INVESTASI
EKONOMI DAN KAITANNYA DENGAN KINERJA EFEK
Didukung
Gedung Bursa Efek Indonesia , Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103
www.ticmi.co.id
Modul WPPE | AEKPI
DAFTAR ISI
Learning objectives:
Diharapkan peserta dapat menjelaskan mengenai:
PENGANTAR
Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos (keluarga, rumah tangga) dan
nomos (peraturan, aturan, hukum). Sehingga berdasarkan asal katanya, ekonomi diartikan
sebagai pengaturan atau manajemen rumah tangga.
Sebuah rumah tangga menghadapi banyak permasalahan seperti siapa anggota rumah
tangga yang harus mengerjakan pekerjaan tertentu dan apa yang akan diperolehnya.
Rumah tangga dituntut untuk dapat mengalokasikan sumber daya yang terbatas dengan
mempertimbangkan kemampuan, usaha dan keinginan masing-masing anggotanya.
Seperti rumah tangga, sebuah masyarakat/negara pun akan menghadapi permasalahan
yang sama. Masyarakat/negara harus memutuskan siapa yang akan mengerjakan suatu
pekerjaan sesuai kemampuan, usaha dan keinginan masing-masing anggotanya; serta
menentukan bagaimana alokasi barang dan jasa yang nantinya akan dihasilkan.
Manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus) memiliki kecenderungan untuk tidak
pernah merasa puas dan memiliki keinginan yang tidak terbatas, sedangkan sumber daya
yang tersedia jumlahnya terbatas. Ekonomi adalah sebuah studi tentang bagaimana sebuah
masyarakat mengelola sumb er dayanya yang terbatas (Mankiw, 2009). Pada umumnya,
sumber daya dialokasikan oleh tindakan dari berjuta-juta rumah tangga dan perusahaan.
Ekonomi kemudian mempelajari bagaimana keputusan diambil: produk apa yang dibeli,
berapa banyak pendapatan yang ditabung, dan bagaimana menginvestasikan tabungan tsb.
Ekonomi juga mempelajari bagaimana masyarakat berinteraksi satu sama lain, seperti
interaksi antara penjual dan pembeli yang kemudian dapat menentukan harga dan
kuantitas jual sebuah produk. Dan akhirnya, ekonomi juga menganalisa kekuatan yang
dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan termasuk seperti jumlah
pengangguran, tingkat inflasi, serta kebijakan moneter dan fiskal.
Pasar
Pasar adalah media bertemunya pembeli dan penjual barang/jasa untuk melakukan
pertukaran. Sebuah pasar dikatakan memiliki persaingan yang sempurna apabila terdiri dari
banyak pembeli dan penjual sehingga masing-masing memiliki dampak yang sama terhadap
pembentukan harga, yang diperoleh melalui proses bertemunya Permintaan dan Penawaran
terhadap satu barang/jasa yang sama.
Bursa Efek (pasar surat berharga) adalah cerminan dari teori ini. Adapun istilah Permintaan
dan Penawaran mengacu kepada perilaku manusia, pada saat mereka berinteraksi satu
sama lain di pasar. Dimana Pembeli menentukan Permintaan, sedangkan Penjual
menentukan Penawaran.
Selain Pasar Persaingan Sempurna, kita juga mengenal beberapa jenis pasar lain
yang memiliki persaingan yang tidak sempurna, antara lain:
1. Pasar Monopoli, yaitu dimana hanya ada satu penjual yang menentukan harga
sebuah barang/jasa untuk banyak pembeli.
Contohnya PT. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai penyedia
tunggal air bersih di suatu daerah.
2. Pasar Oligopoli, yaitu dimana hanya ada beberapa penjual yang menentukan harga
sebuah barang/jasa untuk banyak pembeli.
Contohnya adalah Organisasi Negara-negara Produsen Minyak Dunia (OPEC)
yang rutin mengadakan pertemuan untuk menentukan kuota produksi
masing-masing-masing negara anggotanya yang disesuaikan dengan
permintaan pasar, sehingga pada akhirnya mempengaruhi harga komoditas
tersebut.
Pada pasar Monopoli dan Oligopoli, hambatan untuk masuk bagi penjual baru cukup
besar, sedangkan hambatan untuk masuk bagi pembeli baru cukup kecil.
3. Pasar Monopsoni, yaitu dimana hanya ada satu pembeli yang menentukan harga
sebuah barang/jasa untuk banyak penjual.
Pada pasar Monopsoni dan Oligopsoni, hambatan untuk masuk bagi penjual baru cukup
kecil, sedangkan hambatan untuk masuk bagi pembeli baru cukup besar.
Permintaan (Demand)
Jumlah barang yang diminta (the quantity demanded) adalah jumlah barang yang rela dan
dapat dibeli oleh konsumen (Mankiw, 2009)
Hukum Permintaan (Law of demand): Apabila harga turun maka jumlah barang yang
diminta akan mengalami kenaikan, dan apabila harga naik maka jumlah barang yang
diminta akan mengalami penurunan, ceteris paribus.
Asumsi ceteris paribus artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau
faktor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap).
Dalam hukum permintaan jumlah barang yang diminta akan berbanding terbalik dengan
tingkat harga barang
Penawaran (Supply)
Jumlah barang yang ditawarkan (the quantity supplied) adalah jumlah barang dan jasa
yang rela dan dapat dijual oleh producen (Mankiw, 2009).
Hukum penawaran (law of supply): Apabila tingkat harga mengalami kenaikan maka jumlah
barang yang ditawarkan akan naik, dan apabila tingkat harga turun maka jumlah barang
yang ditawarkan akan turun, ceteris paribus.
Asumsi ceteris paribus, sekali lagi, artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan
atau faktor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap).
Dalam hukum penawaran jumlah barang yang ditawarkan akan berbanding lurus dengan
tingkat harga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta selain
harga barang itu sendiri:
1. Selera (taste): Apabila selera konsumen terhadap suatu barang dan jasa berubah
menjadi lebih suka, maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah barang dan jasa
yang diminta, demikian sebaliknya.
2. Jumlah pembeli (number of buyers): Jumlah pembeli mempengaruhi permintaan dari
suatu barang. Ketika makin banyak orang yang ingin membeli suatu barang tertentu,
maka jumlah barang dan jasa yang diminta akan semakin meningkat.
3. Pendapatan konsumen: Apabila pendapatan konsumen semakin tinggi, maka akan
diikuti oleh peningkatan daya beli konsumen dan peningkatan kemampuan untuk
membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih besar, demikian sebaliknya.
Sehingga akibatnya akan terjadi peningkatan jumlah barang dan jasa yang diminta.
4. Harga barang/jasa pengganti (substitutes): Suatu barang merupakan barang
substitusi bila salah satu barang harganya naik akan memicu kenaikan jumlah
permintaan barang lain. Konsumen akan cenderung mencari barang atau jasa yang
harganya relatif lebih murah untuk dijadikan alternatif penggunaan. Contohnya: bila
harga tiket pesawat Jakarta-Surabaya turun sehingga sama harganya dengan tiket
kereta api, maka konsumen cenderung akan memilih pesawat sebagai alat
transportasi. Sehingga penurunan harga tiket pesawat ini akan menurunkan jumlah
tiket kereta api Jakarta-Surabaya yang diminta.
5. Harga barang/jasa pelengkap (complements): Suatu barang merupakan barang
komplementer bila kenaikan harga salah satu barang memicu penurunan jumlah
permintaan barang lain. Keduanya merupakan kombinasi barang yang sifatnya saling
melengkapi, dan nilai guna suatu barang akan menjadi memiliki kelebihan kalau
disertai barang lainnya. Contoh: tinta dan pulpen. Ketika harga tinta naik, maka
akan mengakibatkan jumlah permintaan pulpen akan berkurang.
6. Perkiraan harga di masa datang: Apabila konsumen memperkirakan harga barang
akan terus mengalami kenaikan di masa datang, maka konsumen cenderung untuk
menambah jumlah barang yang dibelinya. Contoh: Pada saat krisis ekonomi, ketika
konsumen memperkirakan harga-harga sembako akan melambung tinggi
dikemudian hari, maka mereka akan memborong sembako tersebut hari ini.
7. Intensitas kebutuhan konsumen: Bila suatu barang atau jasa sangat dibutuhkan
secara mendesak dan dirasakan pokok oleh konsumen, maka jumlah barang dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan selain
harga barang itu sendiri:
1. Biaya produksi: Harga bahan baku yang mahal akan mengakibatkan tingginya biaya
produksi dan menyebabkan produsen menawarkan barang dalam jumlah terbatas
untuk menghindari kerugian karena takut tidak laku.
2. Teknologi: Adanya kemajuan teknologi akan menyebabkan pengurangan terhadap
biaya produksi dan produsen dapat menawarkan barang dalam jumlah yang lebih
besar lagi.
3. Harga barang pengganti (substitutes) dan pelengkap (complements): Hubungan
antara satu faktor produksi dengan faktor produksi lainnya dapat digolongkan
menjadi komplementer maupun substitusi. Jika hubungannya substitusi,
meningkatnya harga satu faktor produksi akan meningkatkan penggunaan faktor
produksi lainnya (atau sebaliknya). Namun jika hubungannya komplementer,
meningkatnya harga satu faktor produksi akan menurunkan penggunaan faktor
produksi lainnya (atau sebaliknya).
4. Pajak: Semakin tinggi tarif pajak yang dikenakan akan berakibat naiknya harga
barang dan jasa yang akan membawa dampak pada rendahnya permintaan
konsumen dan berkurangnya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
5. Perkiraan harga barang di masa datang: Apabila harga jual dimasa mendatang
diperkirakan akan naik, maka perusahaan akan mempersiapkan diri dengan
memperbanyak output produksi dengan harapan bisa menawarkan/menjual lebih
banyak ketika harga naik akibat berbagai faktor.
6. Jumlah Penjual: Semakin banyak penjual, maka jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan akan semakin banyak.
Akibat perubahan faktor-faktor tersebut akan menggeser kurva penawaran. Misalnya biaya
produksi. Jika harga pasar konstan, maka peningkatan biaya produksi akan menurunkan
jumlah yang ditawarkan oleh penjual, karena produksi terbatas. Akibatnya kurva penawaran
bergeser dari S1 ke S3 (lihat gambar dibawah).
Kurva permintaan dan penawaran yang membentuk kesetimbangan dapat dilihat pada
gambar berikut;
Kurva
penawaran
Keseimbangan (kuantitas
permintaan sama dengan
penawaran)
Kurva
permintaan
Defisit (Kekurangan) adalah kondisi dimana pembeli meminta lebih banyak daripada yang
mau dan mampu ditawarkan oleh para penjual. Kondisi surplus dan defisit menunjukkan
kondisi dis-ekuilbrium pasar.
IV. ELASTISITAS
Pengertian
Elastisitas (elasticity) adalah sebuah ukuran sensitivitas jumlah barang yang diminta (Qd)
maupun yang ditawarkan (Qs) terhadap faktor-faktor penentunya.
Jenis-jenis Elastisitas
Elastisitas permintaan ada 3 macam yaitu: Elastisitas Harga, Silang, dan Pendapatan.
Keseimbangan (kuantitas permintaan
Elastisitas Harga sama dengan penawaran)
Mengukur seberapa besar sensitivitas perubahan permintaan konsumen terhadap
perubahan harga produk. Koefisien elastisitas permintaan (elastisitas harga) dibedakan
menjadi :
Elastisitas Silang
Mengukur seberapa besar sensitivitas perubahan permintaan konsumen terhadap produk A
akibat adanya perubahan harga produk B. Jika elastisitasnya positif maka barang A dan B
adalah substitusi dan jika elastisitasnya negatif berarti barang A dan B adalah
komplementer.
Contoh:
Sebelum Sesudah
Komoditi
Harga Jumlah Harga Jumlah
Kopi (Y) 40 50 60 30
Teh (X) 20 40 20 50
Sebelum Sesudah
Komoditi
Harga Jumlah Harga Jumlah
Lemon (Z) 10 20 20 15
Teh (X) 20 40 20 35
Dari tabel di atas elastisitas silang dari permintaan antara teh (X) dan kopi (Y) dan antara
teh (X) dan lemon (Z) adalah:
Q x Py 10 100 / 2
xy 0,55
Py Q x 20 90 / 2
Q x Pz 5 30 / 2
xz 0,2
Pz Q x 10 75 / 2
Karena elastisitas X terhadap Y bernilai positif maka teh dan kopi merupakan barang
subtitusi, sedangkan elastisitas X terhadap Z bernilai negatif maka teh dan lemon
merupakan barang komplementer
Elastisitas Pendapatan
Mengukur seberapa besar sensitivitas perubahan permintaan konsumen terhadap produk
akibat adanya perubahan pendapatan konsumen. Jika elastisitasnya positif maka barang
dan jasa tersebut adalah barang normal, dan jika elastisitasnya negatif maka barang dan
jasa tersebut adalah barang inferior
VI. INFLASI
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. (sumber: Bank Indonesia).
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK) atau CPI (Consumer Price Index). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar
Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian,
BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di
beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di
setiap kota.
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu
komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar
pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar
pertama atas suatu komoditas.
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga
barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi
(negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal
dengan PDB atas dasar harga konstan.
Pengelompokan IHK
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok
pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose -
COICOP), yaitu:
Pengelompokkan Inflasi
BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang
dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan
suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat
fundamental. (Sumber: Bank Indonesia).
Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:
1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten
(persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor
fundamental, seperti:
a. Interaksi permintaan-penawaran
b. Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra
dagang
c. Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena
dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari:
a. Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food): Inflasi yang dominan
dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti
panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan
domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
b. Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices): Inflasi
yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga
Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.
Determinan Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi
permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. (Sumber: Bank Indonesia).
1. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun
sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua
orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
2. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku
ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa
inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan
konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi.
3. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara
tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga
dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah.
(Sumber: Bloomberg)
Kuis: Coba jelaskan pengaruh inflasi terhadap kinerja perusahaan.
Jawaban: Tingkat laju inflasi memiliki hubungan jangka panjang dan negatif terhadap harga
saham (Cohn, Richard A. dan Donald R, 1980). Inflasi berkepanjangan akan mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan apabila kenaikan biaya lebih besar dari kenaikan penjualan
(kenaikan BBM, upah karyawan, bahan baku). Sebaliknya inflasi dapat menguntungkan
perusahaan apabila kenaikan penjualan lebih besar dari kenaikan biaya produksi
(permintaan menjelang lebaran, tahun baru, dll).
(ada baiknya jawaban kuis disembunyikan dari modul untuk menjadi pegangan pemberi
materi, kuis bertujuan untuk merangsang partisipasi aktif peserta agar ikut berpikir).
(Sumber: Bloomberg)
Negara (Pemerintah) dapat meningkatkan aktivitas ekonomi, antara lain sebagai fasilitator,
atau melakukan intervensi. Sebagai fasilitator, Pemerintah bertugas untuk memastikan
bahwa mekanisme pasar dapat bekerja dengan baik melalui penegakan hukum dan
penyediaan sarana dan prasarana. Sementara bentuk intervensi Pemerintah dapat
dilakukan melalui penetapan Kebijakan Moneter dan Fiskal.
Kebijakan Moneter
Adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral (otoritas moneter) untuk
mengendalikan jumlah uang yang beredar untuk mencapai perkembangan kegiatan
perekonomian yang diinginkan. Kegiatan perekonomian yang dimaksud adalah kestabilan
perekonomian makro yang dapat tercermin pada kewajaran laju inflasi terhadap
pertumbuhan ekonomi, serta cukup luasnya lapangan kerja yang tersedia dibanding dengan
jumlah penduduk yang berusia produktif.
Kebijakan Moneter adalah bagian integral dari kebijakan ekonomi makro yang pada
umumnya dilakukan dengan mempertimbangkan siklus ekonomi, sifat perekonomian suatu
negara (terbuka atau tertutup) serta faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya.
1. Suku Bunga (Interest Rate); adalah pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank
Sentral dengan cara menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga acuan yang
dapat mempengaruhi naik turunnya suku bunga pinjaman maupun simpanan pada
bank umum. Disebut juga Politik Diskonto (Discount Policy).
Sekarang ini Indonesia menggunakan Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
sebagai acuan, yang ditinjau setiap bulan dalam Rapat Dewan Gubernur
(RDG) Bank Indonesia (BI). Selanjutnya, mulai bulan Agustus 2016, BI
berencana menggunakan Reverse Repo Rate bertenor 7 hari yang dapat
ditinjau setiap pekan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan kebijakan
moneter yang lebih responsif, terutama dalam menghadapi keadaan ekonomi
global yang sekarang ini sedang tidak menentu.
2. Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement Ratio); adalah pengendalian jumlah uang
beredar oleh Bank Sentral dengan cara menentukan rasio simpanan minimum yang
harus dipelihara oleh bank umum dalam bentuk saldo rekening giro.
Bank Indonesia (BI) akan menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM)
untuk mendorong ekspansi kredit apabila pertumbuhan ekonomi melemah,
serta menaikkan rasio GWM untuk menahan laju ekspansi kredit apabila
pertumbuhan ekonomi sudah menuju gelembung (bubble).
3. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation); adalah pengendalian jumlah uang
beredar oleh Bank Sentral dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
(government securities) di pasar. Adapun penjualan surat berharga dilakukan apabila
terjadi kelebihan likuiditas, yang disebut dengan OPT (Operasi Pasar Terbuka)
Absorbsi, serta pembelian surat berharga dilakukan apabila terjadi kekurangan
likuiditas, yang disebut dengan OPT Injeksi.
4. Pengendalian Kredit Selektif (Selective Credit Control); adalah pengendalian
pertumbuhan kredit untuk sektor industri terntentu dengan menaikkan atau
menurunkan rasio uang muka terhadap jumlah pinjaman (LTV, Loan to Value).
5. Himbauan Moral (Moral Suasion); adalah himbauan yang dikeluarkan dalam bentuk
lisan melalui pidato atau rilisan informasi lain dari bank sentral terhadap bank umum
atau pengusaha di sektor industri tertentu atau secara keseluruhan untuk mentaati
suatu peraturan tertentu. Bersifat sementara sampai dengan terbitnya peraturan
tertulis yang resmi, apabila diperlukan.
1. Kebijakan Ekonomi yang Kontraktif adalah apabila Bank Sentral melakukan langkah-
langkah pengetatan dengan cara: menaikkan suku bunga acuan, menaikkan GWM,
dan menjual surat berharga (OPT Absorbsi).
2. Kebijakan Ekonomi yang Ekspansif adalah apabila Bank Sentral melakukan langkah-
langkah pelonggaran dengan cara: menurunkan suku bunga acuan, menurunkan
GWM, dan membeli surat berharga (OPT Injeksi).
(Sumber: Bloomberg)
Kuis: Mengapa perubahan suku bunga acuan bank sentral dapat mempengaruhi kinerja
efek?
Kebijakan Fiskal
Adalah kebijakan yang dibuat Pemerintah untuk mengarahkan keadaan ekonomi negara
melalui pengendalian pengeluaran dan penerimaan.
1. Pajak; adalah instrumen kebijakan fiskal yang dapat digunakan Pemerintah untuk
memaksimalkan penerimaan negara apabila tingkatnya dinaikkan, atau dapat
1. Kebijakan Fiskal Kontraktif ditempuh apabila pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari
potensialnya, antara lain dengan cara menaikkan tingkat pajak, mengurangi subsidi,
dan mengurangi belanja negara.
2. Kebijakan Fiskal Ekspansif ditempuh apabila pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari
potensialnya, antara lain dengan cara menurunkan tingkat pajak, menambah
subsidi, dan menambah belanja negara.
Secara umum Kebijakan Fiskal digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi tingkat
permintaan dan penawaran agregat dalam perekonomian melalui perubahan insentif bagi
perusahaan dan individu. Akan selalu ada konflik antara stabilitas harga dan kesempatan
kerja, dimana perluasan lapangan kerja akan diikuti oleh kenaikan harga, dan sebaliknya,
usaha untuk menstabilkan harga dapat mengurangi lapangan kerja.
Kuis: Jelaskan bagaimana perubahan pada harga barang, jasa, dan lapangan kerja dapat
mempengaruhi tingkat Pertumbuhan Ekonomi.
(Sumber: Bloomberg)
SIKLUS BISNIS
Siklus bisnis menggambarkan pergerakan perekonomian (fluktuasi ekonomi) secara
keseluruhan, dimana biasanya memiliki pola umum di mulai dari lembah, puncak dan
berakhir pada lembah yang baru. Aktivitas ekonomi di mulai dari kondisi depresi, menuju
pada tahap ekspansi, sampai dengan puncaknya dan berakhir pada penurunan
perekonomian. Periode dari puncak sampai dengan lembah adalah resesi (kontraksi) dan
periode dari lembah sampai puncak adalah ekspansi.
1. Leading Indicators: Indicator ini biasanya akan meningkat atau turun mendahului
kondisi sebuah kondisi ekonomi. Walaupun leading indicator secara konsisten terjadi
sebelum kondisi perekonomian berubah, jangka waktu perubahannya kadang tidak
menentu. Leading indicators di antaranya adalah return dari pasar modal sebuah
negara, aktivitas industri manufaktur, tingkat persediaan di dunia usaha, penjualan
retail, ijin mendirikan bangunan, harga perumahan serta jumlah usaha baru.
2. Coincident Indicators: Indicator ini biasanya berubah bersamaan dengan perubahan
kondisi ekonomi sebuah negara. Beberapa indikator ekonomi yang termasuk dalam
coincident indicator adalah pendapatan per kapita di sebuah negara.
3. Lagging Indicators: Indikator ini biasanya berubah setelah terjadinya perubahan
kondisi ekonomi sebuah negara. Beberapa indikator yang termasuk dalam indikator
ini adalah perubahan PDB, tingkat pengangguran, tingkat inflasi, nilai tukar mata
uang, tingkat suku bunga, neraca perdagangan dan sebagainya.
Sumber: Moneycrashers, Investopedia
Tautan:
http://www.moneycrashers.com/leading-lagging-economic-indicators/
http://www.investopedia.com/ask/answers/177.asp)
Merupakan fondasi atau dasar dalam melakukan investasi, yang bertujuan untuk
mempelajari segala variabel yang dapat mempengaruhi nilai intrinsik sebuah surat berharga
(termasuk kondisi makroekonomi sebuah negara dan kondisi industri dimana perusahaan
itu berada, maupun kondisi spesifik dari perusahaan itu sendiri). (Sumber: Investopedia,
diterjemahkan dan diolah)
1. Analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan baik tidaknya waktu saat ini untuk
melakukan sebuah investasi dengan mempertimbangkan pengaruh keadaan
perekonomian terhadap profitabilitas perusahaan.
2. Analisis industri dilakukan untuk melihat variabilitas tingkat pengembalian sebuah
investasi pada industri tertentu.
3. Analisis perusahaan yanq dilakukan untuk memahami pergerakan saham perusahaan
secara individu. Industri cenderung merespon pergerakan pasar secara umum, akan
tetapi dampaknya secara individu dapat saja berbeda secara signifikan.
Adalah metode analisis yang digunakan untuk memprediksi pergerakan harga suatu
instrumen keuangan (dalam hal ini surat berharga/efek) di masa yang akan datang
berdasarkan data masa lalu, terutama pergerakan harga dan volume.
Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai indikator sebagai dasar penilaian, misalnya:
untuk pergerakan harga digunakan beberapa indikator seperti Indeks Kekuatan Relatif
(Relative Strength Index), Indeks Pergerakan Rata-rata (Moving Average), regresi, korelasi
antar pasar dan intra pasar, dan siklus.
Selain menggunakan indikator, analisis teknikal juga dapat menerapkan cara klasik sebagai
dasar penilaian, yaitu dengan menganalisis pola grafik.
Grafik adalah instrumen utama yang digunakan oleh para analis teknikal karena di
dalamnya telah terdapat informasi mengenai berbagai macam variabel yang diyakini dapat
mempengaruhi pergerakan harga instrumen keuangan tsb di masa yang akan datang.
Berdasarkan rekaman data masa lalu, grafik dapat menampilkan setiap perubahan harga
pada saat terjadi perubahan pada jumlah permintaan dan penawaran terhadap suatu
instrumen keuangan tertentu.
1. Trend yang terjadi pada saat suatu instrumen keuangan bergerak naik disebut
dengan Bullish, sedangkan pada saat bergerak turun disebut dengan Bearish. Kuis:
Apa yang mendasari penggunaan istilah Bullish dan Bearish?
2. Sebuah instrumen keuangan disebut memasuki fase distribusi jika pada suatu titik
tertentu trend pergerakan naik terhenti dan berbalik turun. Kondisi ini disebut juga
sebagai jenuh beli (overbought). Adapun titik tersebut dikenal dengan sebutan
resistance.
3. Sebuah instrumen keuangan disebut memasuki fase akumulasi jika pada suatu titik
tertentu trend pergerakan turun terhenti dan berbalik naik. Kondisi ini disebut juga
sebagai jenuh jual (oversold). Adapun titik tersebut dikenal dengan sebutan support.
1. Nilai saham merupakan fungsi dari kondisi supply dan demand yang ditentukan oleh
banyak taktor, mulai dari hal-hal ilmiah, opini sampai perkiraan.
2. Para analis teknikal mempelajari pergerakan pasar dengan menggunakan grafik
perubahan harga, volume perdagangan dari waktu ke waktu, dan sejumlah indikator
teknikal.
3. Teknik dalam analisis teknikal adalah momentum strategies: yaitu momentum
investasi berdasarkan pergerakan harga terkini. Apabila suatu saham out perform
terhadap pasar selama periode waktu tertentu, kemungkinan yang dapat terjadi
The law of supply and demand is more important than all the analyst opinions on Wall
Street.
- William J. O'Neil –
Harga merupakan hasil interaksi antara jumlah penawaran dan permintaan antara penjual
dan pembeli. Kunci keberhasilan pasar modal terletak pada pemahaman atas kondisi pasar
secara umum, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran dan/atau
permintaan dari suatu efek (surat berharga: saham, obligasi).
Nilai sebuah efek ditentukan dari potensi perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba,
atau kemampuannya membayar kewajiban. Hal tersebut akan mempengaruhi persepsi,
ekspektasi dan perilaku investor dalam menentukan harga yang dianggapnya wajar.
Walaupun efek tidak dapat dikonsumsi seperti layaknya barang dan jasa, namun hukum
penawaran dan permintaan tetap berlaku. Jika jumlah penawaran meningkat (menurun),
maka nilai/harga akan turun (naik).
Berikut ini beberapa faktor (aksi korporasi, corporate action) yang dapat
mempengaruhi jumlah penawaran (supply) saham yang beredar di pasar.
Pelaksanaan untuk semua aksi korporasi tersebut diatas wajib mengikuti aturan yang telah
ditetapkan oleh OJK dan BEI. Sebagai contoh, persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) menjadi syarat mutlak bagi pelaksaan sebagian besar aksi korporasi tersebut diatas.
perdagangan saham, dana asing yang masuk sudah mencapai sekitar Rp 5 triliun. (Sumber:
Detik.com)
Dana asing mengalir deras ke Indonesia dalam enam bulan terakhir dan akan terus
meningkat pada masa akan datang jika program pengampunan pajak (tax amnesty) sukses
dijalankan. Namun, tantangan utama Indonesia saat ini adalah upaya meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.
"Jika tidak ada dampak signifikan dari tax amnesty, pertumbuhan ekonomi sekitar 5,046
persen. Namun, jika tax amnesty bisa memberikan dampak yang besar, laju pertumbuhan
ekonomi tahun ini 5,4 persen," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo
dalam diskusi dengan para pemimpin redaksi seusai buka puasa di Gedung BI, Jakarta,
Kamis (30/6). Hadir pada acara buka bersama ini para pimpinan BI, antara lain Deputi
Senior BI, Mirza Adityaswara.
BI memperkirakan nilai repatriasi aset dari luar negeri akibat penerapan UU Pengampunan
Pajak dapat mencapai sekitar Rp560 triliun tahun ini. Agar masuknya dana repatriasi bisa
bertahan lama, perlu dilakukan pendalaman pasar dan perbaikan iklim investasi.
Pendalaman pasar berkaitan dengan produk perbankan dan produk pasar modal yang saat
ini masih minim.
Selama Januari hingga 24 Juni 2016, dana asing yang masuk ke Indonesia sebesar Rp 97
triliun, jauh lebih besar dibanding dana asing periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 50
triliun. "Masuknya dana asing disebabkan oleh membaiknya ekonomi makro sejak
November 2015," kata Agus.
Selain laju inflasi yang terkendali, kata Agus, current account deficit (CAD) atau defisit
transaksi berjalan menurun. Pada kuartal pertama 2016, CAD sebesar US$ 4,7 miliar atau
2,14 persen dari produk domestik bruto (PDB). Pada kuartal keempat 2016, CAD
diperkirakan sebesar US$ 5,1 miliar atau 2,37 persen dari PDB. Rupiah juga mencapai
stabilitas dengan kecenderungan menguat.
Sepanjang 2016, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak dari 13.525 di awal tahun ke
13.165 per 28 Juni 2016. BI kini siap dengan berbagai instrumennya untuk memperkuat
dan menstabilkan nilai rupiah.
"Rupiah dijaga pada level yang mampu mendorong ekspor, mengurangi impor, dan
mendorong industri di dalam negeri," papar gubernur BI.
Dalam jangka menengah dan panjang ekonomi Indonesia diperkirakan lebih baik. Namun,
dalam jangka pendek, ekonomi Indonesia akan cukup banyak dipengaruhi oleh
perkembangan global yang belum menentu.
Agus menjelaskan, yang menjadi masalah saat ini adalah pertumbuhan ekonomi.
Penyebabnya, pertama, karena spending pemerintah yang lemah, dan kedua, kerena
kondisi APBN yang masih defisit akibat tidak tercapainya target penerimaan pajak.
“Harapannya ada pada tax amnesty yang bisa mencapai Rp 560 triliun di luar dana asing
sampai akhir Desember 2016, dengan menggunakan data Global Transparency,” kata Agus.
Menurut dia, spending pemerintah terbatas dan konsumsi masyarakat juga menurun akibat
melambatnya pertumbuhan kredit, meningkatnya dana yang tidak dicairkan (undisbursed
loan) oleh dunia usaha, sehingga gaji karyawan tidak naik dan tidak ada pendapatan
tambahan untuk meningkatkan konsumsi.
Di sisi lain, ada perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun
perbankan. Sementara kondisi global masih tidak menentu. Perolehan pendapatan dari
ekspor juga tidak banyak, sedangkan investasi yang masuk tidak diimbangi oleh ekspor.
Dalam kondisi seperti ini, pemerintah harus mendorong pertumbuhan ekonomi.
“BI juga tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi mengutamakan stabilitas,”
katanya.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan ekonomi 2016 bisa tumbuh 5,0-5,3
persen, tetapi tidak bisa lebih dari angka itu dan juga tidak akan sustainable karena tidak
didorong oleh investasi.
Untuk mendorong peningkatan pendapatan negara dalam APBN, bisa dari tax amnesty
dengan menggenjot perolehan pajak.
Agus menjelaskan, dalam jangka pendek, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit)
memberikan ketidakpastian terhadap pasar finansial. Akibat Brexit, The Fed mengurungkan
niat menaikkan suku bunga acuan.
Merespons Brexit, Bank of England (BoE) menyediakan likuiditas sebesar 250 miliar pound
sterling. Sebanyak 30 bank sentral menyatakan kesiapan menjaga kelancaran dan
kestabilan pasar finansial. Dukungan dari BoE memperat hubungan antarbank sentral.
(Sumber: Beritasatu.com)
Sembilan bank dipersiapkan Pemerintah untuk menjadi bank persepsi yang akan
menampung dana repatriasi hasil penerapan UU Pengampunan Pajak, yang terdiri dari 4
bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, BTN), 3 bank swasta (BCA, BTPN, Danamon), serta 2 bank
syariah yang belum ditentukan. Direktur Utama BTN, Maryono, mengatakan ada banyak
yang bisa dilakukan untuk memfasilitasi penempatan dana repatriasi baik di pasar modal
maupun perbankan. Di BTN, dana repatriasi bisa masuk ke properti atau instrumen lain.
BTN juga mengidentifikasi nasabah yang mungkin memanfaatkan kebijakan pengampunan
pajak ini. Apalagi segmen BTN banyak di pengembang properti. (Sumber: Republika.co.id)
Pemerintah tidak memberikan jatah dana repatriasi yang bisa ditampung oleh setiap bank
persepsi. Nantinya, masyarakat diberikan kebebasan untuk memilih bank persepsi yang
diinginkan. (Sumber: CNNIndonesia.com)
Tautan:
http://ekonomi.metrotvnews.com/bursa/wkB8r1gN-kebijakan-pengampunan-pajak-mulai-
dirasakan-pasar-modal
http://finance.detik.com/read/2016/07/01/133444/3246712/6/ada-tax-amnesty-dana-
asing-masuk-pasar-modal-tembus-rp-5-t
http://www.beritasatu.com/ekonomi/372613-gubernur-bi-dana-asing-mengalir-deras.html
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/07/11/oa5jh2382-9-bank-akan-
kelola-dana-repatriasi-pajak-dari-kebijakan-tax-amnesty
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160711233810-78-144200/pemerintah-tunjuk-
tujuh-bank-persepsi-tampung-dana-repatriasi/
Judul artikel: Pajak Kendaraan Bermotor Jakarta Akan Naik, Asing Lepas Saham Astra &
Indomobil
Sumber: Bareksa, 27 Juni 2016.
Saham-saham produsen otomotif kembali terkoreksi dalam, ditekan aksi jual investor asing.
Kali ini, yang jadi pemicunya adalah wacana kenaikan tarif pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) wilayah DKI Jakarta yang akan dinaikan menjadi 15 persen dari yang
saat ini berkisar antara 2-10 persen. Kepala Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta, Agus
Bambang Setyowidodo mengatakan kenaikan pajak BBNKB ini dilakukan untuk menekan
pembelian mobil baru di Jakarta. Adapun jumlah penjualan kendaraan di Jakarta
mencerminkan 19 persen total penjualan seluruh Indonesia.
"Kenaikan pajak ini diharapkan bisa menekan volume kendaraan baru," ungkapnya dalam
keterangan persnya dalam situs resmi milik pemprov DKI Jakarta.
Analis Bahana Sekuritas, Leonardo Henry Gavaza dalam laporannya, menilai kebijakan
pemerintah Jakarta ini akan berdampak negatif bagi industri otomotif nasional. Sebab,
kenaikan tarif pajak akan diiringi oleh kenaikan harga jual kendaraan bermotor.
Gaikindo mencatat kenaikan pajak ini diperkirakan meningkatkan harga jual mobil hingga
13 persen dari harga sebelumnya. Sedangkan, jumlah penjualan kendaraan di Jakarta
mencerminkan 19 persen total penjualan seluruh Indonesia. Terlebih lagi, kebijakan ini
tidak berjalan tunggal karena akan ada beberapa kebijakan pendukung lainnya seperti
pemberlakuan ERP dan pengaturan kendaraan pelat nomor ganjil-genap.
Berdasarkan pantauan Bareksa, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih untuk
saham PT Astra international Tbk (ASII) dengan nilai transaksi sebesar Rp159,6 miliar.
Broker Macquarie Capital (RX) dan UBS Kay Hian Securities (AK) tercatat sebagai broker
penjual terbesar saham ASII. Hingga pukul 14.45 WIB, RX telah melepas 8,17 juta lembar
saham. Sementara AK terpantau melakukan penjualan saham ASII sebanyak 6,73 juta
lembar saham.
Selain saham ASII, investor asing juga banyak menjualsaham perusahaan otomotif PT
Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS). Berdasarkan data Bareksa, investor asing
mencatatkan penjualan bersih saham IMAS senilai Rp160,3 miliar melalui broker Mandiri
Sekuritas (CC) dan Deutcshe Securities Indonesia (DB).
Tautan:
http://www.bareksa.com/id/text/2016/06/27/pajak-kendaraan-bermotor-jakarta-akan-
naik-asing-lepas-saham-astra-indomobil/13532/analysis
Sebagaimana proses terbentuknya harga di pasar barang, harga saham dalam pasar modal
tergantung pada kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand) terhadap saham.
Supply-demand dalam pasar saham merupakan muara akhir dari berbagai faktor yang
mempengaruhi pelaku pasar yang direpresentasikan dalam aksi jual-beli saham. Selain
kekuatan supply-demand, proses pembentukan harga di pasar saham sangat ditentukan
oleh kondisi struktur mikro pasar modal.
Berikut ini adalah data statistik rekaman transaksi saham pada BEI dalam periode 27 Juni –
1 Juli 2016 (satu pekan).
(Sumber: BEI)
Tautan:
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi/statistik.aspx
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa IHSG mengalami kenaikan pada saat investor asing
(foreign) membeli lebih banyak saham daripada menjualnya (net buy). Hal ini dapat terjadi
karena sampai saat ini investor asing masih memiliki kekuatan modal yang lebih dominan
sehingga memegang pangsa pasar transaksi saham yang lebih besar daripada investor
domestik.