C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi
kognitf.
Intervensi keperawatan / rasional :
a. Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii untuk
membantu memaksimalkan perkembangan anak.
b. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang
terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar sehingga rencana perawatan
dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
c. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk mendorong
keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
d. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak karena hal ini
dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
e. Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak
mencapai kesiapan.
f. Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal.
g. Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan sehari dan kelas-
kelas pendidikan segera.
h. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lain.
i. Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua tentang maturasi
fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
retardasi mental.
Intervensi keperawatan / rasional.
a. Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran.
b. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian informasi.
c. Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang kondisii anak.
d. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri
kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residensial sebelum
membuat keputusan.
e. Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah
yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
f. Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat anak
sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
g. Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran
karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.
D. PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan.
Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan
dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan
ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang
telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan atau
hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber
referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang
dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan
klien dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit
yang kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan
apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta
menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai,
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang
diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang
perawat lakukan adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu
yang telah ditetapkan.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 15 tahun
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar Luar Biasa
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Serawai
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. x Kota Bengkulu
Tanggal Pemeriksaan : 2 Februari 2016
IDENTITAS IBU
Nama : Ny.x
Umur : 38 Tahun
Alamat : Jl. xKota Bengkulu
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Serawai
Pendidikan : SMA
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ditemukan
2. Ilusi : Tidak ditemukan
3. Depersonaisasi : Tidak ditemukan
4. Derealisasi : TIdak ditemukan
5. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi : Tidak ditemukan
6. Gangguan psikofisiologik : Tidak ditemukan
D. Proses Berfikir
1. Bentuk pikir : Realistik
2. Arus pikir : Inkoheren
3. Isi pikiran : Kemiskinan isi pikir, pikiran yang hanya menghasilkan sedkit informasi
dikarenakan ketidakjelasan berbicara.
E. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : kurang
2. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) :
a. Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu wawancara dilakukan yaitu pagi hari.
b. Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada dipoli RSKJ Bengkulu.
c. Orang : Baik, pasien mengetahui nama ayah, ibu pasien. Selain itu pasien juga mengetahui
dirinya diwawancarai oleh siapa.
d. Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan wawancara.
3. Daya ingat
a. Panjang : sulit dievalusi, pasien tidak menjawab pertanyaan yang diberikan
b. Sedang : Baik, pasien dapat mengingat kejadian 1 bulan yang lalu
c. Pendek : Baik, pasien dapat mengingat apa aktivitas yang dilakukannya kemarin malam.
d. Segera : Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa dengan baik.
4. Daya konsentrasi dan perhatian :
Konsentrasi pasien kurang baik, pasien tidak dapat menghitung dengan benar angka-angka yang
diberikan pemeriksa seperti 315+120, pasien dapat menjawab dengan benar pertanyaan berikut
45+12 dan 56-13.
5. Pikiran abstrak : sulit dievalusi, pasien tidak menjawab pertanyaan yang diberikan
6. Bakat kreatif : pasien suka balap motor
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Pasien dapat menolong diri sendiri, pasien dapat masak
mie instan dan masak air ketika pasien membutuhkannya. Pasien dapat membereskan tempat
tidur pasien ketika bangun tidur.
F. Pengendalian impuls
Pengendalian impuls pasien kurang baik, selama wawancara pasien emosi
stabil kurang kooperatif selama pemeriksaan dilakukan.
H. Tilikan
Tilikan derajat IV, pasien mengetahui bahwa dirinya sakit namun tidak mengetahui penyebab
sakitnya pasien.
H. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata dengan jujur mengenai
peristiwa yang terjadi, dan di cross check juga dengan keterangan dari ibu pasien yang
menceritakan kejadian yang serupa.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
KU : Baik
Sensorium : Compos mentis
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 36,5 oC
B. STATUS INTERNUS
Kepala Normosefali, deformitas tidak ada.
Mata Edema palpebra tidak ada, sklera ikterik -/-, konjungtiva palpebra anemis -/-, exoftalmus -/-
Hidung Simetris, deformitas (-), deviasi (-), tidak ada sekret.
Telinga Simetris, bentuk dalam batas normal, menggantung, deformitas (-), sekret (-), nyeri
tekan tragus mastoid tidak ada
Mulut Bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata, mukosa lidah merah
Leher Dalam batas normal, tiroid tidak membesar, KGB tidak teraba
Thorax Tidak terdapat skar, spider naevi (-), simetris kiri dan kanan
Paru I: Pernapasan statis-dinamis kiri = kanan.
P: Stemfremitus simetris kiri dan kanan
P: Sonor disemua lapang paru
A: Suara napas vesikuler normal (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Tidak dilakukan
A: Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen I: Datar, tampak benjolan (-)
A: Bising usus (+)
P: Timpani (+) di seluruh regio abdomen
P: Nyeri tekan (-)
Ektremitas Superior, inferior, dekstra, sinistra dalam batas normal
C. STATUS NEUROLOGI
N I – XII : Tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : Tidak ada
Gejala TIK meningkat : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks patologis : Tidak ada
• Aksis V
GAF Scale 60-51: gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
IX. PROGNOSIS
Pada sebagian besar kasus retardasi mental, hendaya intelektual yang mendasari tidak membaik,
tetapi tingkat adaptasi orang yang mengalaminya, secara positif dapat dipengaruhi oleh
lingkungan yang mendukung dan berkualitas baik. Pada umumnya orang dengan retardasi mental
ringan dan sedang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam beradaptasi terhadap berbagai
keadaan lingkungan.
X. Terapi
1. Psikofarmaka
- Methylphenidate
Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental ringan dengan gangguan defisit
atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan perbaikan bermakna dalam kemampuan
mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas.
2. Psikoterapi & Edukasi
a. Terapi perilaku
Telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membentuk dan meningkatkan perilaku sosial dan
untuk mengendalikan dan menekan perilaku agresif dan destruksi pasien. Dorongan positif untuk
perilaku yang diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut hak istimewa) untuk perilaku
yang tidak diinginkan telah banyak menolong.
b. Terapi kognitif
Seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri,
juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental yang mampu mengikuti instruksi pasien.
c. Terapi psikodinamika
Telah digunakan pada pasien retardasi mental dan keluarganya untuk menurunkan konflik
tentang harapan yang menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.
d. Pendidikan Keluarga
Tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil mempertahankan harapan yang
realistik untuk pasien.