PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
2.2. EPIDEMIOLOGI
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
wanita 3:2. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya
muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65
tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di
seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun
sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.
2
Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar
negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan
(3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
2.3. KLASIFIKASI
2.4. ETIOLOGI
a. Usia : meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia < 30tahun.
b. Rasial : Orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika .
3
Telah dibuktikan mutasi yang khas tiga gen terpisah (alpha-Synuclein , Parkin
, UCHL1 ) dan empat lokus tambahan ( Park3 , Park4 , Park6 , Park7 ) yang
berhubungan dengan Parkinson keturunan. Kebanyakan kasus idiopatik Parkinson
diperkirakan akibat faktor –faktor genetik dan lingkungan. Etiologi yang
dikemukan oleh Jankovics ( 1992 ) adalah sebagai berikut :
Genetik predispositions
+
Environmental Factor ( exogenous and endogenous )
+
Trigger factor ( stress, infection , trauma , drugs , toxins )
+
Age related neuronal attrition and loss of anti-oxidative mechanism
Parkinsons Disease
d. Lingkungan :
• Infeksi
e. Cedera kranio serebral : peranan cedera kranio serebral masih belum jelas.
2.5. PATOFISIOLOGI
4
pars kompakta. Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung
saraf nigrostriatum akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2
(inhibitorik) yang berada di dendrit output neuron striatum. Output striatum
disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars retikularis
lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek berkaitan dengan
reseptor D2. Bila masukan direk dan indirek seimbang, tidak ada kelainan
gerakan.
5
output korteks motorik ke neuron motorik medulla spinalis melemah terjadi
hipokinesia.
Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik,
yang didapat dari anamnesa yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegal-
pegal atau kram otot, distonia fokal, gangguan ketrampilan, kegelisahan, gejala
sensorik (parestesia) dan gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis
penderita parkinson :
1. Tremor
2. Rigiditas
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot
protagonis dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot
protagonis dan otot antagonis sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas alfa
motoneuron pada otot protagonis dan otot antagonis menghasilkan rigiditas yang
terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas yang terlibat.
6
3. Bradikinesia
• Laboratorium
7
bahwa hanya 76% dari penderita memenuhi kriteria patologis aktual, sedangkan
yang 24% mempunyai penyebab lain untuk parkinsonisme tersebut.
• Neuroimaging :
Baru – baru ini dalam sebuah artikel tentang MRI , didapati bahwa hanya
pasien yang dianggap mempunyai atropi multi sistem memperlihatkan signal di
striatum.
Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah memberi
kontribusi yang signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamin nigrostriatal
dan peranannya dalam patofisiologi penyakit Parkinson. Penurunan karakteristik
pada pengambilan fluorodopa, khususnya di putamen, dapat diperlihatkan hampir
pada semua penderita penyakit Parkinson, bahkan pada tahap dini. Pada saat
awitan gejala, penderita penyakit Parkinson telah memperlihatkan penurunan 30%
pada pengambilan fluorodopa putamen. Tetapi sayangnya PET tidak dapat
membedakan antara penyakit Parkinson dengan parkinsonisme atipikal. PET juga
merupakan suatu alat untuk secara obyektif memonitor progresi penyakit, maupun
secara obyektif memperlihatkan fungsi implantasi jaringan mesensefalon fetus.
Sekarang telah tersedia ligand untuk imaging sistem pre dan post sinapsis oleh
SPECT, suatu kontribusi berharga untuk diagnosis antara sindroma Parkinson plus
dan penyakit Parkinson, yang merupakan penyakit presinapsis murni. Penempelan
ke striatum oleh derivat kokain [123]beta-CIT, yang juga dikenal sebagai RTI-55,
berkurang secara signifikan disebelah kontralateral sisi yang secara klinis terkena
maupun tidak terkena pada penderita hemiparkinson. Penempelan juga berkurang
secara signifikan dibandingkan dengan nilai yang diharapkan sesuai umur yang
berkisar antara 36% pada tahap I Hoehn dan Yahr sampai 71% pada tahap V.
Marek dan yang lainnya telah melaporkan rata-rata penurunan tahunan sebesar
8
11% pada pengambilan [123]beta-CIT striatum pada 34 penderita penyakit
Parkinson dini yang dipantau selama 2 tahun. Sekarang telah memungkinkan
untuk memvisualisasi dan menghitung degenerasi sel saraf nigrostriatal pada
penyakit Parkinson.
2.8. DIAGNOSIS
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan,
terdapat gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya
terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang
terdekat (teman)
9
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara
berjalan terganggu
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak
tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat
berkurang dibandingkan stadium sebelumnya
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu
berdiri dan berjalan walaupun dibantu.
2.9. PENATALAKSANAAN
I. Farmakologik
1. Perawatan
2. Pembedahan
3. Deep-Brain Stimulasi
4. Transplantasi
I. Farmakologik
a. L-dopa
10
Penemuan terapi l-dopa pada tahun 1960 merupakan terobosan baru
pengetahuan tentang penyakit degenerasi. Meskipun sampai sekarang l-dopa
masih merupakan obat paling menjanjikan respon terbaik untuk penyakit
parkinson ,namun masa kerjanya yang singkat , respon yang fluktuatif dan efek
oxidative stress dan metabolitnya menyebabkan para peneliti mencari bahan
alternatif. Mulailah dosis rendah dan secara berangsur ditingkatkan. Drug holiday
sebaliknya jangan lebih lama dari 2 minggu, karena gejala akan muncul lagi
sesudah 2 minggu obat dihentikan.
Pada umumnya penyakit parkinson memberi respon yang cepat dan bagus
dengan l-dopa dibandingkan dengan yang lain ,namun ada laporan bahwa l-dopa
dan dopamin menghasilkan metabolit yang mengganggu atau menekan proses
pembentukan energi dari mitokondria dengan akibat terjadinya oxidative stress
yang menuntun timbulnya degenerasi sel neuron. Preparat penghambat enzim
MAO (monoamine oxydase) dan COMT (Catechol-O-methyl transferase)
ditambahkan bersama preparat l-dopa untuk melindungi dopamin terhadap
degradasi oleh enzim tersebut sehingga metabolit berkurang (pembentukan radikal
bebas dari dopamin berkurang) sehingga neuron terlindung dari proses oxidative
stress.
c. Agonis Dopamin
11
2. Respon fluktuatif dan diskinesia lebih kecil
12
a. Neurotropik faktor , yaitu dapat bertindak sebagai pelindung neuron terhadap
kerusakan dan meningkatkan pertumbuhan dan fungsi neuron.
c. Anti oksidan , yang melindungi neuron terhadap proses oxidative stress akibat
serangan radikal bebas.
Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita oleh manula ,
maka perawatan tidak bisa hanya diserahkan kepada profesi paramedis ,
melainkan kepada semua orang yang ada di sekitarnya.
a. Edukasi
Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita , keluarga dan care giver tentang
penyakit yang diderita. Hendaknya keterangan diberikan secara rinci namun
supportif dalam arti tidak makin membuat penderita cemas atau takut.
Ditimbulkan simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan
fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.
13
b. Rehabilitasi
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
• Peregangan
b. Terapi okupasi
c. Orthotik Prosthetik
3. Pembedahan :
a. Pallidotomi:
- Bradikinesia
- Gangguan bicara
14
b. Thalamotomi
- Tremor
- Rigiditas
2.10. PROGNOSIS
Penyakit parkinson sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi
berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien parkinson
pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita penyakit
parkinson. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini
pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakan
penderita parkinson dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17