Disusun Oleh:
Kelompok 9
Nama Anggota :
1. Anindiya Putri Ramadani. SM (18312244002)
2. Azizah Ayu Anggraini (18312244011)
3. Nandini Dwi Anandita (18312244012)
Kelas D
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. M. Jandra Bin Mohd. Janan
Abstrak
Islam mewajibkan setiap muslim dan muslimahnya untuk menutup aurat. Ketentuan batas-
batas aurat yang wajib bagi para muslim dan terutama muslimah sudah dijelaskan dalam
Alquran surat Al-Azhab : 59, Allah, swt berfirman : “ Hai nabi, katakanlah kepada istri-
istrimu, anak – anak perempuanmu dan istri –istri orang ukmin; Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”. Cara berpakaian muslimah saat ini ada bermacam macam model, salah
satunya adalah dengan menggunakan cadar atau niqab. Penggunaan cadar atau niqab ini,
biasanya digunakan untuk menutup aurat, terutama bagian wajah. Hal itu digunakan sebagai
pembatas pandangan muslim kepada muslimahnya. Ulama 4 madzhab semuanya
menganjurkan wanita muslimah untuk memakai cadar, bahkan sebagiannya sampai kepada
anjuran wajib.
Kata kunci : Cadar
Abstract
Islam requires every moslem and moslem woman to cover genitals. Provisions on the
boundaries og genitalia that are mandatory for moslem and moslem women have been
explained in the Quran Al-Azhab 59, Allah, swt believes in “the prophet, the catechism of the
wife of your wife, your daughter and the wife of uknin wife. Because of that they are not
distrubed. And Allah is Forgiving, Most Merciful”. The way to dress moslem women at this
time there are various types of the models, one of which is to use veils or niqab. Is usually used
to cover genitals, especially the face. Used as a barrier to the view of moslems to moslem
women. 4 ulema scholars recommend moslem women to wear veils, even some of them are up
to the mandotary all.
Keyword : Veils.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Pemakaian hijab sebagai penutup aurat bagi muslimah merupakan salah satu
catatan penting diberbagai pelosok dunia khususnya di Indonesia. Sebagai negara
berkembang dengan mayoritas masyarakatnya beragama Islam, penggunaan jilbab atau
lebih utamanya cadar bagi muslimah di Indonesia masih menjadi suatu kontroversi.
Dalam konteks sosial, keberadaan perempuan bercadar masih belum dapat diterima
secara penuh oleh masyarakat. Melihat kondisi dimana wanita bercadar di Indonesia
khususnya menjadi kelompok yang minoritas dalam masyarakat. Wanita atau muslimah
bercadar sering diidentikkan dengan stigma negatif sehingga dalam kehidupannya
wanita bercadar menjadi sulit berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya karena
sebagian besar masyarakat Indonesia berstigma negatif terhadap pemakaian cadar
dikaitkan dengan aliran Islam fundamental yang erat kaitannya dengan tindakan
terorisme, ekstrim dan keras.
Dalam hal ini telah terjadi pemberian atribusi sosial yang negatif terhadap para
perempuan bercadar. Atribusi yang dilakukan mencoba untuk mencari alasan dibalik
penggunaan cadar bagi seorang perempuan muslimah. Atribusi adalah kecenderungan
seseorang untuk menilai orang lain berdasarkan sifat-sifat, tujuan atau kemampuan
tertentu mengharuskan kita untuk membuat kesimpulan tentang mereka. Dan juga
karena banyaknya muslimah yang menggunakan cadar sehingga muncul sebuah
stegmen bahwa cadar merupakan suatu budaya dari masyarakat islam.
II. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan dari latar belakang yang ada adalah
Cadar banyak digunakan oleh para muslimah, sehingga muncul stegmen bahwa cadar
merupakan salah satu budaya masyarakat islam itu sendiri sehingga memberi
pandangan buruk kepada muslimah yang bercadar.
III. Pertanyaan penelitian
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang ada, didapatkan pertanyaan yaitu
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan cadar?
2. Bagaimana cadar dapat masuk dan berkembang di indonesia?
3. Untuk apa para muslimah menggunakan cadar?
4. Mengapa seorang muslimah yang mengguanakan cadar diberikan atribusi yang
negatif?
IV. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah :
1. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan cadar.
2. Dapat menjelaskan bagaimana proses masuknya cadar ke indonesia.
3. Dapat menjelaskan apakah seorang muslimah perlu untuk menggunakan cadar.
4. Dapat mengetahui mengapa seorang yang mengguanakan cadar diberikan
atribus yang negatif.
V. Metode pengumpulan data
Metode untuk pengumpulan data ini, dilakukan dengan cara mengkaji buku
yang ada di perpustakaan UPT UNY, tetapi karena banyaknya buku yang tidak
membahas mengenai cdar tersebut. Maka, 90% materi yang kami mencari berasal dari
web dan jurnal yang ada serta relevan dan sesuai dengan masalah yang dibahas dalam
makalah ini. Dan juga kami mengamati serta menganalisis kejadian yang ada di
masyarakat sekitar mengenai kasus cadar ini, sehingga dapat menjadi bahan yang dapat
kami bahas pada makalah kami.
VI. Hasil yang ingin dicapai
Hasil yang ingin dicapai dari melalui makalah ini adalah para muslimah dapat
mengetahui adab adab dalam berpenampilan dan berbusana yang baik dan sesuai
dengan syariat islam yang ada. Juga dapat mengetahui bagaimana pandangan islam
tentang cadar terutama dari masyarakat di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Cadar
Cadar adalah kain penutup muka atau sebagian wajah wanita, hanya matanya saja
yang tampak, dalam bahasa Arabnya khidr, tsiqab, sinonim dengan burqu’ (Mulhandi
Ibnu Haj, 2006:6). Untuk itu cadar dipahami sebagai pakaian wanita yang menutup
wajah. Umat Islam diluar daerah Arab mengenal cadar atau niqab dari salah satu
penafsiran ayat al-quran di surat An-Nur (ayat: 31) dan surat Al-Ahzab (ayat: )yang
diuraikan oleh sebagian sahabat Nabi, sehingga pembahasan cadar wanita dalam islam
masuk ke dalam salah satu pembahasan disiplin ilmu islam termasuk fiqh dan sosial.
Cadar adalah sesuatu yang menutupi tubuh wanita, merupakan salah satu hijab
yang dikenal di beberapa tempat, dahulu cadar tidak hanya menutupi wajah tetapi juga
menutupi seluruh tubuh wanita agar tidak terlihat oleh pria asing. Al- Khaba’adalah
tempat tinggal wanita yang tertutup dari pandangan. (nasarudin umar, 1996 : 36)
Cadar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti kain penutup kepala
atau muka (bagi perempuan). Dalam bahasa Arab cadar disebut dengan niqab. Niqob
bentuk jamaknya Nuquub. Dalam kamus Al-Munawwir Niqab berarti kain tutup muka.
Dalam kamus Lisaanul Arab kata niqab yaitu kain penutup wajah bagi perempuan
hingga hanya kedua mata saja yang terlihat. Dari arti kata cadar di atas, dapat dipahami
bahwa cadar adalah suatu nama yang diperuntukkan bagi pakaian yang berfungsi untuk
menutup wajah bagi perempuan.
Sebelum mengulas sejarah penggunaan cadar (Arab: niqab) dalam Islam pertama
kali yang harus ditegaskan di sini adalah bahwa cadar sebelum Islam datang sudah
digunakan oleh perempuan di wilayah “gurun pasir”.
Abdul Halim Abu Syuqqah dalam An-Niqab fi Syariat al-Islam, (2008: 48)
menyatakan bahwa niqab merupakan bagian dari salah satu jenis pakaian yang
digunakan oleh sebagian perempuan di masa Jahiliyyah. Kemudian model pakaian
ini berlangsung hingga masa Islam. Nabi Muhammad SAW tidak
mempermasalahkan model pakaian tersebut, tetapi tidak sampai mewajibkan,
menghimbau ataupun menyunahkan niqab kepada perempuan. Andaikan niqab
dipersepsikan sebagai pakaian yang dapat menjaga marwah perempuan dan
“wasilah” untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka -sebagaimana klaim
sejumlah pihak- niscaya Nabi Muhammad SAW akan mewajibkannya kepada isteri-
isterinya yang dimana mereka (isteri-isteri Nabi) adalah keluarga yang paling berhak
untuk dijaga oleh Nabi. Namun justru Nabi tidak melalukannya. Juga tidak berlaku
bagi sahabat-sahabat perempuan Nabi. Hal ini merupakan bukti bahwa niqab -
meskipun terus ada hingga di masa Islam- hanyalah sebatas jenis pakaian yang
dikenal dan dipakai oleh sebagian perempuan. Kemudian bagi ummahat al-
mukminin (isteri-isteri Nabi) memiliki perbedaan dimana mereka dikhususkan atas
kewajiban mengenakan hijab di dalam rumah dan menutup semua badan dan
wajahnya ketika keluar dari rumah sebagai bentuk memperluas hijab yang
diwajibkan di dalam rumah.
Secara bahasa hijab diartikan sebaga pembatas yang memisahkan dua obyek. Jadi
apapun yang memisahkan kedua obyek tersbut daopat dikatakan hijab. Hijab dalam arti
bahasa ini dapat berupa tembok, kain, atau yang serupa dengan tujuan untuk menjadi
tirai yang memisahkan kedua obyek. Trend belakangan ini, hijab dimaknai dengan
pakaian muslimah yang syar’i. Menarik untuk kita cermati bersama, hijab dalam arti
pembatas hingga berubah menjadi pakaian muslimah dari sejarah yang telah berlalu,
sehingga tulisan ini berupaya memberikan gambaran asal mula penamaan hijab hingga
masa sekarang.
Hijab telah dikenal oleh berbagai bangsa dan masyarakat Timur kuno sejak dahulu.
Bentuk hijab yang dikenal oleh bangsa-bangsa tersebut sangat beragam. Hijab yang
dikenal oleh wanita Yunani kuno berbeda dengan hijab yang dipakai oleh wanita
Romawi dan Arab Jahiliah.
Menurut Eipstein konsep hijab dalam arti menutup kepala sudah di kenal sebelum
datangnya agama-agama samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam). Tradisi penggunaan
kerudung yang merupakan bagian dari hijab, sudah dikenal dalam hukum
kekeluargaan Asyiria.
Hukum ini mengatur bahwa istri, anak perempuan, janda, bila bepergian ke tempat
umum harus menggunakan kerudung. Bahkan lebih jauh lagi ketika Adam dan hawa
di turunkan ke bumi maka persoalan pertama yang dialami ialah bagaimana menutup
kemaluan (aurat) (QS Thoha:121)
Dalam hijab, Injil pasal kejadian, ayat 65, bagian 24 disebutkan : “Ia berkata kepada
hamba-Nya : Siapa laki-laki yang berjalan menuju taman berjalan menuju kita?
‘Hamba itu menjawab : “Dia adalah tuanku. maka Maryam mengambil tudung dan
menutup dirinya”. “Maha Ishaq memasukkan Maryam kepada khaba’. milik ibunya,
kemudian ia memuliakannya.dan akhirnya wanita itu menjadi istri yang di cintainya.
Hijab merupakan tradisi bagi Yunani dan Romawi sebelum datangnya Islam beratus-
ratus tahun sebelumnya. Hijab memiliki peran yang penting dalam masyarakat
Yunani, peradaban Yunani dapat hidup betahan lebih lama selama wanitanya masih
mempertahankan tudung dan hijabnya.
Akhirnya peradaban yang maju itu mengalami kemerosotan dan kemunduran karena
wanitanya dibiarkan bebas mutlak untuk melepaskan hijabnya dan mereka boleh
mengerjakan apa saja, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dikerjakan
oleh kaum laki- laki, demi kebebasan.
Manakala, wanita Romawi tidak memakai hijab lagi dan mulai meninggalkan
rumahnya, Imperium Romawi mengalami kemunduran hebat yang mengakibatkan
runtuhnya Imperium Romawi yang besar itu.
Bangsa arab pada zaman Jahiliah telah mengenal hijab. Mereka menganggapnya
sebagai salah satu tradisi persahabatan dan percintaan. Anak wanita yang sudah
mencapai usia masa kawin dan mulai menampakkan rasanya malunya, maka ia
mengenakan hijab sebagai pertanda ia minta lekas dinikahkan, dan biasanya mereka
dalam memakai hijab tidak hanya terbatas pada wajahnya, kecuali bila sedang
ditimpa musibah. Ada beberapa syair tentang hijab yang ditulis oleh para penyair
Arab di zaman Jahiliah :
Sejak Zubair bin Salma (yang menceritakan keluarga Al- Husain) : “Aku tidak tahu
dan aku mesti akan tahu, Apakah aku sedang berdiri didepan keluarga Husain atau
dihadapan para wanita, Bila dikatakan para wanita yang bersembunyi, Maka
benarlah bahwa wanita yang melindungi dirinya mendapat ke hormatan.”Sajak
Taufail bin Auf-Ghanawi: “Dengan penutup muka tidak akan mengurangi
kehormatannya kemuliaannya tetap terjaga, dan kecantikannya dapat di nikmati bila
telah tiba saatnya.”
Hijab memiliki berbagai macam bentuk. Diantara bentuk tersebut adalah cadar.
Sajak Taubah bin Al-Humair (buat kekasihnya, Laila Al-Akhliyah) “Manakala aku
mendatangi Laila yang sedang bercadar, Aku ragu akan dia karena cadar yang di
pergunakan”.
Bentuk hijab lain adalah kerudung (an-niqab). Penyair mengatakan “Kalau kerudung
di kharamkan penggunaannya untuk wanita. Maka tidak di ragukan lagi mereka akan
berubah menjadi jelek. Bentuk hijab lain adalah sejenis kerudung (al-khimar). Sajak
An-Nabigyani : “Kerudung terjatuh padahal tidak hendak menjatuhkannya, Dengan
sigap ia menyambarnya dengan tangan, Di remang cahaya, seakan jemarinya meraih
kelembutan.”
Makna hijab lebih luas dari yang tersebut diatas. Ia mencangkup kamar pribadi
wanita, yang dalam bahasa arab disebut dengan al-khaba’ dan al-khudr. Dua kata
itulah yang sering di pakai oleh para penyair karena mengandung muatan makna
keagungan, kesucian, dan keluhuran.
Sebab makna kata tersebut setara dengan tempat tinggal dan perlindungan wanita
yang tidak mungkin terjamah oleh lelaki asing. Umru’ul Qays pernah
mengungkapkan khaba’ kekasihya, Unaizah, sebagai berikut: “Putih kamar pribadi
wanita tidak meragukan, Diriku meras puas mencandainya di bilik itu tanpa gusar.
Ada bentuk hijab yang lain seperti: sarung, selimut baju besi dan jilbab, serta
sekedup yang dipakai untuk membawa wanita yang diletakkan diatas punggung
unta.
Konsep hijab sebenarnya bukanlah milik Islam, jauh sebelum zaman Nabi saw,
tradisi berkerudung sudah ada dan menjadi tradisi berbusana santun di kalangan
perempuan-perempuan yang hidup jauh sebelum kelahiran Nabi saw.Tradisi
penggunaan hijab dalam Islam berbeda dengan tradisi Yahudu dan Nasrani.
Dalam Islam, tradisi penggunaan hijab tidak ada keterkaitan sama sekali dengan
kutukan atau menstruasi. Dalam Islam, hijab dan menstruasi pada perempuan
mempunyai konteksnya sendiri.
Penggunaan hijab lebih dekat pada etika dan estetika dari pada kepersoalan substansi
ajaran. Perintah penggunaan hijab dalam Islam di dasarkan pada dua ayat dalam Al-
Qur’an yaitu QS. Al-Ahzab/33:59 dan QS.An Nur/24:31.
Kedua ayat di atas turun setelah peristiwa fitnah keji terhadap Aisyah yang di
lakukan oleh Abdullah Ibn Saba’ dan teman-temannya dari kaum munafik Madinah.
Peristiwa terhadap Siti Aisyah ini disebut peristiwa Al-Ifk.
Sejak peristiwa tersebut, turun ayat lain yang cenderung membatasi ruang gerak
keluarga Nabi, khususnya dalam dua ayat di atas. Ayat ini turun (QS. Al-Ahzab/59
dan QS. An-Nur/31), karena masyarakat Madinah ketika itu berada dalam keadaan
tidak tentram, yaitu situasi perang yang beruntun dan berkepanjangan.
Ketika itu kaum bangsawan mangenakan jilbab. Kaum ini hampir tidak pernah
mendapatkan pelecehan seksual dari laki-laki nakal. Sehingga untuk melindungi
masyarakat muslim di perintahkanlah untuk memakai jilbab.
Di beberapa negara Islam pakaian sejenis jilbab dikenal dengan beberapa istilah,
seperti cadar di Iran, pardeh di India dan Palestina, milayat di libya, abayadi di Irak,
charshaf di Turki, hijab di beberapa negara Afrika seperti Mesir, sudan, Yaman.
Pergeseran makna hijab dari semula tabir berubah makna menjadi pakaian penutup
aurat perempuan pada abad 4 H.
Beryi Causai Syamwil, yang termasuk generasi awal pemakaian jilbab di Indonesia.
Dia menunjukan selendang tipis yang di kenakan perempuan Indonesia untuk
menutupi sebagian rambutnya sebagai bukti dan proses menuju penggunaan jilbab.
Selain itu Beryi juga menunjukan proses baju bodo, busana baju bugis yang pada
awalnya hanya berupa selembar sutera halus yang tembus pandang, namun
kemudian menjadi tujuh lapis ketika Islam masuk.
1. Berdasarkan fakta
Justru pakaian tradisional dan budaya Arab itu tidak memakai cadar, bahkan
ada yang tidak menutup kepala dan terlihat rambut mereka.
2. Berdasarkan dalil
Dahulunya sebelum turun ayat jilbab, mereka tidak berjilbab apalagi memakai
cadar. Jika memang budaya Arab memakai cadar, tentu mereka sudah memakai
cadar. Ketika turun ayat agar wanita memakai jilbab, maka para sahabiyah yang
sebelumnya sebagian tidak memakai jilbab, mereka langsung memakai jilbab
dan memakai cadar.
َسآ ِء ْال ُمؤْ ِمنِينَ يُدْنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِمن َجالَبِيبِ ِه َّن ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُ ْع َر ْفنَ فَالَ يُؤْ ذَيْنَ َو َكان ِ ي قُل أل َ ْز َو
َ ِاجكَ َوبَنَاتِكَ َون ُّ ِيَآأَيُّ َها النَّب
ورا َّر ِحي ًما ً ُغف َ ُ هللا
َ ي ي ُْر ِخينَ بَ ْعض َها َعلَى ْال ُو ُجوه إذَا َخ َرجْ نَ ِل َحا َجتِ ِه َّن َّإَّل
ِ ع ْينًا َو
احدَة ْ َ ِي ْال ُم َال َءة الَّتِي ت َ ْشت َِمل بِ َها ْال َم ْرأَة أ
َ َوه
يدنين عليهن من جالبيبهن خرج نساء األنصار كأن علي رؤوسهن الغربان من األكسية:لما نزلت
أخﺬن أزرهن فشﻘﻘنها من قبل الحواﺷي فاختمرن بها, } وليضربن بﺨمرهن على جيوبهن: لما نزلت هﺬه اﻵية
“Ketika turun ayat ini, yaitu: ‘Dan perintahkanlah agar mereka menjulurukan kain
kudung mereka hingga dada-dada mereka.’ Mereka langsung mengambil kain-kain
mereka dan merobek ujung-ujungnya, maka mereka berkhimar dengannya.”
Banyak dalil-dalil dan pendapat ulama yang menerangkan bahwa hukum cadar
adalah sunnah dan ada juga di antara mereka yang berpendapat wajibnya cadar.
Alasan mereka melarang cadar karena budaya Arab juga tidak masuk akal, karena
seharusnya mereka melarang juga budaya lainnya seperti jins ketat, pacaran,
valentine, rok mini yang bukan budaya Indonesia juga.
Diantara bukti lain bahwa cadar (dan juga jilbab) adalah budaya Islam :
َوقَ ْرنَ فِي بُيُوتِ ُك َّن َو ََّل تَبَ َّرجْ نَ تَبَ ُّر َج ْال َجا ِه ِليَّ ِة ْاألُولَى
2. Ketika turun ayat hijab, para wanita muslimah yang beriman kepada
Rasulullah Shallalahu’alaihi Wasallam seketika itu mereka mencari kain apa
saja yang bisa menutupi aurat mereka. ‘Aisyah Radhiallahu’anha berkata:
َ َت َه ِﺬ ِه ْاﻵيَة ُ ) َو ْليَض ِْربْنَ بِ ُﺨ ُم ِره َِّن َعلَى ُجيُوبِ ِه َّن ( أ َ َخﺬْنَ أ ُ ْز َره َُّن ف
َشﻘَّ ْﻘنَ َها ِم ْن قِ َب ِل ْال َح َوا ِﺷي فَا ْخت َ َم ْرن ْ ََّما نَزَ ل
بِ َها
Singkat kata, para ulama sejak dahulu telah membahas hukum memakai cadar
bagi wanita. Sebagian mewajibkan, dan sebagian lagi berpendapat hukumnya
sunnah. Tidak ada diantara mereka yang mengatakan bahwa pembahasan ini
hanya berlaku bagi wanita muslimah arab atau timur-tengah saja. Sehingga
tidak benar bahwa memakai cadar itu aneh, ekstrim, berlebihan dalam
beragama, atau ikut-ikutan budaya negeri arab.
1. Melindungi secara lebih baik nilai nilai sosial terhadap upaya busuk yang
menjadikan wanita sebagai objek tontonan
Sudah tidak heran jika kita melihat seorang wanita berhijab dengan
menggunakan cadar di Negara lain seperti di Negara Saudi Arabia, sebaliknya
di Indonesia. Indonesia sangat tabu dengan sosok wanita yang bercadar sampai
menutupi seluruh badan kecuali mata. Cadar dalam islam adalah jilbab yang
tebal dan longgar dan cadar pun hanya untuk menutup aurat perempuan itu saja.
Di sisi lain, bila kita lihat dari sudut pandang psikologis perempuan
memiliki kecenderungan untuk menarik perhatian lawan jenis untuk memenuhi
kebutuhan tahap perkembangannya. Hyde dan Rosenberg , mengungkapkan
bahwa semenjak pubertal perempuan telah mendapatkan sosialisasi dari
masyarakat bahwa terdapat kelebihan dari bentuk tubuh perepuan yang
menjanjikan penerimaan lingkungan, popularitas dan cinta. Ketika perempuan
tengah menginjak masa dewasa akan timbul kebutuhan seksualitas yang
mendalam, dimana hal ini tidak mungkin akan terwujud bila ia tidak mampu
untuk menarik lawan jenisnya yang biasa dilakukan dengan menggunakan
pakaian yang menarik atau berdandan.
Dalam hal ini telah terjadi sebuah pemberian atribusi sosial yang
negative terhadap para perempuan bercadar. Atribusi yang dilakukan mencoba
untuk mencari alasan dibalik penggunaan cadar bagi seorang perempuan
muslimah. Myres, menyebutkan bahwa atribusi terjadi dikarenakan
kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk alasan di
balik perilaku orang lain, dalam hal ini penggunaan cadar bagi seorang
muslimah.
Selain itu perempuan dewasa muda juga sedang berada dalam tahap
pemilihan pendidikan dan pengembangan karir. Menurut Hyde dan Rosenberg,
paradigm yang berkembang di masyarakat saat ini mendorong seorang istri
untuk juga bekerja keluar rumah dibandingkan hanya menjadi ibu rumah tangga.
Hal ini dikarenakan pemberian nilai yang rendah oleh masyarakat terhadap
seorang perempuan yang hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Schacter-Singer
teori ini berpendapat bahwa emosi yang dialami seseorang berasal dari
interpretasi terhadap keadaan jasmani yang bangkit/siaga.
BAB III
PENUTUP
Cadar adalah kain penutup muka atau sebagian wajah wanita, hanya matanya saja yang
tampak, dalam bahasa Arabnya khidr, tsiqab, sinonim dengan burqu’ (Mulhandi Ibn
Haj, 2006:6). Untuk itu cadar dipahami sebagai pakaian wanita yang menutup wajah.
Umat Islam diluar daerah Arab mengenal cadar atau niqab dari salah satu penafsiran
ayat al-quran di surat An-Nur (ayat: 31) dan surat Al-Ahzab (ayat: )yang diuraikan oleh
sebagian sahabat Nabi, sehingga pembahasan cadar wanita dalam islam masuk ke
dalam salah satu pembahasan disiplin ilmu islam termasuk fiqih dan sosial.
Berdasarkan persoalan yang telah kita bahas pada makalah ini, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan.
1. Cadar dipahami sebagai pakaian wanita yang menutup wajah. Umat Islam diluar
daerah Arab mengenal cadar atau niqab dari salah satu penafsiran ayat al-quran di
surat An-Nur (ayat: 31) dan surat Al-Ahzab (ayat: )yang diuraikan oleh sebagian
sahabat Nabi, sehingga pembahasan cadar wanita dalam islam masuk ke dalam
salah satu pembahasan disiplin ilmu islam termasuk fiqh dan sosial.
2. Seiring dengan perkembangan zaman, di Indonesia dikenal dengan pakaian
penutup kepala yang lebih umum di sebut kerudung (jilbab). Jilbab pada masa Nabi
Muhammad SAW ialah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari
kepala hingga kaki perempuan dewasa. Beryi Causai Syamwil, yang termasuk
generasi awal pemakaian jilbab di Indonesia. Dia menunjukan selendang tipis yang
di kenakan perempuan Indonesia untuk menutupi sebagian rambutnya sebagai
bukti dan proses menuju penggunaan jilbab
Diunduh https://muslim.or.id/6207-hukum-memakai-cadar-dalam-pandangan-4-
madzhab.html pada Selasa 18 September 2018 pukul 15.24 wib