MATERIALITY DECISIONS
AND PERFORMING ANALYTICAL PROCEDURES
(KEPUTUSAN MATERIALITAS DAN PELAKSANAAN PROSEDUR ANALITIS)
KELOMPOK 5
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Pengendalian Manajemen yang
berjudul “Keputusan Materialitas Dan Pelaksanaan Prosedur Analitis”.
Harapan kami makalah ini dapat meningkatkan pemahaman dalam mempelajari Sistem
Pengendalian Manajemen terutama dalam materi Perencanaan Strategi. Apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja mohon dimaklumi
dan dimaafkan karena kami masih dalam tahap pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kami menerima
kritikan dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Alinea tanggung jawab auditor dalam laporan auditor independen berisi dua frasa
(dicetak miring di bawah ini) yang berkaitan langsung dengan materialitas dan risiko.
Frasa bebas dari kesalahan penyajian material dimaksdukan untuk memberi informasi
kepada pengguna laporan audit bahwa tanggungjawab auditor berbatas pada informasi
keuangan yang material saja. Materialitas penting artinya karena tidaklah praktis bagi auditor
untuk memberikan jaminan atas jumlah-jumlah yang tidak material.
Materialitas dan risiko adalah dua hal yang fundamental dalam perencanaan audit dan
merancang suatu strategi audit.
1
BAB II
PEMBAHASAN
SAS 47, Audit Risk and Materiality in Conducting an Audit (AU 212.08),
menyatakan agar auditor mempertimbangkan materialitas dalam (1) merencanakan audit
dan (2) mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
KONSEP MATERIALITAS
Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang
yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.
Auditor membuat penilaian awal tentang materialitas untuk dua tujuan. Pertama,
mereka membuat penilaian awal tentang materialitas untuk membuat keputusan tentang
2
ruang lingkup prosedur audit. Kedua, auditor membuat penilaian tentang materialitas untuk
mengevaluasi salah saji yang dikenal yang salah yang cukup signifikan untuk meminta
entitas untuk menyesuaikan laporan keuangan, atau auditor akan mengeluarkan opini yang
memenuhi syarat.
Dalam Perencanaan audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkatan:
Tingkatan laporan keuangan, karena kewajaran opini auditor akan meluas ke laporan
keuangan yang diambil secara keseluruhan.
Tingkatan Account Balance, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mecapai
kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.
Materialitas dalam laporan keuangan adalah salah saji agregat minimum dalam
sebuah laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan keuangan disajikan
secara wajar sesuai standar. Dalam kontex ini, salah saji mungkin saja terjadi melalui
kesalahan penerapan standar.
Dalam perencenaan audit, auditor harus mengenali bahwa ada kemungkinan terjadi
lebih dari satu tingkat materialitas yang terkait dengan laporan keuangan. Untuk laporan
laba rugi, materialitas berkaitan dengan pendapatan, pendapatan operasional, pendapatan
3
sebelum pajak, atau laba bersih. Untuk neraca materialitas bisa di dasarkan pada total asset,
asset saat ini, modal kerja, atau modal stockholders.
Penilaian awal auditor tentang materialitas sering dibuat enam sampai sembilan
bulan sebelum tanggal neraca. Dengan demikian, penilaian dapat didasarkan pada data
laporan keuangan interim tahunan. Atau, mereka mungkin didasarkan pada hasil keuangan
satu atau lebih tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan perubahan saat ini, seperti
kondisi umum ekonomi dan tren industri. Penilaian Materialitas melibatkan pertimbangan
kuantitatif dan kualitatif.
Pertimbangan kuantitatif
Saat ini, baik standar akuntansi maupun audit tidak memuat panduan resmi tentang ukuran
kuantitatif materialitas. Berikut ini menggambarkan beberapa pedoman yang digunakan
dalam praktek.
5 sampai 10 persen laba sebelum pajak ( 5% untuk pendapatan yang lebih kecil dan
10% untuk pendapatan yang lebih besar)
Persentase variabel berdasarkan yang lebih besar dari total aset atau pendapatan.
Pertimbangan kualitatif
Pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab salah saji. Salah saji yang
secara kuantitatif tidak material dapat bersifat kualitatif. Hal ini dapat terjadi misalnya,
ketika salah saji disebabkan oleh ketidakberesan atau tindakan ilegal oleh entitas.
4
Auditor menetapkan pertimbangan awal materialitas untuk membantu dalam
perencanaan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah jumlah rupiah pertimbangan
awal, semakin banyak bukti yang diperlukan.
Selama audit berlangsung, auditor sering mengubah kebijakan awal materialitas. Hal ini
kita sebut kebijakan tentang materialitas revisian. Auditor perlu melakukan revisi karena
adanya perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan dalam menetapkan kebijakan
awal; dan hal itu berpengaruh terhadap kebijakan awal yang diputuskan auditor yang bisa
menjadi terlalu besar atau terlalu kecil. Ada sejumlah faktor yang berpengaruh pada
kebijakan awal materialitas yang ditetapkan auditor untuk laporan keuangan yang akan
diauditnya. Beberapa faktor terpenting adalah:
a. Konsep materialitas adalah relatif, bukan absolut. Berarti salah saji material bagi suatu
perusahaan belum tentu material juga bagi perusahaan lain.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini :
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
5
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna laporan
keuangan suatu entitas tertentu;
Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industri serta lingkungan
ekonomi yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi.
Standar akuntansi dan standar auditing tidak memberikan pedoman khusus tentang
materialitas bagi para praktisi.hal tersebut disebabkan karena ada kekhawatiran bahwa
pedoman tersebut akan diterapkan tanpa mempertimbangkan berbagai kompleksitas yang
akan mempengaruhi keputusan akhir auditor.
6
Laporan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan atau
kecurangan yang dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan. Dalam perencanaan
audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang
berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap laporan keuangan dapat
memiliki lebih dari satu materialitas.
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas
pada tingkat saldo akun tidakboleh dicampur adukan dengan saldo akun material. Karena
saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas
berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi
keungangan. Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji
dalam akun tersebut.
7
Hubungan antara materialitas dan bukti audit
Jika materialitas rendah jumlah salah saji yang kecil dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan, auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompoten dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, jika materialitas tinggi jumlah salah saji besar baru dapat
mempegaruhi keputusan pemakai informasi keuangan, auditor perlu mengumpulkan bukti
audit kompoten dalam jumlah sedikit. Berbagai kemungkinan antara materialitas, bukti
audit, dan resiko audit digambarkan sebagai berikut:
a. Jika auditor mempertahankan resiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang kumpulkan.
c. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi resiko audit, auditor dapat menempuh
salahs satu dari tiga cara berikut ini:
Menurut SAS No. 56 (AU 329,02) prosedur analitis adalah "evaluasi informasi
keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang logis antar data keuangan
maupun nonkeuangan …….meliputi pembandingan jumlah-jumlah yang tercatat atas
harapan yang dikembangkan oleh auditor". Definisi tersebut menitikberatkan pada harapan
yang dikembangkan oleh auditor dengan mengindentifikasi dan menggunakan hubungan
yang logis yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor. Misalnya,
8
auditor mempelajari hubungan antara biaya komisi dan total penjualan kemudian
dibandingkan dengan tarif komisi penjualan yang berlaku, untuk menguji kewajaran biaya
komisi tahun tersebut. Prosedur analitis ini juga relevan bagi auditor untuk menentukan
bahwa penjualan telah dicatat dengan benar, semua penjualan memperoleh komisi, dan
bahwa tarif komisi penjualan sesuai dengan yang ditetapkan. Namun bila hasil perbandingan
tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang luar biasa, hal tersebut memberikan indikasi
adanya kesalahan saji atau penyimpangan yang perlu dilakukan investigasi lebih luas.
Prosedur analitis juga berguna untuk menduga kondisi keuangan klien dan mengurangi
luasnya pengujian-pengujian. Jika hasil pembandingan tidak menunjukkan adanya fluktuasi
yang abnormal dapat diartikan bahwa kemungkinan kesalahan dan ketidakberesan sangat
kecil sehingga pengujian tidak perlu diperluas.
Prosedur analitis digunakan dalam setiap fase auditing dengan tujuan sebagai berikut :
· Pada fase perencanaan, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, waktu, lingkup
dan prosedur audit.
· Pada fase pengujian, untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis-jenis transaksi.
Prosedur analitis akan dapat membantu auditor dalam perencanaan dengan (1)
meningkatkan pemahaman usaha klien, dan (2) indentifikasi hubungan yang tidak umum
(luar biasa) dan fluktuasi yang tidak diharapkan yang dapat memberikan indikasi adanya
kesalahan saji yang material.
Penggunaan prosedur audit dalam fase perencanaan yang efektif meliputi penyelesaian
langkah-langkah sebagai berikut :
3. Melakukan perhitungan/perbandingan.
9
IDENTIFIKASI PERHITUNGAN/PERBANDINGAN YANG HARUS DIBUAT
menentukan ratio-ratio atau perbandingan yang memenuhi harapan auditor atau sesuai
dengan tujuannya. Misalnya auditor ingin mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan
dalam pemberian komisi penjualan, maka dapat dibuat ratio antar biaya komisi dengan total
penjualan yang hasilnya dibandingkan dengan tarif komisi penjualan yang sudah ditetapkan.
Kecermatan dan luasnya prosedur analitis yang digunakan dalam perencanaan akan
berbeda-beda tergantung atas ukuran dan kerumitan usaha klien, tersedianya data, dan
pertimbangan auditor. Jenis perhitungan dan perbandingan yang pada umumnya digunakan
antara lain adalah :
· Perbandingan data absolut; adalah pembandingan antara satu jumlah tertentu tahun
berjalan, misalnya saldo akun, dengan data anggaran atau prakiraan.
· Persentase per Komponen atau Analisa Vertikal; yaitu dengan menghitung persentasi
masing-masing akun terhadap totalnya, misalnya kas terhadap total aktiva, utang usaha
terhadap total pasiva. Hasil perhitungan tersebut apabila diperbandingkan dengan data
industri dapat memberikan indikasi adanya penyimpangan.
· Analisa Rasio; yaitu perbandingan antara suatu informasi keuangan dengan informasi
keuangan yang lain. Hasil perhitungan ini dapat dianalisa secara individu maupun
kelompok, misalnya rasio likuiditas, efisiensi, profitabilitas, solvabilitas. Dengan
memperbandingkan hasil perhitungan tersebut dengan data rata-rata tahun sebelumnya akan
dapat diketahui fluktuasi atau perubahan yang abnormal yang memerlukan investigasi lebih
lanjut.
· Analisa kecenderungan atau Trend Analysis; yaitu perbandingan suatu data tertentu
untuk beberapa periode akuntansi, baik dalam bentuk absolut, persentase, atau rasio.
10
MENGEMBANGKAN KISARAN HARAPAN
Dasar pemikiran atau alasan penggunaan prosedur analitis dalam auditing adalah
bahwa hubungan antardata diharapkan dapat memberikan indikasi tentang kondisi yang
tidak diketahui. Dasar pemikiran ini digunakan dalam menentukan hasil yang diharapkan
dari berbagai sumber, baik data dari internal maupun eksternal yang bersifat historis maupun
prakiraan. Berikut adalah contoh sumber informasi yang digunakan sebagai pembanding
dalam mengembangkan harapan :
d. Informasi industri tempat klien berusaha, misalnya informasi tentang laba bruto.
Dalam semua hal, dapat dipercayainya dan kecocokan atau keserasian data yang digunakan
untuk mengembangkan harapan harus dipertimbangkan. Misalnya data tahun lalu yang
sudah diaudit lebih dapat dipercaya dari pada data yang tidak diaudit. Dapat tidaknya data
anggaran sebagai pembanding tergantung pada anggapan atau asumsi yang digunakan dalam
penyusunan anggaran. Manfaat data industri tergantung pada tingkat kesesuaian antara
operasi perusahaan dan metode akuntansi dari industri tersebut. Jadi penggunaan data
industri sebagai pembanding mempunyai keterbatasannya, misalnya adanya perbedaan
metode depresiasi atau metode penilaian persediaan yang digunakan oleh klien berbeda
dengan yang digunakan oleh industri pada umumnya.
PELAKSANAAN PERHITUNGAN
11
ANALISA DATA DAN MENENTUKAN PERBEDAAN PENTING
Adanya perbedaan atau fluktuasi yang tidak diharapkan atau yang luar biasa
diinvestigasi dengan mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan dalam
mengembangkan harapan, dan wawancara dengan manajemen. Kadang-kadang informasi
baru akan mendukung perlunya revisi terhadap harapan yang telah dibuat. Jika penjelasan
mengenai perbedaan tersebut tidak diperoleh, auditor harus menentukan pengaruhnya
terhadap perencanaan auditnya.
Adanya perbedaan yang penting yang tidak dapat dijelaskan merupakan indikasi
meningkatnya risiko salah saji dalam satu atau beberapa akun yang masuk dalam
perhitungan atau perbandingan. Dalam beberapa hal, auditor biasanya merencanakan untuk
melakukan pengujian lebih rinci terhadap akun-akun tersebut. Dengan perhatian auditor
langsung pada daerah yang risikonya lebih besar, berarti prosedur analitis dapat pelaksanaan
audit yang lebih efektif dan efisien.
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3. Melakukan perhitungan/perbandingan.
13