Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH MINERALOGI DAN PETROLOGI

BAB V
“BATUAN SEDIMEN”

Dosen Pengampu :
Dr. H. Sidharta Adyatma, M.Si
Dr. Deasy Arisanty, M.Sc

Disusun Oleh
Kelompok 5
Ahmad Ramadhan 1610115210002
Andri saputra 1610115210003
Hasanuddin Abdillah 1610115210005

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
BANJARMASIN
TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Bab V tentang “Batuan Sedimen”. Dan juga kami berterimakasih kepada Dr. H.
Sidharta Adyatma, M.Si dan Dr. Deasy Arisanty, M.Sc. selaku dosen mata kuliah
“Mineralogi Dan Petrologi” yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Batuan Sedimen. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan dartang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya materi yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

Banjarmasin, 9 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I ........................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG .................................................................................... 1

1.2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 2

1.3. TUJUAN PENULISAN ................................................................................ 2

BAB II ....................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

2.1. KLASIFIKASI DAN PEMERIAN BATUAN SEDIMEN .................................. 3

2.2. JENIS DAN PENAMAAN BATUAN SEDIMEN.......................................... 14

2.3. BATUAN KARBONAT .............................................................................. 25

2.4. SISTEM PENGENDAPAN ........................................................................ 34

BAB III .................................................................................................................... 39

PENUTUP .............................................................................................................. 39

3.1. KESIMPULAN .......................................................................................... 39

3.2. SARAN ..................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 41

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Menurut Bintarto Geografi merupakan sebuah Ilmu mempelajari
hubungan kausalgejala-gejala di permukaanbumi dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di permukaan bumi,baik secarafisik maupun yang menyangkut
makhluk hidup beserta permasalahannyamelalui pendekatan keruangan,
ekologi, dan regional untuk kepentinganprogram, proses, dan keberhasilan
pembangunan (Bintarto, 1977).
Disadari ataupun tidak kita sadari bahwa Bagian luar bumi ini
tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar
daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit
bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal
yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya
adalah kenyataan bahwa daratan ini tersusun atas berbagai jenis batuan
dimana inti pembentukan batuan sebenarnya ialah akumulasi berbagai jenis
dan beragam “mineral”hingga membentuk batuan di muka bumi ini
Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk
mempelajari bagian yang padat dari bumi ini. Dimana bagian luar yang
padat di muka bumi ini disebut litosfer,yang berarti selaput yang terdiri dari
batuan.tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita ketahui
sekarang.beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan
unsur yang sederhana. Setiap mineral mempunyai susunan unsur-unsur
yang tetap dengan perbandingan tertentu. Studi yang mempelajari segala
sesuatunya tentang mineral disebut mineralogi. Dalam makalah ini akan
dibahas salahsatu proses pembentukan mineral dan batuan yaitu
sedimentasi.

1
1.2. RUMUSAN MASALAH
 Menjelaskan klasifikasi dan pemerian batuan sedimen
 Menjelaskan jenis dan penamaan batuan sedimen
 Menjelaskan batuan karbonat
 Menjelaskan sistem pengendapan
1.3. TUJUAN PENULISAN
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mineralogi dan Petrologi
 Untuk menjelaskan klasifikasi dan pemerian batuan sedimen
 Untuk menjelaskan jenis dan penamaan batuan sedimen
 Untuk menjelaskan batuan karbonat
 Untuk menjelaskan sistem pengendapan

2
BAB II

PEMBAHASAN

BATUAN SEDIMEN

Sedimen adalah suatu proses pengendapan material yang di transfort oleh


media air, angina, es atau gletser disuatu cekungan. Delta yang terdapat dimulut-
mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diikuti air
sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat digurun dan ditepi pantai
adalah pengendapan material-material yang diangkut oleh angin.

2.1. KLASIFIKASI DAN PEMERIAN BATUAN SEDIMEN


Penamaan batuan sangat penting sekali dan juga penamaan ini harus
adanya standarisasi, berdasarkan tipe batuan dan sifat-sifatnya. dalam hal
penamaan harus ada keseragaman pemberian nama, sehingga klasifikasi
dari batuan harus subyektif mungkin, berdasarkan fakta-fakta yang dapat
diamati dan bukan tafsiran.

3
A. Klasifikasi
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas
dengan ketebalan dari beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.
Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat besar dan
beberapa proses yang penting bagi yang termasuk kedalam batuan
sedimen.
1. Batuan Sedimen Detritus (Klastik)

Batuan sedimenklastikdisebut juga dengan batuan sedimen


detritus, mekanik, eksogen yang merupakan batuan sedimen yang
terdiri atas klastika- klastika atau hancuran bebatuan yang
mengendap secara alami atau mekanik oleh gaya beratnya sendiri.
Batuan jenis ini terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali atau
reworkin dari batuan yang sudah ada sebelumnya. Proses
pengerjaan kembali yang terjadi sebagai pembentukan batuan ini
meliputi pelapukan, erosi, transportasi, dan juga redeposisi atau
pengendapan kembali. Untuk menunjang proses tersebut dapat
terjadi, diperlukan beberapa media yakni air, angin, es , dan juga efek
gravitasi atau beratnya sendiri. Khusus untuk media yang terakhir
tersebut atau media gravitasi ini sebagai akibat dari longsoran batuan
yang telah ada sebelumnya.
Batuan sedimen detritus terbagi menjadi 3, yaitu :
a) Batuan sedimen Detritus kasar, contoh : breksi, konglomerat,
kokuina.
b) Batuan sedimen detritus sedang, contoh : Batupasir, arkose,
grewak.

4
c) Batuan sedimen Detritus halus, contohnya : batu lanau, batu
lempung, batu lumpur serpih.
2. Batuan Sedimen Evaporit

Proses untuk terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang
memeiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini
terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sebagian
sangat memungkinkan selalu terjadi pengayaan unsur-unsur tertentu.
Salahsatu contoh adalah larutan garam yang akan semakin pekat
apabila lingkungan tempai ia itu berupa danau yang tidak ada saluran
pembuangannya. Dan factor yang penting juga adalah tingginya
penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut.
Batuan-batuan yang termasuk dalam golongan ini adalah gip,
anhidrit, batu garam, dan lain-lain.

3. Batuan Sedimen Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organic yaitu


dari tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuh-tumbuhan tersebut
mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal diatasnya
sehingga tidak memungkinkan terjadinya suatu pelapukan.

5
Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus
memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau tumbuhan itu mati
atau tumbang tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
4. Batuan Sedimen Silika

Batuan ini terdiri dari rijang (chert), radiolaria dan tanah


diatom. Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara
proses organic seperti radiolaria atau diatom dan proses kimiawi
untuk lebih menyempurnakannya. Batuan golongan ini tersebarnya
hanya sedikit dan terbatas sekali.
5. Batuan Sedimen Karbonat

Batuan ini sudah umum sekali terbentuk dari kumpulan


cangkang moluska, alga, foraminifera atau lainnya yang bercangkang
kapur. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan
dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan diendapkan di suatu
tempat. Proses pertama biasanya terjadi di lingkungan laut litoral
sampai neoritik, sedangkan proses kedua diendapkan pada laut
neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali
jenisnya tergantung dari material penyusunnya, suatu contoh batu

6
gamping terumbu karang terbentuk karena batuan tersebut disusun
oleh material terumbu koral.
B. Total Volume Dan Masa Batuan Sedimen
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya
mengandung 5% yang diketahui di litofera dengan ketebalan 10 mil di
luar tepian benua, dimana batuan beku dan meta beku mengandung
95%. Sedangkan kenampakan dipermukaan bumi batuan sedimen
menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari batuan
beku sebesar 75% saja.
Total volume dan dan massa dari batuan sedimen dibumi memiliki
perkiraan yang berbeda-beda dan juga jalan untuk mengethui jumlah
yang tepat. Beberapa ahli dalam bidangnya telah mencoba untuk
mengetahui ketebalan rata-rata dari lapisan sedimen di seluruh muka
bumi.
Tabel 1, perkiraan volume dan batuan sedimen
Sumber Data Kilometer kubik
Clarke (1924) 3,7 X 108
Goldschmidt (1933) 3,0 X 108
Kuenen (1941) 13,0 X 108
Wiekman (1954) 4,1 ± 0,6 X 108
Poldevaart (1955) 6,3 X 108
Horn dan Adams (1966) 10,8 X 108
Ronov (1966) 9,0 X 108
Blatt (1970) 4,8 X 108
Sumber: Pettijohn, Sedimentary rocks, 1975, p. 20
Perbedaan perkiraan volume dari setiap ahli tersebut adalah
perbedaan kedalaman dari setiap cekungan yang diambil sebagai
contoh. Sehingga menghasilkan perbedaan dari ketebalan yang menjadi
pedoman perhitungan.
C. Pemerian Batuan Sedimen

7
Penamaan dan pemerian litologi berbeda-beda untuk bermacam-
macam litologi. Untuk ini macam-macam batuan batuan yang umum
adalah :
1. Detritus (klastik) kasar
2. Detlitus (klastik) halus
3. Karbonat
4. Evaporit
Di dalam memeriksa batuan sedimen klastik, bebrapa hal yang harus
diperhatikan, seperti :

1. Warna
Warna pada hakekatnya sangat penting pada setiap batuan,
khususnya pada batuan sedimen karena akan membantu dalam
beberapa hal seperti masalah lingkungan pengendapan. Contohnya
:Warna merah, hijau lingkungan oksidasi. Warna abu-abu tua, hitam
lingkungan reduksi.
2. Kekompakan
Kekompakan adalah sifat fisik dari batuan, beberapa istilah
yang biasa dipergunakan untuk kekompakan batuan, yaitu :
Dense : sangat padat.
Hard : keras dan padat, contoh: kuarsit.
Medium hard : agak keras, tetapi masih dapat digores oleh jarum
baja.
Soft : lunak, dengan mudah bisa tergores dan dipecahkan.
Friable : keras tetapi dapat diremas dengan tangan.
Spongy : berongga.
3. Bentuk butir
Karstifikasi Zingg (1955) yang biasa dipergunakan, adalah
perbandingan antara Panjang (a), lebar (b) dan tebal (c), maka
menghasilkan kelas sebagai berikut :

8
Tabel 2, klas-klas bentuk dari zingg
Nomor Klas b/a c/b Bentuk
I > < 2/3 Oblato (discoidal)
II > >2/3 Equiazial (spherical)
III < <2/3 Triaxial (bladed)
IV < >2/3 Prolate (rod-shaped)
Sumber :Pettijohn, Sedimentary rocks, 1975, p. 54

4. kebundaran (roundness)
kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat
dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari
bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan
sebagai berikut :
- wellrounded (sangat membundar) : Semua permukaan komveks,
hampir equidimensional, sferoidal.
- Rounded (membundar) : pada umumnya permukaan-permukaan
bundar, ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar.
- Subrounded (memudar tanggung) : Permukaan pada umumnya
datar dan permukaan bundar.
- Subangular (menyudut tanggung) : permukaan pada umumnya
datar dengan ujung-ujung tajam.

9
- Angular (menyudut) : permukaan konkaf dengan ujungnya yang
tajam.

5. Butiran (grains)
Butiran dalam batuan sedimen klastik bisa terdiri dari
pecahan-pecahan fragmen batuan, mineral, kristal dan cangkang-
cangkang fosil atau zat organic lainnya.
Tabel 3, skala besar butir dari wentworth, memperlihatkan korelasi
dengan skala diameter (0) dan penamaan dari batuan sedimen.

Nilai diameter Diameter Kelas Nama batuan


partikel (mm) Wentworth
Berangkal
-6 64 Konglomerat
Kerakal
-2 4
Butiran Batuan butiran
-1 2
Sangat kasar
0 1
Kasar
1 0,5
Menengah Batu pasir
2 0,25
Halus
3 0,125
Sangat halus
4 0,0629
Lanau Batu lanau
8 0,0039
Lempung Batu lempung

10
6. Porositas
Porositas suatu batuan adalah perbandingan seluruh
permukaan pori dengan volume dari batuan. Bila dijadikan dalam
persentase adalah sebagai berikut :

Seluruh permukaan pori


Porositas = 𝑥 100
Volume dari batuan

Pembagian porositas bisa digunakan sebagai berikut :


Negligibe 0 – 5%
Poor 5 – 10%
Fair 10 – 15%
Good 15 – 20%
Very good 20 – 25%
Excellent 25 – 40%
7. Permeabilitas
Permeabilitas sukar untuk ditentukan di bawah mikroskop
sedapat-dapat dikira-kira dari porositas. Salah satu metoda
pendekatan adalah dengan menempatkan setetes air pada sekeping
yang kering dan mengamati kecepatan air merembes. Istilah yang
bisa digunakan adalah :
Fair 1,0 – 10 md
Good 10 – 100 md
Very good 100 – 1.000 md
8. Matrik
Semacam butir (klastik), tetapi sangat halus, sehingga aspek
geometri tak begitu penting, terdapat diantara butiran sebagai masa
dasar.

11
9. Semen
Bukan butir, tapi material pengisi rongga antar butir, biasanya
dalam bentuk amorf atau kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim
adalah :
Kalsit Oksida besi Lempung
Doimonit Silika Silit
Sulfat Firit Siderit

10. Pemilihan (sorting)


Pemilihan yaitu keseragaman butir dalam batuan sedimen
klastik. Beberapa istilah yang bisa dipergunakan dalam pemilihan
batuan, adalah :
Well sorted : Terpilah baik
Medium sorted : Terpilih sedang
Poor sorted : Terpilih buruk

12
11. Kemas (fabric)
Di dalam batuan sedimen klastik dikenal 2 macam kemas, yaitu :
- Kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan (mengambang
di dalam matriks)
- Kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan satu sama lainnya.
D. Struktur Batuan Sedimen
Struktur sedimen sebetulnya adalah kelainan dari bidang perlapisan
yang normal (parallel atau horizontal). Kelainan disebabkan karena
proses sedimentasi, ataupun sesudah sedimentasi (diagenesa).
Struktur sedimen terbentuk akubat dari proses fisika, kimia, maupun
proses-proses lainnya. Contoh : Proses fisika seperti angin, air, arus.
Proses kimia seperti kongkresi dan lainnya. Proses organik seperti jejak
binatang.
Tabel 4, penggolongan lapisan menurut ketebalan dari McKee dan Weir
(1953)

Ketebalan (cm) Penamaan


Lapisan sangat tebal
100
Lapisan tebal
30
Lapisan menengah
10
Lapisan tipis
3
Lapisan sangat tipis
1
Laminasi tebal
0,3
Laminasi tebal

Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat


dikelompokan menjadi 3 buah, yaitu :

1. Struktur sedimen primer : Terbentuk karena proses sedimentasi


dengan demikian dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya.

13
2. Struktur sedimen sekunder : Terbentuk sesudah sedimentasi,
sebelum atau pada waktu diagenesa, juga merefleksikan keadaan
lingkungan pengendapan, misalnya keadaan dasar, lereng dan
lingkungan organisnya.
3. Struktur organic : Struktur yang terbentuk oleh kegiatan binatang,
seperti moluska, cacing atau binatang lainnya.
2.2. JENIS DAN PENAMAAN BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen dari golongan klastik terutama klastik halus akan
menghasilkan nama batuan yang banyak sekali, karena batuan tersebut
pada umumnya merupakan hasil percampuran dari beberapa unsur yang
dominan. Unsur-unsur yang penting adalah pasir (sand), lempung (clay), dan
lanau (silt). Bila dia jenis unsur tersebut bercampur akan menghasilkan nama
yang berlainan, juga percampuran tersebut tergantung dari persentase
volume masing-masing unsur.

A. Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik pada klasifikasinya terdahulu dikatakan
bahwabatuan tersebut dapat dibagi dua golongan besar yang
berdasarkan besar butir, yaitu batuan sedimen klastik kasar dan batuan
sedimen klastik halus.
1. Klasifikasi lempung, pasir dan lanau.
Klasifikasi ini pada dasarnya memakai segitiga sama sisi yang
setiap titiknya terdiri dari lempung (clay), pasir (sand) dan lanau (slit).
Persamaan tersebut adalah bila batuan tersebut 100% pasir
(sand) maka batu tersebut diberi nama batupasir. Cara yang sama
juga berlaku untuk unsur yang lainnya. Bila berupa campuran dilihat
unsur yang dominannya, suatu contoh apabila bercampur pasir
dengan lanau, dimana di dominasi oleh pasir maka penamaan batu
tersebut adalah batupasir lanauan (silty sand). Juga berlaku untuk
gabungan tiga unsur, seperti batu lempung pasiran lanauan ( Sandy
silty clay), dari sini dapat diketahui bahwa unsur terbanyak adalah
lempung.

14
2. Klasifikasi lempung, silika dan gamping
Klasifikasi ini dikemukakan oleh selley (1976) yangmana
pembagian dasar berdasarkan unsur-unsur lempung (clay) silika
(silica) dan gamping (lime). Batas setiap unsur utama dingka 70,
sehingga penamaan batuan diangka 70 sampai 100 dari setiap titik
memiliki satu unsur saja, seperti batulempung. Sedangkan
percampuran memberikan nama ganda, seperti batu gamping
pasiran (Limestone sandy).

15
3. Klasifikasi pasir dan kerikil.
Wilman (1942) telah membuat klasifikasi untuk batuan
campuran antara pasir (sand) dan kerikil (gravel). Pembagian ini
berdasarkan perbandingan volume dari setiap unsur yang
dikandungnya. Contoh bila batuan itu mengandung 75% atau lebih
disebut kerikil (gravel), kerikil pasiran (sandy grafel) bila mengandung
50-75% grafel dan 25-50% sand. Disebut pasir kerikilan (pebbly
sand), bila mengandung 50-25% gravel dan 50-75% sand.

4. Klasifikasi mineral lempung, vulkanik detritus, terrigeneous detritus.


Klasifikasi ini menggunakan system segitiga sama sisi yang
mana setiap ujungnya ditempati oleh mineral lempung (clay mineral),
vulkanik detritus dan terrigeneous detritus. Kalasifikasi ini ditambah
dengan pembagian besar butir yang terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu kerikil (gravel), pasir (sand), dan lempung (clay). Pembagian
besar butir ini berurutan dari atas ke bawah dan semakin bawah
semakin kasar. Pembagian batuan ini dibagi menjadi dua kelompok,
kelompok pertama batuan hasil kegiatan Vulkanik (gunung api) dan
kelompok kedua bukan hasil kegiatan vulkanik.

16
B. Batu Pasir
Batu pasir adalah klas yang penting dalam batuan sedimen.
Termasuk dalam klas ini vulkaniklastik dan karbonat pasiran. Batupasir
menempati 30% dari seluruh batuan sedimen di permukaan bumi. Nilai
ekonomi dari batupasir sangat tinggi sekali, yang paling sederhana
digunakan untuk bahan bangunan.
1. Penamaan dan klasifikasi batu pasir.
a) Klasifikasi dari Pettijohn (1975)
Klasifikasi ini menggunakan dasar segitiga sama sisi dimana
setiap sudutnya terdiri dari kuarsa, feldspar (plagioklas + K.
feldspar) dan fragmen batuan. Segitiga pertama sampai segitiga
kedua atau dari 0% sampai 15% batuan di daerah tersebut diberi
nama arenit (arenite). Segitiga kedua sampai segitiga ketiga atau
15% sampai 75%, batuan yang terletak didaerah tersebut
dinamakan batuan wacke. Jika didominasi oleh feldspar disebut
feldspathic Gray wacke. Dan bila didominasi oleh unsur kuarsa,
maka batuan itu dinamakan Quartz Wacke.

17
b) Klasifikasi dari Selley (1976)
Klasifikasi ini menggunakan dasar segitiga sama sisi dimana
setiap sudutnya ditempati oleh unsur-unsur lempung, feldspar
dan kuarsa. Penamaan dari batuan tersebut memiliki tiga nama
dasar, pembagian nama ini berdasarkan persen dariunsur
lempung dan feldsfar. Jika batuan mengandung 15% lempung
disebut arenit, jika unsur lempungnya antara 15-75% batuan
tersebut diberi nama Wacke dan unsur lempung antara 75-100%
batuan diberi nama Mudrock. Batuan yang termasuk dalam
golongan wacke adalah Grey wacke dan Quartzwacke,
sedangkan yang termasuk dalam golongan arenit adalah arkose
dan protoqurtzite. Jika batuan hampir semuanya terdiri dari satu
unsur, seperti kuarsa maka penamaanya adalah Orthoquartzite.

18
2. Diskripsi batupasir
a) Kuarsit
Pasir yang termasuk dalam kelompok ini adalah kuarsit atau
kuarsia anerit. Dimana mineral penyusunya terbanyak adalah
kuarsa, kuarsa ini dapat berasal dari batuan metamorf atau dari
batuan beku asam.
b) Grey wacke
Bewarna gelap, pemilahan buruk karena transfortasinya
pendek. Bentuk butir menyudut disebabkan jarak trasfortasinya
yang dekat. Struktur sedimen yang biasa terdapat adalah struktur
graded bedding hal ini disebabkan arus turbit.
c) Arkose
Batuan ini didominasi oleh feldspar sehingga batuan ini
mudah sekali terkena proses pelapukan. Warna batuan ini ialah
terang kemerah-merahan. Bentuk butir menyudut dan sorting
batuan buruk, hal ini disebabkan jarak transfortasinya tidak begitu
jauh.

19
Tabel 5, komposisi kimiawi beberapa jenis dari batu pasir.
senyawa A B C D E F
SiO2 95,4 66,1 56,7 47,75 77,1 92,13
TiO2 0,2 0,3 0,6 0,20 0,3
Al2 O3 1,1 8,1 13,5 6,41 8,7 4,42
Fe2 O3 0,4 3,8 1,6 2,39 1,5 0,37
FeO 0,2 1,4 3,5 0,7 0,33
MnO 0,1 0,1 0,2 0,24
MgO 0,1 2,4 2,1 4,48 0,5 0,14
CaO 1,6 6,2 2,5 18,75 2,7 1,27
Na2 O 0,1 0,9 2,9 1,20 1,5 0,11
K2 O 0,2 1,3 2,0 1,02 2,8 0,27
H2 O+ 0,3 3,6 2,4 1,32 0,9
H2 O- 0,7 0,6
P2 O5 0,1 0,2 0,10 0,1
CO2 1,1 5,0 1,2 17,78 3,0
SO3 0,3 0,42
S 0,1
C 0,1
100,7 100,0 100,4 101,40 100,0 100,15

A Ortoquartize D Subgray wacke


B Lithic arenite E Arkose
C cray wacke F Subarkose
Sumber : Pettijohn, 1975, P. 210, 216, 223
C. Batu Lempung
Batu ini disusun oleh mineral-mineral lempung yang sulit dibedakan
satu sama yang lainnya. Biasanya plastis dan warna dari batu ini banyak
sekali seperti hitam, kelabu, hijau, ataupun merah. Jika memperlihatkan
bahan-bahan yang rapat disebut serpih, dan jika batuan ini sangat keras

20
sekali tanpa memperlihatkan belahan (kompak) disebut argilit.
Sedangkan disebut napal jika batuan ini mengandung 34 – 40% CaCO3,
bilamana batuan ini diberi HCI akan bereksi dengan cepat karena
memperlihatkan sifat dari lempung.

D. Batu Evaporit
Nama batuan adalah nama mineral penyusunnya yang bersifat
monomineral, yaitu dikenal sebagai mineral garam. Sebenarnya telah
dikenal 30 mineral garam di endapan evaporit, di strassfurt, jerman tetapi
hanya 3 mineral (batuan yang terdapat paling banyak dan yang lainnya
sangat sedikit. Ketiga mineral tersebut ialah gip (CaSO4 2H2O), anhidrit
(CaSO4) dan halit (NaCl).

1. Batuan dan mineralogi


Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan
terdapat berlapis-lapis. Anhidrit sering memperlihatkan lapisan yang
rumit, karena batuan ini bersifat kristalin tetapi terdapat air di dalam
pori-porinya dan memperlihatkan struktur aliran.

21
a) Batuan gip
Terdapat secara kristalin kasar sampai halus granular.batu gip
dapat pula massif, dan sering terdapat kristal-kristal yang besar
tetapi yang demikian biasanya terdapat sebagai urat atau kristal
nodul dalam lumpur atau pasir.

b) Batuan anhidrit
Batuan ini lebih banyak terdapat daripada gip, juga berlapis
tetapi kadang-kadang massif, tebal dan meluas.

c) Halit (batugaram)
Batuan ini terdapat secara massif dan secara kristalin kasar,
kadang-kadang berlaminasi. Sering berinterlaminasi (beberapa
cm) dengan sisipan tipis (seperti kertas) oleh anhidrit atau
dolomit.

22
Tabel 6, susunan kimia anhidrit dan gip dari berbagai tempat.
Senyawa A B C
SiO2 2,12 0,40
Al2 O3 2,97
Fe2 O3 0,20 0,77
MgO 2,11 1,53
CaO 36,76 30,76 41,2
Na2 O
K2 O
SO3 36,11 43,70 50,8
CO2 6,43 2,80
H2 O 16,27 17,53
Total 100,00 100,51 100,00
A. Gip, kadar gip 77,67%
B. Gip, kadar gip 94,23%
C. Anhidrit
Sumber : koesoemadinata, 1981, daftar XI – 1.
2. Cara terdapatnya
Evaporit terdapat berinterklasi dengan sedimen biasa. Banyak
pula terdapat diatas atau interklasi dengan karbonat terutama
dolomit, juga sering bersosiasi dengan bitumina.
3. Asal air laut evaporit
Walaupun diduga keras evapolit berasal dari penguapan air
laut, namun ada beberapa persoalan seperti :

- Bagaimana terjadi pengendapan dari air laut itu yang


memberikan lebih banyak anhidrit daripada halit.
- Apakah yang diendapkan iti gip atau anhidrit.
- Bagaimana mekanisme pengkonsentrasian serta penguapan air
asin itu menjadi evaporit.

23
E. Sedimen Silika
Batuan yang termasuk dalam golongan ini adalah batuan yang bersifat
monomieral, dan banyak yang langka terdapat sebagai batuan, seperti :
1. Rijang (chert)
2. Batu peneker (flint)
3. Jaspilit – jasper dan hematit
4. Tanah diatomea
5. Tanah radiolaria
Tabel 7, komposisi kimia dari rijang, batu paneker, dan serpih diatomea.
Senyawa A B C
SiO2 93,54 98,93 73,71
TiO2 0,50
Al2 O3 2,26 0,14 7,25
Fe2 O3 0,48 0,06 2,68
FeO 0.08 0,44
MnO 0,79 0,01
MgO 0,23 0,02 1,47
CaO 0,66 0,04 1,72
Na2 O 0,37 1,19
K2 O 0,51 1,00
H2 O+ 0,72 0,17 6,94
H2 O- 0,21 0,27 2,88
P2 O5- 0,24
CO2 0,02
SO3 0,16
C 0,18
Total 99,86 99,92 100,18

A. Rijang
B. Batu paneker (flint)
C. Serpih diatomean
Sumber : Koesoemadinata, 1981, daftar XI – 5

24
2.3. BATUAN KARBONAT
Semua batuan terdiri dari garam karbonat, dalam prakteknya adalah
terutama gamping (limestone) dan dolomit. Kata karbonat dewasa ini lebih
sering dipakai dalam industry minyak bumi.

Karbonat memiliki keistimewaan dalam cara pembentukannya, yaitu


hanya dari larutan, praktis tak ada sebagai detritus daratan. Pembentukan
secara kimiawi, tetapi yang penting adalah turut sertanya organisme.

Hal yang lain adalah terbentuknya klastik sebagai pragmentasi atau


pembentukan sekunder sebagai contoh colitik, dan pengendapan
menyerupai detritus.

A. Komposisi Kimia Dan Mineral


1. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)
Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut.
Jarum-jarum aragonite biasanya diendapkan secara kimiawi, dari
peresepitasi langsung dari air laut. Diagenesanya berubah menjadi
kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari aragonite seperti
moluska.

2. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)


Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik.
Terdapat sebagai rekristalisasi dari aragonite, sering merupakan
cavity filling atau semen, dalam bentuk kristal-kristal yang jela.
Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit

25
3. Dolomit : CaMg (Co3)2
Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan
reservoir, kristal sama dengan kalsit, perbedaannya pada bidang
refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (presipitasi langsung dari air
laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit

4. Hight magnesium kalsit


Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tak begitu banyak
terdapat, sering merupakan batuan dolomit Ls.

26
5. Magnesti MgCO3
Biasanya berorientasi dengan evaporit.

B. Tekstur Batuan Karbonat


1. Besar butir
Tabel 8, Skala besar butir dari Pendexter (1962)
8,0 mm Breccias and
4,0 mm conglomerate
2,0 mm
Very coarse-grained
1,0 mm
Coarse-grained
0,5 mm
Medium-grained
0,25 mm
Fine-grained
0,125 mm
Very fine-grained
0,0625 mm
Coarsely
0,0312 mm Micrograined
Finely
0,004 mm
0,002 mm Cryptograined
0,0001 mm

27
2. Bentuk butir
Dalam bioklast, derajat dari abrasi dan peristilahan seperti
pada detritus dipergunakan untuk fragmen-fragmen pada umumnya.
Bioklast dapat dibedakan menjadi cangkang-cangkang yang utuh
atau bekas pecahan jelas dan yang kedua yang telah terabrasi atau
bundar.
3. Semen
Biasanya terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas atau
disebut juga spari kalsit (sparry calcite) atau spar.
Dapat diamati dibawah mikroskop dan semen ini terjadi pada
waktu diagnesa pengisian rongga-rongga oleh larutan, yang
mengendapkan kalsit sebagai hablur yang jelas. Kadang-kadang
sukar untuk membedakannya dengan kalsit sebagai hasil
rekristalisasi, yang biasanya lebih halus dan disebut mikrospar.
4. Matrik
Matrik adalah butir-butir halus dri karbonat yang mengisi
rongga-rongga dan terbentuk pada waktu sedimentasi. Biasanya
halus sekali dari bentuk-bentuk kristal tak dapat diidentifikasi, hampir
opak dibawah mikroskop.
Hasil dari matrik ini dapat berupa :
a) Pengendapan langsung sebagai jarum (aragonite) secara
kimiawi/biokimiawi, yang kemudian berubah menjadi kalsit.
b) Merupakan hasil abrasi, gamping yang telah dibentuk misalnya
koral, alga dan sebagainya dierosi dan abrasi kembali oleh
pukulan-pukulan gelombang dan merupakan tepung kalsit.
Tepung kalsit ini membentuk lumpur apu, dan diendapkan
terutama di daerah-daerah yang tenang.

28
C. Klasifikasi Dan Tipe-Tipe Gamping Utama
1. Klasifikasi Dunham (1962)
Faktor yang penting dalam system ini dan perlu diamati ialah
yang pertama butiran yang didukung sendiri, dimana butir-butir jelas
saling bersentuhan, kedua butiran yang didukung matrik, dimana
matrik mengambang dalam matrik.
Factor kedua yang penting adalah butiran dan matrik. Bila
butiran didukung lumpur, memiliki dua kemungkinan, pertama butiran
kurang dari 10% dari seluruh batuan maka disebut mudstone, kedua
butiran lebih dari 10% dari sluruh batuan disebut wackestone.
Sedangkan bila butiran didukung sendiri, ini juga memiliki dua
kemungkinan, pertama dengan matrik disebut packstone, kedua tak
ada matrik disebut graistone. Jika butiran diikat pada waktu
pengendapan disebut boundstone.
2. Klasifikasi Folk (1962)
Klasifikasi ini terutama untuk batugamping atau dolomit, batu
gamping non klastik dan dolomit hasil replacement. Pembagian
berikutnya lebih ditekankan kepada perbandingan spar dan mikrit,
juga factor fosil atau oolit memegang peranan penting dalam
penamaan batuan berdasarkan klasifikasi ini. Ada beberapa klas
dalam klasifikasi ini, seperti :
Klas I : spar lebih besar dari matrik.
Klas II : skar lebih kecil dari matrik
Klas III : batuan mikrokristalin
Klas IV : batu gamping non klastik
Klas V : dolomit hasil replecement
3. Tipe-tipe gamping utama
Tipe gamping ini berdasarkan kenampakan di lapangan, dapat dibagi
menjadi :

29
a) Tipe gamping kerangka
Tipe gamping ini terdapat paling banyak dalam tersier di
Indonesia, tipe ini sering membentuk terjal pada singkapan,
massif tak berlapis atau perlapisan buruk yang hanya kelihatan
dari jauh.
Komponen utama utama dari batuan ini ialah suatu kerangka
yang utuh seperti dalam keadaan aslinya.
Komponen lainnya yang bisa terdapat adalah bioclast ataupun
fragmen-fragmen lainnya dapat ikut terikorporasi di dalamnya.
Komponen yang penting seperti foraminifera terutama foram
besar, moluska sering terdapat kadang-kadang merupakan
kerangka tersendiri.

b) Tipe gamping klastik


Batuan ini masih dapat terbagi lagi menjadi, bioklastik,
interclast/fragmenter dan klastik non fragmenter.

Berdasarkan besar butirnya batuan ini terbagi menjadi :


- Lebih besar dari 2 mm
Jika terdiri dari cangkang-cangkang/kerangka, disebut
cocquina jika terdiri dari moluska dan fragmen koral.
- Jika lebih kecil dari 0,25 mm

30
Sukar untuk membedakan partikel-partikel pembentuk, maka
sering digunakan istilh seperti, micrograined dan
microgranular.
- Jika sudah tidak dapat diidentifiksi, maka istilah-istilah yang
dapat dipergunakan ialah kalkarinit terutama jika tekstur jelas
menyerupai pasir, granular limcstone, clastic limestone dan
fragmental limestone.
c) Tipe gamping afanitik
Terdiri dari butir-butir lebih kecil dari 0,005 mm, tidak dapat
diketahui apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan
gamping) atau kristal-kristal halus.
Batuan ini memiliki beberapa cara terbentuknya, seperti yang
pertama penggerusan gamping yang telah ada, misalnya
penghancuran terumbu oleh gelombang. Kedua dari
pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah
kelewat jenuh akan Ca CO3, sebagai jarum-jarum aragonite.
Lingkungan pembentukan batu gamping ini yaitu diendapkan
didaerah dangkal yang terlindung lagoon dibelakang terumbu,
penguapan yang kuat dan dengan bantuan ganggang.

d) Tipe gamping kristalin


Gamping kristalinkasar tidak terbentuk secara langsung dari
pengendapan, tetapi biasanya hasil dari rekristalisasi dari
gamping yang lain, dan gamping klastik ataupun gamping
terumbu maupun afanitik.
Cara terbentuknya batuan ini terbagi menjadi tiga yaitu yang
pertama pengendapan secara langsung dalam supratidal, atau

31
evaporit. Kedua pengendapan dalam pori-pori gamping klastik
didaerah supratidal sabkha, sebagai hablur kemudian partikel
kalsit terlarut. Ketiga proses ubahan (replacement) suatu terumbu
yang terangkat ke daerah supratidal dengan proses seepage
reflux.
Pada pembentukan dolomit harus memenuhi syarat dimana
konsentrasi Mg/Ca ratio = 5 : 1, sehingga diperlukan penguapan
luar biasa.

D. Proses Pembentukan Batuan Karbonat


Proses pembentukan batuan karbonat terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Litifikasi sedimen karbonat.
Kebanyakan batuan karbonat terventuk karena proses litifikasi
sedimen karbonat. Litifikasi tersebut akan melibatkan pelarutan
mineral-mineral karbonat yang tidak stabil, pengendapan mineral-
mineral karbonat yang stabil dan rekristalisasi. Semua proses
tersebut termasuk di dalam suatu proses yang luas yaitu diagnesa.
Dalam pengertian yang luas diagnesa meliputi perubahan perubahan
mineralogi, tekstur, kemas dan geokimia sedimen dan temperature
dan tekanan yang rendah.
Proses perubahan sedimen karbonat menjadi batuan karbonat
berlangsung perlahan-lahan dan bertingkat-tingkat, dimana batas
antara masing-masing tingkat tidak jelas, bahkan dapat saling
melingkup. Tingkat tersebut ialah : a. penyemenan, b. pelarutan
pengendapan dan, c. perubahan mineralogi butir-butir dan
rekristalisasi.

32
2. Pengkristalan kalsium karbonat yang semula dalam dalam keadaan
membatu.
Batuan karbonat ini berasal dari rekristalisasi kalsium karbonat
yang menyerupai bahan batu/keras (stony material), dimana kalsium
karbonatnya dapat berasal dari kimiafisik (anorganik) maupun
biokimia (organic), atau kombinasi keduanya.
Contoh batuan karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi
endapan karbonat berasal dari kimiafisik ialah calerete, caliche dan
nari. Ketiganya adalah endapan yang dihasilkan dari rekristalisasi
karena penguapan.
3. Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat.
Beberapa batuan karbonat dapat terbentuk dari penggantian
materi-materi lain, terutama kalsium sulfat dan butir-butir kuarsa oleh
kalsium karbonat. Batuan karbonat jenis ini tidak umum, tetapi cukup
penting karena genesisnya yang sangat berbeda dengan batuan
karbonat jenis lain. Terdapat dua proses penggantian yang umum,
yaitu pertama perubahan kalsium sulfat menjadi kalsit oleh kegiatan
bakteri, kedua penggantian butir-butir kuarsa oleh karbonat karena
proses korosi.

33
2.4. SISTEM PENGENDAPAN
Sistem pengendapan suatu batuan sedimen adalah suatu hal yang
harus dipelajari, karena hal ini mencerminkan arus atau mekanisasi
terbentuknya bentuk tersebut. Sedangkan model fasies ialah suatu model
yang dibentuk oleh beberapa jenis aliran pada suatu tempat tertentu, seperti
model alluvial atau model delta.

A. Pengendapan Sistem Arus Tribid

Turbidit didefinisikan oleh Keunen dan Migliorini (1950) sebagai suatu


sedimen yang diendapkan oleh mekanisme arus turbidit, sedangkan arus
turbidit itu sendiri adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen dan
mengalir pada dasar tubuh fluida, karena mempunyai kerapatan yang
lebih besar daripada cairan tersebut.
Berdasarkan kepada aspek transport mekanis yang juga
mempermasalahkan suatu system arus tersendiri yang berbeda dari
suatu arus traksi. Bila ada masa longsoran yang begerak dibawah laut,
maka akan cenderung untuk bercampur dengan medium air dan akan
membentuk endapan tertentu. Endapan tersebut dikarakteristik sebagai
hasil density current (turbidity current).
1. Mekanisme dan proses
Bila dikembalikan lagi kepada mekanisme pengendapannya,
yaitu mass movement melaui medium air bersuspensi energi kenetis
= 0 terendapkan. Hal diatas adalah rasional, dari mekanisme
tersebut menunjukkan bahwa sedimentasi terjadi karena arus
kehilangan tenaga (energi kenetis = 0), umumnya pada tempat datar

34
atau lekukan. Pertama sekali diendapkan adalah fraksi kasar dan
bagian atasnya mungkin ada yang mengalir. Dengan sifat density
current maka pengendapan akan terjadi sekaligus.
2. Struktur turbidid
a) Interval with graded bedding
Pada bagian bawahnya terdiri dari bagian pasir yang
memperlihatkan struktur graded bedding, kadang-kadang struktur
ini untuk diamati apabila material-materialnya terpilih dengan
baik. Tekstur pada interval ini pasiran dan kadang-kadang gravel
atau pebble, tidak ada struktur khas lainnya yang dikenal pada
interval ini.
b) Lower interval with parallel lamination
Pada interval ini terdiri dari laminasi-laminasi sejajar (parallel)
yang kasar berselingan antara lumpur dan pasiran. Kontak
anatara a dan b pada umumnya berangsur.
c) Interval with current ripple lamination and convolute lamination.
Interval ini terdiri dari struktur current ripple yang berkisar dari
ketebalan 5 cm dan panjangnya tidak lebih dari 20 cm, kadang-
kadang kerutannya berupa convolute.Ukuran maksimal dari
butiran 60-100 mikron. Kontak antara b dan c sangat jelas.
d) Upper interval with parallel lamination
Material pada interval ini terdiri dari pasir sangat halus sampai
lempungan (pelit sility) kadang-kadang terlihat juga pasir. Kontrak
anatar c dan d dapat dibedakan.
e) Pelitic interval
Pada interval ini paling atas terlihat struktur sedimen laminasi
dari lumpur (laminated mud), kadang-kadang ditemukan
foraminifera pada interval ini.

35
3. Interpretasi dan faedah
Ada beberapa faedah yang didapatkan dari hasil interpretasi
dan Analisa pada arus tribid. Current bedding, ripple mark dan bekas
aliran serta distribusi besar butir sebagai penuntun untuk
menemukan dan mencari arah arus serta kemiringannya yang
akhirnya merupakan petunjuk kearah bentuk cekungan sedimen,
daerah sumber materialnya, dan usia dari tektonik struktur.
Desinity current dalam mekanisasinya merupakan larutan
pekat/berat (heavy fluid) yang mengalir kebawah pada larutan yang
lebih jernih, kemudian menggelusur kebagian bawah submarine
canyon. Adanya bekas-bekas subtratal memberikan indikasi arah
lereng.
Kegunaan endapan turbidid adalah untuk menafsirkan
keadaan paleogeografi, dan juga dapat menunjukkan bahwa
endapan turbidid mempunyai nilai ekonomis.
B. Pengendapan Sistem Arus Traksi

Arus traksi merupakan istilah bagi arus pada fluida yang dapat
menyebabkan proses transportasi yang memungkinkan sedimen
bergerak sebagai bed load. Peristiwa saltasi pada aliran turbulen juga
sebenarnya berhubungan dengan keberadan arus traksi. Traction carpet,
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu daerah
khayal dalam suatu badan aliran fluida, dimana partikel-partikel bergerak
diatas partikel-partikel yang tidak bergerak.

36
Pada dasarnya dalam berbagai kekuatan arus (stream power)
transport sedimen, pengendapan dan bentuk dasar (forms of bed
roughness), berubah-ubah dan mempunyai karakteristik sendiri.
Kekuatan arus = fT0

T0 = u ‫ ז‬DS
Dimana :
D = depth
T0 = shear strese
‫ = ז‬specific weight dari
V = mean velocity
Bentuk dasar juga tergantung dari besar butir 0,6 mm sebagai
batas.
C. Pengendapan Sistem Arus Pekat
Sistem arus pekat tidak begitu banyak terjadi, contohnya adalah
gletsyer, longsoran dan juga aliran lahar. System arus ini tidak banyak
dipelajari, tetapi pada umumnya mempunyai sifat-sifat :

1. Tidak dapat dipisahkan antara sedimen dan medium (air).,


merupakan satu fasa.
2. Seluruh massa bergerak sebagai suatu cairan pekat, biasanya
disebabkan gradilasi
3. Pengendapan-pengendapan terjadi kalau massa tersebut
berhenti, dan tak ada proses sedimentasi dalam arti pemisahan
sedimen dan air.
4. Cara aliran tidak selalu laminar tetapi juga turbulen dan cepat
sekali (lahar).
5. Dalam massa cairan pekat maka bongkahan-bongkahan besar
dapat di transfort dan disuport oleh massa sedimen sehingga
tampak mengambang.
Struktur sedimen yang bisa terbentuk dalam system arus
pekat adalah :

37
a) Terbntuk tekstur atau struktur yang terpilah buruk, diamana
bongkah-bongkah berada dalam matrik yang lebih halus,
sebagai contoh lahar.
b) Struktur yang sering didapat ialah floating frame work
kerangka mengambang. Sering didpatkan suatu macam
graded bedding atau alignmen bongkah-bongkah dalam satu
garis mungkin karena aliran liminer.
c) Sewaktu-waktu system arus ini dapat cukup cair sehingga
kadang-kadang struktur dari system arus traksi biasnya
dalam rezim aliran tinggi, atau bagian atas rezim aliran
bawah.

38
BAB III

PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Penamaan batuan sangat penting sekali dan juga penamaan ini harus
adanya standarisasi, berdasarkan tipe batuan dan sifat-sifatnya. dalam hal
penamaan harus ada keseragaman pemberian nama, sehingga klasifikasi
dari batuan harus subyektif mungkin, berdasarkan fakta-fakta yang dapat
diamati dan bukan tafsiran.
Batuan sedimen dari golongan klastik terutama klastik halus akan
menghasilkan nama batuan yang banyak sekali, karena batuan tersebut
pada umumnya merupakan hasil percampuran dari beberapa unsur yang
dominan. Unsur-unsur yang penting adalah pasir (sand), lempung (clay), dan
lanau (silt). Bila dia jenis unsur tersebut bercampur akan menghasilkan nama
yang berlainan, juga percampuran tersebut tergantung dari persentase
volume masing-masing unsur.

Semua batuan terdiri dari garam karbonat, dalam prakteknya adalah


terutama gamping (limestone) dan dolomit. Kata karbonat dewasa ini lebih
sering dipakai dalam industry minyak bumi.Karbonat memiliki keistimewaan
dalam cara pembentukannya, yaitu hanya dari larutan, praktis tak ada
sebagai detritus daratan. Pembentukan secara kimiawi, tetapi yang penting
adalah turut sertanya organisme.Hal yang lain adalah terbentuknya klastik
sebagai pragmentasi atau pembentukan sekunder sebagai contoh colitik, dan
pengendapan menyerupai detritus.

Sistem pengendapan suatu batuan sedimen adalah suatu hal yang


harus dipelajari, karena hal ini mencerminkan arus atau mekanisasi
terbentuknya bentuk tersebut. Sedangkan model fasies ialah suatu model
yang dibentuk oleh beberapa jenis aliran pada suatu tempat tertentu, seperti
model alluvial atau model delta.

39
3.2. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan- kekurangan dan kesalahan dalam tatacara penulisan maupun
pembahasannya. Maka dari itu, kritik dan saran pembaca penulis harapkan
untuk menjadi acuan penulisan makalah berikutnya.

40
DAFTAR PUSTAKA

Adang herdasyah (2016), Mengenal Batuan Sedimen (PDF), 12 September 2018.

Drs. Sudarmi, M. Si. (2010), Mineralogi Dan Petrologi (PDF), 12 September 2018.

Maya sari (2015), Batuan Sedimen : Pengertian, Proses, dan Jenisnya (PDF), 12 September
2018.

Sukandar Rumidi, Arie Noor Rakhman, dkk (2013), Belajar Petrologi Secara Mandiri (PDF), 12
September 2018.

41

Anda mungkin juga menyukai