Anda di halaman 1dari 22

Intelektual Muda

 Home

Analisis Buku Siswa dan Guru Kurikulum 2013

07:57 No comments

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah

paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa

ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran

siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered),

tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student

centered).

Kondisi ini, menekankan bahwa guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran.

Siswa harus aktif berinteraksi dengan sumber belajar, dan lingkungan belajar. Lingkungan

yang dimaksud adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala sekolah, petugas perpustakaan, bahan

atau materi ajar (berupa buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang

sejenis), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas ( perekam pita audio dan video, radio,

televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam

sekitar).

Pada proses pendidikan diperlukan pedoman yang mengatur yang dinamakan kurikulum.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa


kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan, dan yang saat ini

terjadi perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Banyak hal yang menjadi alasan

perubahan kurikulum. Pada kurikulum 2013 dilaksanakan terkesan terburu-buru dan

kurangnya pelatihan kepada guru pada masing-masing bidang studi.

IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan. Pembelajaran IPA memadukan mata pelajaran fisika, biologi dan kimia

sangat memungkinkan siswa mempelajari secara integratif. Keterpaduan berarti merajut

keterkaitan antara berbagai aspek dan materi yang tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA

untuk melahirkan satu atau beberapa tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat

dikatakan pembelajaran yang memadukan materi dalam satu tema atau tematik.

Materi pada kurikulum 2013 khususnya IPA saling terintegrasi dari bidang keilmuan fisika,

biologi, dan kima, sehingga belum banyak buku yang di terbitkan sesuai dengan kurikulum

2013. Kementerian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan buku yang berdasarkan kurikum

2013 yaitu buku siswa dan buku guru. Buku IPA tersebut dimaksudkan untuk membantu siswa

dalam mengintegrasikan bidang keilmua fisika, biologi dan kimia terintegrasi dalam satu

bahasan. Belum banyak dilakukan analisis tentang buku IPA kurikulum 2013 sesuai atau tidak

dengan SKL dan terintegrasi satu sama lain.


Berdasarkan uraian di atas teridentifikasi masalah yaitu belum banyak dilakukan analisis buku

siswa yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

hasil analisis buku siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) berbasis kurikulum

2013 ?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui kesesuaian buku siswa dengan standar kompetensi lulusan

2. Mengetahui kesesuaian buku siswa dengan kompetensi inti

3. Mengetahui kesesuaian buku siswa dengan jabaran kompetensi dasar

4. Mengetahui kemenarikan dan daya guna dari buku siswa oleh pengguna

5. Mengetahui apakah materi yang disajikan merupakan keterpaduan dari fisika, biologi dan

kimia

D. Maanfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini antara lain adalah:

1. Menambahkan pengetahuan tentang buku siswa mata pelajaran IPA berbasis kurikulum 2013

2. Bagi penulis, sebagai pengalaman dalam rangka mempersiapkan diri menjadi calon pendidik

dan digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah analisis kurikulum IPA

3. Sebagai gambaran tentang buku siswa mata pelajaran IPA dan bahan masukan untuk perbaikan

buku siswa berbasis kurikulum


E. Ruang Lingkup

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, penulis, membatasi

ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Analsis kelayakan buku difokuskan pada materi bab 3 pada kelas VII SMP dengan

mengadaptasi instrumen yang diterbitkan badan standar nasional pendidikan (BNSP)

2. Subjek penelitian kelas VII SMP Negeri 13 Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan

Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara

beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya.

Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu

yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat

untuk pengembangan teori itu sendiri.

Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan

secara jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga

setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik

pendidikan.

Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki

rumusan formal dan operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun

2003 tentang SISDIKNAS, yakni:


"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung

di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3)

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di bawah

ini akan dipaparkan secara singkat ketiga pokok pikiran tersebut.

1. Usaha sadar dan terencana.


Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukkan bahwa pendidikan adalah sebuah

proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang (proses kerja intelektual). Oleh karena

itu, di setiap level manapun, kegiatan pendidikan harus disadari dan direncanakan, baik

dalam tataran nasional (makroskopik), regional/provinsi dan kabupaten kota (messoskopik),

institusional/sekolah (mikroskopik) maupun operasional (proses pembelajaran oleh guru).

Berkenaan dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas), pada dasarnya setiap

kegiatan pembelajaran pun harus direncanakan terlebih dahulu sebagaimana diisyaratkan

dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. Menurut Permediknas ini bahwa perencanaan

proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar

(KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,

metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

2. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif

mengembangkan potensi dirinya


Pada pokok pikiran yang kedua ini adanya pengerucutan istilah pendidikan menjadi

pembelajaran. Jika dilihat secara sepintas mungkin seolah-olah pendidikan lebih dimaknai

dalam setting pendidikan formal semata (persekolahan). Terlepas dari benar-tidaknya

pengerucutan makna ini, pada pokok pikiran kedua ini, saya menangkap pesan bahwa

pendidikan yang dikehendaki adalah pendidikan yang bercorak pengembangan

(developmental) dan humanis, yaitu berusaha mengembangkan segenap potensi didik, bukan

bercorak pembentukan yang bergaya behavioristik. Selain itu, saya juga melihat ada dua

kegiatan (operasi) utama dalam pendidikan: (a) mewujudkan suasana belajar, dan

(b)mewujudkan proses pembelajaran.

a. Mewujudkan suasana belajar


Berbicara tentang mewujudkan suasana pembelajaran, tidak dapat dilepaskan dari upaya

menciptakan lingkungan belajar, diantaranya mencakup: (a) lingkungan fisik, seperti:

bangunan sekolah, ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang

BK, taman sekolah dan lingkungan fisik lainnya; dan (b) lingkungan sosio-psikologis (iklim

dan budaya belajar/akademik), seperti: komitmen, kerja sama, ekspektasi prestasi, kreativitas,

toleransi, kenyamanan, kebahagiaan dan aspek-aspek sosio–emosional lainnya, yang

memungkinkan peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.

Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, keduanya didesan agar peserta

didik dapat secara aktif mengembangkan segenap potensinya. Dalam konteks pembelajaran

yang dilakukan guru, di sini tampak jelas bahwa keterampilan guru dalam mengelola

kelas(classroom management) menjadi amat penting. Dan di sini pula, tampak bahwa peran

guru lebih diutamakan sebagai fasilitator belajar siswa .

b. Mewujudkan proses pembelajaran

Upaya mewujudkan suasana pembelajaran lebih ditekankan untuk menciptakan kondisi

dan pra kondisi agar siswa belajar, sedangkan proses pembelajaran lebih mengutamakan
pada upaya bagaimana mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa. Dalam

konteks pembelajaran yang dilakukan guru, maka guru dituntut untuk dapat mengelola

pembelajaran (learning management), yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian pembelajaran (lihat Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses).

Di sini, guru lebih berperan sebagai agen pembelajaran (Lihat penjelasan PP 19 tahun 2005),

tetapi dalam hal ini saya lebih suka menggunakan istilah manajer pembelajaran, dimana guru

bertindak sebagai seorang planner, organizer dan evaluator pembelajaran)

Sama seperti dalam mewujudkan suasana pembelajaran, proses pembelajaran pun

seyogyanya didesain agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan segenap potensi

yang dimilikinya, dengan mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-

centered) dalam bingkai model dan strategi pembelajaran aktif (active learning), ditopang

olehperan guru sebagai fasilitator belajar.

3. Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan ‘

negara.

Pokok pikiran yang ketiga ini, selain merupakan bagian dari definisi pendidikan

sekaligus menggambarkan pula tujuan pendidikan nasional kita , yang menurut hemat saya

sudah demikian lengkap. Di sana tertera tujuan yang berdimensi ke-Tuhan-an, pribadi, dan

sosial.Artinya, pendidikan yang dikehendaki bukanlah pendidikan sekuler, bukan pendidikan

individualistik, dan bukan pula pendidikan sosialistik, tetapi pendidikan yang mencari

keseimbangan diantara ketiga dimensi tersebut.

Jika belakangan ini gencar disosialisasikan pendidikan karakter, dengan melihat pokok

pikiran yang ketiga dari definisi pendidikan ini maka sesungguhnya pendidikan karakter

sudah implisit dalam pendidikan, jadi bukanlah sesuatu yang baru.


Selanjutnya tujuan-tujuan tersebut dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan pendidikan di

bawahnya (tujuan level messo dan mikro) dan dioperasionalkan melalui tujuan pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ketercapaian tujuan – tujuan pada

tataran operasional memiliki arti yang strategis bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan uraian di atas, kita melihat bahwa dalam definisi pendidikan

yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, tampaknya tidak hanya sekedar

menggambarkan apa pendidikan itu, tetapi memiliki makna dan implikasi yang luas

tentang siapa sesunguhnya pendidik itu, siapa peserta didik (siswa) itu, bagaimana

seharusnya mendidik, dan apa yang ingin dicapai oleh pendidikan.

B. Kurikulum 2013

Secara etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari kata curriculum dalam bahasa

Inggris, yang berarti rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin currere yang

berarti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk. Menurut UU No 20

Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman

dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah

mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang

digunakan oleh bangsa tersebut sekarang.Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat

cenderung/selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan

dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan

adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi tersebut.


Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang

diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus

dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan

segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan.Pembaharuan

kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang

masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa

cenderung berubah.

Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat pula

bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan kurikulum

menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-

faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.Sebagai konsekuensi dari perubahan

kurikulum juga akan mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut,

baik dapat orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam

pelaksannaan kurikulum.

Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai

tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan

terus berlangsung.

Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental

yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya

terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau

sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup

perubahan semua komponen kurikulum.


Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut

komponen kurikulum yakni.

(a) Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan

falsafah bangsa. Tanpa tujuan yang jelas, tidakaakan membawa perubahan yang berarti, dan

tidak ada petunjuk ke mana pendidikan diarahkan.

(b) Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata pelajaran

yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. Perubahan ini dapat

menyangkut isi mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan

kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut.

Apakah diajarkan secara terpisah-pisah (subject matter curriculum), apakah lebih

mengutamakan kegiatan dan pengalaman anak (activity curriculum)atau diadakan pendekatan

interdisipliner (correlated curriculum) atau dilihat proporsinya masing-masing jenis ; mana

yang termasuk pendidikan umum, pendidikan keahlian, pendidikan akademik dan lain-lain.

(c) Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu sendiri

yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan

dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.

(d) Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas

dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium,

perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.

(e) Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara yang

paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien,

relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system dari

kutikulum.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami

perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006,

dan 2013.

Pada kurikulum 2013 ada perubahan, Standar Kompetensi diubah menjadi kompetensi inti.

Kemudian kompetensi inti dijabarkan menjadi kompetensi dasar dan kemudian guru

menentukan indikator serta tujuan pembelajaran yang sesuai. Kompetensi Inti merupakan

terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang

telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan

tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari

peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus

menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi

dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi

vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar

adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke

kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi

yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah

keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi

Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang

sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan

dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan
(kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu

menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa

pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan

sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik

belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan

(kompetensi Inti kelompok 4).

Berikut ini kompetensi inti , dan kompetensi dasar untuk siswa kelas VII materi pelajaran

ilmu pengetahuan alam.

Kompetensi inti SMP kelas VII

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,

gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak

mata

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,mengurai, merangkai,

memodifikasi,dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang

sama dalam sudut pandang/teori

Kompetensi dasar pada KI 1

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi,

kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya

dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya


1.2 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam

dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya

Kompetensi dasar pada KI 2

1.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun;

hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam

aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan

berdiskusi

1.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan

1.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggungjawab dalam aktivitas sehari-hari sebagai

wujud implementasi sikap dalam memilih penggunaan bahan kimia untuk menjaga kesehatan

diri dan lingkungan

1.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

implementasi perilaku menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan

Kompetensi d asar pada KI 3

3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri, makhluk hidup, dan

lingkungan fisik sekitar sebagai bagian dari observasi, serta pentingnyaperumusan satuan

terstandar (baku) dalam pengukuran.

3.2 Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup dari benda-benda dan makhluk hidup yang ada di

lingkungan sekitar

3.3 Memahami prosedur pengklasifikasian makhluk hidup dan benda-benda tak-hidup sebagai

bagian kerja ilmiah,serta mengklasifikasikan berbagai makhluk hidup dan benda-benda tak-

hidup berdasarkan ciri yang diamati

3.4 Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai

organisme, serta komposisi bahan kimia utama penyusun sel


3.5 Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat

dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari (misalnya pemisahan campuran)

3.6 Mengenal konsep energi, berbagai sumber energi, energi dari makanan, transformasi energi

dalam sel, metabolisme sel, respirasi, sistem pencernaan makanan, dan fotosintesis

3.7 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor,dan penerapannya dalam

mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan

sehari-hari

3.8 Mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya

3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup

3.10 Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi

ekosistem

Kompetensi dasar pada KI 4

4.1 Menyajikan hasil pengukuran terhadap besaran-besaran pada diri, makhluk hidup, dan

lingkungan fisik dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku

4.2 Menyajikan hasil analisis data observasi terhadap benda (makhluk) hidup dan tak hidup

4.3 Mengumpulkan data dan melakukan klasifikasi terhadap benda-benda, tumbuhan, dan hewan

yang ada di lingkungan sekitar

4.4 Membuat dan menyajikan poster tentang sel dan bagian-bagiannya

4.5 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia

4.6 Melakukan percobaan sederhana untuk menyelidiki proses fotosintesis pada tumbuhan hijau

4.7 Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan

perubahan wujud benda

4.8 Melakukan penyelidikan terhadap karakteristik perambatan kalor secara konduksi, konveksi,

dan radiasi

4.9 Melakukan percobaan untuk menyelidiki respirasi pada hewan


4.10 Melakukanpengamatan dengan bantuan alat untuk menyelidiki struktur mikro tumbuhan dan

hewan

4.11 Melakukan penyelidikan untuk menentukan sifat larutan yang ada di lingkungan sekitar

menggunakan indikator buatan maupun alami

4.12 Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya

4.13 Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan

penanggulangan masalah

C. Media Berbasis Cetakan

Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku

penuntun atau lembar kerja siswa, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Menurut Arsyad

(2005: 87-90), teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada

saat merancang, yaitu: (1) konsistensi, (2) format, (3) organisasi, (4), daya tarik, (5) ukuran

huruf, dan (6) penggunaan spasi kosong.

a. Konsistensi

Usaha yang perlu dilakukan untuk konsisten dalam membuat media berbasis cetak sebagai

berikut:

1) Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan

cetakan huruf dan ukuran huruf.

2) Usahakan untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antar judul dan baris pertama serta garis

samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama. Spasi yang tidak sama sering

dianggap buruk, tidak rapih dan oleh karena itu tidak memerlukan perhatian yang sungguh-

sungguh.

b. Format
Teknik memformat media berbasis cetakan sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai; sebaliknya, jika

paragraf tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih sesuai.

2) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.

3) Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara

visual.

c. Organisasi

Organisasi isi materi dalam media berbasis cetakan sebaiknya mengupayakan hal-hal sebagai

berikut:

1) Upayakan untuk selalu menginformasikan siswa mengenai dimana mereka atau sejauh mana

mereka dalam teks itu. Siswa harus mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka

baca. Jika memungkinkan, siapkan piranti yang memberikan orientasi kepada siswa tentang

posisinya dalam teks secara keseluruhan.

2) Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh.

3) Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari teks.

d. Daya Tarik

Upaya untuk meningkatkan daya tarik siswa membaca media berbasis cetakan, yaitu:

perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Ini diharapkan dapat

memotivasi siswa untuk membaca terus.

e. Ukuran Huruf

Ukuran huruf yang baik untuk teks mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, dan lingkungannya. Ukuran huruf biasanya

dalam poin per inci. Misalnya, ukuran 24 poin per inci. Ukuran yang baik untuk teks (buku

teks atau buku penuntun) adalah 12 poin.


2) Hindari penggunaan huruf capital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca

menjadi sulit.

f. Ruang Spasi Kosong

Fungsi pemberian ruang spasi kosong termuat dalam rincian teknik penggunaan sebagai

berikut:

1) Gunakan spasi kosong yang tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Hal ini

penting untuk memberikan kesempatan siswa untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada

saat matanya bergerak menyusuri teks. Ruang kosong dapat berbentuk:

a) Ruang sekitar judul.

b) Batas tepi; batas tepi yang luas memaksa perhatian siswa untuk masuk ke tengah-tengah

halaman.

c) Spasi antar kolom; semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi di antaranya.

d) Permulaan paragraf diidentitasi.

e) Penyesuaian spasi antar baris atau antar paragraf.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif kuantitatif non-eksperimental. Rudi

Susilana (2008: 17) Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang.


Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan sedang berlangsung pada saat

penelitian dilakukan. Maka penelitian ini akan mengungkapkan data apa adanya yaitu

mengenai hasil analisis kelayakan buku siswa mata pelajaran IPA kelas VII berbasis kurikulum

2013 pada pebelajaran di SMP N 13 Bandung.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah buku siswa mata pelajaran IPA kelas VII materi bab 3 Klasifikasi

Makhluk Hidup

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu dan tempat penelitian adalah sebagai berikut:

Hari/tanggal :

Tempat : SMP Negeri 13 Bandung

Kelas : VII D

D. Prosedur Penelitian

Pada penelitain ini menggunakan prosedur sebagai berikut :


Gambar3.1Langkah-langkah Penelitian

E. Teknik Penggumpulan Data


Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi menggunakan instrumen angket dan

istrumen analisis buku yang diadopsi dari evaluasi buku BNSP. Observasi, angket digunakan

untuk menganalisis kemenarikan dan daya guna dari buku siswa dilakukan kepada guru dan

siswa pada SMP N 13 Bandung. Instrumen analisis buku digunakan untuk mengumpulkan

data tentang kelayakan buku berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi yang disajikan

dengan SKL, KI, dan KD pada buku siswa kurikulum 2013 uji.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data berdasarkan instrumen analisis buku dilakukan untuk menilai sesuai atau

tidaknya dengan standar komptensi lulusan (SKL), Kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar

(KD) serta sesuai dengan materi yang ada. Instrumen penilaian,memiliki pilihan 4 pilihan

jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat sesuai”, “sesuai”, “kurang sesuai” dan

“tidak sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban tersebut memiliki skor berbeda yang

mengartikan tingkat kelayakan

Data kemanfaatan produk diperoleh dari guru dan siswa sebagai pengguna. Angket respon

terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya:

“sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat sesuai”,

“sesuai”, “kurang sesuai” dan “tidak sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor

berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total

dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian

hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban

ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian Terhadap Pilihan Jawaban.

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat sesuai 4

Menarik Sesuai 3
Kurang menarik Kurang sesuai 2

Tidak menarik Tidak sesuai 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat

dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subyek sampel

uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat

kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor

menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas

(Suyanto,
Pernyataan Peryataan
2009:227)
Skor Penilaian Penilaian Penilaian Kualitas

Kemenarikan

3,26 - 4,00 Sangat menarik Sangat baik

2,51 – 3,25 Menarik Baik


Email
1,76 – 2,50 Kurang menarik Kurang baik

1,01 – 1,75 Tidak menarik Tidak baik

ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook


Newer Post Older Post Home

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Social Profiles
Search

 Popular
 Tags
 Blog Archives

Translate

Anda mungkin juga menyukai