Anda di halaman 1dari 12

1.

PERENCANAAN
Standar audit 300 tentang “Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan,”
mengatur tanggungjawab auditor untuk merencanakan audit atas laporan keuangan.
Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk perikatan
(penugasan) audit dan pengembangan rencana audit. Perencanaan yang cukup akan bermanfaat
dalam audit atas laporan keuangan dalam beberapa hal, termasuk hal-hal sebagai berikut (SA
300-Para 2):
 Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang penting
dalam audit.
 Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang potensial
secara tepat waktu.
 Membantu untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan audit) dengan
baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
 Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (tim audit) dengan tingkat
kemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespons risiko yang diantisipasi, dan
penugasan pekerjaan yang tepat kepada mereka.
 Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan (tim audit) dan penelaahan
atas pekerjaan mereka.
 Membantu, jika relevan dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan oleh
auditor komponen dan pakar.

Sebelum memulai pembahasan mengenai perencanaan audit, perlu dijelaskan lebih


dahulu dua istilah yang akan dijumpai yaitu risiko audit yang dapat diterima dan risiko inheren.
Kedua risiko ini berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan dan biaya pengauditan.
 Risiko audit yang dapat diterima adalah suatu ukuran tentang seberapa jauh auditor
bersedia menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung kesalahan
penyajian material setelah audit diselesaikan dan diberi pendapat wajar tanpa
pengecualian.
 Risiko inheren adalah suatu ukuran berupa penilaian auditor mengenai kemungkinan
adanya kesalahan penyajian material dalam saldo akun sebelum mempertimbangkan
efektivitas pengendalian internal.
2. PENERIMAAN KLIEN DAN PEMBUATAN RENCANA AUDIT
PENDAHULUAN

1
Perencanaan audit pendahuluan meliputi empat hal yang kesemuanya harus dilakukan pada
tahap awal audit.
1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan klien lama.
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atas membutuhkan audit.
3. Untuk menghindari salah pengertian, auditor menyamakan pemahaman dengan klien
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan audit yang dituangkan dalam perjanjian
kerja.
2.1 PENERIMAAN KLIEN BARU DAN MELANJUTKAN KLIEN LAMA
Meskipun mendapatkan dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah
dalam profesi yang kompetitif seperti halnya profesi akuntan publik, namun kantor akuntan
hendaknya berhati-hati dalam memutuskan klien mana yang akan diterima.
Tanggungjawab hukum dan tanggungjawab profesional yang berkaitan dengan klien yang
integritasnya rendah akan menimbulkan banyak masalah dibandingkan dengan pendapatan
yang diperoleh. Apabila risiko dinyatakan dengan risiko audit yang dapat diterima, auditor
kemungkinan tidak akan menerima klien baru atau melanjutkan klien yang sudah ada
seandainya risiko audit bisa diterimanya berada dibawah tingkat risiko audit yang bisa
diterima kantor akuntan yang bersangkutan. (Lihat SA 220 Para 12 dan 13)
2.1.1 Menginvestigasi Klien Baru
Standar Auditing SA 300 Para A20 (Pertimbangan Tambahan dalam Perikatan
Audit Tahun Pertama) menyatakan bahwa maksud dan tujuan audit adalah sama, baik
untuk perikatan audit tahun pertama maupun berulang. Untuk perikatan audit tahun
pertama, hal-hal tambahan yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menerapkan
strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit mencakup hal-hal berikut:
 Kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, membuat kesepakatan
dengan auditor pendahulu, sebagai contoh, untuk menelaah kertas kerja auditor
pendahulu. Komunikasi dengan auditor pendahulu bisa menghasilkan informasi.
2.1.2 Klien Lama Berkelanjutan
Pertimbangan auditor tentang keberlanjutan hubungan dengan klien dan
ketentuan etika yang relevan, termasuk independensi, terjadi sepanjang perikatan audit,
seiring dengan terjadinya perubahan kondisi dan keadaan. Pelaksanaan prosedur awal
atas keberlanjutan hubungan dengan klien dan evaluasi atas ketentuan etika yang
relevan (termasuk independensi) pada awal perikatan kini berarti prosedur awal
tersebut telah dilengkapi sebelum pelaksanaan aktivitas signifikan lainnya untuk
perikatan audit kini. Untuk perikatan audit berkelanjutan, prosedur awal tersebut sering
2
dilakukan sesaat setelah (atau dalam hubungannya dengan) penyelesaian audit
sebelumnya.
2.2 MENGIDENTIFIKASI ALASAN KLIEN MINTA DIAUDIT
Ada dua faktor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima yaitu calon pemakai
laporan keuangan dan tujuan pemakaian laporan keuangan auditan. Auditor biasanya akan
mengumpulkan bukti lebih banyak apabila laporan keuangan auditan akan digunakan oleh
banyak pihak, seperti yang sering dijumpai pada perusahaan publik dengan beban utang
yang tinggi, dan perusahaan-perusahaan yang akan dijual dalam waktu dekat.
2.3 MENDAPATKAN KESEPAHAMAN DENGAN KLIEN
SA 210 Para 9 menyatakan bahwa auditor harus menyepakati ketentuan perikatan
audit dengan manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas (jika
relevan). Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan
audit atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup:
a. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan;
b. Tanggungjawab auditor;
c. Tanggungjawab manajemen;
d. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan; dan
Bentuk dan isi surat perikatan dapat beragam untuk setiap entitas. Informasi yang
tercakup dalam surat perikatan audit tentang tanggungjawab auditor harus berdasarkan SA
200, sedangkan tanggungjawab manajemen harus didasarkan pada Pasal 6 (b) dan Pasal
12 dari SA 210. Disamping itu, selain hal-hal di atas, surta perikatan audit dapat memuat
hal-hal berikut:
 Penjelasan ruang lingkup audit, termasuk referensi ke peraturan perundang-
undangan yang berlaku, standar audit, kode etik, dan penyertaan dari badan
profesional yang harus dipatuhi oleh auditor.
 Bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk menyampaikan
hasil perikatan audit.
 Fakta bahwa keterbatasan inheren suatu audit, bersama dengan keterbatasan
inheren pengendalian internal, terdapat suatu risiko yang tidak dapat dihindari
tentang kemungkinan tidak terdeteksinya beberapa kesalahan penyajian material,
meskipun audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai SA.
Jika relevan, hal-hal berikut dapat juga dimasukkan ke dalam perikatan audit:

3
 Pengaturan tentang keterlibatan auditor dan pakar lain dalam beberapa aspek
audit.
 Pengaturan keterlibatan auditor internal dan staf entitas lainnya.
 Pengaturan yang dibuat dengan auditor pendahulu, jika ada, untuk audit tahun
pertama.
2.4 MENILAI STRATEGI AUDIT MENYELURUH
Setelah diperoleh pemahaman tentang alasan klien minta diaudit, auditor harus
menetapkan strategi audit pendahuluan. Strategi tersebut harus mempertimbangkan sifat
bidang usaha klien, termasuk juga mempertimbangkan area-area yang mempunyai risiko
terjadinya kesalahan penyajian signifikan.
2.4.1 Memilih Staf Audit
Auditor harus menugasi staf yang memenuhi syarat untuk melaksanakan
penugasan sesuai dengan standar auditing dan melaksanakan audit dengan efisien.
Dalam penugasan audit yang cukup besar biasanya dibutuhkan satu atau dua orang
partner dan staf dengan berbagai jenjang pengalaman kerja. Pakar dari berbagai
keahlian, seperti sampling statistik, evaluasi bisnis, computer risk assessment, kadang-
kadang juga diperlukan.
2.4.2 Menentukan Kebutuhan untuk Menggunakan Pekerjaan Pakar Auditor
Apabila suatu penugasan membutuhkan staf yang memiliki pengetahuan
khusus, terbuka kemungkinan bagi auditor untuk menggunakan pakar yang disebut
pakar auditor (auditor’s expert). Standar auditing (SA 620) mengatur persyaratan
pemilihan pakar auditor sebagai berikut:
“Seseorang atau organisasi yang memiliki keahlian (expertise) dalam suatu
bidang di luar accounting atau auditing, yang pekerjaannya dalam bidang
tersebut digunakan oleh auditor/KAP untuk membantunya memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat”.

3. MEMAHAMI BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN


Pemahaman yang mendalam mengenai bisnis dan bidang usaha dan jalannya operasi
perusahaan klien merupakan hal yang sanagat penting dalam melaksanakan audit yang
memadai. Standar auditing (SA 315.11) menyatakan bahwa auditor harus memperoleh

4
pemahaman atas entitas dan lingkungannya. Pemahaman atas entitas dan lingkungannya
diharuskan diperoleh auditor meliputi:
a. Faktor-faktor industri, peraturan, dan faktor eksternal lain termasuk kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
b. Sifat entitas.
c. Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas termasuk alasan
perubahannya.
Beberapa tahun terakhir, sejumlah faktor telah meningkatkan pentingnya pemahaman
tenatng bisnis dan bidanh usaha klien, yaitu:
- Penurunan kondisi ekonomi dunia beberapa tahun telah meningkatkan risiko bisnis
perusahaan klien secara signifikan
- Teknologi informasi telah menghubungkan klien dengan pelanggan-pelanggan
utama serta pemasok-pemasok utama. Akibatnya auditor harus memiliki
pemahaman lebih besar tentang pelanggan dan pemasok utama serta risiko terkait.
Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor diatas dengan menggunakan
pendekatan sistem stratejik untuk memahami bisnis klien. BIDANG USAHA DAN
LINGKUNGAN EKSTERNAL KLIEN
Banyak kasus yang melibatkan auditor diakibatkan oleh ketidakpahaman auditor
tentang sifat transaksi dalam bidang usaha klien seperti yang terjadi pada kasus Enron yang
terkenal itu. Auditor juga harus memahamilingkungan eksternal klien seperti misalnya
kerentanan terhadap perubahan kondisi ekonomi persaingan yang tinggi, dan banyaknya
peraturan yang harus dipenuhi. Untuk membuat rencana audit yang efektif, auditor pada semua
perusahaan seyogyanya memiliki ahli untuk menilai risiko lingkungan eskternal.
3.1 OPERASI BISNIS DAN PROSES
Auditor harus memahami berbagai faktor seperti misalnya sumber-sumber utama
pendapatn, pelanggan, dan pemasok utama. Sebagai contoh, perusahaan teknologi yang
bergantung pada satu atau beberapa produk yang cepat menjadi using karena perkembangan
teknologi baru atau competitor yang kuat.
- Mengunjungi Fasilitas dan Tempat Operasi Klien
Mengunjungi fasilitas dan tempat operasi klien sangat berguna untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai pengoperasian bisnis klien, karena cara ini
memberikan kesempatan kepada auditor untuk mengobservasi dan melihat secara langsung
fasilitas yang dimiliki klien dan sekaligus juga berkenalan dengan pejabat kunci di
perusahaan tersebut.

5
- Mengidentifikasi Hubungan dengan Pihak Berelasi
Ini penting bagi auditor karena standar audit mengharuskan hal tersebut diungkapkan
dalam laporan keuangan, apabila jumlahnya material. Transaksi dengan pihak berelasi
adalah setiap transaksi yang dilakukan antara klien dengan pihak yang mempunyai
hubungan dengan pihak berelasi.
3.2 MANAJEMEN DAN TATA KELOLA
Auditor harus menilai falsafah manajemen dan gaya operasi, serta kemampuannya
mengidentifikasi dan menanggapi risiko, karena hal-hal tersebut berpengaruh terhadap
signifikan laporan keuangan. Dalam memahami sistem tata kelola yang dilakukan klien,
auditor harus memahami bagaimana dewan komisaris dan komite audit melaksanakan
pengawasan, termasuk didalamnya perumusan kode etik perusahaan serta pengevaluasian
notulen rapat-rapat.
- Kode Etik
Auditor harus memahami kode etik yang berlaku pada perusahaan namun jika tidak
memiliki kode etik harus mengungkapkan hal itu dan menjelaskan alasannya. Kemudian
memeriksa setiap perubahan atau penghapusan aturan dalam kode etik yang mempunyai
dampak terhadap ssitem tata kelola dan integritas, serta nilai etis manajemen senior.
- Notulen Rapat
Notulen rapat adalah catatan resmi perusahaan sebagai hasil dari rapat dewan komisaris
dan rapat pemegang saham. Notulen meliputi persetujuan penting dan ringkasan berbagai
topik yang dibahasdalam rapat dan keputusan yang diambil oleh dewan komisaris dan
pemegang saham.
3.3 TUJUAN STRATEGI KLIEN
Strategi adalah pendekatan yang diikuti perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Auditor harus memahami tujun klien yang berkaitan dengan:
a. Reliabilitas pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efesiensi organsasi
c. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan-peraturan
Pengetahuan tentang tujuan dan strategi akan membantu auditor untuk menilai risiko
bisnis klien dan risiko bisnis dalam laporan keuangan.
3.4 PENGUKURAN KINERJA
Sistem pengukuran kinerja meliputi indikator-indikator kinerja kunci yang digunakan
manajemen untuk mmengukur progress dalam upaya mencapai tujuan. Indikator tersebut tidak

6
berupa penjualan atau laba bersih melainkan pengkur-pengukur tertentu yang diperuntukan
bagi klien dan tujuannya.
4. MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN
Auditor menggunakan pemahamannya tentang bisnis dan bidang usaha klien untuk
menilai risiko bisnis klien, yaitu risiko kegagalan klien dalam mencapai tujuannya. Risiko
bisnis klien bisa timbul dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap klien dan
lingkungannya, seperti misalnya terjadi penurunan ekonomi yang memperburuk aliran kas
klien. SA 315. 15 menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang
apakah entitas memiliki suatu proses untuk:
(a) Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan
(b) Mengestimasi signifikansi risiko
(c) Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut
(d) Memutuskan tindakan untuk menangani risiko tersebut
Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk menentukan
bagaimana risiko dikelola. Jika proses tersebut sudah tepat sesuai dengan kondisinya, termasuk
sifat, ukuran, dan kompleksitas entitas, maka hal ini membantu auditor dalam mengidentifikasi
risiko kesalahan penyajian material.

Gambar 6-3 melukiskan hubungan antara bisnis dan bidang usaha klien, risiko bisnis klien,
dan penilaian auditor tentang risiko terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan.
5. MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN

7
Gambar 6-4 Bagian-bagian utama dalam perencanaan: Penerimaan klien dan membuat
perencanaan awal, memahami bisnis dan bidang usaha klien, menilai risiko bisnis klien, dan
menerapkan prosedur analitis pendahuluan
6. PROSEDUR ANALITIS
Prosedur analitis adalah salah satu dari 8 tipe bukti yang telah diperkenalkan pada BAB
5. Prosedur analitis diidentifikasikan pada standar auditing (SA 520.4) sebagai:
“Pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan melalui hubungan antara data
keuangan dan data non keuangan. Prosedur analitis juga mencangkup investigasi sebagaimana
yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan
informasi relevan lain, atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang
signifikan”.
Gambar 6-5 berikut ini melukiskan tujuan prosedur analitis pada ketiga tahapan audit
Saat

(Diharuskan)
Tahap Pengujian (Diharuskan)
Tahapan
Tujuan Substantif Tahap Penyelesaian
Perencanaan

Memahami bisnis dan Tujuan Utama


bidang usaha klien

Menilai kelangsungan Tujuan Sekunder Tujuan Sekunder


usaha

8
Menunjukkan Tujuan Utama Tujuan Sekunder Tujuan Utama
kemungkinan
kesalahan penyajian

Mengurangi pengujian Tujuan Sekunder Tujuan Utama


detail

7. LIMA TIPE PROSEDUR ANALITIS


Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat bergantung pada bagaimana
auditor mengembangkan suatu ekspektasi tentang harus seperti apa suatu saldo akun atau rasio,
apapun prosedur analitis yang digunakan. Dalam prosedur analitis, auditor membandingkan
data klien dengan:
1. Data industri
2. Data serupa dari periode sebelumnya
3. Hasil ekspektasi yang ditentukan klien
4. Hasil ekspektasi yang ditentukan auditor
5. Hasil ekspektasi dengan menggunakan data non-keuangan
7.1 MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DAN DATA INDUSTRY
Manfaatkan paling penting dari perbandingan industry adalah membantu dan
memahami bisnis klien dan sebagai indikasi atas kemungkinan adanya kegagalan keuangan,
tetapi mungkin kurang membantu auditor dalam mengindenfikasikan salah saji yang potensial.
7.2 MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN DATA PERIODE
SEBELUMNYA YANG SERUPA
Andaikan bahwa presentase marjin kotor sebuah perusahaan berada anatara 26 dan 27
persen untuk masing-masing dari 4 tahun terakhir tetapi turun menjadi 23 persen tahun
berjalan. Penurunan marjin ini harus diperhatikan oleh auditor jika penurunan itu tidak
diperkirakan.
1. Membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, salah satu cara
termudah untuk membuat ujian ini adalah dengan menyertakan hasil neraca saldo
tahun lalu yang telah disesuaikan dalam kolom terpisah dari lembar kerja neraca saldo
tahun ini.
2. Menghitung Rasio dan Hubungan persentase untuk Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, perbandingan dari total atau rincian dengan tahun sebelumnya seperti

9
yang dijelaskan dalam dua paragraph sebelumnya memiliki dua kelemahan. Pertama,
ia gagal untuk memperhatikan pertumbuhan atau penurunan dalam aktivitas bisnis.
Berikut ini disajikan tabel perbandingan dan hubungan internal.
Rasio atau perbandingan Kemungkinan salah saji
Perputaran bahan baku untuk perusahaan Salah saji persediaan atau harga
manufaktur pokok penjualan atau keusangan
persediaan bahan baku
Komisi penjualan dibagi dengan penjualan bersih Salah saji komisi penjualan
Retur penjualan dan potongan harga dibagi Misklasifikasi retur penjualan dan
dengan penjualan kotor pengurangan harga atau retur atau
pengurangan harga yang belum
tercatat sesudah akhir tahun
Nilai penyerahan tunai asuransi jiwa (tahun Kesalahan mencatat perubahan dalam
berjalan) dibagi dengan nilai penyerahan tunai nilai penyerahan tunai atau kekeliruan
asuransi jiwa (tahun sebelumnya) mencatat perubahan
Masing-masing beban manufaktur sebagai Salah saji yang signifikan dari
persentasi dari total beban manufaktur masing-masing beban total

7.3 MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN HASIL YANG DIHARAPKAN


YANG DITENTUKAN KLIEN
Kebanyakan perusahaaan menyiapkan anggaraan (budghets) untuk berbagai aspek
operasi dan hasil keuangannya. Karena anggaran merupakan ekspektasi klien selama periode
berjalan, auditor harus menyelidiki perbedaan yang paling signifikan antra hasil yang
dianggarkan dengan hasil aktual, karena area ini dapat mengandung salah saji yang potensial.
7.4 MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN HASIL YANG DIHARAPKAN
YANG DITENTUKAN AUDITOR
Perbandingan umum lainnya antara data klien dengan hasil yang diharapkan terjadi ketika
auditor menghitung saldo yang diharapkan untuk dibandingkan dengan saldo aktual. Pada jenis
prosedur analitis ini, auditor membuat estimasi tentang rupa saldo akun yang seharusnya
dengan menghubungkannya dengan beberapa akun neraca atau akun laporan laba-rugi lainnya,
atau membuat proyeksi berdasarkan beberapa tren historis.
7.5 MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN HASIL YANG DIHARAPKAN
DENGAN MENGGUNAKAN DATA NONKEUANGAN
Andaikan anda sedang mengaudit sebuah hotel, anda dapat mengembangkan ekspektasi
atas total pendapatan dari kamar hotel dengan mengalikan jumlah kamar dengan tariff setiap
kamar, tarif harian rata-rata untuk setiap kamar, dan tingkat hunian rata-rata. Anda kemudian
dapat membandingkan estimasi anda dengan pendapatan yang tercatat sebagai pengujian atas
kelayakan pendapatan yang tercatat.

10
8. RASIO-RASIO KEUANGAN YANG LAZIM DIGUNAKAN
Prosedur analitis auditor sering kali meliputi penggunaan rasio keuangan umum selama
perencanaan dan telaah akhir atas laporan keuangan yang telah diaudit. Proses tersebut berguna
untuk memahami kejadian terbaru dan status keuangan perusahaan dan untuk memandang
laporan itu dari perseptif pemakai. Dalam menggunakan rasio ini, adalah penting sebagai
auditor untuk membuat perbandingan yang tepat.
8.1 KEMAMPUAN MEMBAYAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Kas + Surat Berharga
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑎𝑠 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Kas + Surat Berharga + Piutang Usaha Bersih
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑒𝑝𝑎𝑡 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Aset Lancar
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Perusahaan perlu memiliki tingkat likuiditas tertentu untuk membayar kewajiban yang
akan jatuh tempo dan ketiga rasio diatas digunakan mengukur likuidits tersebut.
8.2 RASIO-RASIO AKTIVITAS LIKUIDITAS
Apabila perusahaan tidak memiliki kas dan setara-kas untuk memenuhi
kewajibannya, maka kunci untuk mengukur kemampuan membyar kewajiban adalah waktu
yang dipergunakan perusahaan untuk mengubah aset lancar yang kurang likuid menjadi kas.
Hal ini diukur dengan rasio-rasio aktivitas likuiditas
pnjualan bersih
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 =
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜
365 hari
𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑚𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
harga pokok penjualan
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
365 hari
𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑚𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
8.3 KEMAMPUAN UNTUK MEMENUHI KEWAIBAN JANGKA PANJANG
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang tergantung pada
keberhasilan operasi dan pada kemampuan untuk meningkatkan modal untuk ekspansi, serta
kemampuan membayar pokok pinjaman beserta bunganya.
total kewajiban
𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
laba operasi
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 =
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
Rasio kewajiban terhadap ekuitas menunjukkan seberapa banyak penggunaan
kewajiban dalam pendanaan suatu perusahaan. Kemampuan membayar bunga tergantung
kepada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas positif dari operasinya..

11
8.4 RASIO-RASIO PROFITABILITAS
Rasio profitabilitas yang paling banyak digunakan adalah laba per lembar saham. Rasio
ini berguna bagi auditor untuk menilai kesalahan penyajian potensial dan beban operasi serta
akun-akun neraca terkait.
Laba Bersih
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 =
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Penjualan Bersih − Harga Pokok Penjualan
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 =
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Laba Operasi
𝑚𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 =
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Laba Sebelum Pajak
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑠𝑒𝑡 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
Rasio laba berbanding aset mengukur profitabilitas perusahaan secara enyeluruh. Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari setiap rupiah yang
tertanam dalam aset.

DAFTAR PUSTAKA

Al Haryono Yusuf. 2014. Auditing Pengauditan Berbasis ISA. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.

12

Anda mungkin juga menyukai