Intelektual Muda
Intelektual Muda
Home
07:57 No comments
I. PENDAHULUAN
paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa
ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran
siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered),
tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student
centered).
Kondisi ini, menekankan bahwa guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran.
Siswa harus aktif berinteraksi dengan sumber belajar, dan lingkungan belajar. Lingkungan
yang dimaksud adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala sekolah, petugas perpustakaan, bahan
atau materi ajar (berupa buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang
sejenis), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas ( perekam pita audio dan video, radio,
sekitar).
Pada proses pendidikan diperlukan pedoman yang mengatur yang dinamakan kurikulum.
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan, dan yang saat ini
terjadi perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Banyak hal yang menjadi alasan
IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pembelajaran IPA memadukan mata pelajaran fisika, biologi dan kimia
keterkaitan antara berbagai aspek dan materi yang tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA
untuk melahirkan satu atau beberapa tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat
dikatakan pembelajaran yang memadukan materi dalam satu tema atau tematik.
Materi pada kurikulum 2013 khususnya IPA saling terintegrasi dari bidang keilmuan fisika,
biologi, dan kima, sehingga belum banyak buku yang di terbitkan sesuai dengan kurikulum
2013. Kementerian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan buku yang berdasarkan kurikum
2013 yaitu buku siswa dan buku guru. Buku IPA tersebut dimaksudkan untuk membantu siswa
dalam mengintegrasikan bidang keilmua fisika, biologi dan kimia terintegrasi dalam satu
bahasan. Belum banyak dilakukan analisis tentang buku IPA kurikulum 2013 sesuai atau tidak
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
hasil analisis buku siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) berbasis kurikulum
2013 ?”
C. Tujuan Penelitian
4. Mengetahui kemenarikan dan daya guna dari buku siswa oleh pengguna
5. Mengetahui apakah materi yang disajikan merupakan keterpaduan dari fisika, biologi dan
kimia
D. Maanfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini antara lain adalah:
1. Menambahkan pengetahuan tentang buku siswa mata pelajaran IPA berbasis kurikulum 2013
2. Bagi penulis, sebagai pengalaman dalam rangka mempersiapkan diri menjadi calon pendidik
dan digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah analisis kurikulum IPA
3. Sebagai gambaran tentang buku siswa mata pelajaran IPA dan bahan masukan untuk perbaikan
Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, penulis, membatasi
1. Analsis kelayakan buku difokuskan pada materi bab 3 pada kelas VII SMP dengan
A. Pendidikan
Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara
beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya.
yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat
secara jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga
setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik
pendidikan.
Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki
Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung
di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3)
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di bawah
proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang (proses kerja intelektual). Oleh karena
itu, di setiap level manapun, kegiatan pendidikan harus disadari dan direncanakan, baik
Berkenaan dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas), pada dasarnya setiap
dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. Menurut Permediknas ini bahwa perencanaan
(RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar
(KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,
metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
2. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
pembelajaran. Jika dilihat secara sepintas mungkin seolah-olah pendidikan lebih dimaknai
pengerucutan makna ini, pada pokok pikiran kedua ini, saya menangkap pesan bahwa
(developmental) dan humanis, yaitu berusaha mengembangkan segenap potensi didik, bukan
bercorak pembentukan yang bergaya behavioristik. Selain itu, saya juga melihat ada dua
kegiatan (operasi) utama dalam pendidikan: (a) mewujudkan suasana belajar, dan
bangunan sekolah, ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang
BK, taman sekolah dan lingkungan fisik lainnya; dan (b) lingkungan sosio-psikologis (iklim
dan budaya belajar/akademik), seperti: komitmen, kerja sama, ekspektasi prestasi, kreativitas,
Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, keduanya didesan agar peserta
didik dapat secara aktif mengembangkan segenap potensinya. Dalam konteks pembelajaran
yang dilakukan guru, di sini tampak jelas bahwa keterampilan guru dalam mengelola
kelas(classroom management) menjadi amat penting. Dan di sini pula, tampak bahwa peran
dan pra kondisi agar siswa belajar, sedangkan proses pembelajaran lebih mengutamakan
pada upaya bagaimana mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa. Dalam
konteks pembelajaran yang dilakukan guru, maka guru dituntut untuk dapat mengelola
penilaian pembelajaran (lihat Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses).
Di sini, guru lebih berperan sebagai agen pembelajaran (Lihat penjelasan PP 19 tahun 2005),
tetapi dalam hal ini saya lebih suka menggunakan istilah manajer pembelajaran, dimana guru
seyogyanya didesain agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan segenap potensi
yang dimilikinya, dengan mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-
centered) dalam bingkai model dan strategi pembelajaran aktif (active learning), ditopang
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan ‘
negara.
Pokok pikiran yang ketiga ini, selain merupakan bagian dari definisi pendidikan
sekaligus menggambarkan pula tujuan pendidikan nasional kita , yang menurut hemat saya
sudah demikian lengkap. Di sana tertera tujuan yang berdimensi ke-Tuhan-an, pribadi, dan
individualistik, dan bukan pula pendidikan sosialistik, tetapi pendidikan yang mencari
Jika belakangan ini gencar disosialisasikan pendidikan karakter, dengan melihat pokok
pikiran yang ketiga dari definisi pendidikan ini maka sesungguhnya pendidikan karakter
bawahnya (tujuan level messo dan mikro) dan dioperasionalkan melalui tujuan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ketercapaian tujuan – tujuan pada
tataran operasional memiliki arti yang strategis bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional.
yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, tampaknya tidak hanya sekedar
menggambarkan apa pendidikan itu, tetapi memiliki makna dan implikasi yang luas
tentang siapa sesunguhnya pendidik itu, siapa peserta didik (siswa) itu, bagaimana
B. Kurikulum 2013
Secara etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari kata curriculum dalam bahasa
Inggris, yang berarti rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin currere yang
berarti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk. Menurut UU No 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman
mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang
digunakan oleh bangsa tersebut sekarang.Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat
cenderung/selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan
dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan
adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan
diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus
dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan
kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang
masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa
cenderung berubah.
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat pula
menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-
baik dapat orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam
pelaksannaan kurikulum.
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai
tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan
terus berlangsung.
yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya
terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau
(a) Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan
falsafah bangsa. Tanpa tujuan yang jelas, tidakaakan membawa perubahan yang berarti, dan
(b) Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata pelajaran
yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. Perubahan ini dapat
menyangkut isi mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan
kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut.
yang termasuk pendidikan umum, pendidikan keahlian, pendidikan akademik dan lain-lain.
(c) Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu sendiri
yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan
(d) Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas
dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium,
(e) Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara yang
paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien,
relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system dari
kutikulum.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006,
dan 2013.
Pada kurikulum 2013 ada perubahan, Standar Kompetensi diubah menjadi kompetensi inti.
Kemudian kompetensi inti dijabarkan menjadi kompetensi dasar dan kemudian guru
menentukan indikator serta tujuan pembelajaran yang sesuai. Kompetensi Inti merupakan
terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang
telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus
menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi
vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar
adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi
yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah
keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi
Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan
dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan
(kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa
pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan
sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik
Berikut ini kompetensi inti , dan kompetensi dasar untuk siswa kelas VII materi pelajaran
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi,
kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya
1.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun;
hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan
berdiskusi
1.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
1.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggungjawab dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap dalam memilih penggunaan bahan kimia untuk menjaga kesehatan
1.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri, makhluk hidup, dan
lingkungan fisik sekitar sebagai bagian dari observasi, serta pentingnyaperumusan satuan
3.2 Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup dari benda-benda dan makhluk hidup yang ada di
lingkungan sekitar
3.3 Memahami prosedur pengklasifikasian makhluk hidup dan benda-benda tak-hidup sebagai
bagian kerja ilmiah,serta mengklasifikasikan berbagai makhluk hidup dan benda-benda tak-
3.4 Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai
3.6 Mengenal konsep energi, berbagai sumber energi, energi dari makanan, transformasi energi
dalam sel, metabolisme sel, respirasi, sistem pencernaan makanan, dan fotosintesis
3.7 Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor,dan penerapannya dalam
mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan
sehari-hari
3.10 Mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi
ekosistem
4.1 Menyajikan hasil pengukuran terhadap besaran-besaran pada diri, makhluk hidup, dan
lingkungan fisik dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku
4.2 Menyajikan hasil analisis data observasi terhadap benda (makhluk) hidup dan tak hidup
4.3 Mengumpulkan data dan melakukan klasifikasi terhadap benda-benda, tumbuhan, dan hewan
4.6 Melakukan percobaan sederhana untuk menyelidiki proses fotosintesis pada tumbuhan hijau
4.7 Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan
4.8 Melakukan penyelidikan terhadap karakteristik perambatan kalor secara konduksi, konveksi,
dan radiasi
hewan
4.11 Melakukan penyelidikan untuk menentukan sifat larutan yang ada di lingkungan sekitar
4.12 Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya
4.13 Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan
penanggulangan masalah
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku
penuntun atau lembar kerja siswa, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Menurut Arsyad
(2005: 87-90), teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada
saat merancang, yaitu: (1) konsistensi, (2) format, (3) organisasi, (4), daya tarik, (5) ukuran
a. Konsistensi
Usaha yang perlu dilakukan untuk konsisten dalam membuat media berbasis cetak sebagai
berikut:
1) Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan
2) Usahakan untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antar judul dan baris pertama serta garis
samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama. Spasi yang tidak sama sering
dianggap buruk, tidak rapih dan oleh karena itu tidak memerlukan perhatian yang sungguh-
sungguh.
b. Format
Teknik memformat media berbasis cetakan sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai; sebaliknya, jika
3) Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara
visual.
c. Organisasi
Organisasi isi materi dalam media berbasis cetakan sebaiknya mengupayakan hal-hal sebagai
berikut:
1) Upayakan untuk selalu menginformasikan siswa mengenai dimana mereka atau sejauh mana
mereka dalam teks itu. Siswa harus mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka
baca. Jika memungkinkan, siapkan piranti yang memberikan orientasi kepada siswa tentang
d. Daya Tarik
Upaya untuk meningkatkan daya tarik siswa membaca media berbasis cetakan, yaitu:
perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Ini diharapkan dapat
e. Ukuran Huruf
Ukuran huruf yang baik untuk teks mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, dan lingkungannya. Ukuran huruf biasanya
dalam poin per inci. Misalnya, ukuran 24 poin per inci. Ukuran yang baik untuk teks (buku
menjadi sulit.
Fungsi pemberian ruang spasi kosong termuat dalam rincian teknik penggunaan sebagai
berikut:
1) Gunakan spasi kosong yang tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Hal ini
penting untuk memberikan kesempatan siswa untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada
b) Batas tepi; batas tepi yang luas memaksa perhatian siswa untuk masuk ke tengah-tengah
halaman.
c) Spasi antar kolom; semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi di antaranya.
A. Jenis Penelitian
Susilana (2008: 17) Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan sedang berlangsung pada saat
penelitian dilakukan. Maka penelitian ini akan mengungkapkan data apa adanya yaitu
mengenai hasil analisis kelayakan buku siswa mata pelajaran IPA kelas VII berbasis kurikulum
B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah buku siswa mata pelajaran IPA kelas VII materi bab 3 Klasifikasi
Makhluk Hidup
Hari/tanggal :
Kelas : VII D
D. Prosedur Penelitian
istrumen analisis buku yang diadopsi dari evaluasi buku BNSP. Observasi, angket digunakan
untuk menganalisis kemenarikan dan daya guna dari buku siswa dilakukan kepada guru dan
siswa pada SMP N 13 Bandung. Instrumen analisis buku digunakan untuk mengumpulkan
data tentang kelayakan buku berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi yang disajikan
dengan SKL, KI, dan KD pada buku siswa kurikulum 2013 uji.
Analisis data berdasarkan instrumen analisis buku dilakukan untuk menilai sesuai atau
tidaknya dengan standar komptensi lulusan (SKL), Kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar
(KD) serta sesuai dengan materi yang ada. Instrumen penilaian,memiliki pilihan 4 pilihan
jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat sesuai”, “sesuai”, “kurang sesuai” dan
“tidak sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban tersebut memiliki skor berbeda yang
Data kemanfaatan produk diperoleh dari guru dan siswa sebagai pengguna. Angket respon
terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya:
“sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat sesuai”,
“sesuai”, “kurang sesuai” dan “tidak sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor
berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total
dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian
hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban
Menarik Sesuai 3
Kurang menarik Kurang sesuai 2
Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat
Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subyek sampel
uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat
(Suyanto,
Pernyataan Peryataan
2009:227)
Skor Penilaian Penilaian Penilaian Kualitas
Kemenarikan
0 comments:
Post a Comment
Social Profiles
Search
Popular
Tags
Blog Archives
Translate