Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk

golongan lipid. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipid adalah

mudah larut dalam pelarut organik nonpolar seperti n-heksan, eter, benzena,

kloroform dan tidak larut dalam air. Lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam

kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat, hal ini disebabkan kandungannya

yang tinggi akan asam lemak jenuh yang secara kimia tidak mempunyai ikatan

rangkap,. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk

cair, hal ini disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya

kandungan asam tidak jenuh ( Winarno, 1997).

Lemak yang terdapat di alam umumnya berasal dari tumbuhan dan hewan.

Lemak yang berasal dari tumbuhan disebut lemak nabati sedangkan lemak yang

berasal dari hewan adalah lemak hewani. Sumber lemak yang berasal dari tanaman.

Sedangkan sumber lemak yang berasal dari hewan adalah daging hewan peliharaan.

Lemak tumbuhan tidak seperti lemak hewan yang kaya akan asam lemak tak jenuh

akan tetapi lemak tumbuhan memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi

(Herlina dan Hendra, 2002).

Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan

mahluk hidup. Adapun manfaat lemak adalah sebagai salah satu penyusun dinding

sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul, dan mencegah timbulnya penyumbatan

darah yaitu pada lemak esensial serta sebagai sumber energi yang efektif, jika

dibandingkan dengan karbohidrat dan protein menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak


sedangkan karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kalori/1 liter gram karbohidrat

dan protein, zat makanan yang penting untuk kesehatan tubuh manusia dan sebagai

sumber bahan bakar yang penting (Herlina dan Hendra, 2002).

Umumnya untuk mengetahui kualitas suatu lipid, digunakan beberapa uji

diantaranya penyabunan dengan mereaksikan antara lipid/ lemak dengan basa alkali,

uji ketidak jenuhan berdasarkan reaksi sifat adisi oleh golongan halogen dan uji

ketengikan dengan menggunakan uji peroksida dan uji TBA. Berdasarkan uraian

diatas maka dilakukan praktikum dengan judul “Minyak dan Lemak”.

I.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan maka yag

menjadi masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana kualitas lipid beberapa

sampel minyak dan lemak dengan menggunakan uji penyabunan, uji ketidak

jenuhan serta uji peroksida.

I.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah

1. Penyabunan bertujuan untuk mempelajari jenis sabun yang terbentuk

berdasarkan jenis lemak yang digunakan.

2. Untuk mengetahui ada dan tidaknya asam lemak tak jenuh pada jenis minyak

atau lemak tertentu.

I.4 Manfaat

Hasil praktikum ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi

mengenai kualitas beberapa minyak dan lemak , yang dapat dijadikan sebagai

rujukan dan pembanding pada praktikum selanjutnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1 Defenisi Lemak dan Minyak

Lipid (dari kata yunani Lipos. Lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau

hewan yang dicerikan oleh sifat kelarutannya. Terutama lipid tidak bisa larut dalam

air, tetapi larut dalam larutan non polar seperti eter(Hart, 2003). Lemak merupakan

salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita disamping zat gizi lain

seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemak merupakan salah satu

sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi.Satu gram minyak atau lemak

dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4

kkal/gram. Minyak atau lemak nabati mengandung asam-asam lemak esensial seperti

asam linoleat, linolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan

pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi

sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E dan K. Dalam pengolahan

bahan makanan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas,

seperti minyak goreng, shortening (mentega putih), lemak (gajih), mentega dan

margarin. Penambahan lemak dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta

memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan.

II.1.1 Lemak

Lemak adalah suatu gliserida dan merupakan suatu ester. Apabila ester ini

bereaksi dengan basa maka akan terjadi saponifikasi yaitu proses terbentuknya sabun

dengan residu gliserol. Sabun dalam air akan bersifat basa. Sabun ( RCOONa atau

RCOOK ) mempunyai bagian yang bersifat hidrofil (- COO -) dan bagian yang
bersifat hidrofob (R – atau alkil). Bagian karboksil menuju air dan menghasilkan

buih (kecuali pada air sadah), sedangkan alkil (R -) menjauhi air dan membelah

molekul atau kotoran (flok) menjadi partikel yang lebih kecil sehingga air mudah

membentuk emulsi atau suatu lapisan film dengan kotoran. Air adalah senyawa polar

sedangkan minyak adalah senyawa non polar, jadi keduanya sukar bercampur oleh

karena itu emulsinya mudah pecah. Untuk memantapkan suatu emulsi perlu

ditambahkan suatu zat emulgator atau zat pemantap, antara lain ; Ca Butirat, Ethanol;

Senyawa pembentuk sel liofil,protein, gum, dan gelatin; Garam Fe, BaOH, SO4,

Fe(OH)SO4, PbSO4, Fe2O3, Tanah liat, CaCO3(smk3ae.wordpress.com )

II.1.2 Minyak

Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari kulit kelapa sawit dinamakan

minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). CPO ini mengandung sekitar 500-700 ppm

karoten dan merupakan bahan pangan terbesar. Minyak yang terdapat di alam dibagi

menjadi tiga golongan yaitu minyak nabati (natural oil), minyak nabati (edible oil),

dan minyak atsiri (volatile oil). Minyak yang terdapat pada hewan disebut sterol

sedangkan pada tumbuhan disebut fitosterol yang mengadung asam lemak jenuh.

Minyak nabati dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu (Bailey, 1950),

1. Drying oil, yang akan membentuk lapisan keras bila mengering di udara misalnya

minyak yang dapat digunakan untuk cat dan pernik contoh minyak kemiri, jarak,

dan lain-lain.

2. Semi drying oil, dimana minyak akan membentuk lapisan jel bila mengering

diudara seperti minyak jagung, biji kapas dan minyak bunga matahari.

3. Non-drying oil, dimana minyak tidak akan membentuk lapisan keras bila

mengering diudara, seperti minyak kelapa dan minyak mentah.


Sifat–sifat minyak kelapa sawit di pengaruhi oleh ikatan kimia unsur C dan jumlah

atom C yang membangun asam lemak tersebut, sedangkan sifat-sifat fisik pengaruhi

oleh sifat-sifat kimianya. Minyak merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai

asam lemak, sedangkan titik cair gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam

lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik cair dari minyak sawit

tersebut.

II. 2 Perbedaan Lipid Dan Lemak

Secara umum di Indonesia (daerah tropis) lemak diartikan sebagai

trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat, hal ini

disebabkan kandungannya yang tinggi akan asam lemak jenuh yang secara kimia

tidak mempunyai ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang tinggi.

Minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair, ini disebakan

rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam tidak

jenuh, sehingga memiliki titik lebur yang rendah. Secara alami bentuk lemak dan

minyak ditentukan oleh asam lemak yang terikat pada gliserida. Tingkat

kekerasan, titik leleh dan cita rasa lemak dan minyak sangat erat hubungannya

dengan panjang rantai karbon serta tingkat kejenuhan asam lemaknya. Semakin

panjang rantai atom C, semakin tinggi titik cairnya, namun apabila ada ikatan tak

jenuhnya, maka titik cair asam lemak yang mempunyai jumlah rantai C yang sama

akan turun. Lemak dan minyak secara kimia adalah trigliserida yang merupakan

bagian terbesar dari kelompok lipid. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil

kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (Winarno, 1997).
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau triasgliserol yang

berarti triester dari gliserol. Jadi lemak dan minyak merupakan senyawa ester.

Hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat

ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan

tidak bercabang. Asam-asam lemak yang biasa ditemukan di alam biasanya

merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan

mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam-asam lemak yang ditemukan di alam

dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak

jenuh (Winarno, 1997).

II. 3 Uji Kualitas Minyak dan Lipid

II.3.1 Penyabunan

Angka Sabun ( saponifikasi): mengukur berat molekul rata-rata dari lemak,

sama dengan berapa milligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1

gram dari lemak. Angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan

besar molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh

asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relative

kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya lemak

dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil.

II.3.2 Uji ketidak jenuhan

Angka iod : mengukur derajat ketidakjenuhan dari lemak sama dengan berapa

gram iod yang ditambahkan pada 100 gram lemak (Sastrohamidjojo, 2005).

Tingkat ketidakjenuhan dari trigliserida dinyatakan sebagai angka iod yang

didefenisikan sebagai jumlah gram iodin yang diserap seratus gram lemak.
Defenisi ini memanfaatkan kemampuan ikatan rangkap karbon-karbon

mengalami penambahan halogen. Lemak jenuh dan beberapa minyak tropis

biasanya memiliki angka iod antara 35-75, minyak sayur berkisar antara 80-

150, dan minyak tak jenuh lebih tinggi memiliki angka iod yaitu bernilai

antara 160-195 (Gooch, 2001). Angka iod menjelaskan ketidakjenuhan asam

lemak penyusun minyak dan lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu

mengikat iod dan membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang di

ikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Penentuan angka iod dapat

dilakukan dengan cara Hanus atau cara Kaufmaun dancara Von Hubl atau

cara Wijs (Sudarmadji dkk, 1997). Pada cara Hanus, larutan iod standarnya

dibuat dalam asam asetat pekat (glasial) yang berisi bukan saja iod tetapi juga

iodium bromida. Adanya iodium bromida dapat mempercepat reaksi,

sedangkan cara Wijs menggunakan larutan iod dalam asam asetat pekat yang

mengandung iodium klorida sebagai pemicu reaksi (Winarno, 1997).

II.3.3 Uji Peroksida

Angka Peroksida : kerusakan minyak yang utama adalah karena peristiwa

oksidasi dan hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik. Diantara

kerusakan minyak yang mungkin terjadi kerusakan karena autooksidasi yang

paling pengaruhnya terhadap citarasa . Untuk mengetahui tingkat kerusakan

minyak dapat dinyatakan sebagai angka peroksida. Angka peroksida

dinyatakan dalam miliequivalen dari peroksida dalam setiap 1000 g minyak

atau lemak. Cara yang sering digunakan untuk menentukan bilangan

peroksida berdasarkan pada reaksi antara alkali iodida dalam larutan asam

dengan ikatan peroksida (Sudharmadji et al, 2003).


Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak

jenuh mengalami oksidasi dan tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut

disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan

triperoksida aldehid dan keton (Winarno, 1997).


BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

III. 1 Pelaksanaan praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at 20 April 2011 pukul 13.00 –

17.00 di Laboratorium Pengembangan Unit Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Haluoleo Kendari.

III.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Pemanas , Tabung

reaksi + rak tabung, Gelas ukur 50 mL , Erlenmeyer 250 mL, Batang pengaduk,

Pipet tetes, Filler, Pipet volume 25 mL, Botol timbang, Botol semprot, Buret, Gelas

kimia.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Minyak kelapa , Minyak sawit

“Lavenia”, Larutan KOH beralkohol , Aquades, Blueband, Larutan NaOH

beralkohol, Minyak tengik, Kloroform, Larutan iod , Asam asetat, Larutan KI jenuh,

Na2S2O3 0,095 N dan Indikator kanji.


III.3 Prosedur Kerja

1. Penyabunan

4-5 tetes minyak 4-5 tetes minyak 4-5 tetes blueband


kelapa sawit cair

- dimasukkan kedalam tabung bersih

- ditambahkan aquades 3 mL dan 1

mL larutan KOH beralkohol

Campuran larutan KOH


beralkohol & minyak/lemak

- dimasukkan dalam penangas air

- dipanasi selama 1-2 tetes

- diulangi percobaan dengan

menggunakan NaOH beralkohol

Bandingkan hasilnya
2. Uji ketidakjenuhan

Minyak tengik/minyak
kelapa segar 1 mL Blue band 1 mL

- dimasukkan masing-masing
dalam tabung bersih
- ditambahkan masing-masing
kloroform 1 mL
- dikocok sampai semua bahan
melarut
- ditambahkan masing-masing
larutan iod tetes demi tetes
sambil dikocok
- dilakukan triplo
- diamati

Perubahan yang terjadi


3. Uji peroksida

3 gram blueband

- ditimbang
- ditambahkan 30 mL asam asetat-kloroform
(3:2)
- ditambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh
- ditambahkan aquades 30 mL

Larutan dalam labu


erlenmeyer
- didiamkan selama 30 menit dalam ruangan
gelap
- dititrasi dengan Na2S2O3 0,095 N
- ditambahkan indikator kanji
- dititrasi kembali hingga warna biru tepat
hilang
- dilakukan 2 kali pengulangan
- dihitung

- Volume rata-rata Na2S2O3 0,095 N


- Angka peroksida
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

4.1.1 penyabunan

No Jenis minyak Penambahan KOH beralkohol Penambahan NaoH beralkohol

1. Minyak kelapa Sebelum di panaskan terdapat 3 Sebelum di panaskan terdapat 3

sawit lapisan warna setelah di lapisan warna, sesudah di

panaskan terdapat 2 panaskan hanya terdapat 2 lapisan

lapisan,diantara 2 lapisan warna, lapisan bawah berwarna

terdapat gelembung udara dan bening dan lapisan atas berwarna

terdapat endapan putih,setelah di kuning

panaskan lapisan atas dari warna

kuning menjadi warna hijau

pudar

2. Minyak kepala Sebelum dipanaskan terdapat 3 Sebelum dipanaskan terdapat 3

lapisan warna, setelah lapisan warna, setelah dipanaskan

dipanaskan menjadi 2 lapisan menjadi 2 lapisan, ditengah-

warna, diantara dua lapisan tengah lapisan tersebut terdapat

tersebut terdapat gelembung gelembung udara. Sebelum di

udara (ditengah-tengah lapisan) panaskan warna larutan berwarna

dan juga terdapat endapan putih dan setelah dipanaskan

berwarna putih warnanya tidak berubah

3. Mentega Sebelum dipanaskan terdapat 3 Sebelum dipanaskan terdapat 3


(lemak) lapisan warna lapisan warna, setelah dipanaskan

(bening,kuning,putih) setelah menjadi 2 lapisan warna (atas

dipanaskan menjadi 2 lapisan berwarna kuning tua, bawah

warna (putih,kuning), terdapat berwarna kuning) di antara 2

endapan berwarna kuning dan lapisan warna tersebut ada

terdapat gelembung udara gelembung udara

diantara 2 lapisan tersebut

4.1.2 ketidakjenuhan dengan larutan iod

No Jenis minyak Jenis tabung warna

Tbng I Tbng II Tbng III

1. Minyak tengik 13 tetes 8 tetes 10 tetes Berwarna kuning berubah

menjadi orange pudar

2. Minyak mentega 9 tetes 7 tetes 10 tetes Tetap kuning emas

3. Minyak kelapa 7 tetes 6 tetes 6 tetes Bening pudar berubah menjadi

pink pudar

4. Minyak kelapa 4 tetes 5 tetes 5 tetes Kuning pudar berubah menjadi

sawit orange pudar

4.1.3 penentuan angka peroksida mentega


No Jenis Perlakuan Volume Na2S2O3

tabung

1. Tab. I 3 gram sampel + 30 ml larutan As, asetat dan 3 ml

kloroform (3:2) + 0,5 KI + 30 ml aquades

2. Tab. II 3 gram sampel + 30 ml larutan As, asetat dan 7,5 ml

kloroform (3:2) + 0,5 KI + 30 ml aquades

Berdasarkan hasil di atas maka nilai angka peroksida dapat di tentukan dengan

menggunakan rumus:

𝑚𝑙 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑠2𝑂3 𝑥 1000


Angka peroksida = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘/𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

5,25 𝑚𝑙 𝑥 0,095 𝑚𝑜𝑙/𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑥 1000


= 3 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 166,25

IV.2 Pembahasan

Komponen utama lemak dan minyak adalah trigliserida. Trigliserida dengan

bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia menjadi lemak

padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena udara bebas,

trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung mengalami

autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam lemak
sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini menyebabkan

minyak mengalami ketengikan.

Trigliserida tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam pelarut nonpolar

seperti kloroform, benzena, atau eter. Trigliserida akan terhidrolisis jika dididihkan

dengan asam atau basa. Hidrolisis trigliserida oleh basa kuat (KOH atau NaOH)

akan menghasilkan suatu campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Hidrolisis

trigliserida dengan asam akan menghasilkan gliserol dan asam lemak penyusunnya.

Keragaman struktur dalam setiap golongan lipid disebabkan oleh perbedaan sisa

asam lemak yang ada. Trigliserida dikatakan sederhana bila asam lemak yang sama

terdapat pada ketiga posisi dalam molekul, contohnya triolein, suatu trigliserida

dengan tiga sisa asam oleat. Umumnya adalah trigliserida campuran yaitu bila pada

ketiga posisi terdapat asam lemak yang berlainan.

Kandungan lemak dalam bahan pangan adalah lemak kasar dan merupakan

kandungan total lipid dalam jumlah yang sebenarnya. Lemak hewani banyak

mengandung sterol yang disebut sebagai kolestrol, sedangkan lemak nabati


mengandung vitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh

sehingga umumnya berbentuk cair. Lemak nabati yang berbentuk cair dapat

digolongkan atas tiga golongan (a) drying oil yang membentuk lapisan keras bila

mengering diudara misalnya minyak yang digunakan untuk cat, (b) middle drying oil

seperti minyak jagung, minyak bunga matahari dan biji kapas (c) non drying oil

misalnya minyak kelapa dan minyak kacang tanah, lemak nabati yang berbentuk

padat adalah minyak cokelat dan minyak kelapa sawit.

Untuk uji penyabunan di lakukan tiga sampel yaitu kelapa sawit, minyak

kelapa dan mentega “blueband”. Ketiga sampel yang di uji menunjukan tiga lapisan

warna. Lapisan itu terbentuk di sebabkan karena adanya sifat minyak yang non polar

sedangkan alkohol bersifat semi polar. Setelah di panaskan beberapa menit, larutan

tersebut menunjukan perubahan warna dan jumlah lapisan. Berbeda dengan

penyabunan dengan NaOH, penyabunan dengan KOH menghasilkan endapan pada

masing-masing sampel . Sebelum pemanasan lapisan yang di tunjukan pada minyak

kelapa sawit yaitu putih, kuning dan putih. Setelah di panaskan warna yang terbentu

yaitu lapisan bawah berwarna bening dan atas berwarna kuning serta terbentuk

endapan putih. Minyak kelapa dalam proses pemanasan terbentuk busa dan endapan

berwarna putih. Sedangkan pada lemak (blueband) terdapat endapan kuning pada

penyabunan dengan KOH beralkohol. Pada proses pemanasan, masing-masing

larutan menunjukan perubahan. Hal ini terbentuk reaksi esterifikasi atau reaksi

penyabunan antara larutan KOH ataupun NaOH dan trigliserida. Terbentuknya sabun

pada percobaan ini ditandai dengan adanya busa ataupun gelembung udara pada

bagian tengah larutan.


Pada proses pemanasan, masing-masing larutan menunjukan perubahan. Hal

ini terbentuk reaksi esterifikasi atau reaksi penyabunan antara larutan KOH dan

trigliserida.

Uji ketidakjenuhan di gunakan sampel minyak tengik, minyak mentega,

minyak kelapa dan minyak kelapa sawit dengan menggunakan larutan iod. Fungsi

larutan iod dapat menentukan ada tidaknya ikatan rangkap yang terdapat dalam

minyak dan lemak. Penambahan larutan iod, masing-masing sampel menunjukan

perubahan warna dari warna semulanya kecuali mentega. Untuk minyak tengik dari

warna kuning berubah menjadi warna orange pudar, minyak kelapa warna pink pudar

setelah penambahan larutan iod dan minyak kelapa sawit warna yang di tunjukan

setelah penambahan larutan iod yaitu orange pudar. Perubahan warna yang terjadi

pada sampel menunjukan reaksi adisi pada sampel yaitu terbentuknya ikatan tunggal

pada gugus rantai karbonnya.

Penentuan angka peroksida berfungsi untuk menentukan tingkat kerusakan

minyak yang utama karena peristiwa oksidasi dan hidrolitik, baik enzimatik maupun

non enzimatik. Diantara kerusakan minyak yang mungkin terjadi kerusakan karena

autooksidasi yang paling pengaruhnya terhadap citarasa . Untuk mengetahui tingkat

kerusakan minyak dapat dinyatakan sebagai angka peroksida. Angka peroksida yang

di hasilkan yaitu 166,25 dan sampel yang di gunakan yaitu mentega. Angka

peroksida untuk uji kualitas lemak berkisar antara 89 sampai dengan 122 (Uda,

2011).
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Adapun simpulan dari praktikum kali ini adalah

1. untuk uji penyabunan minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan mentega

masing-masing mengalami reaksi esterifikasi atau reaksi penyabunan.

2. Minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tengik menunjukan

adanya ikatam rangkap sedangkan mentega tidak ada ikatan rangkap

3. Angka peroksida yang di hasilkan dengan menggunakan mentega yaitu

166,25 relatif besar dari uji kualitas minyak yang berkisar dari 89 sampai

122.

V.2 Saran

Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya di lanjutkan dengan uji angka

asam bebas pada sampel yang sama.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik I. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Bailey, A.E. 1950. Industrial Oil and Fat Product. New York: Pinterscholastic

Publishing Inc.

Darmayasa, I. B. G. 2008. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi Lipid

(Lemak) Pada Beberapa Tempat Pembuangan Limbah Dan Estuari Dam

Denpasar. Jurnal Bumi Lestari, 8 (2) : 122-127 . Laboratorium

Mikrobiologi, Jurusan Biologi, F MIPA, Universitas Udayana

Sastrohamidjojo, H., 2005. Kimia Organik Streokimia, Karbohidrat, Lemak dan

Protein. Gajah Mada Uiversity Press, Yogyakarta.

Sudharmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 2003. Analisis Bahan Makanan dan

Pertanian, Liberty. Yogyakarta.

Winarno, 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai