Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMSI BERAT(PEB)

GI ILMU
I NG K
T

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

SA
A
H G
B AY
A BAN
A I N
NJ AS
ARM

OLEH :
FAHRUL RAZI, S.Kep
NIM 17. 31. 1121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2017-2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PRE EKLAMSI BERAT(PEB)
STASE KEPERAWATAN MATERNITAS
DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. DORIS SYLVANUS P. RAYA

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

A SA
H G
B AY
A BAN
AN IN
JARMAS

OLEH :
Nama : FAHRUL RAZI,S.Kep
Nim : 17. 31. 1121

Palangka Raya, September 2018


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
PRE EKLAMSI BERAT(PEB)
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda,
2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk,
2006).
2. Anatomi Fisiologi
a. Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan
beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini
terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk
bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu selama
masa nifas. (Salmah dkk, 2006)
b. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen
dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan pertama kehamilan
bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus
berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti
telur. (Wiknjosastro, H, 2006)
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :
1) Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba
2) Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek fundus uteri
berada di belakang simfisis.
3) Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2 jari
di atas simfisis pubis.
4) ada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis dengan
pusat.
5) Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.
6) Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.
7) Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.
Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan prosessus
xypoideus.
8) Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosessus
xypoideus.
9) Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah
prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006 dan Mandriwati, G. A. 2008).
c. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen
sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut tanda
Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006)
d. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun akan mengecil
setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta.
(Wiknjosastro, H. 2006)
e. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat
hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena
hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006)
f. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang
membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik
dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan
bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan
cardiac output yang meninggi kira-kira 30%. (Wiknjosastro, H. 2006).
g. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh rasa sesak
nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus tertekan
oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006.)
h. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena hormon
estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga menurun.Pada bulan-
bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai gejala muntah pada pagi hari yang
dikenal sebagai moorning sickness dan bila terlampau sering dan banyak
dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum. (Wiknjosastro, H. 2006)
i. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus
yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang dengan
makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir kehamilan karena
bagian terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro,
H. 2006)
j. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang dikeluarkan
oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi,
pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut
dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae livide.
(Wiknjosastro, H. 2006)
k. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-20
%.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada kehamilan
trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk
perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan
pula untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan
tulang terutama pada trimester ketiga.Dengan demikian makanan ibu hamil harus
mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat
diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk keperluan janin sehingga
janin tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan
tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk pembentukan haemoglobin dalam
darah sebagai persiapan agar tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan.
(Wiknjosastro, H. 2006)
l. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu
terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan adalah 4 kg
dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu
dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61)
3. Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui,
a. Vasospasmus menyebabkan :
- Hypertensi
- Pada otak (sakit kepala, kejang)
- Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
- Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
- Pada hati (icterus)
- Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
- Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan molahidatidosa
- Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
- Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
- Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi
- Molahidatidosa
- Diabetes mellitus
- Kehamilan ganda
- Hidrocepalus
- Obesitas
- Umur yang lebih dari 35 tahun
4. Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30
mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ &
2+ pada urine kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
1) TD 160/110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5gr atau lebih perliter
3) Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
4) Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium
5) Terdapat edema paru dan sianosis
5. Manifestasi Klinis
a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg
2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
3) Diastolik>15 mmHg
4) Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
d. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine
porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
6. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
7. Pohon Masalah
Pre Eklamsi

Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan

Ekspansiplasma

↑ekspansi massa sel darah

Anemia fisiologis pada
kehamilan

Peningkatan volume plasma darah

Vasodilatasi

↓albumin serum ↓resistensi vasculer sistemik ↑aliran plasma ginjal
↓tekanan osmotik keloid /sistemik vasculer resisten ↓
↓ (SVR) Laju filtrasi glomerulus↑
Hemokonsentrasi ↓ ↓
↓ ↑curah jantung Hepatoseluler GFR
↑hematoksit maternal ↓ endoteliosis glumerulus
↓ Hipertensi arterial ↓
Perfusi organ maternal↓ ↓ SRAA protein realease
termasuk perfusi ke unit janin Ketidak efektifan perfusi
uretroplasma jaringan perifer
↓ Edema
Vasospasme siklik lanjut ↓
menurunkan perfusi organ Intoleransi aktivitas
dengan menghancurkan sel-sel
darah merah

Kapasitas O2 maternal↓

Kontraksi jalan IUFD IUGR
lahir Duka cita

Penanganan pre eklamsi

Berat Ringan
˂ 36 minggu ≥ 36 minggu ↓
↓ ↓ Konservatif
Konservatif
Membaik Gagal Aktif Membaik Memburuk
↓ (12-24 ↓ ↓ ↓
Tunggu Aterm jam) Akhiri Tunggu Akkhiri
↓ ↓ kehamilan aterm pada ≥ 37
Akhiri Akhiri ↓ minggu
kehamilan kehamilan Partus
biasa
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
b. USG : untuk mengetahui keadaan janin
c. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
9. Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain
atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver
Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular
Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan
kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
10. Penatalaksanaan
a. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin
setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih
berat jika persalinan ditunda lebih lama.
b. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
1) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100
mmhg).
3) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan
minimal 8 jam pada malam hari)
4) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin
3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x
5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
8) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
9) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2
minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali
berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat.
Berikan juga obat antihipertensi.
10) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia
berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau
indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan
matur.
12) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan
bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
c. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan
diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti :
kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap
pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi.
1) Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di
daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila
ada satu atau lebih kriteria ini.
- Ada tanda-tanda impending eklampsia
- Ada hellp syndrome
- Ada kegagalan penanganan konservatif
- Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
- Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus
dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal
2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20
tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali
permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml
dalam 4 jam sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : –
ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila
baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan
antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%,
diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110
mmHg.Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg
oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi.
Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi
atau ada kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2,
bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.
2) Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan
konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4
dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan,
selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan
maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera
dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit,
obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung
terminasi.
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-
hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet
tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat
badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan
yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun,
Jenis kelamin,
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit
kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
c. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
d. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah
ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan
pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan
kontrasepsi.
e. Pola aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala: Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan
atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-
Tanda: Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2) Sirkulasi
Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksegen.
3) Abdomen
4) Gejala :
a) Inspeksi : Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah
adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - )
b) Palpasi :
Leopold I: Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II: Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil
janin di sebelah kanan.
Leopold III: Biasanya teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV: Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas
panggul
c) Auskultasi : Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
5) Eliminasi
Gejala: Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
6) Makanan / cairan
Gejala: Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-
muntah
Tanda: Biasanya nyeri epigastrium,
7) Integritas ego
Gejala: Perasaan takut.
Tanda: Cemas.
8) Neurosensori
Gejala:Biasanya terjadi hipertensi
Tanda:Biasanya terjadi kejang atau koma
9) Nyeri / kenyamanan
Gejala: Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus,
gangguan penglihatan.
Tanda: Biasanya klien gelisah,
10) Pernafasan
Gejala: Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda:Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
11) Keamanan
Gejala: Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
12) Seksualitas
Gejala: Status Obstetrikus
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3) Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a) Sistem pernafasan : Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan
mungkin kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak
sehabis melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru
hiper refleksia klonus pada kaki.
b) Sistem cardiovaskule
Inspeksi: Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
Palpasi :
- Tekanan darah : Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD,
melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
- Nadi : Biasanyanadi meningkat atau menurun
- Leher : Apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena
Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu
mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam
kurun waktu 24 jam Suhu dingin
Auskultasi : Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui
adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin
melemah.
c) System reproduksi
- Dada yaitu Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan
pada payudara.
d) Genetalia
- Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur
darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
e) Abdomen
- Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi
edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
f) Sistem integument perkemihan
- Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat
gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium,
(Fungsi ginjal menurun).
- Oliguria
g) Proteinuria
- Sistem persarafan, Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
- Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II
kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
2. Pengelompokan Data
a) Data Subyektif
- Biasanya ibu mengeluh Panas
- Biasanya ibu mengeluh sakit kepala
- Biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
- Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
- Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
- Biasanya mengeluh nyeri
- Skala nyeri (2-4)
- Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan
- Klien biasanya sering mual muntah
- Klien biasanya sering bertanya
- Klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan
b) Data Obyektif
- Biasanya teraba panas
- Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
- Biasanya ibu tampak kejang
- Biasanya ibu tampak lemah
- Biasanya penglihatan ibu kabur
- Biasanya klien tampak cemas
- Biasanya klien tampak gelisah
- Biasanya klien tampak kurus,
- biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.
- Tonus otot perut tampa tegang
- Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
- Biasanya tamapa cemas
- Biasanya DJJ bayi cepat >160
- Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
- biasanya ibu tampak cemas
- Bianyasa skala nyeri 4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)
- aktivitas janin menurun
- DJJ meningkat >160
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang bisa didapat dari pengkajian diatas yaitu:
a) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi,
c) Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi.
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
e) Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan
Kognitif.
4. Intervensi Keperawatan
a) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi nyeri atau ibu dapat
mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil
- Ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda
2. Jelaskan penyebab nyerinya ,dengan demikian akan dapat
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri menentukan tindakan perawatan
dengan nafas dalam bila HIS yang sesuai dengan respon pasien
timbul terhadap nyerinya.
4. Bantu ibu dengan 2. Ibu dapat memahami penyebab
mengusap/massage pada bagian nyerinya sehingga bisa kooperatif
yang nyeri 3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat
berelaksasi , terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi paru
optimal sehingga kebutuhan 02
pada jaringan terpenuhi
4. Untuk mengalihkan perhatian
pasien

b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan nafsu makan meningkat atu normal
Kriteria hasil
- BB meningkat atau normal
- tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
- kekuatan menggenggan
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui apakah pasien
2. Anjurkan pasien untuk ada alergi makanan
meningkatkan intake Fe 2. intake fe dapat meningkatkan
3. Berikan substansi gula kekuatan tulang
4. Berikan makanan yang terpilih 3. substansi gula dapat meningkatkan
(sudah dikonsultasikan dengan energi pasien
ahli gizi 4. Untuk memenuhi status gizi pasien
5. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian 5. Catatan harian makanan dapat
mengetahui asupan nutrisi pasien

c) Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan Gngguan mekanisme


regulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan
volume cairan seimbang.
Kriteria Hasil :
- Tidak terdapat tanda-tanda edema.
- Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal.
- Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan peningkatan
tekanan
- darah, protein dan urine.
Intervensi Rasional
1.pantau masukan dan pengeluaran 1. Pembatasan dalam pemberian
cairan setiap hari. cairan dapat mengurangi odema.
2 Timbang berat badan secara rutin. 2. Mengetahui peningkatan berat
3 Pantau tanda-tanda vital, catat badan yang berlebih
waktu pengisian kapiler. 3. Menjaga peningkatan vital sign
4 Kaji ulang masukan diit dari berlebih.
protein dan kalori, berikan 4. Kesesuaian dalam pemberian
informasi sesuai dengan kebutuhan. informasi dapat mengurangi tingkat
5 Perhatikan tanda-tanda edema kecemasan.
berlebihan atau berlanjut. 5. Menghindari edema anasarka.
6 Kaji distensi vena jugularis. Krena cairan yang tidakmampu
7 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam keluar.
pengaturan diet rendah garam. 6. Pembesaran vena jugularis
8 Kolaborasi dalam pemberian merupakan tanda dari
antidiuretik pembengkakan dri jantung.
7. Diet rendah garam akan
memngurangi asupan Na dalam
tubuh.
8. Pemberian diuretik akan
mengurangi cairan yang tertimbun
di tubuh melalui urine.

d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau
hilang
Kriteria Hasil :
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Rasional
1. tingkat kecemasan ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan
sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian
sedangkan yang berat
2. Jelaskan mekanisme diperlukan tindakan
proses persalinan medikamentosa
2. Pengetahuan terhadap proses
persalinan diharapkan dapat
3. gali dan tingkatkan mengurangi emosional ibu yang
mekanisme koping ibu maladaptive.
yang efektif 3. Kecemasan akan dapat teratasi
jika mekanisme koping yang
4. 4. Beri support system dimiliki ibu efektif
pada ibu 4. ibu dapat mempunyai motivasi
untuk menghadapi keadaan
yang sekarang secara lapang
dada asehingga dapat membawa
ketenangan hati

e) Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan


Kognitif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit
diharapkan pengetahuan bertambahan
Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit, Klien
tidak cemas.
Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang 1. Pemberian informasi dapat
tanda dan gejala yang mencegah komplikasi
mengindentifikasi kondisi 2. Kliaen dapat mempertahankan
yang memburuk. konsumsi protein yang adekuat
2. Berikan informasi tentang 3. Informasi yang diperoleh akan
jaminan protein adekuat dalam mempertahankan status kesehatan
diit klien dengan pasien.
kemungkinan atau pre-
eklamsia ringan.
3. Pertahankan agar klien dapat
informasi tentang kondisi
kesehatan, hasil tes, dan
kesejahteraan janin.

DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media
Aesculapius

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : YBP

Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190: 117 – 8

Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia,


patogen. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan esis, dan
kemungkinan pencegahannya. MOGI, 27; 141 – 151.

Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.

Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat


dengan Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam Malik

Anda mungkin juga menyukai