Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

JOURNAL READING

European guideline for the management of scabies

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Pembimbing:
dr. Hiendarto, SpKK

Disusun Oleh:
Muhammad Fahman Alghifari
1710221020

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
TAHUN 2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING

European guideline for the management of scabies

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:
Muhammad Fahman Alghifari
1710221020

Telah Disetujui Oleh Pembimbing:

dr. Hiendarto, SpKK

Tanggal: Oktober 2018

2
PEDOMAN EROPA UNTUK TATALAKSANA SKABIES
C.M. Salavastru,1,* O. Chosidow,2 M.J. Boffa,3 M. Janier,4 G.S. Tiplica5
1Department of Dermato-Pediatry, Colentina Clinical Hospital, “Carol Davila” University of Medicine and Pharmacy, Bucharest,
Romania
2Department of Dermatology, H^opital Henri Mondor AP-HP, Cr_eteil, France
3Department of Dermatology, Sir Paul Boffa Hospital, Floriana, Malta
4STD Clinic, H^opital Saint-Louis AP-HP, and Head of Dermatology Department, H^opital Saint-Joseph, Paris, France
5Department of Dermatology II, Colentina Clinical Hospital, “Carol Davila” University of Medicine and Pharmacy, Bucharest, Romania
*Correspondence: C.M. Salavastru. E-mail: galati1968@yahoo.com

Abstrak
Skabies disebabkan oleh sarcoptes scabiei var. hominis. Penyakit ini dapat
menular melalui hubungan seksual. Keluhan utama pasien yaitu rasa gatal di malam
hari. Biasanya terlihat papul eritematous, diseminata dan eksoriasi pada anterior
tubuh dan ekstremitas. Skabies krusta terjadi pada inang yang immunocompromised
dan dapat disertai dengan pruritus yang berkurang atau tidak ada sama sekali. Terapi
yang direkomendasikan adalah krim permethrin 5%, ivermectin oral dan losion bensil
benzoat 25%. Terapi alternatif berupa losion malathion 0.5% aqueous, losion
ivermectin 1% dan krim sulfur 6-33%, salep dan losion. Terapi untuk skabies krusta
memerlukan skabidisid topikal dan ivermectin oral. Terapi masal pada populasi yang
besar dengan penyakit yang endemik dapat dilakukan dengan menggunakan
ivermectin dosis tunggal (200 mikrogram/kg BB). Tatalaksana untuk pasangan
membutuhkan kilas balik pada waktu 2 bulan sebelumnya. Skrining untuk penyakit
menular seksual lainya sangat direkomendasikan. Pasien dan kontak dekat sebaiknya
menghindar dari kontak seksual sampai terapi lengkap dan sebaiknya menekankan
aturan kebersihan diri sendiri bila berada di lingkungan hidup yang ramai.

Pembuatan pedoman
Pedoman ini telah diperbarui dengan meninjau pedoman-pedoman yang telah
ada sebelumnya, termasuk European Guideline for the Management of Scabies
(2010), pedoman CDC (2015) dan pedoman BASHH (2007). Pencarian literatur
secara menyeluruh yang dipublikasi sejak tahun 2010 sampai april 2016 juga
dilakukan.

3
Informasi baru dalam pedoman ini, sejak edisi 2010:
 Rekomendasi terapi terbaru
 Penambahan pada bagian terapi populasi masal
 Penambahan audit standar

Epidemiologi menghasilkan reaksi hipersensitifitas


Skabies merupakan penyakit cepat atau lambat (tipe 4) dengan
infeksi yang disebabkan oleh domisili gejala-gejala skabies yang khas
parasit sarcoptes scabiei var. hominis. dimulai pada 3-6 minggu setelah
Domisili parasit ini dapat terjadi invasi primer dan 1-3 hari setelah
melalui kontak kulit ke kulit termasuk reinvasi. Pada skabies klasik, terdapat
kontak seksual atau yang lebih jarang kurang dari 5-15 kutu/inang. Skabies
yaitu kontak dengan fomit yang krusta ditandai dengan jumlah kutu
terkontaminasi (misalnya pada pakaian yang lebih banyak pada individu yang
dan handuk). Kutu s. scabiei membuat terinvasi. Manusia yang diinvasi oleh
terowongan pada epidermis manusia varian s. scabieei yang lain (misalnya
dimana parasit betina akan melepaskan var.canis dengan inang anjing dan var.
telur-telur yang menetas dan suis dengan inang babi) dapat sembuh
berkembang menjadi dewasa dalam sendiri dan diperkirakan tidak menular
waktu 2 minggu. Siklus hidup s. dari manusia ke manusia.
scabiei adalah 4-6 minggu. S. scabiei
var. hominis merupakan parasit obligat Gambaran klinis
pada manusia. Parasit dewasa akan Manifestasi spesifik meliputi gatal
mati bila berada diluar inang yaitu yang intens dan papul peradangan
manusia dalam 24-36 jam. Kutu yang diseminata. Manifestasi non spesifik
imatur dapat bertahan selama 1 yang dapat terjadi seperti ekskoriasi
minggu. Kutu dan produk-produknya kulit, eksematisasi sekunder dan
(feses, telur dan parasit yang mati) impetiginisasi.

4
1. Skabies klasik sekitar kemaluan, bokong),
a. Terjadi pada pasien dengan urtika
respon imun yang normal g. Kondisi kebersihan yang buruk
b. Gatal yang intens dan memburuk dapat menimbulkan infeksi
saat malam hari bakterial sekunder
c. Papul eritematous diseminata h. Eksema iritan atau kontak alergi
pada area periumbilikal, dapat terjadi setelah terapi
pinggang, dada, bokong, lipatan topikal
ketiak, jari-jari (termasuk celah 2. Skabies krusta (istilah skabies
interdigital), pergelangan tangan Norwegia tidak lagi digunakan)
dan aspek ekstensor lengan. a. Terjadi pada pasien dengan
Kepala, telapak tangan dan defisiensi imun yang berat akibat
telapak kaki biasanya bertahan penyakit lain (misalnya AIDS,
pada orang dewasa. infeksi HTLVI-1, keganasan dan
d. Papul berukuran kecil, biasanya lepra) atau pengobatan (misalnya
mengalami ekskoriasi dengan obat imunosupresan dan
krusta hemoragik di puncaknya. biologis) penyakit neurologis
e. Terowongan (tanda menyebabkan berkurangnya
patognomonik) terlihat tipis sensasi, imobilitas terjadi dengan
berwarna abu-abu kecoklatan berkurangnya kemampuan untuk
dengan ukuran 0.5-1 cm namun menggaruk atau pada pasien-
jarang terlihat akibat adanya pasien yang rentan secara
ekskoriasi atau infeksi bakterial genetik
sekunder. b. Dapat terjadi pruritus ringan atau
f. Lesi lain: vesikel (biasanya pada tidak ada sama sekali
bagian awal terowongan), nodul c. Lesi kulit bersifat generalisata,
(kenyal, diameter 0.5 cm, gambarannya buruk,
biasanya pada genitalia pria, eritematous, plak fisura dilapisi
oleh sisik dan krusta. Pada

5
tonjolan-tonjolan tulang mikroskopik yang negatif tidak dapat
(misalnya artikulasio jari-jari, menyingkirkan adanya skabies.
siku dan krista iliaka), plak Pemeriksaan dermoskopi dapat
berwarna kuning kecoklatan, mengidentifikasi terowongan kulit,
tebal dan terlihat seperti veruka kutu (tanda ‘delta’ pada akhir
d. Skabies non-krusta difus yang terowongan menunjukan badan
melibatkan daerah punggung anterior dari kutu dewasa betina), telur
juga dapat terjadi dan dapat mengarahkan lokasi untuk
e. Infeksi bakterial sekunder dapat pengerokan pada kulit. Pada pasien
terjadi pada lesi kulit yang yang aktif secara seksual, skrining
berbau busuk penyakit menular seksual (termasuk
Diagnosis HIV) direkomendasikan.
Diagnosis dicurigai pada
karakteristik gatalnya (generalisata, Prinsip umum terapi (gambar 1)
intens pada malam hari), temuan klinis Sepuluh percobaan klinis baru
dan riwayat sugestif pasien (misalnya tentang terapi skabies yang telah
konteks kontaminasi positif, penyakit dipublikasikan sejak pedoman
dijumpai pada kontak yang dekat). sebelumnya pada tahun 2010. Data
Diagnosa definitif didukung oleh sebelumnya berfokus pada terapi
pemeriksaan mikroskopik yang positif populasi masal, biasanya
dari sediaan kerokan kulit yang menggunakan ivermectin. Berdasarkan
menunjukan adanya kutu, telur atau penelitian komparatif sebelumnya
butir feses (scybala). Untuk tentang efikasi berbagai terapi
menegakan hasilnya, terowongan yang antiskabies, perbedaan dibuat hanya
telah dibuat oleh parasit tersebut dapat antara terapi “yang direkomendasikan”
dibuka menggunakan jarum halus dan dan terapi “alternatif”. Ketersediaan
minyak Muller atau minyak imersi obat antiskabies bervariasi di negara-
diaplikasikan untuk menimbulkan negara Eropa, oleh sebab itu, dalam
acarus tersebut di permukaan. Hasil

6
praktiknya pemilihan jenis terapi juga setelah terapi dapat bertahan selama 2-
ikut bervariasi. 4 minggu.
Terapi topikal sebaiknya diaplikasikan Rekomendasi terapi
pada seluruh bagian kulit termasuk  Krim permetrin 5% diaplikasikan
kulit kepala, sekitar kemaluan, bagian dari kepala sampai kaki dan
pusar, genitalia eksterna, celah jari-jari dibersihkan setelah 8-12 jam.
tangan dan kaki serta kulit di bawah Terapi ini harus diulang setelah 7-
ujung kuku, saat malam hari dan 14 hari.
biarkan menetap selama 8-12 jam.  Ivermectin oral (diminum dengan
Kulit harus dalam kondisi dingin dan makanan) 200 mikrogram/kgBB
kering. Aplikasi kedua yang dalam 2 dosis dengan jarak 1
direkomendasikan yaitu setelah 7-14 minggu
hari. Setelah mengaplikasikan terapi  Losion benzyl benzoate 10-25%
tersebut, pasien sebaiknya mengganti diaplikasikan sekali sehari saat
pakaian bersih. Semua kontak personal malam dalam 2 hari berturut-turut
yang dekat dengan pasien sebaiknya dengan aplikasi ulang pada hari ke-
mendapatkan terapi juga untuk 7.
mencegah invasi ulang. Terapi alternatif
Pakaian, tempat tidur, handuk,  Losion aqueous malathion 5%
dan semua barang sebaiknya dicuci  Losion ivermectin 5% dilaporkan
dengan mesin (dengan suhu 50° atau efektif sama halnya dengan krim
lebih), cuci kering, atau disegel dan permetrin 5%
disimpan dalam kantong plastik  Krim, salep atau losion sulfur 6-
selama 1 minggu. 33% merupakan antiskabies yang
Invasi parasit tersebut akan paling lama digunakan. Efektif dan
bersih bila dalam 1 minggu setelah diaplikasikan pada 3 hari berturut-
akhir terapi, tidak terdapat manifestasi turut.
scabies aktif (tidak ada lesi aktif, tidak
ada pruritus nokturnal). Rasa gatal

7
 Sinergis pirethrins tersedia dalam 8. Untuk kasus berat, berdasarkan
sediaan busa di beberapa negara jumlah kutu yang hidup di kerokan
dan sama efektifnya dengan kulit yang diperiksa selama follow
permetrin 5% up, terapi ivermectin tambahan
 Lindane tidak lagi mungkin diperlukan pada hari ke 9
direkomendasikan karena dan 15 atau pada hari ke 9, 15, 22
berpotensi untuk menyebabkan dan 29.
neurotoksisitas.
Scabies krusta Rasa gatal setelah terapi
 Skabisid topikal (krim permetrin Rasa gatal setelah terapi
5% atau losion benzyl benzoate sebaiknya diobati dengan aplikasi
25%) diulang setiap hari selama 7 emollient berulang. Antihistamin oral
hari kemudian 2x seminggu sampai dan kortikosteroid topikal yang ringan
sembuh, dan dapat juga membantu.

 Ivermectin oral 200


mikrogram/kgBB pada hari 1, 2 dan

8
Kondisi khusus tatalaksana epidemik pada
 Permetrin aman pada kehamilan komunitas dengan kontak dekat
dan menyusui serta dilisensikan seperti untuk perawat di rumah
untuk digunakan pada anak-anak atau di penjara.
usia 2 tahun ke atas.  Semua orang sebaiknya diterapi
 Benzyl benzoate dan sulfur dapat tanpa melihat gejala.
diakatakan aman pada kehamilan.  Ivermectin oral lebih mudah untuk
 Ivermectin sebaiknya tidak didapat dibandingkan dengan
digunakan selama kehamilan atau skabisid topikal tradisional, hal
pada anak-anak dengan berat tersebut membantu dalam terapi
badan kurang dari 15 kg. populasi yang besar
 Malathion belum diteliti pada ibu  Ivermectin oral 200
hamil. Penelitian dengan hewan mikrogram/kgBB dosis tunggal
menunjukan bahwa tidak terdapat sangat efektif
risiko. Namun, penelitian pada  Ivermectin mungkin tidak dapat
hewan reproduktif, tidak selalu mensterilkan telur-telur scabies
menunjukan prediksi tentang dan dosis kedua diberikan setelah
respon pada manusia. Penggunaan 1 minggu menunjukan
yang tidak sesuai dapat peningkatan respon. Pemberian
menyebabkan toksisitas akut. dosis ivermectin kedua juga
direkomendasikan, walaupun
Terapi populasi masal pentingnya pemberian dosis kedua
 Terapi pada populasi masal untuk mengontrol scabies masih
direkomendasikan untuk membutuhkan evaluasi lebih
mengontrol scabies pada daerah lanjut.
endemik, misalnya komunitas  Resistensi obat skabisid seperti
terpencil atau saat perpindahan permetrin dan ivermectrin
populasi masal, serta untuk merupakan hal yang perlu

9
diwaspadai, dan dampak dari kebersihan diri sendiri saat hidup
program terapi masal dalam dalam lingkungan yang ramai
meningkatkan resistensi obat (misalnya tidak berbagi pakaian
masih memerlukan penelitian dalam, tempat tidur atau handuk serta
lebih lanjut. menghindari kontak kulit ke kulit).
Penularanya tidak dapat dicegah
Follow up dengan penggunaan kondom. Belum
Direkomendasikan melakukan ada pengukuran pencegahan tambahan
kunjungan untuk follow up 2 minggu lain yang efektif.
setelah terapi selesai untuk melihat
kesembuhan dengan pemeriksaan Mengukur hasil audit
mikroskop.  Pasien dengan scabies sebaiknya
diajak untuk melakukan kunjungan
Tatalaksana untuk pasangan untuk follow up: target 95%
Pasien sebaiknya disarankan  Kasus yang dicurigai scabies
untuk menghindari kontak dekat sebaiknya diterapi dengan regimen
sampai pasien dan pasangan seksual yang direkomendasikan: target 95%
pasien selesai terapi. Invasi ke anak-
anak akibat kekerasan seksual sangat
jarang dan lebih sering akibat kontak
dekat non-seksual.
Penilaian dan terapi
epidemiologis direkomendasikan
untuk pasangan seksual selama lebih
dari 2 bulan.
Pencegahan/ promosi kesehatan
Risiko dari scabies dapat
diturunkan dengan membatasi jumlah
pasangan seksual dan meningkatkan

10
References 15 Baccouche K, Sellam J, Guegan S, Aractingi S,

1 Scott GR, Chosidow O, IUSTI/WHO. European Berenbaum F. Crusted Norwegian scabies, an

guideline for the management opportunistic infection, with tocilizumab in rheumatoid

of scabies, 2010. Int J STD AIDS 2011; 22: 301–3. arthritis. Joint Bone Spine 2011; 78: 402–4.

2 Scabies – CDC Resources for Health Professionals. 16 Markovic I, Puksic S, Gudelj Gracanin A, Ivana Culo

2015. Available at: M, Mitrovic J, Morovic-Vergles J. Scabies in a patient

http://www.cdc.gov/std/tg2015/ectoparasitic.htm. with rheumatoid arthritis treated with adalimumab – a

Accessed 20 June 2016. case report. Acta Dermatovenerol Croat 2015; 23: 195–8.

3 Classic scabies – CDC Resources for Health 17 Roberts LJ, Huffam SE, Walton SF, Currie BJ.

Professionals. Available at: Crusted scabies: clinical and immunological findings in

http://www.cdc.gov/parasites/scabies/health_professional seventy-eight patients and a review of the literature. J

s/meds.html. Accessed 18 July 2016 Infect 2005; 50: 375–381.

4 Scott G. United Kingdom National Guideline on the 18 Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, other mites, and

Management of Scabies (2007). Available at: pediculosis. In Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,

www.bashh.org/documents/27/27.pdf. Accessed 20 June Paller AS, Leffe DJ, Wolff K. eds. Fitzpatrick’s

2016. Dermatology in General Medicine, 8th edn. McGraw

5 Arlian LG, Runyan RA, Achar S, Estes SA. Survival Hill, New York, 2012: 2569–2578.

and infectivity of Sarcoptes scabiei var. canis and var. 19 Muller G, Jacobs PH, Moore NE. Scraping for human

hominis. J Am Acad Dermatol 1984; 11: 210. scabies. A better method for positive preparations. Arch

6 Carslaw J, Dobson R, Hood A, Taylor R. Mites in the Dermatol 1973; 107: 70.

environment of cases of Norwegian scabies. Br J 20 Hoke AW. Scabies scraping. Arch Dermatol 1973;

Dermatol 1975; 92: 333–337. 108: 424.

7 Chosidow O. Scabies and pediculosis. Lancet 2000;


21 Dupuy A, Dehen L, Bourrat E et al. Accuracy of
355: 819–826.
standard dermoscopy for diagnosing scabies. J Am Acad
8 Walton SF, Oprescu FI. Immunology of scabies and
Dermatol 2007; 56: 53–62.
translational outcomes: identifying the missing links.
22 Argenziano G, Fabbrocini G, Delfino M.
Curr Opin Infect Dis 2013; 26: 116– 22.
Epiluminescence microscopy. A new approach to in vivo
9 Leone AP. Scabies and pediculosis pubis: an update of
detection of Sarcoptes scabiei. Arch Dermatol 1997; 133:
treatment regimens and general review. Clin Infect Dis
751–753.
2007; 44: S153 9.
23 David N, Rajamanoharan S, Tang A. Are sexually
10 Aydıng€oz IE, Mansur AT. Canine scabies in
transmitted infections associated with scabies? Int J STD
humans: a case report and review of the literature.
AIDS 2002; 13: 168–170.
Dermatology 2011; 223: 104–106.
24 Romani L, Whitfeld MJ, Koroivueta J et al. Mass
11 Kemp DJ, Walton SF, Harumal P, Currie BJ. The
drug administration for scabies control in a population
scourge of scabies. Biologist 2002; 49: 19–24.
with endemic disease. N Engl J Med 2015; 373: 2305–
12 Chosidow O. Clinical practices. Scabies. N Engl J
13.
Med 2006; 354: 1718.
25 Kearns TM, Speare R, Cheng AC et al. Impact of an
13 Schlesinger L, Oelrich DM, Tyring SK. Crusted
ivermectin mass drug administration on scabies
(Norwegian) scabies in patients with AIDS: the range of
prevalence in a remote Australian aboriginal community.
clinical presentations. South Med J 1994; 87: 352–356.
PLoS Negl Trop Dis, 2015; 9: e0004151.
14 Pipitone MA, Adams B, Sheth A, Graham TB.
26 Haar K, Romani L, Filimone R et al. Scabies
Crusted scabies in a patient being treated with infliximab
community prevalence and mass drug administration in
for juvenile rheumatoid arthritis. J Am Acad Dermatol
two Fijian villages. Int J Dermatol 2014; 53: 739–45.
2005; 52: 719–20.

11
27 Goldust M, Rezaee E. Comparative trial of oral gel in the treatment of scabies in children. J Med Assoc
ivermectin versus sulfur 8% ointment for the treatment of Thai 2003; 86(Suppl): 531–6.
scabies. J Cutan Med Surg 2013; 17: 299–300. 39 Avila-Romay A, Alvarez-Franco M, Ruiz-Maldonado
28 Chhaiya SB, Patel VJ, Dave JN, Mehta DS, Shah HA. R. Therapeutic efficacy, secondary effects, and patient
Comparative efficacy and safety of topical permethrin, acceptability of 10% sulfur in either pork fat or cold
topical ivermectin, and oral ivermectin in patients of cream for the treatment of scabies. Pediatr Dermatol
uncomplicated scabies. Indian J Dermatol Venereol 1991; 8: 64.
Leprol, 40 Amerio P, Capizzi R, Milani M. Efficacy and
2012; 78: 605–10. tolerability of natural synergised pyrethrins in a new
29 Mohebbipour A, Saleh P, Goldust M et al. Treatment thermo labile foam formulation in topical treatment of
of scabies: comparison of ivermectin vs. lindane lotion scabies: a prospective, randomised, investigatorblinded,
1%. Acta Dermatovenerol Croat, 2012; 20: 251–5. comparative trial vs. permethrin cream. Eur J Dermatol
30 Sharma R, Singal A. Topical permethrin and oral 2003; 13: 69–71.
ivermectin in the management of scabies: A prospective, 41 Mytton OT, McGready R, Lee SJ et al. Safety of
randomized, double blind, controlled study. Indian J benzyl benzoate lotion and permethrin in pregnancy: a
Dermatol Venereol Leprol 2011; 77: 581–586. retrospective matched cohort study. Br J Obstet Gynecol
31 Panahi Y, Poursaleh Z, Goldust M. The efficacy of 2007; 114: 582–7.
topical and oral ivermectin in the treatment of human 42 Porto I. Antiparasitic drugs and lactation: focus on
scabies. Ann Parasitol 2015; 61: 11–6. anthelmintics, scabicides, and pediculosis. J Hum Lact
32 Goldust M, Rezaee E, Raghifar R, Hemayat S. 2003; 19: 421–5.
Comparing the efficacy of oral ivermectin vs malathion 43 Briggs GG, Freeman RK, Yaffe SL. Permethrin. In:
0.5% lotion for the treatment of scabies. Skinmed 2014; Drugs in pregnancy and lactation (Briggs GG, Freeman
12: 284–7. RK, Yaffe SL), 9th ed. Lippincott Williams and Wilkens
33 Marks M, Taotao-Wini B, Satorara L et al. Long term a Wolters Kluwer business, Baltimore, 2011: 1145–1146.
control of scabies fifteen years after an intensive 44 Workowski KA, Bolan GA. Sexually transmitted
treatment programme. PLoS Negl Trop Dis 2015; 9: diseases treatment guidelines, 2015. Centers Disease
e0004246. Control Prevent MMWR Recomm Rep 2015; 64: 1.
34 Schultz MW, Gomez M, Hansen RC et al. 45 Malathion. Available at:
Comparative study of 5% permethrin cream and 1% http://lecrat.fr/articleSearchSaisie.php?recherc
lindane lotion for the treatment of scabies. Arch he=malathion. Accessed 12 April 2017.
Dermatol 1990; 126: 167. 46 Strong M, Johnstone P. Interventions for treating
35 Chouela EN, Abelda~no AM, Pellerano G et al. scabies. Cochrane Database Syst Rev 2007.
Equivalent therapeutic efficacy and safety of ivermectin https://doi.org/10.1002/14651858.CD000320.pub2.
and lindane in the treatment of human scabies. Arch 47 Usha V, Gopalakrishnan Nair TV. A comparative
Dermatol 1999; 135: 651. study of oral ivermectin and topical permethrin cream in
36 WHO Model Prescribing Information: Drugs Used in the treatment of scabies. J Am Acad Dermatol 2000; 42:
Skin Diseases (1997). [cited May 31, 2016]. Available 236–40.
from: http://apps.who.int/medic 48 Currie BJ, McCarthy JS. Permethrin and ivermectin
inedocs/en/d/Jh2918e/27.1.html. for scabies. N Engl J Med 2010; 362: 717–25.
37 Joint Formulary Committee. Malathion. In: British 49 Walton SP, Myerscough MR, Currie BJ. Studies in
National Formulary, Vol. 70, BMJ Group and vitro on the relative efficacy of current acaricides for
Pharmaceutical Press, London, 2015. 13.2.3 p. 1015 Sarcoptes scabiei var. hominis. Trans R Soc Trop Med
38 Singalavanija S, Limpongsanurak W, Soponsakunkul Hyg 2000; 94: 92–6.
S. A comparative study between 10 per cent sulfur 50 Currie BJ, Harumal P, McKinnon M, Walton SF. First
ointment and 0.3 per cent gamma benzene hexachloride documentation of in vivo and in vitro ivermectin

12
resistance in Sarcoptes scabiei. Clin Infect Dis 2004 Jul
1; 39: e8–12.
51 Pasay C, Arlain L, Morgan M et al. The effect of
insecticide synergists on the response of scabies mites to
pyrethroid acaricides. PLoS Negl Trop Dis 2009; 3:
e354.
52 Andriantsoanirina V, Izri A, Botterel F, Chosidow O,
Durand R. Molecular survey of knockdown resistance to
pyrethroids in human scabies mites. Clin Microbiol
Infect 2014; 20: O139–41.
53 Tiplica GS, Radcliffe K, Evans C et al. 2015
European guidelines for the management of partners of
persons with sexually transmitted infections. J Eur Acad
Dermatol Venereol 2015; 29: 1251–7.
54 McClean H, Radcliffe K, Sullivan A, Ahmed-Jushuf
I. 2012 BASHH statement on partner notification for
sexually transmissible infections. Int J STD AIDS 2013;
24: 253–61.
55 FitzGerald D, Grainger RJ, Reid A. Interventions for
preventing the spread of infestation in close contacts of
people with scabies. Cochrane Database Syst Rev 2014.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD009943.

13
14

Anda mungkin juga menyukai