Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FAKTOR INTERNAL KORUPSI

Oleh:

KELOMPOK I

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
2018
Terlampir daftar nama kelompok 1:

 Musafar Muhammad (2014-62-201-068)


 Novita Mathilda Kamerop (2014-62-201-091)
 Mariance Maksima Kainakaimu (2014-62-201-094)
 Karolina Yaluo ( 2014-62-201-112)
 Weri Kogoya ( 2014-62-201-118)
 Petrus Wandawon ( 2015-62-201-006)
 Maria Merlianti Dua Soge (2015-62-201-009)
 Leontina Julia Renyut (2015-62-201-050)
 Esterlina Anggelina Basik-Basik (2015-62-201-091)
 Piki Kiwo (2015-62-201-113)
 Diah Nurani (2016-62-201-003)
 Klaudius Jipicemen (2016-62-201-005)
 Marselina Bota (2016-62-201-008)
 Nusrotun Nisa (2016-62-201-009)
 Rini Sampe (2016-62-201-010)
 Rodiyah (2016-62-201-011)
 Salma Febrianti Rumatoras (2016-62-201-012)
 Sasmita Mustafa (2016-62-201-016)
 Hudi Prayogi (2016-62-201-017)
 Sandi Irawan (2016-62-201-019)
 Nurul Khusna (2016-62-201-023)
 Helena Novita Kowaup (2016-62-201-035)

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap
lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde
yang datang silih berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi.
Apabila disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang
datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab
terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal terdiri dari
aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap
atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga
yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup. Faktor eksternal
bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak
mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan
politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek managemen &
organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek
hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang-undangan dan lemahnya
penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang
kurang mendukung perilaku anti korupsi.
B. Rumusan Masalah
 Apa definisi korupsi ?
 Apa saja faktor penyebab korupsi ?
 Apa faktor internal penyebab korupsi ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Devinisi Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”.
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”,
suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis)
dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa
Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral,
kebejatan dan ketidakjujuran”. Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”.
Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa :
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai
kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya; dan;
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi. Dengan demikian arti
kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan
kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut sesuatu yang bersifat
amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau
aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud
corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan
keuangan negara. Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat David
M. Chalmers, menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni
yang menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan

4
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang kepentingan
umum. Hal ini diambil dari definisi yang berbunyi “financial manipulations
and deliction injurious to the economy are often labeled corrupt”.

2. Faktor Penyebab Korupsi


Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari
dalam diri pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah
bahwa ketika perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem
politik yang masih “mendewakan” materi maka dapat “memaksa”
terjadinya permainan uang dan korupsi “Dengan kondisi itu hampir dapat
dipastikan seluruh pejabat kemudian `terpaksa` korupsi kalau sudah
menjabat”.
Nur Syam memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang melakukan
korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan
yang tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak
mampu ditahan sementara akses ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui
cara berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi.
Dengan demikian, jika menggunakan sudut pandang penyebab korupsi
seperti ini, maka salah satu penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap
kekayaan. Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan
cara yang salah dalam mengakses kekayaan.
Pandangan lain dikemukakan oleh Arifin yang mengidentifikasi faktor-
faktor penyebab terjadinya korupsi antara lain:
 aspek perilaku individu
 aspek organisasi,
 aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada.
Terhadap aspek perilaku individu, Isa Wahyudi memberikan gambaran,
sebab-sebab seseorang melakukan korupsi dapat berupa dorongan dari
dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan, niat, atau
kesadaran untuk melakukan.
Lebih jauh disebutkan sebab-sebab manusia terdorong untuk melakukan
korupsi antara lain :
 sifat tamak manusia,

5
 moral yang kurang kuat menghadapi godaan,
 gaya hidup konsumtif,
 tidak mau (malas) bekerja keras.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Erry Riyana Hardjapamekas
menyebutkan tingginya kasus korupsi di negeri ini disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya:
a) Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,
b) Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
c) Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan
perundangan,
d) Rendahnya integritas dan profesionalisme,
e) Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan,
keuangan, dan birokrasi belum mapan,
f) Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat, dan
g) Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.
Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik,
hukum dan ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen
dalam Membasmi Korupsi yang mengidentifikasikan empat
faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum,
faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional.
 Faktor Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang
kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan.
Perilaku korupsi seperti penyuapan, politik uang merupakaan
fenomena yang sering terjadi. Terkait dengan hal itu Terrece Gomes (2000)
memberikan gambaran bahwa politik uang (money politik) sebagai use of
money and material benefist in the pursuitof political influence.
Menurut Susanto korupsi pada level pemerintah adalah dari sisi
pemerintah, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan,pencurian
barang-barangg politik untuk kepentingan pribadi, tergolong korupsi yang di
sebabkan oleh konstelasi politik. (susanto: 2002).

6
Sementara menurut De asis, korupsi politik misalnya perilaku curang
(politik uang) pada pemilihan anggota legislatif ataupun pejabat-pejabat
eksekutif, dana iilegal untuk pembiayaan kompanye, penyelasaian konflik
perlemen melalui cara-cara ilegal dan tekniik lobi yang menyimpang (De
Asis: 2000).
Penelitian James Scott (Mochtar Mas’oed: 1994) mendeskripsikan bahwa
dalam masyarakat dengan ciri pelembagaan politik ekslklusif dimana
kompetisi politik dibatasi pada lapisan tipis elit dan perbedaan antara elit
lebih didasaran pada klik pribadi dan bukan pada isu kebijakan, yang terjadi
pada umumnya desakan kultural dan struktural untuk korupsi itu betul-betul
terwujud dalam tindakan korupsi para pejabatnya.
Robert Klitgaard (2005) menjelaskan bahwa proses terjadinya korupsi
denngan formulasi M+D-A=C. Simbol M adalah monopoli, D
adalah discretionary (kewenangan),A
adalah accountability (pertanggungjawaban). Penjelasan atas simbol
tersebut dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari adanya monopoli
(kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu besar tanpa
terbukaan dan pertanggungjawaban.
 Faktor Hukum
Faktor hukum dapat dilihat dari dua sisi, di stu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya subtansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatifdan tidak
adil; rumusan yang tidak jelas-tegas sehingga multi tafsir; kontradiksi
dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajad maupun yang
lebih tinggi). Sanksi yang tida equivalen dengan perbuatan yang dilarang
sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat;
penggunaan konsep yang berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu
memungkinkan suatu peraturan tidak kompatibel dengan realitas yang daa
sehiingga tidaak fungsinal aatau tidak produktif dan mengalami resistensi.
Penyebab kaadaan ini sangat beragam, namun yang domiinan adalah:
pertama, tawar-menawar dan pertarungan kepentingan antara kelompok dan
golongan di perlemen, sehingga memunculkan aturan yang bias dan

7
diskriminatif. Kedua, praktek politik uang dalam pembuatan hukum berupa
suap-menyuap (political bribery), utamanya menyangkut perundang-undangan
dibidang ekonomii dan bisniis. Akibatnya timbul peraturan yang elastis dan
multitafsir serta tumpang-tindih dengan aturan lain sehingga mudah
dimanfaatkan untuk menyelamatkan pihak-pihak pemesan.
Salaras dengan hal itu Susila (dalam Hamzah: 2004) menyambut tindakan
korupsi mudah timbul karena ada kelemahan di dalam peraturan perundang-
undang, yang mencakup: (a) adanya peraturan perundang-undanganyang
bermuuat kepentingan pihak-pihak tertentu (b) kualitas peraturan
perundang-undangan kurang memadai, (c) peraturan kurang
disosialisasikan, (d) sanksi yang terlalu ringan, (e) penerapan sanksi yang
tidak konsisten dan pandanan bulu, (f) lemahnya bidang evalusi dan revisi
peraturan perundang-undangan..
Bibit Samad Riyanto (2009) mangatakan lima hal yang di anggap
berpotensi menjadi penyebab tindakan korupsi. Pertama adalah sistem
politik, yang ditandai dengan munculnya peraturan perundang-undangan,
seperti perda, dan peraturan lain ; kedua, adalah intensitas moral seseorang
atau kelompok; ketiga adalah remunerasi atau pendapatan (penghasilan)
yang minim; keempat adalah pengawasan baik bersifat internal-eksternal;
dan kelima adalah budaya taat aturan.
Dari beberapa hal yang disampaikan, yang paling penting adalah budaya
sadar akan aturan hukum. Dengan sadar hukum, makaa maasyarakaan akan
mengerti konskuensi dari apa yang di lakukan. Sementara itu Rahmad Saleh
merinci ada empat faktor dominan penyebab merajalelanya korupsi di
indonesia, yaknii faktor penegak hukum, mental aparatur, kesadaran
masyarakat yang masih rendah, dan rendahnya ‘political will’(rahmad Saleh :
2006).
 Faktor Ekonomi
Faktor ekonoomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi.
Hal itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang mencukupi
kebutuhan. Pendapatan ini tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan
Maslow, sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro, korupsi seharusnya hanya

8
dilakukan oleh orang yang memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah
dan logika lurusnya hanya dilkukan oleh komunis masyarakat yang pas-
pasan yang bertahan hidup. Namun saat iini korupsi di lakukan olehorng
kaya dan berpendidikan tinggi (Sulistyantoro : 2004).
Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi
penyebab terjadinya korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang
di bareni dengan faktor kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk
memenuhi kekayaan mereka dan kroninya. Terkaiit faktor ekonomi dan
terjadinya korupsi, banyak pendapat yang menyatakan bahwa kemiskinan
merupakan akar masalahh korupsi. Pernyataan demikian tidak benar
sepenuhnya, sebab banyak korupsi yang di lakukan oleh pemimpin Asia dan
Afrika, dan mereka tidak tergolong orang miskin. Dengan demiikian buukan
disebabkan oleh kemiskinan, tetapi juustru sebaliknya, kemiskinan
disebabkan oleh korupsi (pope : 2003).
Menurut Henry Kissinger korupsi politisi membuat sepuluh persen
lainnya terlihat buruk. Dari keinginan pribadi untuk keuntungan yang tidak
adil, untuk ketidakpercayaan dalam sistem peradilan, untuk tidakkestabilan
lengkap dalam identitas bangsa, ada banyak faktor motivasi orang
kekuasaan, anggota perlemen termasuk warga biasa, untuk terlibat dalam
perilaku korupsi.
 Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi
korban korupsi atau dimana korupsi terjadi biasanya memberi adil tejadinya
korupsi karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadi korupsi
(tunggal 2000). Bilaman organisasi tersebut tidak membuka peluang
sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak
akan terjadi. Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang
dari organisasi ini meliputi: (a) kurang adanya teladan dari pimpinan, (b)
tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c) sistem akuntabilitas di
instansi pemerintah kurang memadai, (d) menajemen cendrung menutupi
korupsi di dalam organisasinya.terkait dengan itu Lyman W. Porter (1984)

9
menyebut lima fungsi penting dalam organizational goals: (1) facus
attention; (2) provide a source of legitimacy (3) affect the strecture of the
organization (4) serve as a standard (5) provide clues about the
organization.
Focus attention, dapat dijadikan oleh para anggota sebagai
semacam guideline untuk memusatkan usaha-usaha dan kegiatan-kagiatan
anggota-anggota dan organisasi sebagai kesatuan. Melalui tujuan organisasi,
para anggota dapat memilih arah yang jelas tentang segala kegiatan tentang
apa yang tidak, serta apa yang harus dikerjakan dalam kerangka organisasi.
Tindak tanduk atas kegiatan organisasi, oleh karenanya senantiasa
berorientasi kepada tujuan organisasi, baik di sadari maupun tidak.
Dalam fungsinya sebagai dasr legitimasi atau pembenaran tujuan
organisasi dapat dijadikan oleh para anggota sebagai dasar keabsahan dan
kebenaran tindakan-tindakan dan keputusan-keputusannya. Tujuan
organisasi juga berfungsi menyediakan pedoman-pedoman (praktis) bagi
para anggotanya. Dalam fungsinya demiikian tujuan organisasi
menghubungkan para anggotanya dengan berbagai tata cara daam
kelompok. Ia berfungsi untuk membantu para anggotanya menentukan cara
terbaik dalam melaksanakan tugas dan melakukan suatu tindakan.

C. Faktor Internal Dan Eksternal Penyebab Korupsi


Dari beberapa uraian di atas, tindak korupsi pada dasarnya bukanlah
peristiwa yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang
bersifat kompleks. Faktor-faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku
korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi
seseorang untuk melakukan korupsi. Dengan demikian secara garis besar
penyebab korupsi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.

10
 Faktor Internal, Merupakan Faktor Pendorong Korupsi Dalam Diri,
Yang Dapat Dirinci Menjadi:

1. Aspek Perilaku Individu


 Sifat tamak/ rakuus manusia.
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan kerena mereka membutuhkan
makan. Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah
berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya
diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam
diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan karas tanpa
kompromi, wajib hukumannya.
 Moral yang kurang kuat.
Seorang yang moralnya tidak kuat cendrung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bbisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahanya, atau pihak yang lain yang memberikan kesempatan untuk itu.
 Gaya hidup yang konsumtif.
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseorang
konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak di imbangi dengan pendapatan
yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai
tindakan untuk memenuuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu
adalah dengan melakukan korupsi.

2. Aspek Sosial
Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum
behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat
memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik
seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam hal ini
malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang
ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah perbuatan yang busuk, tidak jujur, dan amoral. Korupsi adalah
suatu perilaku yang dengan sengaja memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu kelompok dengan cara yang menyimpang dan illegal, dimana perilaku
tersebut merugikan negara atau pemerintah atau rakyat atau sebuah instansi.
Korupsi dipandang haram dalam agama Islam, dan korupsi juga merupakan hal
yang melanggar hukum, dimana para pelaku korupsi harus dikenakan hukuman
pidana sesuai peraturan dalam Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999. Terdapat 6
(enam) bentuk korupsi, yaitu: memperkaya diri sendiri/orang lain/korporasi,
menyalahgunakan kewenangan jabatan, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan
curang, dan gratifikasi.
Penyebab utama korupsi adalah perilaku inidividu itu sendiri. Apabila individu
tersebut memiliki cara pandang yang menyimpang dalam melihat kekayaan, maka
hal itu dapat mendorong individu untuk melakukan korupsi. Individu yang
termasuk dalam golongan tersebut adalah mereka yang bersifat tamak, kurang
iman, dan konsumtif. Kemudian perilaku individu tersebut didukung dengan
adanya kesempatan. Kesempatan itu dapat berasal dari beberapa aspek, seperti
aspek lingkungan, politik, hukum, ekonomi, dll.
- Perlunya penanganan korupsi agar tidak menimbulkan efek yang merugikan
masyarakat.
- Bagaimana mulai membangun dan membentuk generasi yang bebas korupsi
dimasa yang akan datang.
- Bagaimana kita akan membentuk pribadi – pribadi yang jujur, bersih, dan
punya integritas anti korupsi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pendidikan Anti Korupsi, Tim Penulis, Pendidikan Anti Korupsi untuk
Perguruan Tinggi,(Jakarta : Kemdikbud, 2011) Cetakan 1
Zikri, Manshur, Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Korupsi
(Depok:FISIP UI, 2011)

13

Anda mungkin juga menyukai