Anda di halaman 1dari 16

CHAPTER 8

MATERIALITY DECISIONS
AND PERFORMING ANALYTICAL PROCEDURES
(KEPUTUSAN MATERIALITAS DAN PELAKSANAAN PROSEDUR ANALITIS)

KELOMPOK 5

BUDIMAN TERI A31116303


MUH. FAJRIANSYAH A31116533

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Pengendalian Manajemen yang
berjudul “Keputusan Materialitas Dan Pelaksanaan Prosedur Analitis”.

Harapan kami makalah ini dapat meningkatkan pemahaman dalam mempelajari Sistem
Pengendalian Manajemen terutama dalam materi Perencanaan Strategi. Apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja mohon dimaklumi
dan dimaafkan karena kami masih dalam tahap pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kami menerima
kritikan dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Makassar, 25 Oktober 2018

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................1

C. Tujuan ...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Materiality Decisions .........................................................................................2

2.2 Performing Analytical Procedures ......................................................................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Alinea tanggung jawab auditor dalam laporan auditor independen berisi dua frasa
(dicetak miring di bawah ini) yang berkaitan langsung dengan materialitas dan risiko.

Frasa memproleh keyakinan memadai dimaksudkan untuk memberi informasi kepada


pengguna laporan audit bahwa auditor tidak menjamin kelayakan penyajian laporan keuangan.
Ada sejumlah risiko bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara layak, walaupun auditor
memberi pendapat wajar tanpa pengecualian.

Frasa bebas dari kesalahan penyajian material dimaksdukan untuk memberi informasi
kepada pengguna laporan audit bahwa tanggungjawab auditor berbatas pada informasi
keuangan yang material saja. Materialitas penting artinya karena tidaklah praktis bagi auditor
untuk memberikan jaminan atas jumlah-jumlah yang tidak material.

Materialitas dan risiko adalah dua hal yang fundamental dalam perencanaan audit dan
merancang suatu strategi audit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu materialitas?

2. Bagaimana hubungan antara materialitas dan bukti audit?

3. Apa itu pelaksanaan prosedur analitik?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mampu memahami materialitas

2. Mampu memahami hubungan antara materialitas dan bukti audit

3. Mampu memahami prosedur analitik

1
BAB II

PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MATERIALITAS DAN PELAKSANAAN PROSEDUR ANALITIK

2.1 MATERIALITAS DECISIONS

SAS 47, Audit Risk and Materiality in Conducting an Audit (AU 212.08),
menyatakan agar auditor mempertimbangkan materialitas dalam (1) merencanakan audit
dan (2) mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

KONSEP MATERIALITAS

Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas


(materiality) sebagai :

Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang
yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.

Definisi tersebut mensyaratkan auditor untuk mempertimbangkan baik (1) situasi


yang berkenaan dengan entitas dan (2) informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang akan
bergantung pada laporan keuangan yang akan diaudit. Laporan keuangan mengandung salah
saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya,
secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari
kekeliruan atau kecurangan

Auditor membuat penilaian awal tentang materialitas untuk dua tujuan. Pertama,
mereka membuat penilaian awal tentang materialitas untuk membuat keputusan tentang

2
ruang lingkup prosedur audit. Kedua, auditor membuat penilaian tentang materialitas untuk
mengevaluasi salah saji yang dikenal yang salah yang cukup signifikan untuk meminta
entitas untuk menyesuaikan laporan keuangan, atau auditor akan mengeluarkan opini yang
memenuhi syarat.

PENILAIAN AWAL TENTANG MATERIALITAS

Auditor membuat penilaian awal tentang tingkat materialitas di dalam


perencanaan audit mereka. Penilaian ini seringkali disebut perencanaan materialitas, pada
akhirnya dapat berbeda dari tingkat materialitas yang digunakan pada akhir audit yang
mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan sekitarnya dapat berubah dan (2) informasi
tambahan tentang entitas akan diperoleh selama prosses audit berjalan.

Dalam Perencanaan audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkatan:

 Tingkatan laporan keuangan, karena kewajaran opini auditor akan meluas ke laporan
keuangan yang diambil secara keseluruhan.

 Tingkatan Account Balance, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mecapai
kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat penilaian awal materialias


pada setiap tingkat akan dijelaskan ppada bagian berikut.

Materialitas pada laporan keuangan

Materialitas dalam laporan keuangan adalah salah saji agregat minimum dalam
sebuah laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan keuangan disajikan
secara wajar sesuai standar. Dalam kontex ini, salah saji mungkin saja terjadi melalui
kesalahan penerapan standar.

Dalam perencenaan audit, auditor harus mengenali bahwa ada kemungkinan terjadi
lebih dari satu tingkat materialitas yang terkait dengan laporan keuangan. Untuk laporan
laba rugi, materialitas berkaitan dengan pendapatan, pendapatan operasional, pendapatan

3
sebelum pajak, atau laba bersih. Untuk neraca materialitas bisa di dasarkan pada total asset,
asset saat ini, modal kerja, atau modal stockholders.

Dalam membuat sebuah penilaian tentang materialitas, auditor mulanya menentukan


agregat (keseluruhan) tingkat materialitas pada tiap laporan. Contohnya, diperkirakan bahwa
ada salah pencatatan sebesar Rp. 100.000 dalam laporan laba rugi dan Rp. 200.000 untuk
neraca saja akan menjadi salah saji materialitas.

Penilaian awal auditor tentang materialitas sering dibuat enam sampai sembilan
bulan sebelum tanggal neraca. Dengan demikian, penilaian dapat didasarkan pada data
laporan keuangan interim tahunan. Atau, mereka mungkin didasarkan pada hasil keuangan
satu atau lebih tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan perubahan saat ini, seperti
kondisi umum ekonomi dan tren industri. Penilaian Materialitas melibatkan pertimbangan
kuantitatif dan kualitatif.

Pertimbangan kuantitatif

Saat ini, baik standar akuntansi maupun audit tidak memuat panduan resmi tentang ukuran
kuantitatif materialitas. Berikut ini menggambarkan beberapa pedoman yang digunakan
dalam praktek.

 5 sampai 10 persen laba sebelum pajak ( 5% untuk pendapatan yang lebih kecil dan
10% untuk pendapatan yang lebih besar)

 ½ sampai 1 persen dari total aset

 1 persen dari equitas

 ½ sampai 1% dari laba kotor

 Persentase variabel berdasarkan yang lebih besar dari total aset atau pendapatan.

Pertimbangan kualitatif

Pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab salah saji. Salah saji yang
secara kuantitatif tidak material dapat bersifat kualitatif. Hal ini dapat terjadi misalnya,
ketika salah saji disebabkan oleh ketidakberesan atau tindakan ilegal oleh entitas.

4
Auditor menetapkan pertimbangan awal materialitas untuk membantu dalam
perencanaan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah jumlah rupiah pertimbangan
awal, semakin banyak bukti yang diperlukan.

Selama audit berlangsung, auditor sering mengubah kebijakan awal materialitas. Hal ini
kita sebut kebijakan tentang materialitas revisian. Auditor perlu melakukan revisi karena
adanya perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan dalam menetapkan kebijakan
awal; dan hal itu berpengaruh terhadap kebijakan awal yang diputuskan auditor yang bisa
menjadi terlalu besar atau terlalu kecil. Ada sejumlah faktor yang berpengaruh pada
kebijakan awal materialitas yang ditetapkan auditor untuk laporan keuangan yang akan
diauditnya. Beberapa faktor terpenting adalah:

a. Konsep materialitas adalah relatif, bukan absolut. Berarti salah saji material bagi suatu
perusahaan belum tentu material juga bagi perusahaan lain.

b. Diperlukan dasar tertentu untuk mengevaluasi materialitas. Karena materialitas bersifat


relatif, diperlukan dasar untuk menentukan apakah salah saji itu material. Laba bersih
sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama untuk menentukan berapa jumlah material
bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap sebagai item
informasi yang penting bagi para pemakai.

c. Faktor kualitatif juga mempengaruhi materialitas. Contohnya yaitu:

 Jumlah karena ketidakberesan lebih penting daripada kekeliruan yang tidak


disengaja karena ketidakberesan mencerminkan kejujuran dan keandalan dari pihak
manajemen atau pihak yang terlibat.

 Kekeliruan yang kecil dianggap material jika berhubungan dengan kewajiban


kontrak.

 Kekeliruan yang tidak material dapat menjadi material kalau mempengaruhi


kecenderungan laba.

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini :

a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.

5
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

Penentuan materialitas membutuhkan penggunaan pertimbangan profesional. Sebagai


langkah awal dalam menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan,
presentase tertentu seringkali diterapkan pada suatu tolok ukur yang telah dipilih. Faktor-
faktor yang dapat memengaruhi proses identifikasi suatu tolok ukut yang tepat mencakup:

 Unsur-unsur laporan keuangan;

 Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna laporan
keuangan suatu entitas tertentu;

 Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industri serta lingkungan
ekonomi yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi.

 Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas; dan

 Fluktuasi relatif tolok ukur tersebut.

Standar akuntansi dan standar auditing tidak memberikan pedoman khusus tentang
materialitas bagi para praktisi.hal tersebut disebabkan karena ada kekhawatiran bahwa
pedoman tersebut akan diterapkan tanpa mempertimbangkan berbagai kompleksitas yang
akan mempengaruhi keputusan akhir auditor.

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama auditor


menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, kedua pada saat mengevaluasi bukti-
bukti audit dalam pelaksanaan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat
estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah dalam laporan
keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang
diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan. Jadi auditor harus
mempertimbangkan dengan baik penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit. Jika
auditor menentukan jumlah materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu
dan usaha yang sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika auditor menentukan jumlah
rupiah materialitas terlalu tinggi auditor akan mengabaikan salah saji yang signifikan
sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang
sebenarnya berisi salahsaji material.

6
Laporan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan atau
kecurangan yang dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan. Dalam perencanaan
audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang
berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap laporan keuangan dapat
memiliki lebih dari satu materialitas.

Materialitas pada tingkatan saldo rekening

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas
pada tingkat saldo akun tidakboleh dicampur adukan dengan saldo akun material. Karena
saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas
berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi
keungangan. Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji
dalam akun tersebut.

Dalam mempertimbangakan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus


mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan
keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna
mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual namun, jika
digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap laporan
keuangan secara keseluruhan.

Alokasi materialitas laporan keuangan pada akun akun

Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan


diklasifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh
dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara individual.
Pengalokasian ini dapat dilakukan baik untuk akun neraca maupun akun laba-rugi. Namun,
karena hampir semua salah saji laporan laba rugi mempengeruhi neraca dan karena akun
neraca lebih sedikit banyak auditor melakuan alokasi atas dasar akun neraca. Dalam
melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji
dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun
tersebut.

7
Hubungan antara materialitas dan bukti audit

Jika materialitas rendah jumlah salah saji yang kecil dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan, auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompoten dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, jika materialitas tinggi jumlah salah saji besar baru dapat
mempegaruhi keputusan pemakai informasi keuangan, auditor perlu mengumpulkan bukti
audit kompoten dalam jumlah sedikit. Berbagai kemungkinan antara materialitas, bukti
audit, dan resiko audit digambarkan sebagai berikut:

a. Jika auditor mempertahankan resiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang kumpulkan.

b. Jika auditor mempertambahkan tingkat materialitasa konstan dan mengurangi jumlah


bukti audit yang dikumpulkan, resiko audit menjadi meningkat.

c. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi resiko audit, auditor dapat menempuh
salahs satu dari tiga cara berikut ini:

 Menambah tingkat materialtas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit


yang dikumpulkan .
 Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap dipertahankan.
 Menambah setiap jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.

2.2 PERFORMING ANALYTICAL PROCEDURES (PELAKSANAAN PROSEDUR


ANALITIS)

Menurut SAS No. 56 (AU 329,02) prosedur analitis adalah "evaluasi informasi
keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang logis antar data keuangan
maupun nonkeuangan …….meliputi pembandingan jumlah-jumlah yang tercatat atas
harapan yang dikembangkan oleh auditor". Definisi tersebut menitikberatkan pada harapan
yang dikembangkan oleh auditor dengan mengindentifikasi dan menggunakan hubungan
yang logis yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor. Misalnya,

8
auditor mempelajari hubungan antara biaya komisi dan total penjualan kemudian
dibandingkan dengan tarif komisi penjualan yang berlaku, untuk menguji kewajaran biaya
komisi tahun tersebut. Prosedur analitis ini juga relevan bagi auditor untuk menentukan
bahwa penjualan telah dicatat dengan benar, semua penjualan memperoleh komisi, dan
bahwa tarif komisi penjualan sesuai dengan yang ditetapkan. Namun bila hasil perbandingan
tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang luar biasa, hal tersebut memberikan indikasi
adanya kesalahan saji atau penyimpangan yang perlu dilakukan investigasi lebih luas.
Prosedur analitis juga berguna untuk menduga kondisi keuangan klien dan mengurangi
luasnya pengujian-pengujian. Jika hasil pembandingan tidak menunjukkan adanya fluktuasi
yang abnormal dapat diartikan bahwa kemungkinan kesalahan dan ketidakberesan sangat
kecil sehingga pengujian tidak perlu diperluas.

Prosedur analitis digunakan dalam setiap fase auditing dengan tujuan sebagai berikut :

· Pada fase perencanaan, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, waktu, lingkup
dan prosedur audit.

· Pada fase pengujian, untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis-jenis transaksi.

Prosedur analitis akan dapat membantu auditor dalam perencanaan dengan (1)
meningkatkan pemahaman usaha klien, dan (2) indentifikasi hubungan yang tidak umum
(luar biasa) dan fluktuasi yang tidak diharapkan yang dapat memberikan indikasi adanya
kesalahan saji yang material.

Penggunaan prosedur audit dalam fase perencanaan yang efektif meliputi penyelesaian
langkah-langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat.

2. Mengembangkan kisaran harapan

3. Melakukan perhitungan/perbandingan.

4. Analisis data dan mengidentifikasi perbedaan yang penting.

5. Investigasi perbedaan yang tidak diharapkan (perbedaan yang luar biasa).

6. Menentukan pengaruhnya terhadap rencana audit.

9
IDENTIFIKASI PERHITUNGAN/PERBANDINGAN YANG HARUS DIBUAT

menentukan ratio-ratio atau perbandingan yang memenuhi harapan auditor atau sesuai
dengan tujuannya. Misalnya auditor ingin mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan
dalam pemberian komisi penjualan, maka dapat dibuat ratio antar biaya komisi dengan total
penjualan yang hasilnya dibandingkan dengan tarif komisi penjualan yang sudah ditetapkan.
Kecermatan dan luasnya prosedur analitis yang digunakan dalam perencanaan akan
berbeda-beda tergantung atas ukuran dan kerumitan usaha klien, tersedianya data, dan
pertimbangan auditor. Jenis perhitungan dan perbandingan yang pada umumnya digunakan
antara lain adalah :

· Perbandingan data absolut; adalah pembandingan antara satu jumlah tertentu tahun
berjalan, misalnya saldo akun, dengan data anggaran atau prakiraan.

· Persentase per Komponen atau Analisa Vertikal; yaitu dengan menghitung persentasi
masing-masing akun terhadap totalnya, misalnya kas terhadap total aktiva, utang usaha
terhadap total pasiva. Hasil perhitungan tersebut apabila diperbandingkan dengan data
industri dapat memberikan indikasi adanya penyimpangan.

· Analisa Rasio; yaitu perbandingan antara suatu informasi keuangan dengan informasi
keuangan yang lain. Hasil perhitungan ini dapat dianalisa secara individu maupun
kelompok, misalnya rasio likuiditas, efisiensi, profitabilitas, solvabilitas. Dengan
memperbandingkan hasil perhitungan tersebut dengan data rata-rata tahun sebelumnya akan
dapat diketahui fluktuasi atau perubahan yang abnormal yang memerlukan investigasi lebih
lanjut.

· Analisa kecenderungan atau Trend Analysis; yaitu perbandingan suatu data tertentu
untuk beberapa periode akuntansi, baik dalam bentuk absolut, persentase, atau rasio.

. Hubungan informasi keuangan dan non keuangan yang relevan ; informasi


nonkeuangan seperti jumlah karyawan, rekaman persegi ruang penjualan dan volume barang
yang diproduksi dapat digunakan dalam memperkirakan saldo akun terkait seperti biaya
penggajian, penjualan dan biaya barang yang diproduksi. Informasi noon keuangan itu
penting karena ini merupakan alat ukur yang mendorong hasil keuangan.

10
MENGEMBANGKAN KISARAN HARAPAN

Dasar pemikiran atau alasan penggunaan prosedur analitis dalam auditing adalah
bahwa hubungan antardata diharapkan dapat memberikan indikasi tentang kondisi yang
tidak diketahui. Dasar pemikiran ini digunakan dalam menentukan hasil yang diharapkan
dari berbagai sumber, baik data dari internal maupun eksternal yang bersifat historis maupun
prakiraan. Berikut adalah contoh sumber informasi yang digunakan sebagai pembanding
dalam mengembangkan harapan :

a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan


memperhatikan perubahan yang diketahui.

b. Hasil yang diantisipasi; misalnya anggaran atau prakiraan, termasuk ekstrapolasi


dari data interim atau tahunan.

c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam suatu periode.

d. Informasi industri tempat klien berusaha, misalnya informasi tentang laba bruto.

e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.

Dalam semua hal, dapat dipercayainya dan kecocokan atau keserasian data yang digunakan
untuk mengembangkan harapan harus dipertimbangkan. Misalnya data tahun lalu yang
sudah diaudit lebih dapat dipercaya dari pada data yang tidak diaudit. Dapat tidaknya data
anggaran sebagai pembanding tergantung pada anggapan atau asumsi yang digunakan dalam
penyusunan anggaran. Manfaat data industri tergantung pada tingkat kesesuaian antara
operasi perusahaan dan metode akuntansi dari industri tersebut. Jadi penggunaan data
industri sebagai pembanding mempunyai keterbatasannya, misalnya adanya perbedaan
metode depresiasi atau metode penilaian persediaan yang digunakan oleh klien berbeda
dengan yang digunakan oleh industri pada umumnya.

PELAKSANAAN PERHITUNGAN

Dalam langkah perhitungan termasuk pengumpulan data yang diperlukan dalam


perhitungan perbedaan jumlah absolut dan persentase per komponen, data rasio, termasuk
juga perolehan data industri yang akan digunakan sebagai pembanding. Dalam melakukan
perhitungan dan pembandingan biasanya digunakan alat pembantu, misalnya kalkulator atau
komputer.

11
ANALISA DATA DAN MENENTUKAN PERBEDAAN PENTING

Dalam menganalisa perhitungan dan pembandingan, diperlukan pemahaman


terhadap usaha klien. Misalnya dalam pembadingan data perusahaan tahun berjalan dengan
tahun sebelumnya akan dapat membantu auditor dalam memahami pengaruh kejadian dan
keputusan penting terhadap laporan keuangan klien, dari pada dengan data industri karena
adanya karakteristik tertentu pada perusahaan klien. Sebagai pedoman dalam analisa data
adalah mengindentifikasi fluktuasi yang tidak diharapkan atau tidak adanya fluktuasi yang
diharapkan yang merupakan indikasi atau tanda-tanda semakin besarnya risiko salah saji.
Hal yang paling sulit dalam tahap analisa adalah menentukan besarnya perbedaan atau
fluktuasi yang memerlukan tindakan investigasi lebih lanjut. Dalam penentuan besarnya
perbedaan atau fluktuasi ada yang menggunakan model statistik, namun ada pula yang
menggunakan rumus-rumus sederhana misalnya perbedaan yang melebihi : (1) jumlah
rupiah tertentu yang telah ditetapkan; (2) suatu persentase tertentu; (3) kombinasi antara
keduanya (jumlah rupiah dan persentase).

INVESTIGASI PERBEDAAN SIGNIFIKAN YANG TIDAK TERDUGA

Adanya perbedaan atau fluktuasi yang tidak diharapkan atau yang luar biasa
diinvestigasi dengan mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan dalam
mengembangkan harapan, dan wawancara dengan manajemen. Kadang-kadang informasi
baru akan mendukung perlunya revisi terhadap harapan yang telah dibuat. Jika penjelasan
mengenai perbedaan tersebut tidak diperoleh, auditor harus menentukan pengaruhnya
terhadap perencanaan auditnya.

MENENTUKAN EFEK PADA PERENCANAAN AUDIT

Adanya perbedaan yang penting yang tidak dapat dijelaskan merupakan indikasi
meningkatnya risiko salah saji dalam satu atau beberapa akun yang masuk dalam
perhitungan atau perbandingan. Dalam beberapa hal, auditor biasanya merencanakan untuk
melakukan pengujian lebih rinci terhadap akun-akun tersebut. Dengan perhatian auditor
langsung pada daerah yang risikonya lebih besar, berarti prosedur analitis dapat pelaksanaan
audit yang lebih efektif dan efisien.

12
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Materialitas menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) merupakan


Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan
atau salah saji tersebut.

Penggunaan prosedur audit dalam fase perencanaan yang efektif meliputi


penyelesaian langkah-langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat.

2. Mengembangkan kisaran harapan

3. Melakukan perhitungan/perbandingan.

4. Analisis data dan mengidentifikasi perbedaan yang penting.

5. Investigasi perbedaan yang tidak diharapkan (perbedaan yang luar biasa).

6. Menentukan pengaruhnya terhadap rencana audit.

13

Anda mungkin juga menyukai