Anda di halaman 1dari 31

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.1 Pengertian Bendung


Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk
meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu
bagian dari bangunan utama. Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic
structure) yang terdiri dari bagian-bagian: bendung (weir structure), bangunan
pengelak (diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure),
bangunan pembilas (flushing structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment
trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan
elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan
dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).

Gambar. 2.6. bangunan utama ( bendung )


Sumber: putusukmakurniawan.blogspot.co.id
2.8.1 Jenis-Jenis Bendung
a. Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)

5
Gambar. 2.7. bendung tetap
sumber : jamesthoengsal.blogspot.co.id

Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak


dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai
yang dikehendaki. Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung
berubah sesuai dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak
bisa diatur naik ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada
daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai
relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka
elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu
tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena
terkurung oleh tebing-tebingya yang curam.
b. Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)

Gambar. 2.8. bendung gerak


sumber : jamesthoengsal.blogspot.co.id

Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat


diubah sesuai dengan yang dikehendaki. Pada bendung gerak, elevasi muka
air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun sesuai yang
dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung gerak
biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir
sungai atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih
landai atau datar dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka
elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa
diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber

6
kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir
lewat pintu yang telah terbuka kea rah hilir (downstream).

c. Bendung Karet

Gambar. 2.9. bendung karet


sumber : jamesthoengsal.blogspot.co.id

Bendung karet merupakan hasil pengembangan jenis bendung tetap


menjadi bendung gerak dengan membuat tubuh bendung dari tabung karet
yang di kembangkan. Bendung karet berfungsi meninggikan muka air dengan
cara mengembungkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara
mengempeskannya. Pembukaan bendung bisa dilakukan secara otomatis
dengan pengempisan tabung karet tersebut, sedangkan pengembangannya
hanya bisa dilakukan secara manual. Di bandingkan dengan bendung
bendung tetap dan bendung geraka pintu, bendung karet memiliki kelebihan
di samping kekurangan yang ada. Bendung karet pertama kali di bangun pada
tahun 1957 di amerika serikat dengan menggunakan bahan tekstil untuk
membentuk tubuh bendung. Pada penerapannya di lapangan banyak
permasalahan yang berakibat pada kinerja bendung yang di akibatkan oleh
kurangannya dukungan teori. Dalam pembuatannya terdapat dua macam
bendung karet antara lain; bendung karet isi udara dan bendung karet isi air.

7
2.8.2. Pemilihan Lokasi Bendung
Dalam pemilihan lokasi bendung hendaknya dipilih lokasi yang paling
menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan,
pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan
dan sebagainya. Dari beberapa pengalaman dalam memilih lokasi bendung,
tidak semua persyaratan yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Sehingga lokasi
bendung ditetapkan pada persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi
bendung didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :
a. Keadaan Topografi
 Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari;
 Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi
mercu bendung dapat ditetapkan;
 Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.
b. Keadaan Hidrologi
· Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor-
faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta
tinggi bendung tergantung pada debit rencana. Faktor-faktor yang
diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan debit rencana,
curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan banjir di site
atau bendung.
c. Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
 Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di palung
sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai tidak lebih
dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan pelaksanaannya.
 Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya penggaliannya
tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi untuk tidak
menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk dibatasi sampai
dengan kedalaman delapan meter.

8
 Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen; sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan
dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga dapat dihindari.
d. Kondisi Hidraulik dan Morfologi
 Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir,
sedang dan kecil;
 Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan kecil;
 Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
 Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
e. Kondisi Tanah Pondasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup
baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan
pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan
sebagainya.
f. Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor
penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif
lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang
tidak terlalu sulit.
2.8.3. Bagian-Bagian Bendung
a. Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk
membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi
awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan
bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran
sungai. Tubuh bendung merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik
dalam keadaan normal maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap
tekanan air, tekanan akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan
akibat berat sendiri.

9
Gambar. 2.10. Tubuh bendung
Sumber: putusukmakurniawan.blogspot.co.id

b. Pintu Air (Gates)


Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur,
membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup.
Bagian yang penting dari pintu air, yaitu:
 Daun Pintu (Gate Leaf) Adalah bagian dari pintu air yang menahan
tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup
aliran air.
 Rangka pengatur arah gerakan (guide frame) Adalah alur dari baja atau
besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga
agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
 Angker (anchorage) Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton
dan digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat
memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
 Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan
ditutup dengan mudah.
c. Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran
dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada
bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan

10
bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat
pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula.
Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka
pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini
akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu
saja.
d. Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung.
Hal ini disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan
terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri
pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka
penguraspun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu
pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini
terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini
terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau
antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung
konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-
bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas
kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka
setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut
mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk
membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan
benda-benda hanyut dapat lewat diatasnya.

11
Gambar. 2.11. pintu penguras bendung
Sumber: putusukmakurniawan.blogspot.co.id

e. Kolam Peredam Energi

Gambar, 2.12. bendung dengan mercu bulat


Sumber : kriteria perencanaan irigasi KP 02

Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung
maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air.
Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan
setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu
konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk
pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan penampang
lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe,
yaitu :

12
 Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak
membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh
tinggi energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan
muka air banjir hilir.
 Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan
peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis
kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi
energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air
banjir di hilir.
 Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted
rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini
mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun
perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini
digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder).
Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang
melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting
ke arah hilirnya.
 Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter.
Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat
tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-
tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan
datar dimana peredaman terjadi akibat benturan langsung dari aliran
dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan
ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi pemencar) di
ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk
aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe
USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung
hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir

13
dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan
tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan
ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di ujung hulu, di ujung hilir
dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan
hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
 Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan
bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar.
Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara
1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan
bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80%
dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih
ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor
keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420)
f. Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen
yang lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya
ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang
telah mengendap dalam kantong lumpur kemudian dibersihkan secara berkala
melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk
menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.
g. Bangunan Pelengkap

Gambar. 2.13. bangunan pelengkap bendung


Sumber: putusukmakurniawan.blogspot.co.id

14
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan
ke bangunan utama untuk keperluan :
 Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
 Pengoperasian pintu.
 Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan.
 Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
2.8.4. Mercu Bendung
Mercu bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana bagian teratas
dari udik dapat melimpah ke hilir. Fungsinya sebagai tinggi muka air minimum di
sungai bagian udik bendung, sebagai pengempang sungai dan sebagai pelimpah
aliran sungai. Letak mercu bendung bersama-sama tubuh bendung diusahakan
tegak lurus arah aliran sungai agar aliran yang terbagi merata.
2.8.4. Tipe-Tipe Mercu Bendung
a. Tipe Mercu Bulat

Gambar, 2.14. bendung dengan mercu bulat


Sumber : kriteria perencanaan irigasi kp 02

Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang
jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada
sungai – sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi
lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk

15
bendung dengan 2 jari-jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga
koefisien debit.
b. Tipe Mercu Ogee

Gambar , 2.15. mercu tipe ogee


Sumber : kriteria perencanaan irigasi kp 02

Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung
ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub
atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit
rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan
permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee
adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik,
maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai
muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam
olak sehingga dapat lebih hemat.
c. Tipe Mercu Vlughter

Gambar , 2.15. mercu tipe Vlughter


Sumber : kriteria perencanaan irigasi kp 02

16
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak
membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.
d. Tipe Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang
mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.
2.8.5. Pemilihan Tipe Bendung
Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak)
didasarkan pada pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika
pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang
luas maka bendung gerak (bendung berpintu) merupakan pilihan yang tepat.
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah
yang tidak terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung tetap merupakan
pilihan yang tepat.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam
energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka pelimpah
direncanakan mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-batu
bongkah dapat terangkut lewat di atas pelimpah. Jika sungai tidak mengangkut
batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang sesuai adalah
tipe kolam olakan (stilling basin)

2.8.6. Perencanaan Tubuh Bendung


Bangunan tubuh bendung (weir) terdiri dari: pelimpah (spilway), peredam
energi (energy dissipator), pondasi bendung dan lantai hulu bendung.
a. Pelimpah (spilway).
Pelimpah berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air. Elevasi puncak
pelimpah direncanakan berdasarkan banyak hal antara lain : elevasi muka air
rencana di bangunan bagi paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat ukur,
kehilangan tinggi energi pada pengambilan saluran primer, kehilangan tinggi
energi pada pengambilan, faktor keamanan dan kemiringan saluran antara
bangunan intake dengan bangunan bagi paling hulu.

17
Ada beberapa macam profil pelimpah antara lain : pelimpah profil bulat, pelimpah
profil Bazin, pelimpah profil Modified Creager, pelimpah menurut standard WES
(Waterways Experiment Station) serta banyak lagi bentuk profil lainnya.
Rumus debit melalui pelimpah :
Dengan :
Q = Debit banjir rencana periode ulang 100 tahunan (Q100),
diperoleh dari analisis hidrologi.--> (Q100 = 800 m3/dt)
Cd = Koefisien debit, hasil perkalian antara C1xC2xC3
Be = Lebar efektif bendung (m)
H1 = Tinggi energi di hulu pelimpah (m)
B = Lebar pelimpah, tidak termasuk pilar dan bangunan pembilas (m)
N = Jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar (untuk pilar dengan penampang bulat,
kp = 0.01)
Ka = koefisien konstraksi abutment/dinding (ka = 0.1)
b. Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:
 Kemiringan dasar sungai ( I );
 Lebar dasar sungai (b);
 Debit maksimum (Qd).
c. Menentukan Tinggi Mercu Bendung
Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
 Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh;
 Elevasi kedalaman air di sawah;
 Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah;
 Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier;
 Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;
 Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;
 Kehilangan tekanan di alat-alat ukur;
 Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;
 Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
 Persediaan untuk bangunan lain.

18
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik atau
dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi
mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :
 Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan;
 Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;
 Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;
 Kesempurnaan aliran pada bendung;
 Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;
 Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan
minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).
 Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan tidak lebih dari 4.00 meter dan
minimum 0.5 H.
d. Menentukan Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung
Tinggi muka air di atas mercu bendung dapat dihitung dengan persamaan
tinggi energy – debit, yaitu :
Qd = Cd ⅔ ⅔ g b H3/2
Dimana :
Qd = debit desain, m3/det
Cd = koefisien debit = Cd = C0 . C1. C2
g = percepatan gravitasi
b = lebar mercu efektif
H = tinggi energy di atas mercu
e. Panjang atau Lebar Mercu Bendung
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan
terhadap :
 Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;
 Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit
desain.
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu
 Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur
(bank full discharge);

19
 Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai
yang telah stabil.
Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu
lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan
tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik
akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah
luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai
bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik
bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.
f. Lebar Efektif Mercu Bendung
Lebar mercu bendung efektif , Be, yaitu panjang mercu bendung bruto, Bb,
dikurangi dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya panjang mercu
bendung yang efektif melewatkan debit banjir desain.
Lebar mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaitu :
· Be = Bb – 20% Σb – Σt
· Be = Bb – 2 (n . kp + ka)H
Dimana :
Be = lebar mercu efektif (meter)
Bb = lebar mercu bruto (meter)
Σb = jumlah lebar pembilas
Σt = jumlah pilar-pilar pembilas
n = jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = koefisien kontraksi pilar
ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi energy, yaitu h + k; h = tinggi air; k = v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dilihat pada Standar Perencanaan
Irigasi, KP-02.
g. Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang
terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran
yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi loncatan
hidraulis, yang terjadi di dalam aliran.

20
h. Menentukan Panjang Lantai Muka
Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan,
selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari
jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”, maka untuk
memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai
muka atau suatu dinding vertical. Untuk menentukan Creep Line, maka dapat
dicari dengan rumus atau teori :
 Teori Bligh : Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur
pengaliran adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
 Teori Lane : Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh,
bahwa energi yang diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertical
lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1.
i. Menentukan Stabilitas Bendung
Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai
dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas
bendung ditentukan oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
 Gaya berat
 Gaya gempa
 Tekanan Lumpur
 Gaya hidrostatis
 Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).
j. Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke
saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran
(pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa
terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu tergantung letak
daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang terbawa
oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda
padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran
pintu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah
masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena
saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada

21
sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan
estetika. Lebar pintu biasanya maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat
ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-
pilar diantaranya.
k. Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B),
sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas pintu,
maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal
pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir
2.8.7. peninggian mercu bendung

Gambar,2.16. peninggian mercu bendung


Sumber :(Prof.Drs.eman mawardi,Dipl.AIT dan
Ir.Moch.Memed,Dipl.H.E.,APU. 2015. Desain Hidraulik BENDUNG TETAP )

Pada bendung tua antara lain bendung Jati di Madiun, bendung


Cisokan di Cianjur dan bendung baru yaitu bendung Gumbasa di Palu, bendung
Banjarcahaya di jawa tengah, dijumpai masalah mercu bendung yang kurang
tinggi, haal ini menimbulkan dampak yang kurang baik yaitu :
 Penyadapan air menjadi terganggu terutama pada musim kemarau sehingga
daerah irigasi yang di airi menjadi berkurang,
 Tinggi energi yang di butuhkan kurang, sehingga pembiasan sedimen oleh
undersluice dan kantong sdimen tidak memadai.
Untuk menangani masalah pada bendung – bendung itu DPMA
menyarankan peninggian mercu bendung yang berdasarkan hasil uju model fisik.

22
Bendung jati di tinggikan mercunya 0,80 m, bendung Cisokan 1,00 m bendung
Gumbasa setinggi 0,60 m tidak dapat di laksanakan karena terbetur masalah muka
air yang di khawatirkan mengganggu fungsi dan keamanan jembatan jalan negara
yang berada tidak jauh di udik bendung .
Peninggian mercu bendung cisokan memberikan pengaruh yang sangat
baik terhadap pembilasan sedimen yang berada di udik undersluice dan yang
berada di undersluice. Sebelumnya sedimen yang masuk ke saluran, jumlahnya
sangat tinggi. Dengan peninggian mercu bendung dan penyempurnaan bangunan
pembilas dan undersluice, di ketahui jumlah sedimen yang masuk ke saluran sngat
jauh berkurang pada gambar 3. 2 menunjukan cara peninggian mercu bendung.
Budang miring mercu bendung di teruskan ke arah udik sampai denga elevasi
mercu yang di kehendaki. Sambungan antara bidang yang lama harus di perkuat
dengan angker sehingga menjadi satu kesatuan.

2.8. Stabilitas Bendung


Salah satu persyaratan keamanan bendung yaitu harus stabil terhadap
geser, guling dan piping. Untuk itu harus dihitung gaya – gaya yang bekerja pada
bangunan yaitu: berat sebdiri , tekanan air normal setinggi bendung dan setiggi
muka air banjir design, tekanan lumpur, gaya gempa, tekanan air di bawah
bandung atau uplift. Selanjutnya gaya – gaya yang bekerja pada bangunan itu di
analisis dan di kontrol stabilitasnya terhadap faktor – faktor keamanannya.
Perhitungan dilakukan dengan tinjauan panjang satu meter.
Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari
bendung, antara lain:
 Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir
 Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran
sungai dan aliran air yang meresap di dalam tanah
 Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya
 Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi
muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi

23
2.10. Manajemen Proyek
manajemen proyek terdiri dari dua kata yakni manajemen dan
proyek yang artinya; manajemen, adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha – usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah di tetapkan. Proyek : adalah suatu usaha untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang di batasi oleh; waktu, ruang, dan
sumberdaya yang terbatas. Dengan demikian manajemen proyek adalah
proses penerapan fungsi – fungsi manajemen ( perencanaan, pengawasan,
dan penerapan ) secara sistematis pada sebuah proyek dengan menggunakan
sumberdaya yang ada secara efektif dan afisien agar tercapai tujuan proyek
secara optimal.
Proyek sesungguhnya dapat diartikan sebagai upaya yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan
penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang
tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Dengan
demikian, arti kata proyek yang sebenarnya mencakup pengertian dan
berkaitan dengan macam pekerjaan yang luas. (Dipohusodo, 1995 :9).
Agar pelaksanaan proyek dapat berhasil dengan baik, perlu memperhatikan
faktor-faktor spesifikasi penting yang disebut sebagai ciri-ciri umum
manajemen proyek, sebagai berikut :
1) Tujuan, sasaran, harapan-harapan dan strategi proyek hendaknya
dinyatakan secara jelas dan terinci sedemikian rupa sehingga dapat
dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan
satuan organisasi yang terlibat.
2) Diperlukan rencana kerja, jadwal dan anggaran belanja yang realistis.
3) Diperlukan kejelasan dan kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab
diantara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat dalam proyek
untuk berbagai strata jabatan.
4) Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengkoordinasikan,
mengendalikan dan mengawasi pelaksanakan tugas dan tanggung jawab
pada berbagai strata organisasi.

24
5) Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat
memberikan umpan balik bagi manajemen. Informasi umpan balik akan
dimanfaatkan sebagai pelajaran dan dipakai sebagai pedoman didalam
upaya peningkatan produktivitas proyek.
6) Sesuai dengan sifat dinamis suatu proyek, apabila diperlukan tim proyek
atau satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang mungkin tetap berorientasi pada tercapainya
produktivitas.
7) Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar-
dasar peraturan birokrasi dan pengetahuan tentang cara-cara mengatasi
kendala birokrasi.

2.10.1. Sistem Manajemen Proyek


Sebelumnya telah diketengahkan perlunya memperhatikan faktor-
faktor yang disebut sebagai ciri-ciri umum manajemen proyek, agar
pelaksanaan proyek dapat berhasil. Apabila dicermati, faktor-faktor
penting yang disebut ciri-ciri umum manajemen proyek pada hakekatnya
merupakan elemen-elemen yang apabila disusun secara sistematis akan
membentuk suatu kerangka dari sistem manajemen. Sebuah sistem pada
dasarnya merupakan suatu set atau susunan alat-alat, barang-barang atau
perangkat kerja, yang saling berhubungan atau saling tergantung satu sama
lain sedemikian sehingga membentuk satu kesatuan yang kompleks.
Sedangkan sistem manajemen dapat diartikan sebagai suatu set yang
terdiri atas susunan terpadu dari konsep-konsep, dasar-dasar pengertian
atau teknik-teknik penanganan yang berkaitan dengan manajemen. Dengan
demikian menjadi jelas kiranya bahwa untuk dapat menangani pelaksanaan
proyek dengan baik atau paling tidak dimaksudkan untuk memperkecil
peluang timbulnya permasalahan dan mencegah datangnya kesulitan,
diperlunya pendekatan dengan menyusun suatu konsep Sistem Manajemen
Proyek yang lengkap, mendasar, kokoh dan terpadu. Sedangkan konsep
sistem yang dimaksud adalah penataan serta pengorganisasian atas faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan Manajemen Proyek.

25
Sistem Manajemen Proyek disusun dan dijabarkan menjadi
seperangkat pengertian-pengertian, alat-alat dan petunjuk tata cara yang
mudah untuk dilaksanakan sedemikian, sehingga :
1) Mampu menghubungkan dan menjembatani kesenjangi persepsi
diantara perencana pembangunan dan pelaksananya, sehingga
kesemuanya mempunyai satu kerangka konsep yang sama tentang
kriteria keberhasilan suatu proyek.
2) Dapat memberikan kesamaan bahasa yang sekaligus memadukan tertib
teknis dan sosial, yang dapat diterapkan pada setiap proyek di setiap
jenjang dengan cara-cara sederhana, jelas dan sistematis.
3) Mampu mewujudkan suatu bentuk kerja sama dan koordinasi antar
satuan organisasi pelaksanaannya sehingga terwujud suatu semangat
bersama untuk merencanakan proyek secara lebih terinci, dan cukup
cermat dalam mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul dalam
pelaksanaannya.
Sistem Manajemen Proyek yang diberlakukan hendaknya ditujukan
untuk dapat digunakan dalam upaya melengkapi tata cara organisasi yang
berlaku. Sehingga pemakaian sistem tersebut, khususnya pada proyek-
proyek pemerintah akan membantu para birokrat untuk dapat memenuhi
peraturan dan ketentuan pemerintah dalam perencanaan, penyusunan
anggaran keuangan dan sistem pelaporan. (Dipohusodo, 1995 : 12).
1) Siklus Manajemen
Semua kegiatan proyek merupakan suatu siklus mekanisme
manajemen yang didasarkan atas tiga tahapan, diantaranya :
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Siklus mekanisme manajemen
tersebut merupakan proses terus-menerus selama proyek berjalan. Oleh
karenanya pelaksanaan proyek berlangsung dalam suatu tata hubungan
kompleks yang selalu berubah-ubah (dinamis). Rencana semula harus
selalu disesuaikan dengan keadaan atau kondisi mutakhir dengan
memanfaatkan umpan balik dari hasil evaluasi. Keberhasilan
pelaksanaannya tergantung pada upaya dan tindakan yang terkoordinasi

26
dari berbagai satuan organisasi dan jabatan di berbagai jenjang
manajemen.
2) Perangkat Manajemen
Dalam rangka upaya membentuk suatu Sistem Manajemen
Proyek yang lengkap serta kokoh, untuk pelaksanaan pada masing-
masing tahapan siklus mekanisme tersebut memerlukan alat-alat
manajemen, yang umumnya terdiri dari :
a) Analisis Masalah
Seperti telah dikemukakan terdahulu, perencanaan
proyek dimulai dari masalah-masalah pokok program
pembangunan, menyusun strategi yang lebih luas dan
kemudian memilih proyek-proyek yang akan mencapai tujuan-
tujuan program yang lebih luas.
b) Kerangka Logis
Suatu proyek pembangunan pada hakekatnya merupakan
proses untuk merubah suatu keadaan dan dipilih dari sejumlah
proyek pilihan yang mewakili kemungkinan terbaik untuk
mencapai hasil-hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan
program. Agar dapat melakukan analisis, diperlukan suatu
pedoman kerangka proses berpikir secara sistematis dan logis
untuk digunakan sebagai alat perencanaan, pengorganisasian
dan komunikasi.
c) Analisis Anggaran Keuangan
Anggaran keuangan disusun secara realistis, bertahap
waktu dengan berorientasi pada keluaran-keluaran atau
kegiatan-kegiatan proyek. Analisis anggaran keuangan bukan
hanya dibuat berdasarkan Daftar Rencana Kegiatan dan pada
saat perencanaan proyek saja. Akan tetapi, dengan ditunjang
oleh suatu sistem akuntansi yang benar dan baik harus dapat
disiapkan di setiap saat selama proyek berjalan.
d) Rincian Tanggung Jawab

27
Salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan
proyek ialah adanya peranan dan tanggung jawab yang jelas
bagi setiap aparat yang disetujui bersama oleh sesama pelaku-
pelakunya. Suatu organisasi dengan melibatkan banyak unsur
apabila tanpa dilandasi dengan kesepakatan yang jelas,
cenderung akan mengundang masalah-masalah koordinasi
yang dapat mengakibatkan kekacauan, kelambatan, bahkan
mengbengkakan biaya.
e) Jadwal Pelaksanaan Proyek
Jadwal pelaksanaan proyek berguna untuk menentukan waktu
dan urutan kegiatan-kegiatan proyek dan dibuat berdasarkan
Daftar Perincian Kegiatan. Perangkat manajemen yang berupa
jadwal ini menunjukkan kapan suatu kegiatan harus dimulai
dan diselesaikan serta memberikan suatu landasan dalam
penyusunan sistem monitoring dan pelaporan secara terus
menerus atau kontinu.
f) Sistem Monitoring dan Pelaporan
Dalam rangka pengendalian dan pengawasan terhadap
pelaksanaan proyek dibutuhkan suatu media atau alat yang
mampu merangkum informasi-informasi yang harus secara
aktif diketahui, diikuti dan diamati selama pelaksanaan. Untuk
itu diperlukan suatu Sistem Monitoring dan Pelaporan yang
biasanya memakai media formulir-formulir isian dalam
pelaksanaannya. Formulir-formulir yang dimaksudkan tersebut
selain berfungsi sebagai media komunikasi juga bermanfaat
untuk memastikan bahwa keterangan tentang kemajuan
proyek, masalah-masalahnya dan peluang-peluangnya telah
dihimpun, dianalisa dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang
berwenang untuk pengambilan keputusan dan tindakan.
g) Sistem Evaluasi
Sistem evaluasi yang diterapkan ditujukan untuk
penyempurnaan pelaksanaan proyek, sehingga lebih bersifat

28
berorientasi ke depan, yaitu upaya peningkatan kesempatan
demi keberhasilan proyek. Sistem evaluasi diterapkan dengan
tujuan untuk dapat memeriksa kemajuan dan kemampuan
proyek dalam mengatasi segenap permasalahan yang dihadapi
pada setiap saat, serta perlu tidaknya melakukan penyesuaian-
penyesuaian dalam pelaksanaannya.
h) Konsep Pendekatan Tim
Pendekatan tim (Team Approach) merupakan upaya
membangkitkan semangat untuk menggalang persatuan dalam
bekerja sama, memadukan tindakan, meningkat komunikasi,
mengurangi masalah dan mendorong keikutsertaan mereka
yang keterlibatannya diperlukan demi keberhasilan proyek.
Mengingat kondisi organisasi proyek sangat kompleks,
pendekatan tim sangat menentukan dalam upaya menumbuh
keserasian hubungan kerja yang baik diantara para pelaksana,
yang biasanya terdiri dari individu-individu yang berasal dari
berbagai satuan organisasi.

2.10.2 Struktur Organisasi Dan Rincian Tanggung Jawab


Pengertian bentuk organisasi yang paling sederhana adalah bersatunya
kegiatan-kegiatan dari dua individu atau lebih di bawah satu koordinasi dan
berfungsi untuk mempertemukan menjadi satu tujuan. Semakin melibatkan
banyak individu atau kelompok yang berbeda-beda macam kegiatan atau
jenjang kewenengannya, bentuk organisasi akan menjadi semakin
kompleks. Sehingga fungsi organisasi yang kompleks adalah merubah
sesuatu (dapat berupa material, informasi ataupun masyarakan) melalui
suatu tatanan terkoordinasi yang mampu memberikan nilai tambah
sedemikian sehingga memungkinkan organisasi mencapai tujuannya dengan
baik.
Keberhasilan suatu proyek sangat tergantung pada perilaku atau
kegiatan satuan-satuan organisasi pada pelaksanaan yang dikoordinasikan
dalam suatu sistem manajemen. Untuk itu, dituntut agar individu atau
satuan-satuan organisasi pelaksana dapat bekerja sama secara terorganisasi

29
dalam menentukan harapan-harapannya, jadwal kegiatan, anggaran
keuangan, kemudian memonitor dan melaporkan kemajuan serta segera
mengambil langkah-langkah perbaikan bilamana diperlukan. Konsep dan
perangkat alat yang digunakan di dalam Sistem Manajemen Proyek
memberikan tata cara kepada individu-individu yang berasal dari berbagai
instansi, satuan organisasi dan bidang pekerjaan, agar mereka dapat bekerja
sama secara baik untuk mencapai harapan-harapan proyek. Pada dasarnya
bentuk-bentuk struktur organisasi yang dimaksud dapat diringkas secara
sederhana menjadi dua jenis, diantaranya : (Dipohusodo, 1995 : 39).
1) Organisasi Fungsional
Susunan organisasi fungsional adalah seperti susunan organisasi
tradisional yang sering dijumpai baik pada Lembaga Swasta maupun
kebanyakan organisasi Lembaga Birokrasi Pemerintahan. Susunan
organisasi ini terdiri dari satuan-satuan yang menangani tugas-tugas
spesifik sesuai dengan kebutuhan organisasi. Susunan organisasi
fungsionan dapat melaksanakan proyek dengan baik apabila lingkup
proyek masih berada dealam batas wewenang satuan-satuannya.
Dalam bentuk organisasi fungsional dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :

Direktur

Produksi Pemasaran Keuangan Personalia

Direktur Direktur Direktur

Gambar 2.11. Bentuk Susunan Organisasi Fungsional


Sumber : Dipohusodo, 1995 : 41

30
2) Organisasi Khusus Proyek
Menggambarkan kerangka organisasi proyek yang sama sekali baru
yang ditambahkan pada susunan organisasi yang sudah ada, dibentuk
khusus dengan tujuan untuk melaksanakan suatu proyek. Dalam suatu
organisasi khusus proyek, semua sumber daya yang diperlukan untuk
proyek dipisahkan dari organisasi fungsional rutin dan disusun dalam
suatu satuan organisasi yang mandiri dengan dikepalai oleh seorang
pemimpin proyek. Bentuk susunan organisasi ini dapat dilihat pada
gambar 2.12.

Direktur

Proyek Produksi Keuangan & Penelitian & Personalia


Administrasi Pengembangan

Proyek Proyek
Pembangunan Pelatihan
Instruktor

Gambar 2.12. Bentuk Susunan Organisasi Khusus Proyek


Sumber : Dipohusodo, 1995 : 43

3) Konsep Pendekatan Tim


Konsep, pengertian dan semangat Tim Proyek sangat bermanfaat
dalam menopang keberhasilan proyek, baik selama tahap perencanaan
maupun pelaksanaannya. Pendekatan terutama harus dilakukan oleh
pejabat-pejabat yang memegang kedudukan penting dalam organisasi
(pejabat kunci). Mereka harus dapat membentuk kerja sama guna
mengkoordinir dan mengendalikan proyek. Para pejabat kunci terdiri dari
pemimpin proyek, bendaharawan, pengelola umum, penanggung jawab
program, lembaga pengendali anggaran biaya, biro perencanaan atau
perlengkapan serta serta instansi teknis terkait lainnya. Sistem

31
Manajemen Proyek mensyaratkan perlunya pendekatan Tim Proyek
tersebut, karena sifat manajemen proyek yang kompleks dan harus
melibatkan banyak individu dengan latar belakang dari berbagai jenjang
yang berbeda secara terpadu. Dengan demikian Pendekatan Tim Proyek
pada hakekatnya didasarkan pada upaya untuk memelihara semangat
kebersamaan terpadu dengan cara selalu meningkatkan intensitas dan
pengembangan dalam berhubungan atau berkomunikasi antara individu
yang terlibat di dalam proyek.
4) Peran dan Tanggung Jawab Pemimpin Proyek
Kerangka logis akan membantu dalam menggariskan suatu arah
pekerjaan Pemimoin Proyek, yang secara ringkas adalah bertugas untuk
menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan pada masukan-masukan
tertentu. Pemimpin proyek dapat menerima tanggung jawab untuk
mengembangkan tugasnya dengan didasari oleh keyakinan bahwa
sumberdaya tertentu yang diberikan kepadanya layak untuk dapat
dikelola dan diproses menjadi keluaran-keluaran yang diharapkan. Selain
menggunakan seperangkat alat-alat manajemen yang tersedia, diharapkan
dapat mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mempengaruhi,
menyesuaikan dan mengkoordinasikan semua sumber daya tersebut.
Terutama dalam pelaksanaan proyek kompleks yang selain melibatkan
banyak kontraktor, subkontraktor, pemasok bahan, juga unsur-unsur
organisasi struktural dari beberapa departemen. Pemimpin Proyek
bertanggung jawab dalam memonitor asumsi-asumsi yang digunakan
pada masing-masing jenjang harapan dan harus menjadi orang pertama
yang mengetahui timbulnya penyimpangan yang mungkin berakibat
merugikan proyek. Untuk itu Pemimpin Proyek harus dapat segera
mengenali terjadinya penyimpangan dan harus segera melaporkan kepada
pejabat atasannya. Tata cara dan syarat-syarat pelaporan harus bersama-
sama direncanakan, diatur dan disepakati sebelumnya, sehingga dapat
dijadikan pegangan tentang masalah apa dan kapan saja harus dibuat
laporannya. Dengan laporan tersebut Pemimpin Proyek memberikan

32
peringatan dini, sekaligus menyiagakan para pejabat atasannya untuk
mengatasi permasalahan yang telah timbul pada suatu proyek.
2.10.3. Jadwal Dan Rencana Anggaran Biaya
Melaksanakan suatu proyek adalah proses merubah masukan-masukan
yang berupa kegiatan dan sumber daya menjadi keluaran seperti yang sudah
ditentukan didalam kerangka logis. Perencanaan masukan-masukan yang
diperlukan secara terinci akan sangat menentukan kelancaran pelaksanaan
proyek. Kebanyakan terjadi kelambatan dalam pelaksanaan, pembiayaan
melampaui batas anggaran dan masalah-masalah lainnya timbul oleh karena
Tim Proyek tidak berhasil menyiapkan perencanaan masukan secara cukup
terinci sedemikian sehingga seluruh kegiatan proyek dapat dijadwalkan,
dianggarakan, dimonitor dan dikendalikan. (Dipohusodo, 1995 : 51).
Merencanakan suatu kegiatan dimulai dan dikerjakan dengan selalu
mengacu pada kerangka logis. Untuk setiap keluaran dalam kerangka logis
perlu dibuat suatu daftar masukan-masukan yang diperlukan secara terinci.
Daftar tersebut digunakan sebagai pedoman Tim Proyek untuk menyusun
catatan semua kegiatan proyek dilengkapi dengan sumber daya yang
dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan. Kegiatan-kegiatan harus disusun
dengan mempertimbangkan rencana urutan dimulainya sesuatu kegiatan dan
hubungan atau ketergantungannya dengan kegiatan lainnya. Seperti
diketahui dalam proyek sering dijumpai adanya beberapa kegiatan yang
tidak dapat dimulai sebelum kegiatan lain selesai dikerjakan. Sedangkan
pertimbangan mengenai sumber daya termasuk mencakup pula ketersediaan
golongan tenaga kerja yang sesuai peralatan, material, sumber dana
pembiayaan dan berbagai informasi sumber daya lainnya yang diperlukan.
1) Jadwal Waktu Proyek
Jadwal waktu proyek merupakan alat yang dapat menunjukkan
kapan berlangsungnya setiap kegiatan, sehingga dapat digunakan pada
waktu merencanakan kegiatan maupun untuk pengendalian pelaksanaan
proyek secara keseluruhan. Sebenarnya tersedia bermacam-macam cara
penjadwalan proyek tetapi dua yang sering dipakai, yaitu cara jaringan
kerja (network) dan bagan balok (bar chart). (Dipohusodo, 1995 : 52).

33
Sebelum ditemukan dan dikembangkan cara jaringan kerja,
perencanaan penjadwalan proyek diselesaikan dengan menggunakan cara
bagan balok. Cara bagan balok tidak dapat memberikan suatu gambaran
saling ketergantungan antar kegiatan secara terinci dan peluang
menyesuaikan serta mengatur rentang waktu pelaksanaan masing-masing
kegiatan dalam menunjang upaya tercapainya pembiayaan yang baik.
Selain itu bagan balok tidak mampu menyatakan kegiatan-kegiatan mana
saja yang bersifat kritis. Akan tetapi cara bagan balok selain mudah
dalam pembuatannya, dinilai bermanfaat dalam memberikan informasih
dengan lebih cepat dan mudah dipahami bagi semua personil yang
terlibat dari jenjang manajemen manapun. Sehingga sering kali
dipandang lebih mudah dalam pemakaiannya.
Seperti yang sudah diketengahkan, cara bagan balok tidak
memuaskan untuk diterapkan pada proyek kompleks dimana banyak
mengandung saling ketergantungan diantara kegiatan-kegiatannya. Untuk
mencegahkan hal tersebut, upaya inovasi dengan cara jaringan kerja
merupakan suatu penyelesaian guna mendapatkan kejelasan mengenai
saling ketergantungan pada kegiatan yang dimaksud. Disamping itu juga
mampu menjelaskan lintasan-lintasan kritis dalam proyek yang perlu
diperhatikan dalam upaya monitoring. Sehingga sejak mulai
diperkenalkannya cara jaringan kerja, kedua bentuk penjadwalan tersebut
bahkan berfungsi saling melengkapi satu sama lain.
2) Jadwal Jaringan Kerja
Jaringan kerja merupakan cara grafis untuk menggambarkan
kegiatan-kegiatan dan kejadian yang diperlukan untuk mencapai
harapan-harapan proyek. Jaringan menunjukkan susunan logis antar
kegiatan, hubungan timbal balik antar pembiayaan dan waktu
penyelasaian proyek, dan berguna dalam merencanakan urutan
kegiatan-kegiatan yang saling tergantung dihubungkan dengan
waktu penyelesaian proyek yang diperlukan. Jaringan kerja juga
sangat membantu untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang paling

34
mendesak atau kritis dan pengaruh keterlambatan dari suatu kegiatan
terhadap waktu penyelesaian seluruh proyek. (Dipohusodo,1995:53).
Terdapat beberapa macam sistem jaringan yang dikenal, akan
tetapi yang paling umum dipakai ialah CPM (Critical Path Method)
dan PERT (Program Evaluation Review Technique). Keduanya
merupakan cara penjadwalan jaringan kerja yang berorientasi pada
waktu dan secara prinsip tidak berbeda diantara keduanya. Hanya
saja pada CPM kelangsungan kegiatan-kegiatan diketahui, dalam arti
tertentu, sedangkan pada PERT diberikan sebagai distribusi
prbabilitas. Metode CPM sangat bermanfaat untuk memperlihatkan
hubungan timbal balik antara waktu penyelesaian dan pembiayaan
proyek. Memperlihatkan adanya saling ketergantungan antara
penambahan sumber daya (seperti tenaga, alat atau fasilitas) untuk
memperpendek rentang waktu kegiatan dengan bertambahnya
pembiayaan sebagai akibatnya. Sedangkan PERT bermanfaat untuk
digunakan pada proyek-proyek yang dilandasi oleh banyak faktor
ketidakpastian, misalnya pada berbagai kasus proyek-proyek
penelitian dan pengembangan (Researh and Development).

D
3 7
K

8
A D1 J
4
D2 D3 L
H

B E I
1 2 5 9

F
C G

Gambar 2.13 Contoh Membuat Jadwal Jaringan Kerja


Sumber : Dipohusodo, 1995 : 54

35

Anda mungkin juga menyukai