I. PENDAHULUAN
Ari Permana L adalah dosen Politeknik Negeri Ambon yang Gb. 2 Skema Schmitt Trigger
sedang tugas belajar di Program Magister Teknik Elektro, Program
Magister dan Doktor Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (e-mail:
aripermana002@@yahoo.co.id). Schmitt Trigger sangat berguna dalam menghasilkan
D. J. Djoko H. S, Wijono, dan M Julius merupakan staf pengajar pulsa bersih dari noise sinyal masukan atau dalam
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang (e-mail: dsantjojo@ub.ac.id; wijono@ub.ac.id; desain sirkuit osilator. Selanjutnya. Simbol skematis
m.julius.st@ub.ac.id ).
𝛽𝑛3
dari schmitt trigger ditunjukkan dalam Gb. 1, bersama = [𝑉𝐷𝐷 − (𝑉 + − 𝑉𝑇𝑁 ) − 𝑉𝑇𝑁 ]2
2
dengan kurva pengalihan (transfer curves). 𝛽𝑛3
Skema dasar dari Schmitt trigger ditunjukkan dalam = (𝑉𝐷𝐷 − 𝑉 + )2 (4)
2
Gb. 2, dapat dibagi rangkaian menjadi dua bagian, Sehingga tegangan swicthing maju V+ sebagai
tergantung pada apakah output tinggi atau rendah. Jika berikut:
output rendah, maka M 6 dalam keadaan on dan M 3 β N1
(V DD + VTN ) x
dalam keadaan off, maka pada bagian kanal-p +
β N3
V =
menunjukkan titik tegangan switching, sedangkan jika β N1
1+
output tinggi, M 3 dalam keadaan on dan M 6 dalam β 3N
(5)
keadaa off maka pada bagian kanal-n menunjukkan titik Tegangan swicthing balik V- karena aksi kerja dari
tegangan switching. Dimana M 4 dan M 5 juga berada M 4 , M 5 dan M 6 , khususnya M 6 yang merupakan
dalam keadaan on yang langsung terhubung ke V DD . perangkat umpan balik dalam persilangan M 4 . Analisis
Untuk menganalisis rangkaian, kita asumsikan bahwa rangkaian menjadi
output dalam keadaan tinggi (V DD ) dan input dalam
β P5
keadaan rendah (0 V), Gb. 1 menunjukkan bagian (VDD − VTP ) x
β P6
bawah dari schmitt trigger yang digunakan dalam V− =
β P5
menghitung titik atas tegangan switching V SPH , 1+
β P6
MOSFET M 1 dan M 2 dalam keadaa off, dengan V in = 0 (6)
V M 3 dalam keadaan on. pada. Sumber dari M 3 dalam Tegangan swicthing balik diatur dengan
keadaan mengambang (floating) dimana V DD – V THN perbandingan (βp 5 / βp 6 ). Schmitt trigger simetris dapat
atau sekitar 4V untuk V DD = 5V. Potensial V x , dinyatakan dengan Persamaan (5) dan (6).
ditunjukkan dalam Gb. 3. 1
𝑉 + = � � 𝑉𝐷𝐷 + ∆𝑉 (7)
2
1
𝑉 − = � � 𝑉𝐷𝐷 − ∆𝑉 (8)
2
+ -
yang menempatkan tegangan V dan V berjarak
sama dan setengah tegangan V DD , sesuai dengan
tegangan histerisis
Gb. 3. Bagian dari skema pemicu Schmitt digunakan untuk
menghitung titik atas tegangan switching. V H =2.ΔV (9)
Dengan V in kurang dari tegangan ambang M 1 , V x B. Propagation Delay
tetap di V DD - V THN3 sedangakan V in naik, tegangan M 1 Kecepatan operasi gerbang digital diukur melalui tiga
mulai on, tegangan V x, mulai jatuh ke tanah (ground). parameter yaitu rise time (waktu naik), fall time (waktu
titik tegangan switching yang tinggi didefinisikan dalam turun) dan propagation delay. Parameter ini
Persamaan 1. mempengaruhi keseluruhan waktu delay yang
V in = V SPH = V THN2 + V x (1) dihasilkan ketika gerbang melakukan transisi dari
atau ketika M 2 mulai aktif (on), maka output mulai keadaan satu ke lainnya. Delay terjadi karena terdapat
bergerak ke ground, menyebabkan M 3 mulai off ini efek kapasitansi yang terdapat pada gerbang masukan
pada gilirannya menyebabkan V x jatuh lebih jauh, M 2 dan keluaran. Selain itu, efek kapasitansi juga timbul
mulai on, ini terus berlanjut sampai M 3 adalah benar- pada jalur koneksi antar gerbang. Propagation delay
benar dalam keadaan off dan dimana keadaan M 2 dan ditunjukkan pada Gb. 4.
M 1 dalam kondisi on. umpan balik positif menyebabkan
titik tegangan switching menjadi sangat baik.
Persamaan (2.20) berlaku arus yang mengalir di M 1 dan
M 3 pada dasarnya sama. Penyamaan arus ini
memberikan Persamaan 2.
𝛽1 𝛽
= (𝑉𝑆𝑃𝐻 − 𝑉𝑇𝐻𝑁 )2 = 3 = (𝑉𝐷𝐷 − 𝑉𝑋 − 𝑉𝑇𝐻𝑁3 )2 (2)
2 2
dimana sumber sama dengan M 2 dan M 3 , maka V THN2
= V THN3 terjadi peningkatan tegangan ambang dari efek
body untuk setiap MOSFET. Kombinasi Persamaan
(1) dan Persamaan (2) menghasilkan Persamaan (3).
Gb. 4. Definisi Delay dalam Gerbang Digital
𝛽1 𝑊1 .𝐿3 𝑉𝐷𝐷−𝑉𝑆𝑃𝐻 3
= =� � (3) in v er t er CM O S ya n g s i me tr is d e n ga n b eb a n
𝛽3 𝐿1 .𝑊1 𝑉𝑆𝑃𝐻 −𝑉𝑇𝐻𝑁
Pernyataan bentuk lebih dekat untuk V+ diperoleh kap as it i f bertujuan untuk mengetahui waktu tunda
dengan mengabaikan efek body bias dan menganggap (propagation delay), dengan asumsi transisi tegangan
semua tegangan threshold sama V T1 = V T2 = V T3 = V TN . pada masukan. Pertama, waktu propagasi delay high to
Dengan menganggap M 1 jenuh menghasilkan low t PHL , transisi tegangan input dari 0V naik ke
Persamaan arus (4). tegangan V DD dimana t = 0, transistor NMOS dalam
𝛽𝑛1 𝛽𝑛3 keadaan jenuh (saturated) t = 0+ sampai tegangan
= (𝑉 + − 𝑉𝑇𝑁 )2 = (𝑉𝐷𝐷 − 𝑉𝑥 − 𝑉𝑇𝑁 )2
2 2 output V out turun sampai V DD – V T. Selama interval
waktu ini, arus konstan mengalir dalam transistor ditunjukkan dalam Gb. 5.
NMOS adalah:
DD K(V T −V )2
IDN = (10)
2
Transistor NMOS menjadi linear pada saat V out = V DD –
V T , dimana t = t D1
2VT CL
t D1 = 2 (11)
K(VDD −VT )
Sampai tegangan V out turun di bawah tegangan V DD –
V T , transistor NMOS bergerak ke daerah operasi linear,
pendekatan pertama untuk transistor NMOS linear
adalah
V
IDN = out (12)
RDN Gb. 5. Pengaruh Nilai kR pada Grafik Vin terhadap Vout
dimana
1
= nilai rata − rata dari �
∂IDN
� (13) Wn Wn
RDN ∂Vout µ n C ox µ n C ox
Untuk NMOS linear, arus drain yang mengalir
kR = Ln
⇒1= Ln
memberikan persamaan Wp Wp (25)
IDN = K �(VDD − VT ). Vout − � (14)
Vout 2 µ p C ox µ p C ox
2 L p L p
Turunan parsial dari arus drain yang mengalir
sehubungan dengan tegangan output
Wn
ϑIDN
= K[(VDD − VT ) − Vout ] (15) K 'n = μ n .C ox .
ϑVout Ln
Nilai rata-rata dari turunan parsial dapat diperkirakan (26)
dengan menggantikannya dalam nilai rata-rata tegangan ε ox
keluaran V out , menghasilkan C ox =
1 K(VDD −VT ) t ox
= (16) (27)
RDN 2
dengan menggunakan pendekatan ohmik untuk NMOS C. Disipasi Daya
linear, rangkaian dapat diperlakukan sebagai kombinasi Disipasi daya (power dissipation) merupakan daya
RC sederhana. dengan demikian, yang dikonsumsi oleh suatu gerbang. Disipasi daya
(t−tD1
Vout ≈ (VDD − VT )exp �− � (17) dalam sistem CMOS dapat diklasifikasikan ke dalam
RDN .CL
Tegangan output mencapai 50% pada t = t D1 + t D2 , tiga kategori, yaitu: disipasi daya statis, daya
dimana pensaklaran (switching) DC yang terjadi pada saat
V −V kedua transistor menghantarkan secara bersamaan
t D2 = R DN CL ln � DD T � (19)
VDD /2 dalam waktu yang sangat singkat dan daya pensaklaran
Propagasi Delay dari tinggi ke rendah adalah jumlah AC yang terjadi ketika kapasitansi total pada gerbang
dari t D1 dan t D2 : menyimpan dan melepaskan muatan.
t PHL = t D1 + t D2 ≈
P = C LVDD f
2
C 2.V 2 V −V
≈ L �(V T )2 + (V )
. Ln � DD ⁄ T �� (20) (28)
K DD −VT DD −VT VDD 2
Suatu gerbang logika yang ideal haruslah cepat dan
Hal yang sama dilakukan untuk analisis t PHL , untuk
membutuhkan daya minimum. Salah satu parameter
inverter CMOS yang simetris, waktu tunda
yang dipergunakan untuk menunjukkan ukuran
(propagation delay) adalah sama, oleh karena itu,
kecepatan dan daya minimum sebuah gerbang adalah
t PHL = t PLH = t PD (21)
Power Delay Product (PDP). Semakin kecil nilai P DP ,
dimana
PDP didefinisikan sebagai hasil kali antara propagation
CL 2.VT 2 VDD −VT delay dengan disipasi daya rata-rata seperti
t PD ≈ �(V 2 + (V . Ln � �� (22)
K DD −VT ) DD −VT ) VDD ⁄2 ditunjukkan dalam Persamaan (29).
Rise time (t r) didefinisikan sebagai waktu yang PDP = t dly . .P (29)
diperlukan untuk berubah dari 10% V DD ke 90% V DD
untuk gerbang dengan tegangan “LOW” 0V dan III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
tegangan “HIGH” V DD nilai t r ditunjukkan dalam Penelitian dimulai dengan mendesain rangkaian
Persamaan (23). Fall time (t f ) didefinisikan sebagai digital schmitt trigger dan menentukan parameter W/L.
waktu yang dibutuhkan untuk berubah dari 90% V DD ke Penentuan W/L bertujuan untuk meminimalkan
10% V DD , nilai t f ditunjukkan dalam Persamaan (24). tegangan histerisis, Semakin kecil tegangan histerisis
t r , (t TLH ) = 2 × t PLH (23) berarti semakin cepat waktu propogation delay. Desain
rule menggunakan teknologi CMOS 0.12µm, parameter
t f , (tTHL ) = 2 × t PHL (24) proses dari Microwind dan DSCH. Tahap selanjutnya
melakukan simulasi dengan menggunakan program
Suatu gerbang dikatakann memiliki grafik
Pspice untuk menentukan grafik VTC dan Unit Step
karakteristik alih tegangan yang simetris apabila nilai
sebagai dasar untuk menentukan output berupa t PHL ,
K R = 1. Pada saat ini berlaku hubungan yang
t PLH , t PD dan disipasi daya P D . Pengujian dilakukan
secara bertahap hingga menghasilkan grafik yang sesuai (V+). Jika tegangan input diawali pada tegangan V DD ke
dengan keinginan yaitu kecepatan yang tinggi dan daya 0V maka transisi switching tegangan alih balik (V-).
rendah. Jika penelitian belum sesuai maka dilakukan Tegangan histerisis memberikan pemisahan antara 2
pengujian ulang pada nilai W/L. Setelah output yang (dua) titik switching. dimana tegangan histerisis (V+)
dihasilkan sesuai maka dibuat layout dengan program dapat diketahui dengan menggunakan Persamaan 5 dan
Microwind. Gb. 6. Menunjukan diagram alir kerangka 6.
penelitian. 0.12
(1.2 + 0.35) x
+ 0.22 1.2 + 0.35 x0.738
Schmitt Trigger V = = = 0.84V
0.12 1.738
1+
0.22
0.30
x(1.2 − 0,35)
− 0.55 0.738 x1.2 − 0.35
Digital Mixed Signal Analog V = = = 0.36V
0.30 1.738
1+
0.55
Desain Rangkaian Schmitt Trigger
(Spesifikasi Input & Output)
TABEL I
Analisis Data Perhitungan PARAMETER DASAR TRANSISTOR
Analisis Skematik
Simbol NMOS PMOS Keterangan
Hasil simulasi histerisis maju (V+) schmitt trigger Gb. 9. Grafik propagation delay schmitt trigger pada CL = 1 pF
inverter terjadi saat tegangan input berada pada 0.83V t PHL = (13.333 – 10.050) ns = 3.3 ns
dan tegangan output 0.83V. hal ini menunjukkan bahwa t PLH = (31.848 – 30.150) ns = 1.7 ns
tegangan histerisis maju simetris, dimana pada analisis (3.3 + 1.7) ns (5) ns
t PD = = = 2.5 ns
2 2
perhitungan sebesar 0.84V dan hasil simulasi tegangan
tr = (34.425 - 30.455) ns = 3.9 ns
histerisis balik terjadi saat tegangan input berada pada tf = (17.184 – 10.805) ns = 6.4 ns
0.36V dan tegangan output 0.36V. hal ini menunjukkan
bahwa tegangan histerisis balik simetris, pada analisis Simulasi schmitt trigger untuk beban kapasitor C L = 5 pF
perhitungan sebesar 0.36V. Gb. 7. menunjukkan grafik
histerisis schmitt trigger.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ayers, J. E. 2004. Digital Integreted Circuit Analysis and
Design. CRC Press, New York Washington DC.
[2] Baker, R. 2010. CMOS Circuit design Layout and Simulations.
Third Edition. Jhon Wiley and Sons, INC. Canada.
Gb. 12. Tata letak IC CMOS Schmitt Trigger Inverter [3] [3] Jaeger, R. 1997. Microelectronic Circuit Design. Auburn
University. The McGraw-Hill Companies, Inc.USA.
[4] [4] Geiger, R. L., Allen, P. E and Strader, N. R. 1990. VLSI
Design Techniques For Analog and Digital Circuits. The
McGraw-Hill Companies, Inc.USA.
[5] [5] Kang, S. M and Leblebici, Y. 2003. Analysis and Design
CMOS Digital Integreted Circuit. The McGraw-Hill Companies,
Inc.USA.