Anda di halaman 1dari 12

PERISTIWA IMBIBISI PADA BIJI

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi tugas praktikum Fisiologi Tumbuhan
Dosen pengampu:
Dr. H. Taufik Rahman, M.Pd.
Dra. R. Kusdianti, M.Si.

Kelompok 5

Pendidikan Biologi B 2015


Astarini Mauludina (1501327)
Gilang Nurul Hairunisa (1500137)

Ismarini Pratami Putri (1504060)


Talitha Issabella Amalia (1506042)
Zuliande Zidan (1503539)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul
Peristiwa imbibisi pada biji
B. Tujuan
Memahami pengaruh temperatur dan potensial osmosis larutan yang
diimbibisi terhadap peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan.
C. Dasar Teori
Imbibisi adalah absorpsi air oleh bahan – bahan koloid dan zat padat
dalam bagian tumbuhan (Tjitrosomo, 1985). Masuknya air sering disertai
dengan membengkaknya bahan koloid dan peningkatan berat tumbuhan.
Misalnya, biji akan menjadi lebih besar jika diletakkan dalam air atau tanah
yang lembab, dan hal ini dikatakan sebagai proses imbibisi. Pada imbibisi
tidak ada keterlibatan membran, seperti pada osmosis. Imbibisi terjadi karena
permukaan struktur – struktur mikroskopis dalam sel tumbuhan seperti
selulosa, butir pati, protein, dan bahan lainnya menarik dan memegang
molekul air dengan gaya tarik antar molekul. Perbedaan lain antara imbibisi
dan osmosis, yaitu pada imbibisi terdapat adsorban (Tim Fisiologi Tumbuhan,
2018).
Pada dasarnya imbibisi meliputi dua proses yang berjalan bersama yaitu
difusi dan osmosis. Pada umumnya air dan bahan yang larut di dalamnya,
masuk dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa malainkan satu per satu
molekul setiap kali. Pergerakan netto dari satu tempat ke tempat lain akibat
aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari molekul atau ion yang disebut
difusi. Difusi terjadi akibat pergerakan konsentrasi dari satu titik dengan titik
lain Difusi berbeda dengan osmosis. Osmosis terjadi karena adanya membran
yang bersifat permeabel terhadap molekul air. Difusi dan osmosis merupakan
suatu proses perembesan air melalui selaput, sehingga terjadi keseimbangan
antara kepekatan cairan di kedua bagian dibatasi selaput tersebut. Perbedaan
kepekatan sitoplasma suatu sel dengan lingkungan dapat menyebabkan
perubahan bentuk atau kerusakan sel (Tjitrosomo, 1985).
Cara untuk menyatakan gejala difusi suatu zat yaitu dengan menggunakan
perbedaan nilai potensial kimia (satuan energi per gram molekul) zat tersebut
antara dua daerah. Jika terdapat perbedaan nilai potensial kimia air di antara
dua daerah, air akan bergerak secara spontan asalkan tidak ada yang
menghalangi aliran air tersebut. Arah gerakan neto air tersebut dari daerah
dengan potensial kimia yang tinggi ke daerah yang potensial kimianya lebih
rendah. Gerakan neto air ini akan berlangsung terus sampai potensial kimia air
pada kedua daerah itu menjadi sama. Pada titik keseimbangan, gerakan neto
air akan terhenti. Istilah potensial kimia air ini biasanya dikenal dengan istilah
potensial air (Tjitrosomo, 1985).
Imbibisi tidak ada keterlibatan membran, seperti pada osmosis. Imbibisi
terjadi karena permukaan struktur-struktur mikroskopik dalam sel tumbuhan
seperti selulosa, butir pati, protein dan bahan lainnya menarik dan memegang
molekul-molekul air dengan gaya tarik antar molekul. Dengan kata lain
imbibisi terjadi oleh potensial matrik (Tjitrosomo, 1985).
Imbibisi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu temperature dan potensial
osmosis senyawa yang diimbibisi. Temperature tidak mempengaruhi
kecepatan imbibisi, sedangkan potensial osmosis dapat mempengaruhi kedua-
duanya (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2018).

D. Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat yang digunakan


No. Nama Alat Jumlah
1. Penangas air bersuhu ( 40oC dan 60oC) 2 set
2. Timbangan 1 pcs
3. Tabung Reaksi 9 pcs

Tabel 2. Bahan yang digunakan


No. Nama Bahan Jumlah
1. Biji Kacang Hijau 90 butir
2. Biji Kacang Kedelai 90 butir
3. Akuades Secukupnya
4. Larutan Sukrosa 0,5M Secukupnya
5. Larutan Sukrosa 1 M Secukupnya

E. Langkah Kerja

Bagan 1. Langkah kerja percobaan imbibisi pada biji.


F. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil pengamatan tingkat imbibisi pada biji
Kacang Hijau Kacang Kedelai
Larutan Suhu Berat Awal Berat Berat Awal Berat
(gr) Akhir (gr) (gr) Akhir (gr)
Kamar 0,58 0,68 0,95 1,76
Aquades 40 0,74 1,10 0,86 1,74
60 0,67 0,82 0,94 1,87
Kamar 0,70 0,70 0,82 1,25
Larutan 40 0,65 0,67 0,92 1,40
0,5M
60 0,76 0,86 0,91 1,49
Larutan Kamar 0,63 0,67 0,87 1,18
1M 40 0,67 0,69 0,94 1,30
60 0,69 0,66 0,91 1,28

Tabel 4. Kecepatan imbibisi pada kacang


Kecepatan Imbisisi (gr/dt)
Larutan Suhu
Kacang Kedelai Kacang Hijau
Kamar 15 x 10-5 18,52 x 10-5
Aquades 400 16,3 x 10-8 66,67 x 10-5
600 17,8 x 10-8 27,78 x 10-5
Larutan Kamar 79,63 x 10-6 0
Sukrosa
400 88,89 x 10-6 3,7 x 10-6
0,5 M
600 10,74 x 10-5 18,52 x 10-5
Larutan Kamar 57,41 x10-6 7,41x10-5
Sukrosa 400 66,67 x10-6 3,7x10-6
1M 600 68,52 x10-6 5,56 x10-6
Tabel 5. Gambar hasil pengamatan imbibisi pada biji
No. Percobaan Gambar

Gambar 1. Kacang hijau yang sedang direndam


Percobaan pada dalam Larutan Glukosa 1 M
1. (Dokumentasi Kelompok 5B,2018)
kacang hijau

Gambar 2. Kacang Hijau yang telah direndam


Larutan Sukrosa 1 M
(Dokumentasi Kelompok 5B,2018)

Percobaan pada
2.
kacang kedelai

Gambar 3. Kacang Kedelai yang sedang direndam


Larutan Sukrosa 1 M
(Dokumentasi Kelompok 5B,2018)
Gambar 4. Kacang Kedelai yang telah direndam
Larutan Sukrosa 1 M
(Dokumentasi Kelompok 5B ,2018)

Potensial osmosis pada larutan aquades, larutan sukrosa 0,5 M, dan larutan
sukrosa 1 M
a. Larutan Aquades
Suhu kamar
Ψ=MiRT
Ψ = 0 x 1 x 0,0831 (25 +273) = 0 (Potensial Osmosis Tertinggi)
Suhu 40
Ψ=MiRT
Ψ = 0 x 1 x 0,0831 (40 +273) = 0 (Potensial Osmosis Tertinggi)
Suhu 60
Ψ=MiRT
Ψ = 0 x 1 x 0,0831 (60 +273) = 0 (Potensial Osmosis Tertinggi)
b. Larutan Sukrosa 0,5 M
Suhu kamar
Ψ=MiRT
Ψ = 0,5 x 1 x 0,0831 (25 +273) = 12,38 (Po -12,465)
Suhu 40
Ψ=MiRT
Ψ = 0,5 x 1 x 0,0831 (40 +273) = 13,00 (Po -13,00)
Suhu 60
Ψ=MiRT
Ψ = 0,5 x 1 x 0,0831 (60 +273) = 13,83 (Po -13,836)
c. Larutan Sukrosa 1 M
Suhu kamar
Ψ=MiRT
Ψ = 1 x 1 x 0,0831 (25 +273) = 24,76 (Po -24,93)
Suhu 40
Ψ=MiRT
Ψ =1 x 1 x 0,0831 (40 +273) = 26,01 (Po -26,01)
Suhu 60
Ψ=MiRT
Ψ = 1 x 1 x 0,0831 (60 +273) = 27,67 (Po -27,67)

G. Pembahasan
Pada praktikum imbibisi kali ini dilakukan menggunakan biji sebagai
bahan karena biji merupakan cikal bakal pertumbuhan yang membutuhkan
air. Biji yang digunakan ada 2, yaitu biji kacang kedelai dan biji kacang hijau.
Kedua kacang ini diberikan perlakuan yang berbeda yaitu pada direndam
pada konsentrasi dan suhu larutan yang berbeda. Konsentrasi larutan yang
digunakan yaitu pada aquades, larutan sukrosa 0,5 M, dan larutan sukrosa 1
M dengan masing-masing larutan direndam pada suhu kamar, 40°C, dan
60°C.
Berdasarkan data tabel hasil pengamatan hampir semua perlakuan
pada kedua biji tersebut mengalami penambahan berat setelah perendaman
selama 2 jam. Hal ini menunjukkan terjadinya proses imbibisi dimana air
masuk ke dalam biji sehingga berat pada biji bertambah. Namun pada biji
kacang delai yang direndam pada larutan sukrosa 1 M dengan suhu 60°C
mengalami penurunan berat. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya
kesalahan pada saat praktikum.
Diantara kedua biji tersebut diketahui bahwa biji kacang kedelai
memiliki kemampuan menyerap air lebih besar daripada biji kacang hijau,
dilihat dari selisih antara berat awal dan berat akhirnya. Salah satu factor yang
mempengaruhinya yaitu karena ukuran biji kacang kedelai lebih besar dari
biji kacang hijau. Pada biji kacang hijau, kemampuan imbibisi paling besar
yaitu pada biji yang direndam aquades pada suhu 40°C. sementara pada biji
kacang kedelai, kemampuan imbibisi paling besar yaitu pada biji yang
direndam akuades pada suhu 60°C.
Berdasarkan pengamatan, akuades merupakan larutan yang baik untuk
imbibisi dibandingkan dengan larutan sukrosa. Hal ini dapat terjadi karena
pada akuades hanya mengandung molekul air sementara pada larutan sukrosa
terdapat molekul sukrosa yang pada beberapa jaringan tumbuhan sulit untuk
diserap. Selain itu semakin tinggi suhu larutan maka semakin besar juga
imbibisi pada biji.

H. Jawaban Pertanyaan
1. Berapakah potensial osmosis dari masing-masing larutan yang
digunakan?
Jawab:
a. Larutan Aquades
Suhu kamar
Ψ=MiRT
Ψ = 0 x 1 x 0,0831 (25 +273) = 0 (Potensial Osmosis Tertinggi)
Suhu 40
Ψ=MiRT
Ψ = 0 x 1 x 0,0831 (40 +273) = 0 (Potensial Osmosis Tertinggi)
Suhu 60
Ψ=MiRT
Ψ = 0 x 1 x 0,0831 (60 +273) = 0 (Potensial Osmosis Tertinggi)
b. Larutan Sukrosa 0,5 M
Suhu kamar
Ψ=MiRT
Ψ = 0,5 x 1 x 0,0831 (25 +273) = 12,38 (Po -12,465)
Suhu 40
Ψ=MiRT
Ψ = 0,5 x 1 x 0,0831 (40 +273) = 13,00 (Po -13,00)
Suhu 60
Ψ=MiRT
Ψ = 0,5 x 1 x 0,0831 (60 +273) = 13,83 (Po -13,836)
c. Larutan Sukrosa 1 M
Suhu kamar
Ψ=MiRT
Ψ = 1 x 1 x 0,0831 (25 +273) = 24,76 (Po -24,93)
Suhu 40
Ψ=MiRT
Ψ =1 x 1 x 0,0831 (40 +273) = 26,01 (Po -26,01)
Suhu 60
Ψ=MiRT
Ψ = 1 x 1 x 0,0831 (60 +273) = 27,67 (Po -27,67)
2. Pada larutan mana dan suhu berapa kecepatan imbibisi tertinggi dan
terendah? Jelaskan mengapa demikian?
Jawab:
Pada larutan aquades dan suhu 60o C mengalami kecepatan
imbibisi tertinggi dengan kecepatan sebesar 17 x 10 -5 gram/ detik, atau
imbibisi sebesar 0,93 gram molekul kedalam biji kacang kedelai yang
dilakukan selama 90 menit / 5.400 detik. Sedangkan untuk imbibisi
terendah ditemukan pada larutan sukrosa 1 M dengan suhu kamar atau
sekitar 250C yakni dengan kecepatan sebanyak 5,7 x 10-5 gram / detik, atau
imbibisi sebesar 0,31 gram molekul kedalam biji kacang kedelai yang
dilakukan selama 90 menit / 5.400 detik.
Kecepatan imbibisi dipengaruhi oleh suhu dan jenis larutan. Pada
suhu sendiri, semakin besar suhu suatu larutan maka imbibisi semakin
cepat, karena molekul yang dipanaskan dapat terdenaturasi yang
menyebabkan volume dapat lebih kecil sehingga molekul dapat dengan
mudah masuk, selain itu suhu dapat memperlebar pori-pori atau
permukaan sel sehingga osmosis larutan semakin cepat, dan yang terakhir
ialah dengan adanya suhu, maka molekul molekul akan berpindah dengan
cepat karena terdapat energi dalam hal ini panas yang menyebabkan
eksitasi atom, sehingga atom akan mencoba kembali seimbang dengan
cara berosmosis ke dalam larutan yang lebih stabil.
Jenis larutan juga mempengaruhi kecepatan imbibisi karena
diketahui bahwa aquades yang umumnya disusun oleh atom hidrogen dan
oksigen, memiliki ukuran atom yang lebih kecil dibandingkan dengan
sukrosa yang berasal dari gula yang tersusun atas atom hidrogen, karbon
dan oksigen. Ukuran atom akan mempengaruhi cepat lambatnya suatu
larutan mampu berosomosis dengan larutan lainnya.
3. Bisakah anda mengaplikasikan percobaan di atas pada kehidupan sehari-
hari? Kira-kira kegiatan apa yang memerlukan pengetahuan ini?
Jawab:
Bisa, misalnya dengan merebus makanan atau menyeduh kopi atau
teh. Reaksi akan semakin cepat jika menggunakan air yang lebih panas
disertai dengan mengaduk-aduk untuk memberi energi sehingga partikel
akan semakin kecil dan berosomosis dengan air. Selain itu jika kita akan
menanam biji, kita dapat menggunakan air hangat untuk mempercepat
proses imbibisi sekaligus menyeleksi biji biji yang masih memiliki
endosperma.
I. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, akuades merupakan larutan yang baik untuk
imbibisi dibandingkan dengan larutan sukrosa. Hal ini dapat terjadi karena
pada akuades hanya mengandung molekul air sementara pada larutan sukrosa
terdapat molekul sukrosa yang pada beberapa jaringan tumbuhan sulit untuk
diserap. Selain itu semakin tinggi suhu larutan maka semakin besar juga
imbibisi pada biji.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta.

Tjitrosomo, S. S. 1985. Botani Umum 2. Angkasa, Bandung.

Tim Fisiologi Tumbuhan. 2018. Penuntun praktikum Fisiologi Tumbuhan.


FPMIPA UPI, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai