Lpanemia PDF
Lpanemia PDF
Oleh :
Dhian Cattleya Putri
P.17420111048
I. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah
dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm 3
darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam
100 ml darah.
darah. (Ngastiyah.1997).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red blood cells (hematokrit) per 100 ml (Price,
2006:256)
Catatan : Kadar Hb normal menurut WHO :
Kelompok Umur Hemoglobin
Anak 6 bulan –
bulan – 66 tahun 11
6 tahun –
tahun – 14
14 tahun 12
Dewasa Laki –
Laki – laki
laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11
1
2. Anemia pasca perdarahan kronik.
c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)
1. Faktor ekstrakorpuskuler
Antibodi terhadap eritrosit : (autoantibodi-AIHA,
isoantibodi-HDN)
Hipersplenisme
Pemaparan terhadap bahan kimia
Akibat infeksi
Kerusakan mekanik
2. Faktor intrakorpuskuler
Gangguan membran (hereditary spherocytosis, hereditary
elliptocytosis)
Gangguan enzim (defisiensi piruvat kinase, defisiensi
G6PD)
Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati structursl,
thalasemia)
(Bakta, 2003:15,16)
III. Klasifikasi Menurut Morfologi Anemia
Anemia normositik normokrom : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung
jumlah hemoglobin dalam batas normal.
1. Anemia pasca perdarahan akut.
2. Anemia aplastik.
3. Anemia hemofilik didapat.
4. Anemia akibat penyakit kronik.
5. Anemia pada gagal ginjal kronik.
6. Anemia pada sindrom mielodisplastik
7. Anemia leukimia akut.
Anemia normokrom makrositik : MCV > 95 fl
Sel darah merah memiliki ukuran yang lebih besar dari pada normal tetapi
kandungan hemoglobin dalam batas normal (MCH meningkat dan MCV
normal).
2
1. Bentuk megaloblasik
a) Anemia defisiensi asam folat
b) Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa.
2. Bentuk non-megaloblastik
a) Anemia pada penyakit hati kronik
b) Anemia pada hipotiroidisme.
c) Anemia pada sindrom mielodisplastik.
Anemia hipokrom mikrositik : MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg
Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan yang
berkurang atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan
penurunan MCH)
1. Anemia defisiensi besi.
2. Thalasemia major.
3. Anemia akibat penyakit kronik
4. Anemia sideroblastik
3
abnormal, prematur dengan fungsi yang tidak normal dan dihancurkan semasa
dalam sumsum tulang sehingga terjadinya eritropoeisis dengan masa hidup
eritrosit yang lebih pendek, yang akan mengakibatkan leucopenia,
trombositopenia.
Anemia defisiensi vitamin B12
Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya faktor intrinsik yang
diproduksi di sel parietal lambung sehingga terjadi gangguan absorbsi vitamin
B12.
Anemia defisiensi asam folat
Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan
sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, alkolik dapat
meningkatkan kebutuhan folat, wanita hamil, masa pertumbuhan. Defisiensi
asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsorbsi.
Anemia aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau zat yang dapat
merusak sumsum tulang (mielotoksin)
4
usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis anemia, herediter,
Hb abnormal, membran eritrosit rusak, thalasemia, anemia sel sabit, reaksi
autoimun, toksik, kimia, pengobatan, infeksi, kerusakan fisik.
Anemia sel sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang ditandai dengan SDM kecil
sabit, dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb.
IV. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya anemia antara lain:
Perdarahan hebat 1. Akut (mendadak)
2. Kecelakaan
3. Pembedahan
4. Persalinan
5. Pecah pembuluh darah
Kronik (menahun) 1. Perdarahan hidung
2. Wasir (hemoroid)
3. Ulkus peptikum
4. Kanker atau polip di saluran
pencernaan
5. Tumor ginjal atau kandung
kemih
6. Perdarahan menstruasi yang
sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel 1. Kekurangan zat besi
darah merah 2. Kekurangan vitamin B12
3. Kekurangan asam folat
4. Kekurangan vitamin C
5. Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel 1. Pembesaran limpa
darah merah 2. Kerusakan mekanik pada sel
darah merah
3. Reaksi autoimun terhadap sel
5
darah merah
4. Hemoglobinuria nokturnal
paroksismal
5. Sferositosis herediter
6. Elliptositosis herediter
7. Kekurangan G6PD
8. Penyakit sel sabit
9. Penyakit hemoglobin C
10. Penyakit hemoglobin S-C
11. Penyakit hemoglobin E
12. Thalasemia
Kegagalan dan kerusakan sumsum 1. Anemia aplastik
tulang 2. Keganasan
3. Osteoporosis
4. Myelo fibrosis (penyakit ginjal
kronis dan defisiensi vitamin D)
V. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal.berkuranganya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pejanan toksik, invasi tumor, atau
kebnyakan penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
peradarahan atau hemolisis( destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahahan sel darah merah
normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelia, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (
konsentrasi normalanya 1 mg/ dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sklera)
6
Apabila sel darah merah mengalami pengancuran dalam sirkulasi, seperti yang
terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis. Apabila
jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl ) hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jika ada atau tidak adanya hemoglobinemia
atau hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel
darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisi dan dapat merupakan petunjuk
untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut. (Suddart and Brunner, 2001)
VI. Pathway
*terlampir
VII. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita anemia antara lain :
a. Cardiomegaly
b. Congestive heart failure
c. Gastritis
d. Paralysis
e. Paranoid
f. Hallucination and delusion
g. Infeksi genoturia
VIII. Terapi
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan perawatan karena
penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau penurunan produksi sel darah
merah.pada pasien yang hipovelemik:
pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena.
resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
tranfusi kompenen darah sesuai indikasi
(Catherino,2003:416)
Evaluasi Airway, Breathing, Circulation dan segera perlakukan setiap kondisi yang
7
mengancam jiwa. Kristaloid adalah cairan awal pilihan (Daniel, direvisi tanggal 22
Oktober 2009)
Acute anemia akibat kehilangan darah:
a. Pantau pulse oksimetri, pemantau jantung, dan Sphygmomanometer.
b. Berikan glukokortikoid serta agen antiplatelet (aspirin) sesuai indikasi.
c. Berikan 2 botol besar cairan intravena dan berikan 1-2 liter cairan kristaloid dan
juga pantau tanda-tanda dan gejala gagal jantung kongestif iatrogenik pada
pasien.
d. Berikan plasma beku segar (FFP), faktor-faktor koagulasi dan platelet, jika
diindikasikan.
e. Pasien dengan hemofilia harus memiliki sampel terhadap faktor deficiency yang
dikirim untuk pengukuran.
f. Pasien hamil dengan trauma yang ada kecurigaan terhadap adanya Feto-transfer
darah ibu harus diberikan imunoglobulin Rh-(Rhogam) jika mereka Rh negatif.
g. Setelah pasien stabil, mulailah langkah-langkah spesifik untuk mengobati
penyebab pendarahan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat berbeda-beda tergantung dari
jenis anemia yang diderita oleh pasien. Berikut ini beberapa terapi yang diberikan pada
pasien sesuai dengan jenis anemia yang diderita:
a. Anemia Deficiensi Besi
8
(preparat yang tersedia antara iron dextran complex, iron sorbitol citric
acid complex).Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar
hemoglobin normal untuk cadangan besi tubuh.
Pengobatan lain misalnya: diet, vitamin C dan transfusi darah. Indikasi
pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah pada
pasien penyakit jantung anermik dengan ancaman payah jantung, anemia
yang sangat simtomatik, dan pada penderita yang memerlukan
peningkatan kadar hemoglobin yang cepat.dan jenis darah yang
diberikan adalah PRC untuk mengurangi bahaya overload. Sebagai
premediasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid intravena.
(Bakta, 2003:36)
b. Anemia Akibat Penyakit Kronis
Dalam terapi anemia akibat penyakit kronik, beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian adalah:
Jika penyakit dasar daat diobati dengan baik, anemia akan sembuh
dengan sendirinya.
Anemia tidak memberi respon pada pemberian besi, asam folat, atau
vitamin B12.
Transfusi jarang diperlukan karena derajaat anemia ringan.
Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan hemoglobin,
tetapi harus diberikan terus menerus.
Jika anemia akibat penyakit kronik disertai defisiiensi besi pemberian
preparat besi akan meningkatkan hemoglobin, tetapi kenaikan akan
berhenti setelah hemoglobin mencapai kadar 9-10 g/dl. (Bakta, 2003:41)
c. Anemia Sideroblastik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia sideroblastik adalah:
9
d. Anemia Megaloblastik
Terapi utama anemia defisiensi vitamin B12 dan deficiensi asam folat adalah terapi
ganti dengan vitamin B12 atau asam folat meskipun demikian terapi kausal dengan
perbaikan gizi dan lain-lain tetap harus dilakukan:
Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan puncak pada
hari 7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu. Neuropati biasanya dapat
membaik tetapi kerusakan medula spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta,
2003:48)
Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan.
Untuk deficiensi vitamin B12: hydroxycobalamin intramuskuler 200
mg/hari, atau 1000 mg diberikan tiap minggu selama 7 minggu. Dosis
pemeliharaan 200 mg tiap bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan.
e. Anemia Perniciosa
Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka terapi utama
untuk anemia pernisiosa adalah:
Terapi ganti (replacement) dengan vitamin B12
Terapi pemeliharaan
Monitor kemungkinan karsinoma gaster. (Bakta, 2003: 49)
f. Anemia Hemolitik
Pengobatan anemia hemolitik sangat tergantung keadaan klinik kasus tersebut serta
penyebab hemolisisnya karena itu sangat bervariasi dari kasus per kasus. Akan
tetapi pada dasarnya terapi anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 3 golongan besar,
yaitu:
10
memberatkan fungsi organ lebih lanjut. Akan tetapi jika syok berat telah
teerjadi maka tidak ada pilihan lain selain transfusi.
Terapi Kausal
Terapi kausal tentunya menjadi harapan untuk dapat memberikan
kesembuhan total. Tetapi sebagian kasus bersifat idiopatik, atau
disebabkan oleh penyebab herediter-familier yang belum dapat
dikoreksi. Tetapi bagi kasus yang penyebabnya telah jelas maka terapi
kausal dapt dilaksanakan. (Bakta, 2003:69)
Terapi Suportif-Simtomatik
Terapi ini diberikan untuk menek proses hemolisis terutama di limpa.
Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter sering diperlukan
transfusi darah teratur untuk mempertahankan kadar hemoglobin.
Bahkan pada thalasemia mayor dipakai teknik supertransfusi atau
hipertransfusi untuk mempertahankan keadaan umum dan pertumbuhan
pasien. Pada anemia hemolitik kronik dianjurkan pemberian asam folat
0,15-0,3 mg/hari untuk mencegah krisis megaloblastik.
11
Paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak waktu kerja, angina
pectoris dan bunyi jantung murmur, hipotensi, kardiomegali, gagal
jantung
Gastrointestinal Anoreksia, mual muntah, hepatospleenomegali (pada anemia
hemolitik)
Muskuloskletal Nyeri pinggang, sendi
System Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata berkunang-kunang, kelemahan
persyarafan otot, irritable, lesu perasaan dingin pada ekstremitas.
X. Fokus Pengkajian
a. Pengkajian Riwayat Keperawatan
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang
perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktivitas dan penurunan tolenrasi aktivitas
12
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Toleransi terhadap aktivitas rendah.
Tanda :
Takikardia, takipnea, dispnea saat beraktifitas atau istirahat
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik dengan
sekitarnya.
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunjukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat kehilangan darah kronis (mis : perdarahan GI kronis,
menstruasi berat, DB)
Angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda :
TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural.
Takikardia, disritmia : abnormalitas EKG (mis : depresi segmen ST,
dan pendataran atau depresi gelombang T.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membran mukosa
(konjunctiva, mulut, faring, bibir, dan dasar kuku)
Pengisian kapiler melambat.
Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok.
Rambut : kering, mudah patah, menipis, tumbuh uban secara
prematur.
3. Integritas Ego
Gejala : Keyakinan budaya/agama mempengaruhi pemilihn pengobatan
(mis, penolakan tindakan transfusi)
13
Tanda : Depresi.
4. Eliminasi
Gejala :
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom mal absorbsi (DB)
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau kontipasi.
Penurunan haluaran urin.
Tanda :
Distensi abdomen
5. Makanan/cairan
Gejala :
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB)
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
Mual/muntah, dispepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan.
Tanda :
Lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12)
Membran mukosa kering, pucat.
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/ hilang elastisitas (DB)
Stomatitis dan glositis (status defisiensi)
Bibir : selitis (bibir dengan sudut mulut pecah)
6. Neurosensori
Gejala :
Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki
(AP) ;klaudikasi.
Sensasi menjadi dingin.
14
Tanda :
Peka ransang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis.
Mental : tidak mampu berespon, respon lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (AP)
Epistaksis, perdarahan dari lubang-lubang (aplastik)
Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda
Romberg positif, paralisis (AP)
7. Higiene
Tanda : kurang bertenaga, penampilan tidak rapih.
8. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri abdomen samar, sakit kepala (DB)
9. Pernapasan
Gejala :
Riwayat TB, abses paru.
Napas pendek pada istirahat dan aktifitas.
Tanda :
Takipnea, ortopnea dan dispnea.
10. Keamanan
Gejala :
Riwayat pekerjaan terpajan bahan kimia, mis : benzen, insektisida,
fenilbutazon, naftalen.
Riwayat terpajan radiasi sebagai pengobatan atau kecelakaan.
Riwayat kanker, terapi kanker
Tidak toleran terhadap dingin atau panas.
Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda :
Demam rendah, menggigigl, berkeringat malam.
Limfadenopati umum
Ptekie, ekimosis (aplastik)
15
11. Seksualitas
Gejala :
Perubahan aliran menstruasi, mis : menoragia atau amenorea.
Hilang libido
Impotensi
Tanda :
Serviks dan dinding vagina pucat.
16
nornal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak berkonjugasi meningkat (AP,hemolitik)
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anamia
sehubungan dengan defisiensi masukan
/absorpsi.
Besi serum tak ada (DB), tinggi (hemolitik)
TIBC serum meningkat (DB)
Feritin serum menurun (DB)
Masa perdarahan memanjang (aplastik)
LDH serum mungkin meningkat (AP)
17
sekunder terhadap penurunan WBC
e. Potensial injury berhubungan dengan resiko deficit se nsori motor.
18
100mmHg, hangat sesuai kebutuhan tubuh.
membran Rasional: vasokonstriksi
mukosa menurunkan sirkulasi
berwarna perifer.
merah muda. 6. Awasi pemeriksaan
2. Pengisian laboratorium, mis : Hb/Ht dan
kapiler ( jumlah SDM.GDA.
capillary refill Rasional :
akan kembali mengidentifikasi
<2 detik). defisiensi dan kebutuhan
3. Haluaran urin pengobatan/respons
adekuat terhadap terapi
1ml/kgBB/men 7. Berikan SDM darah lengkap
it. /packed, produk darah sesuai
4. Pasien indikasi.
melaporkan Rasional : meningkatkan
tidak terdapat jumlah sel pembawa
palpitasi,angina oksigen, memperbaiki
,akral defisiensi untuk
dingin,maupun menurunkan resiko
disorientasi. perdarahan.
8. Kolaborasi pemberian oksigen
sesuai kebutuhan.
Rasional: memaksimalkan
transpor oksigen ke
jaringan.
2. Intoleransi aktifitas Intoleransi 1. Kaji kemampuan pasien dalam
berhubungan dengan aktivitas dapat melakukan aktivitas sesuai
tidak seimbangnya teratasi setelah dengan kondisi fisik.
kebutuhan pemakaian dilakukan Rasional: mempengaruhi
dan suplai oksigen. tindakan pilihan intervensi
keperawatan 2. Monitor tanda-tanda vital
selama 4x24 jam.
19
Dengan Kriteria selama dan setelah melakukan
hasil : aktivitas.
1. Pasien Rasional :
menunjukkan manifestasi
penurunan kardiopulmonal dari
tanda fisiologis upaya jantung dan paru
intoleransi, mis
untuk membawa jumlah
: nadi= 80-
oksigen adekuat ke
100kali/menit.
jaringan.
Pernapasan 18-
24kali/menit.T 3. Berikan informasi kepada
3. Pasien kardiopulmonal
melaporkan berlebihan / stress dapat
tidak terdapat menimbulkan
kelemahan atau dekompensasi /
mengeluh kegagalan.
penurunan
4. Berikan dukungan kepada
toleransi
pasien untuk melakukan
aktivitas.
kegiatan sehari hari sesuai
dengan kemampuan.
Rasional : membantu
bila perlu, harga diri
ditingkatkan bila pasien
melakukan sendiri.
20
Perubahan nutrisi Perubahan nutrisi 1. Kaji riwayat nutrisi, teermasuk
kurang dari kurang dari makanan yang disukai.
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh Rasional :
berhubungan dengan dapat teratasi mengidentifikasi
kurangnya motivasi setelah diberikan defisiensi, menduga
untuk makan. tindakan keperawatn kemungkinan intervensi.
selama 2x24 jam.
2. Dampingi pasien saat makan,
Dengan kriteria
observasi dan catat masukan
hasil :
makanan pasien.
1. Menunjukkan
Rasional : mengawasi
peningkatan
berat badan masukan kalori, atau
atau berat kualitas kekurangan
badan stabil. konsumsi makanan.
2. Tidak 3. Anjurkan makan sedikit tapi
mengalami sering, kolaborasi ahli gizi
tanda mal
tentang pamberian diit yang
nutrisi.
tepat.
Kadar Hb=13-
Rasional : makan sedikit
16 gr%
Kadar Albumin daoat menurunkan
21
atau efektivitas
intervensi nutrisi.
6. Berikan dan bantu higiene mulut
yang baik sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus
untuk penyikatan.
Rasional :
meningkatkan nafsu
makan dan pemasukan
oral, menurunkan
pertumbuhan bakteri,
meminimalkan
kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan mulut
khusus mungkin
diperlukan bila jaringan
rapuh / luka / perdarahan
dan nyeri berat
7. Pantau pemeriksaan
laboratorium, mis : Hb/Ht,
BUN, albumin, besi serum,
asam folat, elektrolit serum.
Rasional : meningkatkan
efektivitas program
pengobatan, termasuk
sumber diit nutrisi yang
dibutuhkan.
22
LAMPIRAN
sumsum tulang
Penurunan SDM
Hb menurun
ANEMIA PK Anemia
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan 23
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi Vol 2. Jakarta :
EGC.
Kumar. V. Cotran. R.S., Robbins. S.L., 2007. Buku ajar Patologi. EGC : Jakarta.
Price, S.A dan Wilson, L.M. 2005. “Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease
Processes, Sixth Edition”. Alih bahasa Pendit, Hartanto, Wulansari dan
Mahanani. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 . Jakarta:
EGC
24