Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menetapkan bahwa dalam rangka membiayai dan mendukung kegiatan prioritas
dalam rangka mencapai sasaran pembangunan, pemerintah dapat mengadaan
pinjaman dan/atau menerima hibah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Di samping itu Pemerintah selaku pejabat publik, dituntut untuk transparan dan
akuntabilitas dalam mengungkapkan informasi dan laporan yang akurat yang
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Pemerintah melalui Menteri Keuangan berwenang untuk melakukan pengelolaan


utang dan piutang, mengadakan utang Negara atau menerima hibah, baik yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Hal ini dapat dilihat dalam Undang-
Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Kewenangan yang
ada pada Menteri Keuangan tentunya harus dilaksanakan sesuai dengan Tata Cara
Pengadaaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 tahun 2006, terdapat pula dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 57 tahun 2005 tentang Hibah kepada daerah serta Penerusan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri yang mensiratkan bahwa baik pinjaman
maupun hibah harus di tatausahakan, diadministrasi, pertanggungjawabkan dan
diakuntasikan secara baik sehingga laporan yang disajikan akan memberikan
manfaat bagi pengambil keputusan Oleh karena masih banyaknya perilaku-
perilaku yang tidak terpuji yang dilakukan oleh pejabat-pejabat publik yang
menandakan bahwa masih adanya celah untuk berbuat sesuatu yang tidak patut
serta adanya kewajiban untuk transparansi dan akuntabilitas publik namun
demikian ketentuan-ketentuan di atas masih kurang efektif dilaksanakan dengan
kecenderungan dari pengguna dana hibah dan bantuan pemerintah untuk tidak
melaporkan hibah digunakan (tidak dengan mekanisme APBN) oleh karena itulah
perlunya pedoman Akuntansi berupa PSAK 61 tentang Akuntansi Hibah
Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.

1
B. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah penulisan ini adalah Bagaimana penerapan Akuntansi Hibah
Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah ?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan diadakannya penulisan ini adalah Untuk mengetahui Penerapan Akuntansi
Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
Penulisan ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai
Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Bantuan Pemerintah adalah tindakan oleh pemerintah yang dirancang untuk
memberikan manfaat ekonomi spesifik kepada satu entitas atau beberapa entitas
yang memenuhi syarat atas kriteria tertentu.,tidak mencakup manfaat yang
diberikan secara tidak langsung melalui tindakan yang mempengaruhi kondisi
perdagangan umum,seperti penyediaan atau pembangaunan insfrastruktur di
daerah yang sedang berkembang atau pemberlakuan batasan perdagangan
terhadap pesaing.

Hibah pemerintah dalam PSAK 61 adalah bantuan oleh pemerintah dalam bentuk
pemindahan sumber daya kepada entitas sebagai imbalan atas kepatuhan entitas di
masa lalu atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan
kegiatan operasi entitas tersebut. Hibah pemerintah tidak termasuk jenis bantuan
pemerintah yang tidak memiliki nilai yang memadai bagi entitas dan transaksi
dengan pemerintah yang tidak dapat dibedakan dari transaksi perdagangan normal
entitas. Hibah yang terkait dengan aset adalah hibah pemerintah yang kondisi
utamanya adalah bahwa entitas yang memenuhi syarat harus melakukan
pembelian, membangun atau membeli aset jangka panjang. Kondisi tambahan
mungkin juga ditetapkan dengan membatasi jenis atau lokasi aset atau periode
aset tersebut diperoleh atau dimiliki. Sedangkan Hibah yang terkait dengan
penghasilan adalah hibah pemerintah selain dengan hibah yang terkait dengan
aset.

Hibah Pemerintah adalah tindakan oleh pemerintah dalam bentuk pemindahan


sumber daya kepada entitas sebagai imbalan atas kepatuhan entitas dimasa lalu
atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan kegiatan
operasi entitas tersebut,tidak termasuk jenis bantuan pemerintah yang tidak
memiliki nilai yang memadai bagi entitas dan transaksi dengan pemerintah yang
tidak dapat dibedakan dari transaksi perdagangan normal.

3
B. AKUNTANSI HIBAH
Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah
di negara Indonesia yaitu cash towards accrual. Basis kas digunakan untuk
pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam
Neraca. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara atau oleh entitas
pelaporan, sedangkan belanja diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas
Umum Negara atau entitas pelaporan. Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa
aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi
atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

AKUNTANSI ANGGARAN HIBAH

Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian


manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan. Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan
struktur anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaan. Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan
menjadi alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi
yang dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Akuntansi
anggaran diselenggarakan pada saat anggaran disahkan dan anggaran
dialokasikan.

AKUNTANSI PENDAPATAN HIBAH

Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara.
Transaksi pendapatan hibah yang terjadi tanpa diterima pada Rekening Kas
Umum Negara diakui pada saat dilakukan pengesahan atas transaksi pendapatan
hibah.

4
Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas pendapatan
hibah pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang pendapatan. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak
berulang (non-recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode
penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode
yang sama. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancar pada periode ditemukannya
koreksi dan pengembalian tersebut.

Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan


membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Akuntansi pendapatan disusun untuk
memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk
keperluan pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.

AKUNTANSI BELANJA TERKAIT HIBAH

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara.
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi
ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Realisasi anggaran belanja
dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen
anggaran.
Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode
yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran
belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Perlakuan akuntansi ini digunakan
untuk akuntansi belanja hibah, dan akuntansi belanja yang bersumber dari hibah.

5
AKUNTANSI HIBAH YANG DITERIMA DALAM BENTUK VALAS

Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah
dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs transaksi.
Terhadap penerimaan hibah dalam bentuk uang yang diterima dalam mata uang
asing (valas), satuan kerja disarankan untuk mengkonversi seluruh valuta asing
tersebut ke dalam mata uang rupiah. Pendapatan yang disahkan sebesar realisasi
jumlah rupiah berdasarkan hasil konversi. Dalam hal demikian maka tidak akan
terjadi selisih kurs. Ketentuan lebih lanjut terhadap hibah yang diterima dalam
bentuk valuta asing akan diatur dalam Peraturan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN HIBAH

Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas penerimaan


hibah pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang pendapatan. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak
berulang (non-recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode
penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode
yang sama. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancar pada periode ditemukannya
koreksi dan pengembalian tersebut.
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan
dalam LRA, dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan pada CaLK.
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam
LRA. Klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam LRA atau di CaLK.
Klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

6
C. BANTUAN PEMERINTAH
Bantuan pemerintah yang dikecualikan dari definisi hibah pemerintah di paragraf
03 merupakan beberapa bentuk bantuan pemerintah yang tidak memiliki nilai
yang memadai bagi entitas dan transaksi dengan pemerintah yang tidak dapat
dibedakan dari transaksi perdagangan normal entitas.
Contoh bantuan yang tidak memiliki nilai yang memadai adalah saran teknis atau
saran pemasaran yang diberikan secara cuma-cuma dan ketentuan penjaminan.
Contoh bantuan yang tidak dapat dibedakan dari transaksi perdagangan normal
entitas adalah kebijakan pengadaan pemerintah yang menghasilkan sebagian
penjualan entitas. Keberadaan atas manfaat mungkin tidak diragukan lagi tetapi
setiap usaha untuk memisahkan aktivitas perdagangan dari bantuan pemerintah
sangat arbiter.

Signifikansi atas manfaat pada contoh di atas akan membuat pengungkapan sifat,
luas dan lamanya bantuan diperlukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan.

Dalam Pernyataan ini, bantuan pemerintah tidak termasuk kebijakan infrastruktur


melalui perbaikan jaringan transportasi umum dan jaringan komunikasi serta
penyediaan fasilitas yang diperbaiki seperti pengairan atau penyaluran air yang
tersedia terus menerus untuk kepentingan seluruh masyarakat setempat.

PENGUNGKAPAN

Entitas mengungkapkan hal-hal berikut:


(a) kebijakan akuntansi yang digunakan untuk hibah pemerintah, termasuk metode
penyajian yang digunakan dalam laporan keuangan;
(b) sifat dan luas hibah pemerintah yang diakui dalam laporan keuangan dan
indikasi bentuk lain dari bantuan pemerintah yang mana entitas memperoleh
manfaat langsung atas bantuan tersebut; dan
(c) kondisi yang belum terpenuhi dan kontinjensi lain yang melekat atas bantuan
pemerintah yang telah diakui.

7
KETENTUAN TRANSISI

Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk pertama kali:


(a) mematuhi persyaratan pengungkapan yang sesuai; dan
(b) memilih salah satu dari:
(i) menyesuaikan laporan keuangan entitas terhadap perubahan kebijakan
akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan; atau
(ii) menerapkan ketentuan akuntansi dalam Pernyataan ini hanya untuk hibah atau
bagian dari hibah yang menjadi tagihan atau harus dibayar kembali setelah
tanggal efektif.

TANGGAL EFEKTIF

Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2012. Penerapan dini diperkenankan.

D. STUDI KASUS
Contoh Studi Kasus PSAK 61 Tentang Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan
Bantuan Pemerintah yaitu:
Pemerintah Indonesia memberikan Hibah berupa Aset yaitu Tanah dan hibah berupa
Uang sebesar Rp.50.000.000,00 yang mendukung roda ekonomi di daerah tersebut dan
bentuk perhatian dan sumbangan pemerintah agar daerah tersebut menuju ekonomi
sehingga masyarakat sekitar memperoleh penghasilan lebih baik dimana tanah tersebut
yang berlokasi diluar pemukiman penduduk sekitar kepada PT.X yang sedang bergerak di
bidang Industri yang mengelolah Daur Ulang Sampah menjadi Pupuk Organik.

Adapun pencatatan Akuntansi yang dilakukan oleh PT.X tersebut atas Hibah Berupa
Tanah dan Uang sebesar Rp.50.000.000,00 yaitu sebesar jumlah harga wajar Tanah pada
saat ini misalnya pada Saat dilakukan hibah Tanah dari Pemerintah sebesar
Rp.100.000.000,00 sedangkan saat ini nilai wajarnya sebesar Rp.125.000.000,00 maka
dicatat dalam Neraca sebesar Rp.125.000.000,00 karena tanah mengalami kenaikan terus
menerus di setiap Tahunnya dan tidak ada Depreasi atas Tanah ini, sedangkan hibah uang

8
yaitu di catat sebesar Rp.50.000.000,00 yang di sajikan di Laporan Laba Rugi PT.X
sebagai pendapatan hibah.

Pemerintah memberikan Bantuan dana sebesar Rp.300.000.000,00 kepada Perusahaan Y


yang hanya sebagai perantara untuk di berikan kepada masyarakat setempat karena
mengalami bencana banjir.
Pencatatan yang dilakukan Perusahaan Y hanya di lakukan pengungkapan di catatan atas
laporan keuangan karena pemerintah mengirimkan dana bantuan nya melewati rekening
bank perusahaan Y, yang kemudian di ungkap di laporan CALK pendistribusian bantuan
itu kepada masyarakat setempat.

Instansi X memperoleh Hibah dari Jica (japan international cooperation agency) berupa
peralatan kebakaran yang terdiri dari kendaraan roda 4 berupa mobil Patroli kebakaran
hutan sebanyak 1 buah dengan harga perolehan Rp.200.000.000,00 yang di gunakan
sebagai alat transportasi pemadaman kebakaran dan alat-alat kebakaran dengan harga
perolehan Rp.100.000.000,00.

Pencatatan yang dilakukan oleh instansi X berdasarkan dokumen dan berita acara serah
terima barang-barang dari JICA sebagai dasar pencatatan di Aset Tetap seharga Wajar
nya misalnya penerimaan hibah tersebut di Tahun 2005 dan baru dilakukan pencatatan di
Tahun 2012 awal maka harga perolehan di kurangi dengan depresiasi selama 6 tahun
misalkan mobil patroli dengan harga perolehan sebesar Rp.200.000.000,00 dan depresiasi
50.000.000,00 jadi yang dicatat yaitu 150.000.000,00 sedangkan alat-alat kebakaran
dengan harga perolehan Rp.100.000.000,00 dan depresiasi Rp.20.000.000 selama 6 tahun
maka yang dicatat sesuai nilai wajarnya sebesar Rp.80.000.000.

9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat di
tarik kesimpulan sebagai berikut :

Masalah khusus yang timbul dalam akuntansi atas hibah pemerintah pada laporan
keuangan yang mencerminkan dampak dari perubahan harga atau informasi
tambahan yang memiliki sifat serupa; bantuan pemerintah yang diberikan kepada
entitas dalam bentuk manfaat yang tersedia dalam menentukan laba atau rugi kena
pajak, atau dalam bentuk manfaat yang ditentukan atau yang terbatas pada dasar
liabilitas pajak penghasilan. Misalnya manfaat masa bebas pajak penghasilan,
kredit pajak investasi, penyisihan atas penyusutan yang dipercepat, dan
pengurangan tarif pajak penghasilan; dan partisipasi pemerintah dalam
kepemilikan entitas.

10

Anda mungkin juga menyukai