Anda di halaman 1dari 4

SISTEM EKONOMI ISLAM

Sistem Ekonomi Islam Sistem didefinisikan sebagai suatu organisasi berbagai unsur
yang saling berhubungan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut juga saling mempengaruhi, dan
saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan pemahaman semacam itu, maka
kita bisa menyebutkan bahwa sistem ekonomi merupakan organisasi yang terdiri dan bagian-
bagian yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan ekonomi. Secara sederhana kita bisa
mengatakan, sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran
dan nilai-nilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Qur'an, As-Sunnah,
Nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam
yang komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT sebagai ajaran yang sempurna

Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS. al-Maidah: 3).
Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis yang
memberikan kebebasan serta hak pemilikan kepada individu dan menggalakkan usaha secara
perseorangan. Tidak pula dari sudut pandang komunis, yang " ingin menghapuskan semua hak
individu dan menjadikan mereka seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh negara. Tetapi
Islam membenarkan sikap mementingkan diri sendiri tanpa membiarkannya merusak
masyarakat. Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi Islam tentu saja akan
berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang didasarkan pada ajaran kapitalisme, dan juga
berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang didasarkan pada ajaran sosialisme. Memang,
dalam beberapa hal, sistem ekonomi Islam merupakan kompromi antara kedua sistem tersebut,
namun dalam banyak hal sistem ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan kedua sistem
tersebut.
Hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90 an membuat
Sistem kapitalis disanjung sebagai sistem Ekonomi yang shahih. Tetapi ternyata sistem
ekonomi kapitalis membawa akibat negative dan lebih buruk karena banyak Negara miskin
bertabah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relative sedikit semakin kaya. Dengan kata
lain kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang bayak terutama di Negara-negara
berkembang. Ketidak berhasilan secara penuh dari sistem ekonomi yang ada disebabkan
Karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih
besar dibandingkan kelebihan masing-masing. Dengan kata lain Kekurangannya lebih
menonjol dari pada kelebihannya. Alasan-alasan tersebut melahirkan munculnya pemikiran-
pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara mayoritas
penduduknya beragama Islam, yaitu sistem ekonomi syariah. Dimana mereka mencoba
mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al Qur’an dan hadits yaitu sistem
ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah SAW
meningkatkan perekonomian.
Sistem ekonomi Islam memiliki sifat-sifat baik dari kapitalisme dan sosialisme, namun
terlepas dari sifat buruknya. Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari
karakteristik ekonomi Islam:
1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menilai ekonomi kapitalis (memberikan
penghargaan terhadap prinsip hak milik) dan sosialis (memberikan penghargaan terhadap
persamaan dan keadilan) tidak bertentangan dengan metode ekonomi Islam.
2. Membantu para ekonom muslim yang telah berkecimpung dalam teori ekonomi
konvensional dalam memahami ekonomi Islam.
3. Membantu para peminat studi fiqh muamalah dalam melakukan studi perbandingan antara
ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional.
Sedangkan sumber karakteristik Ekonomi Islam adalah Islam itu sendiri yang meliputi
tiga asas pokok. Ketiganya secara asasi dan bersama mengatur teori ekonomi dalam Islam,
yaitu asas akidah, akhlak dan asas hukum (muamalah). Pada dasarnya sistem ekonomi Islam
berbeda dari sistem-sistem ekonomi kapitalis dan sosialis; dan dalam beberapa hal merupakan
pertentangan antara keduanya dan berada di antara kedua ekstrim tersebut. Sistem ekonomi
Islam memiliki kebaikan-kebaikan yang ada pada sistem ekonomi kapitalis dan sosialis, tetapi
bebas daripada kelemahan yang terdapat pada kedua sistem tersebut.
Hubungan antara individu dalam sistem ekonomi Islam cukup tersusun sehingga saling
membantu dan kerjasama diutamakan dari persaingan dan permusuhan sesama mereka. Untuk
tujuan tersebut, sistem ekonomi Islam bukan saja menyediakan individu kemudahan dalam
bidang ekonomi dan sosial bahkan juga memberikan mereka juga pendidikan moral dan latihan
tertentu yang membuat mereka merasa bertanggungjawab untuk membantu rekan-rekan
sekerja dalam mencapai keinginan mereka atau sekurang-kurangnya tidak menghalangi
mereka dalam usahanya untuk hidup. Pemilihan sikap yang terlalu mementingkan diri sendiri
di kalangan anggota masyarakat dapat dilakukan dengan melalui pengadaan moral dan undang-
undang. Di satu sisi pemahaman konsep ekonomi di kalangan masyarakat berubah dan
diperbaiki melalui pendidikan moral serta di sisi yang lain, beberapa langkah tertentu yang
legal diambil untuk memastikan sifat mementingkan diri golongan kapitalis tidak sampai ke
tahap yang menjadikan mereka tamak serta serakah; dan bagi si miskin, tidak merasa iri hati,
mendendam dan kehilangan sikap toleransi. Bagian yang terpenting dari prinsip-prinsip
tersebut yang perlu bagi organisasi ekonomi dalam masyarakat untuk mencapai tujuan yang
telah dinyatakan tadi ialah hak pemilikan individu, yang perlu untuk kemajuan manusia bukan
saja senantiasa dijaga dan terpelihara tetapi terus didukung dan diperkuat.
Manfaat Ekonomi Islam
Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani. Disebut ekonomi
Rabbani karena sarat dengan arahan dan nilai-nilai Ilahiah. Lalu Ekonomi Islam dikatakan
memiliki dasar sebagai ekonomi insani karena sistem ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan
untuk kemakmuran manusia. Keimanan berpegang penting dalam ekonomi Islam, karena
secara langsung akan mempengaruhi cara pandang dalam membentuk kepribadian, perilaku,
selera dan preferensi manusia, sikap-sikap terhadap manusia, sumber daya dan lingkungan.
Nilai-nilai keimanan inilah yang kemudian menjadi aturan yang mengikat. Dengan mengacu
kepada aturan Ilahiah, setiap perbuatan manusia mempunyai moral dan ibadah. Setiap tindakan
manusia tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertikal merefleksi moral yang baik dan secara
horizontal memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lain. Berbeda dengan faham naturalis
yang menempatkan sumber daya sebagai faktor terpenting atau paham monetaris yang
menempatkan modal finansial sebagai yang terpenting. Manusia menjadi pusat sirkulasi
manfaat ekonomi dari berbagai sumber daya yang ada.
Masyarakat muslim membutuhkan sistem ekonomi yang memegang ajaran Islam, agar
terlepas dari keragu-raguan dan penyimpangan dari ajaran Islam itu sendiri. Dengan demikian
dengan berekonomi, masyarakat dapat beribadah kepada Allah. Maka sangatlah ironi apabila
masyarakat bahkan ilmuwan muslim jika mereka langsung menerima begitu saja ilmu ekonomi
konvensional tanpa menfilter terlebih dahulu. Ekonomi konvensional yang mengesampingkan
nilai-nilai normatif tentunya bukan menjadi pilihan berfikir dan bekerja para masyarakat dan
ekonom muslim.
Ekonomi Islam di Indonesia
Kemunculan kembali sistem ekonomi Islam, baik di tingkat dunia maupun Indonesia
seperti yang kita saksikan sejak sekitar tiga atau empat dekade belakangan ini menimbulkan
berbagai pandangan dan sikap. Ada yang menentangnya, ada yang skeptis, ada pula yang
akomodatif, namun ada pula yang malah menerima dengan tangan terbuka. Perkembangan
gerakan ekonomi Islam di Indonesia kendati relatif terlambat dibanding beberapa negara lain,
termasuk dari Jiran dekat kita Malaysia. Perbandingan perkembangan ekonomi Islam di
Indonesia misalnya antara dekade 1980-an dan 2000-an sangat jauh berbeda, baik dalam tataran
praktis, apalagi dalam tataran wacana. Ini tentu sangat patut di syukuri, betapapun
perkembangan tersebut masih terus berlanjut dan hujan kritik terus mengucur dari banyak
pihak dengan berbagai ragam pandangan dan latar belakangnya itu. Dalam tataran wacana
misalnya, istilah ekonomi Islam atau ekonomi syariah sudah sangat merata, hampir setiap
orang pernah mengatakannya. Berbagai seminar, konferensi, workshop, dan simposium
tentang ekonomi Islam sangat sering dilakukan dan dihadiri banyak peminat, baik di tingkat
lokal, nasional, regional bahkan dunia. Kalau dulu rasanya sulit mencari sumber bacaan yang
membahas persoalan ekonomi dari kacamata Islam, maka dewasa ini sangat banyak makalah,
publikasi dalam bentuk jurnal bahkan buku teks yang membahas ekonomi Islam. tidak kurang
bahkan beberapa media, baik dalam bentuk surat kabar, tabloid atau bahkan majalah yang
sangat secara berkelanjutan mengangkat isu yang terkait dengan ekonomi Islam atau syariah.
Perkembangan yang sama juga terjadi dalam dunia maya. Cukup banyak situs yang
secara kontinyu dan sistematis menawarkan wacana ekonomi Islam. Dalam tataran praktis,
juga terlihat geliat yang sangat menggembirakan ketika bank atau lembaga keuangan Islam
lahir, tumbuh dan bertambah hari demi hari, pekan demi pekan dan bulan demi bulan.
Ketertarikan dan keterlibatan terhadap lembaga perbankan dan keuangan Islam tidak hanya
ditunjukkan oleh lembaga swasta mikro sekelas koperasi tingkat desa, tetapi justru melibatkan
otoritas moneter tertinggi di negeri ini, yakni Bank Sentral atau Bank Indonesia. Di lembaga
yang disebut terakhir ini, sudah sejak beberapa tahun belakangan ini posisi unit yang
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan perbankan syariah ditempatkan di tingkat
biro, dan bukan tidak mungkin seperti harapan banyak pihak.
Dalam tataran praktis, juga terlihat geliat yang sangat menggembirakan ketika bank
atau lembaga keuangan Islam lahir, tumbuh dan bertambah hari demi hari, pekan demi pekan
dan bulan demi bulan. Ketertarikan dan keterlibatan terhadap lembaga perbankan dan
keuangan Islam tidak hanya ditunjukkannoleh lembaga swasta mikro sekelas koperasi tingkat
desa, tetapi justru melibatkan otoritas moneter tertinggi di negeri ini, yakni Bank Sentral atau
Bank Indonesia. Di lembaga yang disebut terakhir ini, sudah sejak beberapa tahun belakangan
telah ada Direktorat Perbankan Syariah. Di samping itu, Departemen Keuangan (Depkeu) juga
memutuskan untuk membentuk sub-direktorat asuransi syariah dan direktorat pembiayaan
syariah. Hal ini dilakukan seiring pesatnya pertumbuhan industri asuransi syariah dan
pembiayaan syariah di Indonesia sehingga perlu perhatian khusus pemerintah. Bahkan
pemerintah juga telah mengundangkan UU tentang perbankan syariah, SBSN, dan lain-lain
serta mengeluarkan PP yang mendukung perkembangan lembaga keuangan syariah.

Membedah Konsep Ekonomi Islam (PDF Download Available). Available from:


https://www.researchgate.net/publication/277770784_Membedah_Konsep_Ekonomi_Islam
[accessed Mar 27 2018].

Anda mungkin juga menyukai