Pengertian Filsafat Pendidikan
Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat pendidikan
pada dasarnya menggunakan cara kerja fisafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian dari
filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang hasil realitas, pemgetahuan, dan nilai,
khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan. Ada sembila tipe filsafat
pendidikan yang paling berpengaruh dalam dunia pendidikan yaitu sebagai berikut:
A. Filsafat Pendidikan Idealisme = > Inti dari ajaran filsafat pendidikan idealisme adalah
manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan
materi kehidupan manusia, roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya,
sehingga benda atau materi disebut dengan penjelmaan dari roh atau sukma.
Menurut paham idealisme guru harus membimbing atau mendiskusikan dengan pesrta didik
bukan prinsip-prinsip ekternal, malainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan yang perlu
dikembangkan, serta juga harus diwujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidikan
bukan menjejalkan pengetahuan dari luar kedalam diri seseorang, melainkan memberikan
kesempatan untuk membangun atau mengkonstruksikan pengalaman dalam diri seseorang.
B. Filsafat Pendidikan Realisme = > Realisme dalam berbagai bentuk menurut ahli menarik
garis pemisah yang tajam antara yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya
cenderung ke arah dualisme atau monisme materialistik. Seorang pengikut materialisme
mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Jika demikian halnya, sudah tentu
dapat juga sama-sama dikatakan jiwa adalah materi seperti mengatakan materi adalah niwa.
Tetapi apakah orang berusaha melacak roh samapai kepada materi ataukah materi sampai
kepada roh?
Sistem pendidikan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang
adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya tidak terpengaruh
oleh seseorang.hubungan fisik yang berbeda.
D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme = > Pendidikan dalam paham ini bukan merupakan
suatu proses pembentukandari luar, dan juga bukanmerupakan suatu pemerkahan kekuatan-
kekuatan laten dengna sendirinya, melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan
rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu, yangberarti bahwa setiap manusia
belajar dari pengalaman.
Guru atau pendidik harus berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar peserta didik
terdorong atau terbantu untuk mempelajari dan memiliki pengalaman tentang hal-hal
yangpenting bagikehidupan mereka, bukan memberikan sejumlah kebenaran yang disebut
abadi. Yang penting adalah bahwa guru atau pendidik harus memfasilitasi peserta didik agar
memiliki kesempatan yang luas untuk bekerja sama atau kooperatif di dalam kelompok,
memecahka masalah yang dipandang penting oleh kelompok bukan oleh guru, dalam
kelompoknya.
Ciri utama perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang
mempunyai kebudayaan yang tergangganggu oleh kekacauan, kebingungan, dan
kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha
untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial kultural yang lain.
Ibarat, kapal yang akan berlayar, zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas.
Perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan pangkalan yang demikian ini
merupakan tugas yang pertama dari filsafat dan filsafat pendidikan
Perenialisme bukan merupakan suatu aliran baru dalam filsafat, dalam arti perenialisme
bukanlah suatu pengetahuan yang menyusun filsafat baru, yang berbeda dengan filsafat yang
telah ada. Teori dan konsep pendidikan perenialisme dilatar belakangi oleh filsafat- filsafat
plato sebagai bapak realism klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan
antara filsafat Aristoteles dengan ajaran ( filsafat) gereja katolik yang tumbuh pada zamannya
( Abad pertengahan).
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada Abad ke dua
puluh.Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.Perenialisme
menentang pandangan progrivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang
baru.Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sisio-kultural.Oleh karena
itu, perlu ada usaha mengamankan ketidakberesan tersebut.
1. Pendidikan
Perenialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau perennial.Tujuan
pendidikan, menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa siswa memperoleh
pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan –gagasan besar yan tidak berubah.
2. Kurikulum
Menurut kaum perenialisme harus menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni
dan sains. Untuk menjadi “ terpelajar secara cultural ”, para siswa harus berhadapan dengan
bidang –bidang ini yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh
manusia.
a. Pada hakikatnya manusia adalah sama di manapun dan kapanpun ia berada, yang walaupun
lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu mencapai
kebiajakan dan kebijakan, untuk memperbaiki manusia atau dengan kata lain pemuliaaan
manusia. Oleh karena itu maka pendidikan harus sama bagi semua orang kapanpun dan di
manapun.
b. Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yang paling tinggi. Karena itu manusia harus
menggunakan pikirannnya untuk mengembangkan bawaannya sesuai dengan tujuannya.
Manusia memiliki kebebasan namun harus belajar untuk mempertajam pikiran dan dapat
mengontrol hawa nafsunya. Kegagalan yang dialami peserta didik jangan dengan cepat
menyalahkan lingkungan yang kurang menguntungkan atau nuansa psikologis yang kurang
menyenangkan, namun guru hendaknya dapat mengatasinya dengan pendekatan intelektual
yang sama bagi semua peserta didik. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan
tentang kebenaran yang pasti, dan abadi. Kurikulum diorganisasikan dan ditentukan terlebih
dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan
akal.
c. Fungsi utama pedidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasif dan
abadi. Pengetahuan yang penting diberikan kepada peserta didik adalah mata pelajaran
pendidikan umum atau general education, bukan mata pelajaran yang hanya penting sesaat
atau menarik minat pada saat tertentu saja atau seketika. Mata pelajaran yang esensi adalah
bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni, dan 3 R ‘s; membaca, menulis, dan
membimbing.
Peserta didik seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literature yang menyangkut
sejarah, filsafat, seni, kehidupan sosil, terutama politik dan ekonomi
H. Filsafat Pendidikan Esensialisme => Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun
1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Bringgs,
Frederick Breed, dan Isac L. Kandell.
Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu
bangunan filsafat itu sendiri, melainkan suatu gerakan yang memprotes pendidkan
progresivisme.
ESENSI ( Essence ) ialah hakikat barang sesuatu yang khusus sebagai sifat terdalam dari
suatu sebagai satuan yang konseptual dan akali.
Esensi ( essentia ) adalah yang membuat sesuatu menjadi apa adanya. Esensi mengacu pada
aspek-aspek yang lebih permanen dan mantap dari suatu yang berlawanan dengan yang
berubah-ubah, parsial atau fenomenal.
1. Konsep pendidikan
Gerakan back to basics dimulai dipertentangan tahun 1970 adalah dorongan skala besar yang
muktahir untuk menerapkan program- program esensialis disekolah-sekolah.Ahli pendidikan
esensialis tidak memandang sebagai orang yang jahat, dan tidak pula memandang anak
sebagai seorang yang alamiah yang baik.
Para pemikir Esensialisme pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka
berpandangan pada filsafat yang berbeda namun, di antara mereka ada kesepakatan tentang
prinsip dasar filsafat esensialisme yang berkaitan dengan pendidikan.
b. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui
pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah tertahan dalam kurun waktu yang lama serta
merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua orang.
c. Kurikulum
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada
generasi pelajar dewasa ini melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin
tradisional.
Mengenai peranan guru banyak persamaannya dengan perenialisme. Guru dianggap sebagai
seseorang yang mengusai lapangan subjek khusus, dan merupakan model contoh yang sangat
baik untuk yang ditiru. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas berada
di bawah pengaruh dan pengawasan guru.
a. Pendidikan dilakukan dengan usaha keras, tidak timbul dengan sendirinya dari dalam diri
peserta didik.
b. Inisyatif pelaksanaan pendidikan datang dari guru bukan peserta didik. Guru berperan
menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia peserta didik, karena itu kendali
pelaksanaan pembelajaran ada pada guru atau pendidik.
c. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. Materi
pelajaran direncanakan sepenuhnya oleh orang dewasa dan sekolah baik adalah apabila
sekolah tersebut berpusat paa masyarakat ( society centered school ).
d. Metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental merupakan metode yang
diutamakan dalam pendidikan di sekolah. Pengikut essensialisme mengakui bahwa problom
solving atau metode pemecahan masalah ada manfaatnya, namun tidak perlu dilaksanakan
dalam setiap pembelajaran, karena pengetahuan tidak selalu didasarkan atas fakta-fakta,
tetapi banyak yang abstrak sehingga tidak dapat dipecahkan ke dalam masalah-masalah yang
konkrit.
Tujuan akhir pendidikan adalah meningkatkan kesejahteraan atau kebahagiaan sesai dengan
tuntutan demokrasi.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Caroline Pratt (1948), seorang rekonstruksionis social
yang berpengaruh periode itu: “ Nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-
manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat
bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini
untuk hidup di dalamnya ”.
Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresifisme
dalam pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari pengalaman-pengalaman di
kemasyaratan di sekolah.
Tujuan pendidikan adalah untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik akan masalah-
masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi manusia bukan hanya nasional, regional
akan tetapi juga secara global.
Sekolah merupakan agen utama untuk perubahan sosial, politik, dan ekonomi di masyarakat.
Tugas sekolah adalah mengembangkan “ rekayasa sosial”, dengan tujuan mengubah secara
radikal wajah masyarakat dewasa ini dan masyarakat yang akan datang.
a. Pendidikan berlangsung saat ini untuk menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi
nilai-ilai dasar budaya masa kini, selaras dengan yang mendasarikekuatan-kekuatan ekonomi
dan sosial masyarakat modern.
b. Demokrasi sejati merupakan dasar dari kehidupan masyarakat baru. Lembaga utama di
masyarakat ditentukan dan dikontrol oleh masyarakat itu sendiri. Segala harapan dan
kepentingan/kebutuhan masyarakat menjadi tanggung jawab masyarakat melalui wakil-wakil
yang dipilih.
c. Anak sekolah dan pendidikan diatur oleh kekuatan budaya dan sosial. Rekonstruksionisme
memandang khidupan beradab adalah hidup berkelompok, sehingga sekolah harus
berlangsung dalam kelompok yan berati bahwa kelompok memegang peran yang sangat
penting disekolah. Sekolah adalah realisasi dari sosial ( social self realization ); melalui
sekolah akan ikembangkan bukan hanya sifat sosialnya akan tetapi kemampuan untuk
melibatkan diri dalam perencanaan sosial.
d. Guru memegang peranan penting dalam pendidikan di sekolah akan tetapi dalam
pelaksaanaan tugasnya harus selalu memperhatikan prosedur yang demokratis.
Penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara
bagaimana guru dilatih, sebaiknya harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan teori
kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah.
I. Filsafat Pendidikan Pancasila => Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
no.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirituaal keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdaasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan menyediakan kesempatan atau kondisi
optimal bagi terjadinya belajar dan proses pembelajaran. Pendidik berperan sebagai
fasilitator, organisator, dan motivator, memfasilitasi pembelajaran, mengarahkan atau
menuntun, dan mendorong peserta didik dlam aktifitas belajarnya agar berlangsung efektif
dan efisien.
Selanjutnya dalam UU Ssisdiknas tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan
sebagai berikut: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
memebentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.