadap suatau pemberian
pelayanan atau asuhan keperawatan yang bersifat holistic dan professional
dengan tetap berpegang pada kode etik.
2. Persfektif keperawatan anak merupakan landasan berfikir bagi seorang
perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien
anak maupun keluarganya.
3. Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan
masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas
sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari
beserta keluarganya
4. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi
5. Keperawatan komunitas merupakan suatu kesatuan yang unik dari praktek
keperawatan dan kesehatan masyarkat yang ditujukan pada pengembangan
dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri sebagai perorangan
maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat
dan pelayanan tersebut mencakup spektrum pelayanan kesehatan untuk
masyarakat.
6. Perspektif keperawatan medikal bedah membahas tentang masalah
kesehatan yan lazim terjadi pada usia dewasa baik yang bersifat akut
maupun kronik dengan atau tanpa tindakan operatif yang meliputi gangguan
fungsi tubuh.

B. Saran
Melalui makalah ini, diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran
untuk lebih memahami tentang perspektif keperawatan. Dengan ilmu
keperawatan yang bersifat dinamis, kami harapkan kepada pembaca agar dapat
mengembangkan dan melengkapi isi dari makalah ini sehingga dapat
digunakan dan bermanfaat sebagaimana mestinya.

19
20

Anda mungkin juga menyukai