Dalam suatu organisasi keberhasilan suatu aktivitas sangat tergantung pada
manajemen yang baik, tidak terkecuali fungsi pengawasan internal. Aktivitas audit yang baik merupakan cerminan kegiatan terkoordinasi mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan pengendalian.
Cakupan kegiatan pengawasan antara lain : menciptakan standar atau kriteria,
membandingkan hasil pemantauan dengan standar, memperbaiki kemungkinan terjadinya penyimpangan, merevisi metoda pengendalian sesuai dengan perkembangan lingkungan dan mengkomunikasikan revisi tersebut ke seluruh proses pengawasan.
Dalam Surat Keputusan Menpan Nomor 19/1996 berikut perubahannya tentang
Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya mendefinikan pengawasan sebagai seluruh proses penilaian terhadap objek dan atau kegiatan tertentu yang bertujuan untuk memastikan , apakah tugas dan fungsi objek dan atau kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Audit merupakan bagian dari aktivitas pengawasan yang berarti pengujian atas kegiatan objek pemeriksaan dengan cara membandingkan antara kondisi yang terjadi dengan kondisi yang seharusnya.
Menurut subjeknya (SANRI-1996), pengawasan dikembangkan dalam 4 jenis
aktivitas :
1. Pengawasan melekat (waskat) :
Dalam Inpres Nomor 1 tahun 1989 pengawasan melekat merupakan serangkaian pengendalian terus menerus oleh atasan langsung terhadap bawahannya secara preventif dan represif agar tugas pokok dan fungsi bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Waskat lebih diarahkan kepada pembentukan suatu sistem yang mampu mengarahkan dan membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas organisasi serta mampu mencegah terjadinya penyimpangan, kebocoran dan pemborosan keuangan negara.
1. Pengawasan fungsional (wasnal) oleh aparatur negara baik intern (Itjen,
Inspektorat, BPKP) maupun ekstern (BPK) atas kegiatan pemerintah. 2. Pengawasan legislatif (wasleg) terhadap jalannya roda pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah: DPR dan DPRD 3. Pengawasan masyarakat (wasmas) : kontrol sosial baik secara langsung maupun melalui media massa atas kinerja lembaga-lembaga negara baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Pencanangan kebijakan pengawasan nasional merupakan derivasi RPJP, RPJM dan RPJMD dan Renstradijadikan acuan oleh aparatur pengawasan intern pemerintah untuk menetapkan kebijakan umum instansinya baik di tingkat pusat maupun daerah. Kebiajakan pengawasan inilah yang mendasari penyusunan program kerja pengawasan dan apabila digabungkan akan menjadi masukan dalam penyusunan RIP (Rencana Induk Pengawasan) dan RKPT (Rencana Kerja Pengawasan Tahunan). Usulan RKPT dibahas pada tingkat manajemen untuk disahkan menjadi PKPT (Program Kerja Pengawasan Tahunan) setelah dikoordinasikan terlebih dahulu dengan APIP lainnya.
Proses kegiatan perencanaan yang disusul dengan kegiatan operasional dan
diakhiri dengan pemantauan tindak lanjut laporan hasil audit, merupakan rangkaian kegiatan manajemen pengawasan yang biasa kita jumpai pada instansi pengawasan intern pemerintah. Manajemen dalam pengertian ini berkaitan erat dengan pengambilan keputusan atas kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan pekerjaan audit yang meliputi penugasan auditor, supervisi, reviu dan evaluasi.