Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri cervical merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan
seseorang datang berobat ke fasilitas kesehatan. Di populasi didapatkan sekitar
34% pernah mengalami nyeri cervical dan hampir 14% mengalami nyeri tersebut
lebih dari 6 bulan. Pada populasi diatas 50 tahun, sekitar 10% mengalami nyeri
cervical.1
Cervical root syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh iritasi
atau kompresi dari akar saraf cervikal yang akan menimbulkan nyeri, ngilu,
kesemutan, kram-kram serta rasa tidak enak pada leher bagian belakang dan bisa
menjalar ke bahu, lengan atas dan lengan bawah tergantung dari akar mana yang
terkena.1
Pada usia muda, radikulopati cervikalis merupakan akibat dari herniasi diskus
intervertebralis atau cedera akut yang menyebabkan tubrukan foramen dari saraf
yang keluar. Herniasi diskus intervertebralis sekitar 20-25% dari kasus
radikulopati cervikalis. Pada pasien yang lebih tua, radikulopati cervikalis sering
merupakan akibat penyempitan foramen dari pembentukan osteofit, penurunan
ketinggian diskus, perubahan degeneratif prosesus uncinatus vertebra dari anterior
dan facet dari posterior.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Biomekanik Servikal


Leher merupakan bagian spina/tulang belakang yang paling bergerak (mobile),
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
1. menopang dan memberi stabilitas pada kepala;
2. memungkinkan kepala bergerak di semua bidang gerak;
3. melindungi struktur yang melewati spina, terutama medula spinalis, akar saraf,
dan arteri vertebra.1
Spina servikal menopang kepala, memungkinkan gerakan dan posisi yang tepat.
Semua pusat saraf vital berada di kepala memungkinkan pengendalian penglihatan
(vision), keseimbangan vestibular, arahan pendengaran (auditory) dan saraf
penciuman; secara esensial mengendalikan semua fungsi neuromuskular yang
sadar. Untuk itu maka kepala harus ditopang oleh spina servikal pada posisi yang
tepat agar memungkinkan gerakan spesifik untuk menyelesaikan semua fungsi
tersebut.1
Kolumna servikal dibentuk oleh tujuh tulang vertebra. Spina servikal, C1-C7,
terlihat dari lateral membentuk lengkung lordosis dan kepala pada tingkat
oksipitoservikal membentuk sudut yang tajam agar kepala berada di bidang
horizontal. Apabila dilihat dari anteroposterior maka spina servikal sedikit
mengangkat (tilt) kepala ke satu sisi. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh faset pada
oksiput, atlas (C1) dan aksis (C2) yang sedikit asimetrik.1
Spina servikal merupakan persatuan unit fungsional yang saling tumpang-
tindih (superimposed), masing-masing terdiri atas 2 badan, yang dipisahkan oleh
diskus intervertebra mulai di bawah aksis (C2). Unit fungsional spina servikal
dibagi atas dua kolumna, yaitu kolumna anterior yang terdiri atas vertebra, ligamen
longitudinal dan diskus di antaranya, serta kolumna posterior yang meliputi kanal
oseus neural, ligamen posterior, sendi zygapophyseal, dan otot erektor spina.
Secara anatomis, foramen intervertebralis terletak di antara kedua kolumna
tersebut. Sebenarnya, otot servikal bagian anterior yaitu fleksor merupakan bagian
dari kolumna anterior. Untuk mengevaluasi secara fungsional maka spina servikal
dibagi menjadi segmen servikal atas (diatas C3) dan segmen servikal bawah
(C3C7). Setiap segmen itu berfungsi berbeda.1
Vertebra C1 dan C2 berbeda dari vertebra yang lain. Atlas (C1) adalah struktur
seperti cincin tanpa badan dengan dua massa lateral yang berartikulasi dengan
kondilus oksipitalis di atas dan aksis (C2) di bawah. Aksis (C2) mempunyai badan,
prosesus spinosus yang bifida, dan prosesus odontoid yang menonjol ke atas yang
secara kongenital adalah badan atlas yang menyatu (fused). Odontoid berartikulasi
dengan lengkung anterior atlas. Hubungan normal tersebut memungkinkan
pemisahan < 3 mm antara lengkung anterior dan atlas. Sendi tersebut dapat
menjadi lemah oleh karena trauma atau penyakit seperti artritis rheumatoid (RA).
Pemisahan 3 mm atau lebih dalam fleksi dan ekstensi dianggap tidak stabil dan
merupakan bukti instabilitas. Atlas dan aksis dalam kombinasi dengan kranial-
oksiput (CO) membantu fleksi, ekstensi dan rotasi. Artikulasi atlantooksipital
(CO-C1) memungkinkan fleksi 10º dan ekstensi 25º.1
Rotasi terbanyak di spina servikal terjadi di persendian C1-C2, dengan rotasi
45º ke arah kiri atau kanan. Sedikit derajat fleksi-ekstensi terlihat juga di
persendian C1-C2. Sendi sinovial asli (true synovial joint) terletak di antara
lengkung anterior atlas dan prosesus odontoid. Vertebra regio servikal bawah
masing-masing serupa dalam bentuk dan fungsi dan dapat dikatakan merupakan
unit fungsional yang khas (typical). Vertebra C3-C7 mempunyai badan kecil dan
dimensi terpanjang pada bidang koronal. Prosesus spinosus bifida dari C3 sampai
C6, dan C7 mempunyai prosesus spinosus terpanjang yang mudah teraba pada
palpasi. Sendi zygapophyseal di servikal lebih konkaf dibandingkan di torakal dan
lumbal. Orientasi faset di servikal adalah 45º (dibandingkan 60º di torakal dan 90º
di lumbal). Prosesus spinosus, prosesus transversa dan lamina menjadi daerah
perlekatan otot.
Di perbatasan C2 dan C3 terdapat perubahan bentuk persendian yang
menyebabkan perbedaan bermakna dalam fungsi serta merupakan daerah transisi
yang mengubah gerakan dari rotasi ke fleksi dan ekstensi. Terjadi sekitar 10º fleksi
pada masing-masing segmen dengan fleksi terbesar pada C4-C5 dan C5-C6. Fleksi
lateral terjadi terutama di C3-C4 dan C4-C5. Pemindahan horizontal (horizontal
displacement) vertebra > 3,5 mm saat fleksi dan ekstensi atau deformitas angular
> 11º menandakan instabilitas spina.
Semua gerakan servikal berpasangan sehingga rotasi dikaitkan dengan fleksi
lateral dan sebaliknya. Pembatasan lingkup gerak (ROM) dalam satu bidang
memungkinkan klinisi mendeteksi segmen yang terlibat terutama letaknya apakah
di regio servikal atas atau bawah.1

Gambar 2.1. Vertebra Cervical

Foramen terletak di setiap prosesus transversum di setiap sisi badan vertebra.


Arteri vertebral melalui foramen itu. Di antara dua vertebra, mulai di bawah C2,
terdapat diskus intervertebralis, yang lebih lebar anterior dibandingkan posterior.
Setiap diskus terdiri atas annulus dan nukleus, serta mempunyai struktur dalam
yang lunak disebut nukleus pulposus. Diskus intervertebralis mempunyai suplai
vaskuler sejak lahir sampai sekitar dekade kedua dalam kehidupan saat pembuluh
darah mulai terobliterasi dan mulai terjadi kalsifikasi lempeng ujung (endplates)
vertebra. Pada dekade ketiga diskus menjadi avaskuler, dan nutrisi diskus melalui
difusi dialisat melalui endplate serta imbibisi tekanan osmotik (osmotic gradient)
ion yang larut di dalam substansi diskus. Terdapat juga faktor mekanik untuk
imbibisi. Pada saat diskus mengalami penekanan ia mengeluarkan cairan dan saat
relaks menyerap cairan, penekanan-relaksasi bergantian tersebut memungkinkan
diskus menyerap (imbibition) seperti busa. Elastisitas serabut annular dan
kompresibilitas nukleus memungkinkan aksi menyerap secara mekanik.1
Nukleus berupa gel proteoglikan sangat terhidrasi (80% air) dan mengandung
serabut kolagen yang tersebar (< 5%). Gel proteoglikan mengandung banyak
kelompok sulfat bermuatan negatif yang menarik dan mengikat air serta mencegah
difusi ke luar. Nukleus secara utuh terkandung di dalam tabung annular yang
mempertahankan tekanan intrinsik.
Serabut kolagen dikelilingi secara esensial terkandung di dalam, lapisan gel
proteoglikan yang terhidrasi, yang memberi lubrikasi dan nutrisi pada fibril
kolagen. Caranya serabut annular melekat di endplate dan interface dengan setiap
lapisan memungkinkan gerakan vertebra berseberangan di unit fungsional
memberi gerakan fleksi, ekstensi dan sedikit rotasi.
Mobilitas unit fungsional vertebra servikal dibatasi oleh elastisitas terbatas
serabut annular setiap annulus intervertebral serta ligamen longitudinal anterior
dan posterior (yang terikat pada setiap vertebra dari kranium sampai sakrum).
Fleksi dibatasi oleh ligamen longitudinal posterior, ligamen intervertebra
posterior, elastisitas terbatas fascia otot ekstensor (erektor spina). Fleksi berlebihan
melewati batas fisiologis juga dibatasi oleh ligamen spinosum posterior dan
interspinosum serta elastisitas fascia otot erektor spina. Ekstensi berlebihan
dibatasi oleh kontak langsung lamina, faset dan prosesus spinosus posterosuperior.
Gerakan unit fungsional ke arah manapun menyebabkan sedikit distorsi pada
diskus intervertebralis. Pada fleksi ke depan, ruang anterior diskus mengalami
penekanan dengan pemisahan simultan elemen posterior. Juga terjadi gerakan
meluncur (gliding) vertebra superior di atas vertebra berikut yang di bawahnya.
Diskus intervertebralis tertekan di anterior serta melebar di posterior, dan fleksi ini
disertai sedikit gesekan (shear) anterior. Pemanjangan berlebihan serabut annular
posterior diskus dalam fleksi juga dibatasi oleh ligamen longitudinal posterior.
Ligamen pada spina servikal adalah:
1. ligamen transversum; menahan prosesus odontoid ke dalam notch yang terletak
posterior di pusat lengkung anterior, memungkinkan kepala dan atlas rotasi ke
kiri dan kanan. Selain itu mempertahankan prosesus odontoid di daerah anterior
kanal spina serta memberi ruangan cukup bagi medulla spinalis. Apabila terjadi
kerusakan pada ligamen, prosesus odontoid dapat bergerak ke posterior dan
menekan medulla spinalis. Pemeriksaan radiografik dapat memperlihatkan
aspek lateral spina servikal pada fleksi ke depan, atau dengan pencitraan MRI.
Derajat penekanan dapat dilihat secara klinis dengan pemeriksaan neurologik
yang menunjukkan tanda upper motor neuron,
2. ligamen alar; membatasi rotasi dan membatasi gerakan lateral prosesus
odontoid, Apabila salah satu ligamen alar rusak, dapat menyebabkan kepala dan
atlas subluksasi ke lateral
3. ligamen accessory atlantoaksial; membatasi derajat rotasi kepala terhadap atlas
dan atlas terhadap aksis, Kerusakan salah satu ligamen tersebut dapat
menyebabkan gerakan berlebihan ke sisi berlawanan. Dapat dilihat melalui
pencitraan mulut terbuka (open mouth) dengan rotasi kepala ke dua arah.
Ligamen alar dan accessory adalah ligamen pendek yang terikat pada dua
struktur tulang berdekatan sehingga mudah cedera, misalnya karena rotasi
berlebihan, tiba-tiba atau paksa (forceful).
Otot leher secara fungsional dapat dibagi atas dua kelompok besar:
1. Otot yang membuat fleksi dan ekstensi kepala terhadap spina, disebut capital
movers, yaitu capital flexor terdiri atas rektus pendek dan kapitis longus, serta
capital extensor. Otot tersebut terdiri atas 4 otot pendek yang berjalan dari
basis kranium ke atlas (C1) dan aksis (C2): posterior rectus capitis minor &
major, obliquus capitis superior & inferior;
2. Otot yang membuat fleksi dan ekstensi seluruh sisa spina servikal, disebut
cervical movers;
3. Otot yang lebih panjang seperti splenius capitis dan splenius cervicis terutama
untuk rotasi kepala, akan tetapi dapat juga menjadi ekstensor apabila
berkontraksi bersamaan/bilateral.
4. Otot panjang dari spina torasik dan skapula yang membuat ekstensi, rotasi dan
fleksi lateral spina servikal, yaitu trapesius, levator scapulae, dll. Massa
terbesar otot leher terletak di bagian ekstensor segmen servikal atas: daerah
atlantoaksial, yang menandakan kebutuhan akan otot kuat di regio tersebut
untuk menjaga terhadap trauma.
Massa terbesar otot fleksor terletak di region servikal tengah (C4-C5) adalah
regio segmen servikal bawah yang mempunyai derajat gerak terbesar. Oleh karena
itu merupakan daerah yang mengalami pakai-aus mekanik (mechanical wear &
tear) serta paparan trauma dan stress besar. Saraf servikal dengan formasi pleksus
servikobrakhial dan saraf ke kepala berperan penting pada fungsi ekstremitas atas
dan juga terlibat dalam produksi nyeri serta kecacatan. Semua saraf servikal
mengandung serabut sensoris dan motorik kecuali saraf C1 yang hanya
mempunyai serabut motorik. Karena itu penekanan pada saraf servikal akan
memunculkan gejala sesuai dengan dermatom yang terkena.1

Gambar 2.2. Distribusi dermatom


2.2. Definisi Cervical Root Syndrome
Cervical root syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh iritasi
atau kompresi dari akar saraf cervikal yang akan menimbulkan nyeri, ngilu,
kesemutan, kram-kram serta rasa tidak enak pada leher bagian belakang dan bisa
menjalar ke bahu, lengan atas dan lengan bawah tergantung dari akar mana yang
terkena.1 Salah satu contoh penyakit cervical root syndrome adalah sindrom
radikulopati. Radikulopati berarti radiks posterior dan anterior yang terkena proses
patologik. Gangguan itu dapat setempat atau menyeluruh.

2.3. Epidemiologi Cervical Root Syndrome


Insidens dari penderita cervical root syndrome bermacam-macam tergantung
penyebabnya. Seperti jumlah penderita spondilosis cervikal digabung dengan
penderita nyeri leher lainnya termasuk sindrom levator scapula, cervikobrakialgia
dan servikooksipital menduduki urutan ke empat sesudah stroke.1 Sejumlah 45%
laki-laki yang masih aktif bekerja sedikitnya pernah satu kali menderita kaku leher
(stiff neck) dan 23% sedikitnya pernah mendapat sekali serangan brakialgia dan
51% pernah mendapat kedua serangan tadi. Kekerapan nyeri leher hampir dua kali
lipat pada umur 25-45 tahun.2

2.4. Faktor Resiko Cervical Root Syndrome


Faktor yang menimbulkan radikulopati cervikalis antara lain:3
• Tekanan
• Stres
• Postur
• Bekerja dengan posisi leher yang menetap dalam waktu lama
• Tidur dengan bantal yang tinggi
• Berbaring dengan leher yang fleksi sambil membaca/nonton TV.
2.5. Etiologi dan Patogenesis Cervical Root Syndrome
Pada usia muda, radikulopati cervikalis merupakan akibat dari herniasi diskus
intervertebralis atau cedera akut yang menyebabkan tubrukan foramen dari saraf
yang keluar. Herniasi diskus intervertebralis sekitar 20-25% dari kasus
radikulopati cervikalis. Pada pasien yang lebih tua, radikulopati cervikalis sering
merupakan akibat penyempitan foramen dari pembentukan osteofit, penurunan
ketinggian diskus, perubahan degeneratif prosesus uncinatus vertebra dari anterior
dan facet dari posterior.2
Penyebab paling sering radikulopati cervikalis (pada 70 sampai 75 persen dari
kasus) adalah gangguan foramen saraf spinal karena kombinasi faktor-faktor di
antaranya penurunan puncak diskus dan perubahan degeneratif dari sendi
uncovertebral anterior dan zygapophyseal sendi posterior (yaitu, spondylosis
cervical). Berbeda dengan gangguan lumbal, herniasi nukleus pulposus hanya
sekitar untuk 20 sampai 25 persen dari kasus. Penyebab lainnya yang jarang yaitu
tumor tulang belakang serta infeksi tulang belakang.3
Radikulopati cervikalis merupakan disfungsi dari akar saraf vertebralis. Akar
saraf vertebralis yang paling sering terkena adalah C7 sekitar 60% dan C6 sekitar
25%. Radikulopati cervikalis adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan
disfungsi dari saraf cervikalis, akar saraf, atau keduanya. Radikulopati cervikalis
adalah kerusakan atau gangguan fungsi saraf akibat kompresi salah satu akar saraf
dekat vertebra cervikalis. Kerusakan akar saraf di daerah cervikalis dapat
menyebabkan rasa sakit dan gangguan sensibilitas pada ekstremitas atas,
tergantung di mana akar yang rusak berada.3,4
Ciri khas radikulopati cervikalis adalah rasa nyeri radikuler pada leher dan bahu
yang menyebar ke lengan, yang akan bertambah pada perubahan posisi leher dan
dapat diikuti terbatasnya gerakan leher dan rasa sakit pada penekanan tulang dan
kadang-kadang disertai parastesia pada lengan. Namun seringkali gejala nyeri
radikuler tersebut tidak terlokalisasi baik sesuai dermatom. Hal ini dikarenakan
adanya tumpang tindih daerah persarafan.4
2.6. Penegakan Diagnosis Cervical Root Syndrome
a) Anamnesis
Dalam menanggapi keluhan tentang nyeri leher perlu ditanyakan lebih lanjut
mengenai ada tidaknya penjalaran nyeri serta daerah-daerah kulit yang
parestetik/hipestetik. Biasanya pertanyaan yang harus diajukan untuk
melakukan anamnesa pada penderita dengan keluhan nyeri pada leher ialah:4
 Apakah keluhan itu didahului dengan trauma atau tidak
 Apakah datangnya mendadak atau perlahan-lahan
 Mengenai waktu dan lamanya: sudah berapa lama sakitnya
 Apakah sakitnya konstan atau intermiten
 Apakah sakitnya menjadi lebih berat atau sama seperti waktu pertama kali
terjadi
 Karakteristik sakitnya : apakah rasa terbakar, nyut-nyutan atau rasa seperti
ditusuk-tusuk
 Lokasi sakitnya : apakah menjadi hebat jika berdiri, duduk atau berbaring
 Apakah sakitnya lebih berat kalau bergerak atau tidak bergerak
 Apakah ada gangguan sensibilitas
 Apakah ada gangguan fungsi BAB dan BAK
 Apakah penderita mempunyai problem sebelumnya
 Apakah ada keluarga penderita yang mempunyai keluhan yang sama
 Apakah sakitnya bertambah jika berada dirumah, ditempat kerja atau
dimobil
 Apakah akhir-akhir ini penderita mengalami stress fisik atau emosional
 Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, harus ditanyakan juga riwayat
kebiasaan penderita seperti : cara tidur, bekerja pada posisi yang menetap
cukup lama dan lain-lain.4
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umumnya diperlukan untuk mengetahui penyakit penyerta
sedangkan pemeriksaan neurologis untuk mengetahui hal-hal yang lebih
khusus.4
Pemeriksaan lainnya berupa : fungsi motorik, lingkup gerak sendi, sensorik,
dan refleks.

Gambar 2.3 ROM Servikal

Pemeriksaan khusus untuk nyeri servikal yaitu :4


 Tes Kompresi-Spurling

Gambar 2.4 Compression-Spurling Test

Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi
leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan
tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler
ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat
spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya radikulopati servikal.

 Tes Distraksi
Pada pasien yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan
distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam posisi supinasi
kemudian dilakukan distraksi leher secara perlahan. Distraksi kepala akan
menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks syaraf.
Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.

Gambar 2.5 Tes Distraksi

 Tes Valsava
Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang
di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan
intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai dengan
tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian cervical. Cara
meningkatkan tekanan intratekal menurut valsava ini adalah pasien disuruh
mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri
radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.
Gambar 2.6 Tes Valsava

c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain:4
 Foto rontgen yang perlu dibuat harus mencakup foto dengan proyeksi
anteroposterior, lateral, oblique kanan dan kiri.
 EMG
 CT Scan
 MRI

2.7. Penatalaksanaan Cervical Root Syndrome


a) Medikamentosa
Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut. Obat-
obatan ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-obatan yang banyak
digunakan biasanya dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan nyeri
dirasakan begitu berat, kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan
narkotik seperti codein, meperidin, bahkan bisa juga diberikan morfin. Pada
kondisi tertentu seperti nyeri yang diakibatkan oleh tarikan, tindakan latihan ringan
yang diberikan lebih awal dapat mempercepat proses perbaikan.5
b) Non-medikamentosa
Fisioterapi
Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan
atau resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau keterlibatan
medulla spinalis lebih lanjut.
1. Traksi
Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak
berkurang atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan
adanya kompresi radiks saraf. Traksi dapat dilakukan secara terus-menerus
atau intermiten.5

Gambar 2.7 Traksi Servikal

2. Cervical Collar
Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta
mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis
collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar
yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular
Immobilizer). Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus
siang dan malam dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila
mengendarai kendaraan.
Gambar 2.8 Cervical Collar
3. Thermoterapi
Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri.
Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal
untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4 kali
sehari selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama 30 menit
2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil yang
memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah
pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.5
4. Latihan Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher.
Latihan bisa dimulai pada akhir minggu 1. Latihan mobilisasi leher kearah
anterior, latihan mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu
proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun fleksi.
Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh spasme otot dapat ditanggulangi
dengan melakukan massage.5
Operasi
Tindakan operatif lebih banyak ditujukan pada keadaan yang disebabkan
kompresi terhadap radiks saraf atau pada penyakit medula spinalis yang
berkembang lambat serta melibatkan tungkai dan lengan. Pada penanggulangan
kompresi tentunya harus dibuktikan dengan adanya keterlibatan neurologis
serta tidak memberikan respon dengan terapi medikamentosa biasa.5
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dok V Atas
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
No RM : 15 41 91
Tanggal pemeriksaan : 18 September 2018

3.2. Anamnesis
Keluhan utama
Nyeri leher kiri

Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang pasien perempuan berusia 66 tahun merupakan pasien poli saraf yang
datang ke bagian rehabilitasi medik RSUD Jayapura dengan keluhan nyeri pada
leher kiri sejak ± 2 minggu yang lalu bersifat hilang timbul, terasa cenut-cenut
dan kaku. Sebelumnya nyeri dirasakan pada leher belakang dirasakan semakin
lama semakin berat kemudian menjalar ke tungkai kiri terutama dirasakan di
tungkai sisi luar sampai punggung telapak tangan dan semakin memberat sejak
1 minggu ini. Pasien mengeluh sulit untuk tengadah, tetapi untuk menoleh atau
miring, leher tidak terasa sakit. Nyeri dirasakan menjalar seperti kesemutan
sampai ke lengan dan jari-jari tangan kiri. Kesemutan dirasakan terutama pada
lengan dan ibu jari sampai jari tengah tangan kiri. Nyeri dan kesemutan terutama
dirasakan pada saat beraktivitas dan kecapaian. Nyeri berkurang pada saat
penderita beristirahat. Pasien mengatakan tidak ada kelemahan pada tangannya
dan dapat melakukan aktivitasnya sehari. Tidak ada keluhan rasa tebal pada leher
dan tangan. Sakit kepala, pusing, panas, mual dan muntah tidak dialami pasien.
Pasien juga mengatakan tidak ada riwayat jatuh atau trauma sebelumnya. oleh
pasien. Pasien juga pernah mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri tetapi nyeri
tidak kunjung hilang.

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-), kolesterol (+), diabetes mellitus (-), asma (-), jantung (-), alergi
obat (-), riwayat jatuh (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini.

Riwayat Kebiasaan
Penderita biasanya melakukan aktifitas ibu rumah tangga. Penderita tidak
memiliki kebiasaan merokok dan tidak minum minuman beralkohol.
Riwayat Olahraga : tidak rutin

3.3. Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik, mobilisasi independent, gait (N)
Kesadaran : Kesan Compos mentis
Glasgow Coma Scale (GCS) : E4M6V5
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,00C
Kepala : Normosefal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, Pupil bulat isokor 
3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+ Normal
Telinga : Sekret tidak ada
Hidung : Septum tidak ada deviasi, sekret tidak ada
Mulut : Bibir tidak sianosis, deviasi lidah (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : Bentuk simetris, retraksi tidak ada
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas-batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal. bising (-)
Pulmo : Inspeksi : pergerakan simetris
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan sama dengan kiri
Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)
Abdomen : Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

b. Status lokalis
Inspeksi : edema (-), atrofi (-) deformitas (-)
Palpasi : kalor (-), krepitasi (-), nyeri tekan (+), spasme otot paracervical
sinistra (+)
ROM Cervical :

ROM shoulder :

ROM elbow :

ROM wrist
c. Pemeriksaan Khusus
 Head compression : (-)
 Distraction test : (+)
 Valsava test : (-)

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Foto rontgen cervical AP-LAT

3.5. Diagnosis
Diagnosis Klinik : CRS (Cervical Root Syndrome) C3 - C4
Diagnosis Fungsional : limitation function

3.6. Problem Rehabilitasi Medik


 Problem Medis: Nyeri dan keterbatasan gerak leher
 Problem Rehabilitasi Medik:
1. Mobilisasi : -
2. Activity Daily Living (ADL) : gangguan dalam melakukan aktivitas fisik
sehari-hari yang melibatkan leher dan tangan kiri
3. Komunikasi : -
4. Psikologi : beban pikiran pasien karena keterbatasannya melakukan
tugas dan aktivitas sehari-hari

3.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik
- Infra Red
- Low Lasser 15 Joule
- Latihan

3.8. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang pasien perempuan 68 tahun datang dengan keluhan nyeri pada leher kiri
sejak ± 2 minggu yang lalu bersifat hilang timbul, terasa cenut-cenut dan kaku.
Sebelumnya nyeri dirasakan pada leher belakang dirasakan semakin lama semakin
berat kemudian menjalar ke tungkai kiri terutama dirasakan di tungkai sisi luar sampai
punggung telapak tangan dan semakin memberat sejak 1 minggu ini. Pasien mengeluh
sulit untuk tengadah, tetapi untuk menoleh atau miring, leher tidak terasa sakit. Nyeri
dirasakan menjalar seperti kesemutan sampai ke lengan dan jari-jari tangan kiri.
Kesemutan dirasakan terutama pada lengan dan ibu jari sampai jari tengah tangan kiri.
Nyeri dan kesemutan terutama dirasakan pada saat beraktivitas dan kecapaian. Nyeri
berkurang pada saat penderita beristirahat. Pasien mengatakan tidak ada kelemahan
pada tangannya dan dapat melakukan aktivitasnya sehari. Tidak ada keluhan rasa tebal
pada leher dan tangan. Sakit kepala, pusing, panas, mual dan muntah tidak dialami
pasien. Pasien juga mengatakan tidak ada riwayat jatuh atau trauma sebelumnya. oleh
pasien. Pasien juga pernah mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri tetapi nyeri tidak
kunjung hilang.
Pada tes distraksi hasilnya (+). Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang maka diagnosa klinik pada kasus ini adalah CRS (Cervical
Root Syndrome) C3 - C4. Terapi yang diberikan pada kasus ini yaitu program
rehabilitasi medik yaitu Infra Red, Low Lasser 15 Joule dan Latihan.
- Infra Red
Pengaruh fisiologis sinar infra red jika diabsorbsikan ke kulit maka akan
meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah terhadap pengaruh
jaringan otot, efek teraupeutik IR secara garis besar dapat merileksasikan otot,
meningkatkan suplai darah.
- Laser
Berfungsi untuk anti inflamasi dan regenerasi jaringan. Dengan teknik ini laser bisa
masuk lebih dalam sampai ke jaringan atau sendi secara langsung, sehingga
memungkinkan memberikan penyinaran secara langsung ke jaringan atau sendi yang
mengalami kerusakan melewati kulit.
- Latihan
Latihan dapat membantu mengurangi nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tular, A. 2008. Nyeri Leher dan Punggung. Majalah Kedokteran Indonesia,


Volume: 58.
2. Anonymous. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana pada Radikulopati
Servikal. Available from: http://www.fisioindonesia.com/f/8591-pendekatan-
diagnosistatalaksana-radikulopati-servikal
3. Anonymous. Cervical Root Syndrome. Available
from:http://bimaariotejo.wordpress.con/2009/05/31/cervicalrootsyndrome
4. Gerard A Malanga, MD. Cervical Radiculopathy. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/94118-clinical#showall
5. Simon Carette, MD, MPhil. Cervical Radiculopathy. Available from
http://enotes.tripod.com/cervical_radiculopathy.pdf

Anda mungkin juga menyukai