Anda di halaman 1dari 6

107

Perancangan dan Simulasi IC CMOS Inverter


Schmitt Trigger
Ari Permana L, D. J. Djoko H. S, Wijono, dan M. Julius

antarmuka yang terbatas, impedansi input rendah dan


Abstrak–- Penelitian ini untuk mendesain dan karakteristik output tidak seimbang. Schmitt Trigger
menganalisis rancangan IC CMOS Inverter Schmitt bisa dibangun dari perangkat diskrit untuk memenuhi
Trigger sehingga dihasilkan efisiensi kerja sistem berupa parameter tertentu, Schmitt Trigger CMOS
disipasi daya rendah dan propagation delay yang kecil mengoptimalkan desain karakteristik yang meliputi:
sehingga kecepatan sistem meningkat. Teknologi yang interfacing dengan op amp dan jalur transmisi, konversi
digunakan dalam perancangan ini adalah teknologi 0.12 tingkat logika, linear operation, dan desain khusus
µm dengan tegangan supply V DD 1.2 V dan tegangan input
bergantung pada karakteristik CMOS. Schmitt Trigger
yang diberikan sebesar 1.2 V. Berdasarkan analisis
perhitungan tegangan histerisis yang simetris tergantung CMOS memiliki keuntungan sebagai berikut: Impedansi
pada rasio perbandingan transkonduktansi NMOS β 1 masukan yang tinggi (1012 Ω), keseimbang
(W/L =0.12 µm / 0.12 µm)dan β 3 (W/L =0.22 µm / 0.12 µm) karakteristirk input dan output meliputi (Ambang batas
untuk rasio perbandingan transkonduktansi PMOS β 5 simetris, biasanya untuk ½ VCC, Pengendali jalan
(W/L =0.30 µm / 0.12) dan β 6 (W/L =0.55 µm / 0.12 µm). keluaran). Ambang positif dan negatif menunjukkan
Desain Schmitt Trigger berdasarkan hasil analisis variasi yang rendah sehubungan dengan suhu, batas
perhitungan dan hasil analisis simulasi bahwa dengan tegangan (2V - 6V), Komsumsi daya rendah, Kebal
teknologi 0.12 µm, propagation delay yang dihasilkan terhadap noise.
dengan beban kapasitor ≤ 5 pF, K’ N = 713 μA/V2 dan K’ P =
288 uA/V2 sebesar 12,5 ns dimana ini adalah nilai
propagasi delay yang memungkinkan digunakan untuk II. LANDASAN TEORI
perancangan IC schmitt tigger inverter dengan teknologi A. Schmitt Trigger
0,12 µm. Berdasarkan hasil analisis perhitungan, semakin
besar beban kapasitor dan frekuensi yang digunakan
maka semakin besar pula power disipation (P D ) dan power
disipation product (PDP) dimana pada analisis perhitungan
dengan beban 5 pF bekerja pada frekuansi 15 mHz
diperoleh disipasi daya 108 µW dan Power delay Product
1.35

Kata Kunci : Schmitt Trigger, Hysterisis, Propagation


Delay, Power Disipation

I. PENDAHULUAN

D ESAIN Integrated circuit (IC) dapat dibagi ke


dalam dua kategori, yaitu: digital dan analog.
Desain IC digital digunakan dalam komponen seperti
Gb. 1. Karakteristik Schmitt Trigger

Mikroprosesor, Field-Programmable Gate Array


(FPGA), Random-Acces Memory (RAM), Read Only
Memory (ROM), Flash dan Application-Specific
Integrated Circuit (ASICs). Desain digital berfokus
pada kebenaran logis, memaksimalkan kepadatan dan
menempatan sirkuit sehingga clock dan sinyal waktu
yang diarahkan efisien. Desain IC Analog juga memiliki
spesialisasi dalam desain Operational Amplifier (Op-
Amp), regulator linier, osilator dan filter aktif.
Fleksibilitas dari Schmitt Trigger Transistor
Transistor Logic (TTL) terhambat oleh kemampuan

Ari Permana L adalah dosen Politeknik Negeri Ambon yang Gb. 2 Skema Schmitt Trigger
sedang tugas belajar di Program Magister Teknik Elektro, Program
Magister dan Doktor Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (e-mail:
aripermana002@@yahoo.co.id). Schmitt Trigger sangat berguna dalam menghasilkan
D. J. Djoko H. S, Wijono, dan M Julius merupakan staf pengajar pulsa bersih dari noise sinyal masukan atau dalam
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang (e-mail: dsantjojo@ub.ac.id; wijono@ub.ac.id; desain sirkuit osilator. Selanjutnya. Simbol skematis
m.julius.st@ub.ac.id ).

Jurnal EECCIS Vol.6, No.2, Desember 2012


108

𝛽𝑛3
dari schmitt trigger ditunjukkan dalam Gb. 1, bersama = [𝑉𝐷𝐷 − (𝑉 + − 𝑉𝑇𝑁 ) − 𝑉𝑇𝑁 ]2
2
dengan kurva pengalihan (transfer curves). 𝛽𝑛3
Skema dasar dari Schmitt trigger ditunjukkan dalam = (𝑉𝐷𝐷 − 𝑉 + )2 (4)
2
Gb. 2, dapat dibagi rangkaian menjadi dua bagian, Sehingga tegangan swicthing maju V+ sebagai
tergantung pada apakah output tinggi atau rendah. Jika berikut:
output rendah, maka M 6 dalam keadaan on dan M 3 β N1
(V DD + VTN ) x
dalam keadaan off, maka pada bagian kanal-p +
β N3
V =
menunjukkan titik tegangan switching, sedangkan jika β N1
1+
output tinggi, M 3 dalam keadaan on dan M 6 dalam β 3N
(5)
keadaa off maka pada bagian kanal-n menunjukkan titik Tegangan swicthing balik V- karena aksi kerja dari
tegangan switching. Dimana M 4 dan M 5 juga berada M 4 , M 5 dan M 6 , khususnya M 6 yang merupakan
dalam keadaan on yang langsung terhubung ke V DD . perangkat umpan balik dalam persilangan M 4 . Analisis
Untuk menganalisis rangkaian, kita asumsikan bahwa rangkaian menjadi
output dalam keadaan tinggi (V DD ) dan input dalam
β P5
keadaan rendah (0 V), Gb. 1 menunjukkan bagian (VDD − VTP ) x
β P6
bawah dari schmitt trigger yang digunakan dalam V− =
β P5
menghitung titik atas tegangan switching V SPH , 1+
β P6
MOSFET M 1 dan M 2 dalam keadaa off, dengan V in = 0 (6)
V M 3 dalam keadaan on. pada. Sumber dari M 3 dalam Tegangan swicthing balik diatur dengan
keadaan mengambang (floating) dimana V DD – V THN perbandingan (βp 5 / βp 6 ). Schmitt trigger simetris dapat
atau sekitar 4V untuk V DD = 5V. Potensial V x , dinyatakan dengan Persamaan (5) dan (6).
ditunjukkan dalam Gb. 3. 1
𝑉 + = � � 𝑉𝐷𝐷 + ∆𝑉 (7)
2

1
𝑉 − = � � 𝑉𝐷𝐷 − ∆𝑉 (8)
2
+ -
yang menempatkan tegangan V dan V berjarak
sama dan setengah tegangan V DD , sesuai dengan
tegangan histerisis
Gb. 3. Bagian dari skema pemicu Schmitt digunakan untuk
menghitung titik atas tegangan switching. V H =2.ΔV (9)
Dengan V in kurang dari tegangan ambang M 1 , V x B. Propagation Delay
tetap di V DD - V THN3 sedangakan V in naik, tegangan M 1 Kecepatan operasi gerbang digital diukur melalui tiga
mulai on, tegangan V x, mulai jatuh ke tanah (ground). parameter yaitu rise time (waktu naik), fall time (waktu
titik tegangan switching yang tinggi didefinisikan dalam turun) dan propagation delay. Parameter ini
Persamaan 1. mempengaruhi keseluruhan waktu delay yang
V in = V SPH = V THN2 + V x (1) dihasilkan ketika gerbang melakukan transisi dari
atau ketika M 2 mulai aktif (on), maka output mulai keadaan satu ke lainnya. Delay terjadi karena terdapat
bergerak ke ground, menyebabkan M 3 mulai off ini efek kapasitansi yang terdapat pada gerbang masukan
pada gilirannya menyebabkan V x jatuh lebih jauh, M 2 dan keluaran. Selain itu, efek kapasitansi juga timbul
mulai on, ini terus berlanjut sampai M 3 adalah benar- pada jalur koneksi antar gerbang. Propagation delay
benar dalam keadaan off dan dimana keadaan M 2 dan ditunjukkan pada Gb. 4.
M 1 dalam kondisi on. umpan balik positif menyebabkan
titik tegangan switching menjadi sangat baik.
Persamaan (2.20) berlaku arus yang mengalir di M 1 dan
M 3 pada dasarnya sama. Penyamaan arus ini
memberikan Persamaan 2.
𝛽1 𝛽
= (𝑉𝑆𝑃𝐻 − 𝑉𝑇𝐻𝑁 )2 = 3 = (𝑉𝐷𝐷 − 𝑉𝑋 − 𝑉𝑇𝐻𝑁3 )2 (2)
2 2
dimana sumber sama dengan M 2 dan M 3 , maka V THN2
= V THN3 terjadi peningkatan tegangan ambang dari efek
body untuk setiap MOSFET. Kombinasi Persamaan
(1) dan Persamaan (2) menghasilkan Persamaan (3).
Gb. 4. Definisi Delay dalam Gerbang Digital
𝛽1 𝑊1 .𝐿3 𝑉𝐷𝐷−𝑉𝑆𝑃𝐻 3
= =� � (3) in v er t er CM O S ya n g s i me tr is d e n ga n b eb a n
𝛽3 𝐿1 .𝑊1 𝑉𝑆𝑃𝐻 −𝑉𝑇𝐻𝑁
Pernyataan bentuk lebih dekat untuk V+ diperoleh kap as it i f bertujuan untuk mengetahui waktu tunda
dengan mengabaikan efek body bias dan menganggap (propagation delay), dengan asumsi transisi tegangan
semua tegangan threshold sama V T1 = V T2 = V T3 = V TN . pada masukan. Pertama, waktu propagasi delay high to
Dengan menganggap M 1 jenuh menghasilkan low t PHL , transisi tegangan input dari 0V naik ke
Persamaan arus (4). tegangan V DD dimana t = 0, transistor NMOS dalam
𝛽𝑛1 𝛽𝑛3 keadaan jenuh (saturated) t = 0+ sampai tegangan
= (𝑉 + − 𝑉𝑇𝑁 )2 = (𝑉𝐷𝐷 − 𝑉𝑥 − 𝑉𝑇𝑁 )2
2 2 output V out turun sampai V DD – V T. Selama interval

Jurnal EECCIS Vol.6, No.2, Desember 2012


109

waktu ini, arus konstan mengalir dalam transistor ditunjukkan dalam Gb. 5.
NMOS adalah:
DD K(V T −V )2
IDN = (10)
2
Transistor NMOS menjadi linear pada saat V out = V DD –
V T , dimana t = t D1
2VT CL
t D1 = 2 (11)
K(VDD −VT )
Sampai tegangan V out turun di bawah tegangan V DD –
V T , transistor NMOS bergerak ke daerah operasi linear,
pendekatan pertama untuk transistor NMOS linear
adalah
V
IDN = out (12)
RDN Gb. 5. Pengaruh Nilai kR pada Grafik Vin terhadap Vout
dimana
1
= nilai rata − rata dari �
∂IDN
� (13)  Wn   Wn 
RDN ∂Vout  µ n C ox   µ n C ox 
Untuk NMOS linear, arus drain yang mengalir
kR =  Ln 
⇒1=  Ln 
memberikan persamaan  Wp   Wp  (25)
IDN = K �(VDD − VT ). Vout − � (14)
Vout 2  µ p C ox   µ p C ox 
2  L p   L p 
Turunan parsial dari arus drain yang mengalir
sehubungan dengan tegangan output
Wn
ϑIDN
= K[(VDD − VT ) − Vout ] (15) K 'n = μ n .C ox .
ϑVout Ln
Nilai rata-rata dari turunan parsial dapat diperkirakan (26)
dengan menggantikannya dalam nilai rata-rata tegangan ε ox
keluaran V out , menghasilkan C ox =
1 K(VDD −VT ) t ox
= (16) (27)
RDN 2
dengan menggunakan pendekatan ohmik untuk NMOS C. Disipasi Daya
linear, rangkaian dapat diperlakukan sebagai kombinasi Disipasi daya (power dissipation) merupakan daya
RC sederhana. dengan demikian, yang dikonsumsi oleh suatu gerbang. Disipasi daya
(t−tD1
Vout ≈ (VDD − VT )exp �− � (17) dalam sistem CMOS dapat diklasifikasikan ke dalam
RDN .CL
Tegangan output mencapai 50% pada t = t D1 + t D2 , tiga kategori, yaitu: disipasi daya statis, daya
dimana pensaklaran (switching) DC yang terjadi pada saat
V −V kedua transistor menghantarkan secara bersamaan
t D2 = R DN CL ln � DD T � (19)
VDD /2 dalam waktu yang sangat singkat dan daya pensaklaran
Propagasi Delay dari tinggi ke rendah adalah jumlah AC yang terjadi ketika kapasitansi total pada gerbang
dari t D1 dan t D2 : menyimpan dan melepaskan muatan.
t PHL = t D1 + t D2 ≈
P = C LVDD f
2
C 2.V 2 V −V
≈ L �(V T )2 + (V )
. Ln � DD ⁄ T �� (20) (28)
K DD −VT DD −VT VDD 2
Suatu gerbang logika yang ideal haruslah cepat dan
Hal yang sama dilakukan untuk analisis t PHL , untuk
membutuhkan daya minimum. Salah satu parameter
inverter CMOS yang simetris, waktu tunda
yang dipergunakan untuk menunjukkan ukuran
(propagation delay) adalah sama, oleh karena itu,
kecepatan dan daya minimum sebuah gerbang adalah
t PHL = t PLH = t PD (21)
Power Delay Product (PDP). Semakin kecil nilai P DP ,
dimana
PDP didefinisikan sebagai hasil kali antara propagation
CL 2.VT 2 VDD −VT delay dengan disipasi daya rata-rata seperti
t PD ≈ �(V 2 + (V . Ln � �� (22)
K DD −VT ) DD −VT ) VDD ⁄2 ditunjukkan dalam Persamaan (29).
Rise time (t r) didefinisikan sebagai waktu yang PDP = t dly . .P (29)
diperlukan untuk berubah dari 10% V DD ke 90% V DD
untuk gerbang dengan tegangan “LOW” 0V dan III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
tegangan “HIGH” V DD nilai t r ditunjukkan dalam Penelitian dimulai dengan mendesain rangkaian
Persamaan (23). Fall time (t f ) didefinisikan sebagai digital schmitt trigger dan menentukan parameter W/L.
waktu yang dibutuhkan untuk berubah dari 90% V DD ke Penentuan W/L bertujuan untuk meminimalkan
10% V DD , nilai t f ditunjukkan dalam Persamaan (24). tegangan histerisis, Semakin kecil tegangan histerisis
t r , (t TLH ) = 2 × t PLH (23) berarti semakin cepat waktu propogation delay. Desain
rule menggunakan teknologi CMOS 0.12µm, parameter
t f , (tTHL ) = 2 × t PHL (24) proses dari Microwind dan DSCH. Tahap selanjutnya
melakukan simulasi dengan menggunakan program
Suatu gerbang dikatakann memiliki grafik
Pspice untuk menentukan grafik VTC dan Unit Step
karakteristik alih tegangan yang simetris apabila nilai
sebagai dasar untuk menentukan output berupa t PHL ,
K R = 1. Pada saat ini berlaku hubungan yang
t PLH , t PD dan disipasi daya P D . Pengujian dilakukan

Jurnal EECCIS Vol.6, No.2, Desember 2012


110

secara bertahap hingga menghasilkan grafik yang sesuai (V+). Jika tegangan input diawali pada tegangan V DD ke
dengan keinginan yaitu kecepatan yang tinggi dan daya 0V maka transisi switching tegangan alih balik (V-).
rendah. Jika penelitian belum sesuai maka dilakukan Tegangan histerisis memberikan pemisahan antara 2
pengujian ulang pada nilai W/L. Setelah output yang (dua) titik switching. dimana tegangan histerisis (V+)
dihasilkan sesuai maka dibuat layout dengan program dapat diketahui dengan menggunakan Persamaan 5 dan
Microwind. Gb. 6. Menunjukan diagram alir kerangka 6.
penelitian. 0.12
(1.2 + 0.35) x
+ 0.22 1.2 + 0.35 x0.738
Schmitt Trigger V = = = 0.84V
0.12 1.738
1+
0.22
0.30
x(1.2 − 0,35)
− 0.55 0.738 x1.2 − 0.35
Digital Mixed Signal Analog V = = = 0.36V
0.30 1.738
1+
0.55
Desain Rangkaian Schmitt Trigger
(Spesifikasi Input & Output)

TABEL I
Analisis Data Perhitungan PARAMETER DASAR TRANSISTOR
Analisis Skematik
Simbol NMOS PMOS Keterangan

Simulasi Rangkaian VDD 1.2V Tegangan Catu Daya


(Cadence, DSCH, Microwind)
620
Uo 250 cm2/V.s Carrier Mobility
cm2/V.s
Parameter
Pengujian KP 713 μA/V2 288 μA/V2
Tidak Transkonduktansi
(Histerisis, tPHL, tPLH, tPD,) Tegangan ambang
Ya VT 0.35 V -0.35 V
NMOS dan PMOS
Layout PHI, Surface potential
Keseluruhan Sistem 2фF 0.3 V
atsrong invertion
Gb. 6. Diagram Alir Kerangka Penelitian GAMMA, Bulk
γ 0.4 √V
thershold parameter
Ketebalan oksidasi
IV. HASIL DAN DISKUSI tox 3 nm
gerbang
Konstanta dielektrik
Tahap awal dalam perancangan IC CMOS schmitt εOX 3.45 x 10-13 F/cm
polisilikon
trigger meliputi penentuan spesifikasi rangkaian IC
yang akan dirancang, perancangan rangkaian logika
Schmitt Trigger Langkah selanjutnya merancang ukuran
komponen W/L berdasarkan parameter proses transistor TABEL II
DESAIN W/L TRANSISTOR SCHMITT TRIGGER
NMOS dan PMOS yang akan digunakan dalam
Teknologi CMOS (0.12 μm)
perhitungan. Dari hasil perbandingan nilai W/L yang
Transistor NMOS PMOS
digunakan, selanjutnya menentukan nilai VTC,
W L W L
propagation delay dan penggambaran layout pada
M1 0.12 0.12 - -
microwind
M2 0.60 0.12 - -
Spesifikasi Teknis rangkaian schmitt trigger M3 0.22 0.12 - -
ditentukan sebagai berikut: M4 - - 1.5 0.12
1. High Speed Operation : t pd = 13 ns. M5 - - 0.30 0.12
2. Wide Supply Voltage : V DD = 2V to 6 V M6 - - 0.55 0.12
3. Power Disipation : Dual-In-Line = 700 mw, Small
Outline = 500 mw
4. Hysterisis : V T + = 0.9V dan V DD = 4.5V Data hasil analisis perhitungan ditunjukkan dalam
Dalam rancangan ini mengacu pada parameter proses. (Tabel III).
Penggunaan parameter tipikal ini untuk lebih mendekati
TABEL III
pada karakteristik devais dan mempermudah dalam ANALISIS PERHITUNGAN PROPAGASI DELAY
proses analisis
CL tPHL tPLH tPD tf
Penentuan W dan L didasari oleh analisis yang tr (ns)
(pF) (ns) (ns) (ns) (ns)
dilakukan pada nilai K R = 1. Nilai µ p dan µ n dapat 0.5 1.25 1.25 1.25 2.5 2.5
mempengaruhi nilai W dan L yang dihasilkan, VTC 1 2.5 2.5 2.5 5 5
yang simetris akan didapat dengan memasukkan nilai µ p 5 12.5 12.5 12.5 25 25
= 250 cm2/V.s dan µ n = 620 cm2/V.s 10 25 25 25 50 50
Schmitt trigger merupakan rangkaian yang memiliki
karakteristik alih tegangan VTC histerisis, dimana Hasil perhitungan untuk frekuensi 5 MHz, 10 MHz,
karakteristik alih tegangan maju (V+) dan karakteristik dan 15 MHz, serta dengan kombinasi beban kapasitor,
alih tegangan balik (V-). Bila tegangan input dinaikan hasil analisis perhitungan disipasi daya ditunjukkan
dari 0V ke V DD , transisi swicthing tegangan alih maju dalam (Tabel IV).

Jurnal EECCIS Vol.6, No.2, Desember 2012


111

TABEL IV Simulasi schmitt trigger untuk beban kapasitor C L = 1 pF


ANALISIS PERHITUNGAN DISIPASI DAYA
Frekuensi
CL 1 MHz 5 MHz 10 MHz 15 MHz
(pF) PD PDP PD PDP PD PDP PD PDP
(µW) (fJ) (µW) (fJ) (µW) (fJ) (µW) (fJ)
0.5 0.72 0.9 3.6 4.5 7.2 9 10.8 13.5
1 1.44 3,6 7.2 18.1 14.4 36 21.6 54.2
5 7.2 90 36 0.45 72 0.9 108 1.35
10 14.4 0.36 72 1.8 144 3.6 216 5.42

Hasil simulasi histerisis maju (V+) schmitt trigger Gb. 9. Grafik propagation delay schmitt trigger pada CL = 1 pF
inverter terjadi saat tegangan input berada pada 0.83V t PHL = (13.333 – 10.050) ns = 3.3 ns
dan tegangan output 0.83V. hal ini menunjukkan bahwa t PLH = (31.848 – 30.150) ns = 1.7 ns
tegangan histerisis maju simetris, dimana pada analisis (3.3 + 1.7) ns (5) ns
t PD = = = 2.5 ns
2 2
perhitungan sebesar 0.84V dan hasil simulasi tegangan
tr = (34.425 - 30.455) ns = 3.9 ns
histerisis balik terjadi saat tegangan input berada pada tf = (17.184 – 10.805) ns = 6.4 ns
0.36V dan tegangan output 0.36V. hal ini menunjukkan
bahwa tegangan histerisis balik simetris, pada analisis Simulasi schmitt trigger untuk beban kapasitor C L = 5 pF
perhitungan sebesar 0.36V. Gb. 7. menunjukkan grafik
histerisis schmitt trigger.

Gb. 8. Grafik propagation delay Schmitt trigger pada CL = 0.5 pF

Gb. 7. Grafik histerisis Schmitt Trigger

(Tabel V) menunjukak perbandingan histerisis hasil


perhitungan dan hasil simulasi.
TABEL V
PERBANDINGAN HISTERISIS HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI
Histerisis Balik (V-) Histerisis Maju (V+)
Kriteria Gb. 10. Grafik propagation delay schmitt trigger pada CL = 5 pF
Input Output Input Output
Perhitungan 0.36 V 0.36 V 0.84 V 0.84 V t PHL = (116.212 – 100.050) ns = 16.162 ns
Simulasi 0.36 V 0.36 V 0.83 V 0.83 V t PLH = (308.675 – 300.050) ns = 8.625 ns
(16.162 + 8.625) ns (24.787) ns
t PD = = = 12.39 ns
2 2
Simulasi unit step dilakukan untuk mendapatkan nilai tr = (321.839 - 301.947) ns = 19.89 ns
propagation delay. Masukan yang diberikan berupa tf = (135.632 - 103.704) ns = 31.93 ns
gelombang pulsa (step). Nilai propagation delay
diperoleh dari sinyal output yang berupa nilai t PLH , t PHL , Simulasi schmitt trigger untuk beban kapasitor C L = 10 pF
rise time (t r ) dan fall time (t f ). Dalam simulasi unit step
diberikan variasi kapasitor pada keluaran untuk
mengatahui respon waktu rangkaian IC schmitt trigger
yaitu 0.5pF, 1pF, 5pF, 10pF Selain itu digunakan variasi
frekuensi yang berbeda yaitu 1MHz, 5MHz, 10MHz
dan 15MHz pada suhu normal 27o C.

Simulasi schmitt trigger untuk beban kapasitor C L = 0.5 pF


Gb. 11. Grafik propagation delay schmitt trigger pada CL = 10 pF

t PHL = (11.726 – 10.050) ns = 1.68 ns t PHL = (132.023 – 100.050) ns = 31.97 ns


t PLH = (21.073 – 20.150) ns = 0.92 ns t PLH = (317.228 – 300.050) ns = 17.18 ns
(1.68 + 0.92) ns (2.60) ns
t PD = = = 1.3 ns t PD =
(31.97 + 17.18) ns
=
(49.15) ns
= 24.57 ns
2 2
2 2
tr = (22.397 – 20.369) ns = 2.03 ns tr = (343.820 - 303.933) ns = 39.89 ns
tf = (13.664 – 10.445) ns = 3.22 ns tf = (170.225 - 107.303) ns = 62.92 ns

Jurnal EECCIS Vol.6, No.2, Desember 2012


112

(Tabel VI) menunjukan perbandingan propagation Penggambaran layout dilakukan dengan


delay hasil perhitungan dan hasil simulasi. menggunakan default process Microwind (0.12 µm
Analisis propoagation delay yang dilakukan dalam CMOS Process) dengan λ = 0.12 µm/2 = 0.06 µm.
perancangan schmitt trigger baik analisis perhitungan Layout IC Schmitt Trigger Inverter CMOS ditunjukkan
maupun analisis simulasi terdapat perbedaan pada dalam Gb. 12.
waktu transisi high to low (t PHL ) dan waktu transisi dari
low to high (t PLH ), Hasil analisis perhitungan maupun V. KESIMPULAN
hasil simulasi untuk teknologi 0.12 µm, beban yang Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
dianjurkan ≤ 5 pF, pada beban 5 pF propagation delay sebagai berikut
yang diperoleh 12.5 ns lebih kecil dibanding dengan 1. Berdasarakan hasil analisis perhitungan dan
spesifikasi rangkaian 13 ns. simulasi dalam penentuan tegangan histerisis,
TABEL V maka harus diperhatikan rasio perbandingan
PERBANDINGAN HISTERISIS HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI transkonduktansi W/L transistor M 3 dan M 6 , dari
CL
Propagasi Delay rasio perbandingan transkonduktansi maka akan
Kriteria tPHL tPLH tPD tr tf menghasilkan tegangan histerisis yang bervariasi.
(pF)
(ns) (ns) (ns) (ns) (ns)
2. Untuk mendapatkan hasil schmitt trigger inverter
Perhitungan 1.25 1.25 1.25 2.5 2.5
0.5 yang simetris, dua penundaan propagasi t PHL, t PLH
Simulasi 1.68 0.92 1.3 2.03 3.22
Perhitungan 2.5 2.5 2.5 5 5 dan t PD adalah sama. Hasil ini menunjukkan
1
Simulasi 3.3 1.7 2.5 3.9 6.4 bahwa penundaan propagasi sebanding dengan
Perhitungan 12.5 12.5 12.5 25 25
5
Simulasi 16.16 8.63 12.39 19.89 31.93
kapasitansi beban dan berbanding terbalik dengan
Perhitungan 25 25 25 50 50 parameter transkonduktansi. Kecepatan yang lebih
10 tinggi dapat diperoleh dengan mengurangi
Simulasi 31.97 17.18 24.57 39.89 62.92
kapasitansi beban atau dengan meningkatkan nilai-
nilai K. Selain itu, ada ketergantungan pada
tegangan catu daya.
3. Berdasarkan hasil analisis perhitungan, semakin
besar beban kapasitor dan frekuensi yang
digunakan maka semakin besar pula power
disipation (P D ) dan power disipation product
(PDP).

DAFTAR PUSTAKA
[1] Ayers, J. E. 2004. Digital Integreted Circuit Analysis and
Design. CRC Press, New York Washington DC.
[2] Baker, R. 2010. CMOS Circuit design Layout and Simulations.
Third Edition. Jhon Wiley and Sons, INC. Canada.
Gb. 12. Tata letak IC CMOS Schmitt Trigger Inverter [3] [3] Jaeger, R. 1997. Microelectronic Circuit Design. Auburn
University. The McGraw-Hill Companies, Inc.USA.
[4] [4] Geiger, R. L., Allen, P. E and Strader, N. R. 1990. VLSI
Design Techniques For Analog and Digital Circuits. The
McGraw-Hill Companies, Inc.USA.
[5] [5] Kang, S. M and Leblebici, Y. 2003. Analysis and Design
CMOS Digital Integreted Circuit. The McGraw-Hill Companies,
Inc.USA.

Ari permana L, lahir di Jakarta, 23 Februari 1979 sebagai anak ke


pertama dari tiga bersaudara, pasangan Sulaiaman Launuru dan Sri
Retno Pujiwati. Tahun 1985 bersekolah di SDN 2 Sidangoli dan lulus
tahun 1991. SMPN 4 Ternate lulus tahun 1994. SMK 2 Ternate lulus
tahun 1997. Sarjana Teknik Elektro Univerrsitas Muslim Indonesia
lulus tahun 2002. Tahun 2006 sampai sekarang, bekerja sebagai dosen
di Politeknik Negeri Ambon Provinsi Maluku.
Gb. 13. Layout Rangkaian Schmitt Trigger inverter
teknologi 0.12 µm

Jurnal EECCIS Vol.6, No.2, Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai