PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar
pajak keluaran yaitu pajak terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena
pajak yang melaukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak dan
pajak masukan yaitu pajak yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena
pajak karena perolehan barang kena pajak atau penerimaan jasa kena pajak.
Apabila pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran maka wajib pajak akan
mengalami lebih bayar dan wajib pajak mempunyai hak untuk melakukan
restitusi, karena selain mempunyai kewajiban untuk memungut pajak dari rakyat,
pemerintah juga memiliki kewajiban untuk merestitusi kelebihan pajak yang telah
Pada dasarnya wajib pajak tidak menginginkan terjadinya restitusi pajak, kecuali
jika restitusi tersebut memaang tidak dapat dihindari. Wajib pajak menginginkan
besarnya pajak yang telah dibayar sudah sesui dengan yang seharusnya tidak lebih
dan tidak kurang. Kelebihan pajak dapat terjadi pada semua jenis pajak baik PPh,
PPn, PPnBm dan sebagainya. Kelebihan pajak terjadi akibat adanya kelebihan
1.3 Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Restitusi Pajak
Undang Np. 2 Tahun 2007 (UU KUP). Restitusi pajak adalah permohonan
kepada negara. Kelebihan pembayaran pajak tersebut merupakan hak bagi wajib
pajak yang telah di bayar oleh wajib pajak. Pengembalian kelebihan pembayaran
pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran
pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan WP tidak punya hutang
pajak lain.
Sejak berlakunya UU KUP dan peraturan pemerintah No. 74 Taahun 2011 tentang
mendapatkan restitusi pajak terdapat tiga cara yaitu verifikasi, pemerksaan dan
penelitian. Tata cara pengembalian atas restitusi pajak adalah sebagai berikut :
1. Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur
Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.
2. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:
Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang.
Untuk PPN, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut
PPN , maka jumlah pajak yang terutang adalah jumlah pajak Keluaran
setelah dikurangi Pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut
Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak
yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak
seharusnya terutang.
3. SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lambat 12 (dua belas)
bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap, kecuali untuk kegiatan
tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak.
4. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Direktur
Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap
dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan
setelah jangka waktu berakhir
Dasar Hukum
Kelebihan PPn hanya dapat terjadi pada pengusaha kena pajak yang dalam
menghitung besarnya PPn harus dibayar setiap bulannya dengan mekanisme
pengkreditan antara pajak keluaran dengan pajak masukan. Pada dasarnya
kelebihan bayar dapat terjadi apabila besarnya pajak masukan dikreditkan
terhadap pajak keluaran yang lebih besar.
Pajak masukan yang mengakibatkan lebih bayar dan dapat diminta kembali
dengan syarat sebagai berikut :
Kelebihan PPn dapat terjadi karena adanya berbagai ketentuan perpajakan antara
lain sebagai berikut :
Lebih bayar dapat terjadi karena PPn keluaran tidak dipunggut oleh pihak penjual
atau dapat pula karena ditanggung pemerintah sehingga apabila wajib pajak
mempunyai PPn masukan atau ditanggung pemerintah. PPn masukan tidak
ditanggung pemerintah dan PPn masukan berkaitan dengan kegiatan usaha
apabila dikreditkan terhadap pajak keluaran maka akan terjadi lebih bayar
Pajak masukan seharusnya dikreditkan kepajak keluaran pada masa yang sama,
namun demikian masih diperkenakan untuk dikreditkan setelah masa tiga bulan,
yang apabila digabung dengan pajak masukan masa yang berkaitan dengan pajak
keluaran maka akan menyebabkan terjadinya lebih bayar
Kelebihan PPn yang dipunggut oleh pihak lain juga dapat terjadi karena
penundaan pengakuan dari pajak keluaran oleh pengusaha kena pajak. Pada
dasarnya pengakuan penjualan harus diakui oleh pengusaha kena pajak
berdasarkan system akrual basis menyebabkan penjualan harus diaui walaupun
masih berupa piutang termasuk yang berupa uang muka meskipun barang yang
akan dibeli masih dalam tahap pemesanan. Pada saat terjadi transaksi penjualan
termasuk pesanan barang yang sudah dibayar dengan uang muka pengusaha harus
menerbitkan aktur pajak baik sederhana maupun standard an sejak pembuatan
faktur, PKP harus melaporkan sebagai pajak keluaran yang akan diperhitungkan
dengan pajak masukan.
Kelebihan pajak pada PPh dapat terjadi karena adanya kelebihan pembayaran
dana tau pemotongan/pemungutan PPh atau adanya kesalahan pemotongan atau
pemungutan PPh atau adanya ketentuan perpajakan yang menyebabkan terjadinya
lebih bayar. PPh yang dipunggut oleh pihak lain dapat diperlakukan sebagai kredit
pajak pada akhir tahun kecuali PPh tersebut diperlakukan sebagai PPh
final.kelebihan PPh pada yang terajadi pada saat pemotongan maupun
pemungutan baik disebbakan oleh adanya kesalahan tarif atau kesalahn
pemotongan maupun pemungutan dapat dirinci per jenis pajak menjadi sebagai
berikut :
Kelebihan Pemotongan PPh Pasal 21
Pemotongan PPh pasal 21 dilakukan oleh pemberi kerja kepada karywan baik
yang berstatus sebagai karyawan tetap, tidak tetap, bulanan, mingguan, harian dan
lainnya. Pemotongan PPh pasal 21 dapat dilakuakan oleh pemberi kerja yang
menyebabkan adanya pembayaran yang lebih besar dari seharusnya, hal ini terjadi
karena berbagai kemungkinan antara lain sebagai berikut ;
1. Kesalahan tarff PPh pasal 21 yang mengakibatkan lebih bayar, tariff PPh
pasal 21 diterapkan menggunakan cara progresif “semakin besar penghasilan
kena pajak akan semakin tinggi pula besaran tariff PPh terutang”. Apabila
peotongan PPh pasal 21 ini salah, mengunakan tariff yang lebih tinggi dari
yang seharusnya maka kelebihan pemotongan PPh pasal 21 akan terjadi.
Contoh : CV Mawadah pada than 2010 mempunyai penghasilan kena pajak
Rp 45.000.000 seharusnya PPh terutang sebesar ;
5% x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000
0% x Rp 20.000.000 = Rp 2.000.000 +
Jumlah PPh pasal 21 terutang = Rp 3.250.000
Tetapi dipotong dengan perhitungan seperti dibawah ini
10% x Rp 45.000.000 + Rp 4.500.000
Lebih bayar PPh pasal 21 yang dipotong adalah Rp 1.250.000
2. Kesalahan dasar pengenaan PPh pasal 21 yang mengakibatkan lebih bayar,
pemotongam PPh pasal 21 dapat lebih besar dari yang seharusnya dapat
terjadi karena berbagai kemungkinan seperti :
Adanya kesalahan pada pengakuan penghasilan
Adanya kesalahan pada pengakuan PTKP
Adanya kesalahan pada cara perhitungan PPh
2.3.2 Kesalahan Tarif PPh pasal 22 Mengakibatkan Lebih Bayar
Pemungutan PPh pasal 22 dapat dilakuakn oleh beberapa pihak sebagai berikut ;
Bendaharawan Pemerintah
Ditjen Bea dan Cukai
Industri tertentu
Pemungutan PPh pasal 21 dapat menyebabkan adanya pengutan yang lebih besar
dari seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena berbagai kemungkinan antara lain :
1. Kesalahan tarif PPh pasal 22 yang mengakibatkan lebih bayar apabila PPh
pasal 22 ini terjadi kesalahan, menggunakan tarif yang lebih tinggi dari
seharusnya maka akan terjadi kelebihan pemungutan PPh pasal 22.
Contoh : bendaharawan melakukan transaksi pengadaaan barang senilai
Rp 5.500.000 dan dipunggut PPh pasal 22 sebesar 2.5% atau sebesar Rp
125.000.
Seharusnya PPh apsal 22 yang diunggut adalah sebesar :
1.5% x 100/110 x Rp 5.500.000 = Rp 75.000
Sehingga terjadi lebih bayar sebesar Rp 50.000
2. Kesalahan dasar pengenaan PPh pasal 22 yang mengakibatkan lebih bayar,
dimana dasar pemungutan PPh pasal 22 adalah DPP atau harga jual tidak
termasuk PPn apabila pemungutan PPh pasal 22 dalam memungutnya
mempergunakan dasar harga jual termasuk PPn maka akan terjadi salah
penggut yang menyebabkan lebih bayar.Contoh : Bendaharawan
melakukan transaksi pengadaan barang senilai RP 5.500.000 dan dipungut
PPh pasal 22 sebesar 1.5% dari harga jual termasuk PPn sebesar Rp
82.500.
Seharusnya PPh pasal 22 yang dipungut adalah sebesar :
1.5% x 100/110 x Rp 5.500.000 = Rp 75.000
Sehingga terjadi lebih bayar sebesar Rp 7.500.
Pada dasarnya tarif PPh pasal 23 adalah dibawah tariff PPh orang pribadi, yaitu
sebesar 5%, namun demikian masih terdapat tariff pemotongan PPh pasal 23 yang
lebih tinggi dibanding tariff minimal PPh orang pribadi 5%. Demikian dengan
pemotongan PPh pasl 23 yang dilakukan oleh perusahaan kontrak karya yang
diatur khusus sesuai perjanjian yang tarifnya dapat melebihi 5% bahkan sampai
10%. Lebih bayar pemotongan PPh pasal 23 dapat terjadi karena beberapa sebab
yaitu ;
Kesalahan pemotongan PPh pasal 23 dapat terjadi karena dasar pemotongan yang
salah yang memungkinkan terjadinya lebih bayar PPh pasal 23
Penghasilan neto dari penghasilan jasa, sewa, bunga, royalty maupun dividen
tersebut dihitung setelah PPn kecuali jika terhadap jasa, sewa, bunga, royalty
maupun dividen tersebut tidak terutang PPn maka dihitung dari penghasilan
brutonya.
Kelebihan PPh Akibat Penurunan Usaha
Lebih bayar dapat terjadi apabila wajib pajak mengalami penurunan usaha setelah
pertengahan tahun di mana wajib pajak telah melakukan PPh pasal 25 pada tahun
bersangkutan sesuai SPT tahun sebelumnya. Lebih bayar akibat adanya penurunan
usaha dapat dihindari apabila pada saat diketahui adanya penurunan kegiatan
usaha dan menurut prediksi akan terjadi sampai akhir tahun wajib pajak harus
PPh pasal 25 tersebut diterbitkan SPT oleh fiskus dimana pokok STP tersebut
dibayar atau tidak dibauyar oleh WP akan tetap merupakan kredit pajak sehingga
Keputusan keberatan maupun banding yang diterbitkan atas pemohon wajib pajak
dapat mengakibatkan terjadinya lebih bayar. Pada saat mengajukan keberatan atau
kebenarannya oleh wajib pajak pada saat closing antara pemeriksa pajak dan
pengajuan keberatan atau banding. Apabila besarnya pajak yang telah dibayar atas
ketetapan pajak tersebut lebih besar disbanding pajak yang kurang bayar hasil
keputusan keberatan maupun banding maka akan terjadi kelebihan pembayaran
pajak.
Kelebihan pajak yang telah dibayar dapat diperoleh kembali melalui proses
restitusi dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% perbulan sejak saat dibayar
memadai untuk mengganti kerugian wajib pajak atas kerugian dari pembayaran
ketetapan pajak yang seharusnya tidak perlu dibayar. Namun demikian imbalan
bunga sebesar 2% tersebut dapat merugikan wajib pajak jika waktu mengedapnya
cukup lama, walaupun pada tingkat bunga diluar lebih rendah 2%.
Kembali oleh wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang mengalami klebihan
Kelebihan bayar dapat dimintai kembali dengan cara melalui restitusi dan melalui
banding.
Restitusi
Restitusi
Permohonan kelebihan PPn melalui restitusi dapat dilakukan menggunakan surat
permohonan tersendiri atau dengan surat permohonan yang ada pada SPT.
Walaupun surat permohonan restitusi dibuat tersendiri, tetapi SPT PPn sejak
terjadinya lebih bayar harus tetap dibuat oleh wajib pajak, bahkan sejak wajib
pajak dikukuhkan senagai PKP, kewajiban laporan SPT masa bulan harus
dilakukan baik dalam kondisi lebih bayar maupun dalam kondisi kurang bayar.
Pada dasarnya kelebihan PPn hanya dapat dimintai kembali apabila wajib pajak
melaporkan SPT PPn sejak terjadinya lebih bayar sampai dengan saat dimintai
restitusi.
Bagi wajib pajak yang mempunyai pajak masukan maka harus dikreditkan dalam
SPT masanya tidak melebihi jangka waktu 3 bulan sejak diperolehnya pajak
amsukan tersebut, namun apabila pajak masukan diterima oleh wajib pajak setelah
lewat dari 3 bulan maka wajib pajak harus membentulkan SPT masnya sesuai
dengan masa yang diperkenankan agar pajak masukan tersebut dapat dikreditkan.
Apabila wajib pajak telah memutuskan untuk melakukan restitusi PPh maka wajib
Pajak masukan yang diakui oleh wajib pajak, bagi penjual merupakan pajak
keluaran yang harus dilaporkan pada SPT masa PPn dari penjual, termasuk dalam
sebagai pajak keluaran oleh penjual maka pajak masukan yang akan direstitusi
tersebut dapat diproses lebih lajut, tetapi apabila berdasarkan hasil konfirmasi
dinyatakan bahwa pajak masukan tidak ada atau tidak cocok, maka pajak
Pajak keluaran yang diakui oleh wajib pajak harus benar, tidak ada terdapat
penjual yang belum diakui pada SPT masa, karena akan berakibat PPn lebih
bayar menjadi kurang bayar. Apabila PPn lebih bayar menjadi kurang bayar,
selain dikenai sanksi keterlambatan bayar, juga dapat dikenai sanksi karena tidak
keluaran juga harus diteliti kebenarannya, karena apabila faktur pajak berkaitan
dengan pajak keluaran dianggap cacat maka kepada wajib pajak dapat dikenakan
3. Kebenaran Persediaan
Salah satu penyebab lebih bayar PPn adalah karena pembelian lebih besar dari
penjualan yang berarti besarnya persediaan baik berupa bahan baku dan bahan
bantu, maupun barang dalam proses dan barang jadi akan meningkat.
harus sama dengan menigkatnya persediaan secara fisik yang tentu saja akan
Restitusi
Permohonan restitusi pada PPh dapat terjadi atas PPh yang lebih bayar pada akhir
tahun atau kelebihan pembayaran PPh pada masa tertentu. Permohonan kelebihan
atau melalui surat permohonan yang ada pada SPT pada masa PPh saat terjadinya
lebih bayat yang harus dibuat oleh wajib pajak. Bahkan sejak wajibb pajak
harus dilakukan baik dalam kondisi lebih bayar, nihil maupun dalam kondisi
kurang bayar.
Bagi wajib pajak yang mempunyai kredit pajak PPh harus dikreditkan pada PPh
terutang dalam masa SPT sama, namun demikian apabila kredit pajak PPh
diterima oleh wajib pajak setelah masa SPT tahunan bersangkutan maka wajib
pajak harus membetulkan SPT tahunan pada masa kredit pajak terkait agar kredit
Apabila wajib pajak telah mengambil sikap untuk melakukan restitusi PPh, maka
jenis pembayaran PPh dapat berupa kelebihan kredit PPh terhadap PPh terutang
pada akhir tahun. Kredit PPh bagi pemotong pajak harus dibayar oleh pemotong
pajak dan harus dilaporkan pada SPT amsa PPh masing-masing, seperti PPh apsal
21, PPh pasal 22, PPh 22 Impor, PPh apsal 23. Termasuk dalam rangkaian
Kebenaran pajak terutang akan dihitung lagi oleh pemeriksa berdasarkan data
penghasilan dan biaya yang diakui wajib pajak baik pada pembukuan atau data
cermat. Apabila ternyata besarnya PPh terutang akan dikoreksi oleh pemeriksa
pajak maka besarnya kelebihan PPh tersebut akan berkurang bahkan dapat
Keberatan
kelebihan pajak melalui keberatan lebih sederhana. Hanya saja pajak yang
diminta kembali melalui proses keberatan hanyalah yang sal dalam hal
pemotonagn atau pemungutan. Tindakan yang diperlukan dari wajib pajak yang
Dokumen yang perlu disiapkan oleh wajib pajak dalam pengajuan keberatan ini
pajak. Apanila pemotonagn atau pemungutan yang terlalu besar tersebut tidak
bersifat final tidak perlu mengajukan permohonan keberatan karena pada akhir
tahun PPh akan diperhitungkan pada PPh terutang terkucuali wajib pajak
Contoh Kasus :
PT Argo telah melakukan pembayaran PPh pasal 25 mulai bulan januari – Mei :
Bulan Jumlah
Januari Rp 10.000.000
Februari Rp 10.000.000
Maret Rp 10.000.000
April Rp 15.000.000
Mei Rp 15.000.000
Pada bulan juni perusahaan merasakan penurunan omzet. Setelah dipelajari maka
disimpulkan kemungkinan penurunan omzet akan terjadi sampai akhir tahun dan
100.000.000
Wajib pajak segera mengajukan prmohonan angsuran PPh pasal 25 kepada fiskus
dan mulai bulan juni besarnya PPh pasal 25 hanya menjadi 8.000.000.
besarnya PPh terutang sebesar Rp 147.500.000 tersebut, apabila wajib pajak tidak
Memang pada akhir tahun pembayaran PPh pasal 29 akan menjadi lebih besar
tetapi bagi wajib pajak akan lebih menguntungkan menunda pembayaran PPh
pasal 29 daripada membayar di depan PPh pasal 25 bahkan kalaupun harus terjadi
lebih bayar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan