Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
LAPORAN KASUS ............................................................................. 2
I. Identitas Pasien .......................................................................... 2
II. Anamnesis Pasien ..................................................................... 2
III. Pemeriksaan Fisik ................................................................... 4
IV. Follow Up ............................................................................... 8
V. Hasil Laboratorium .................................................................. 13
VI. Hasil Foto Rontgen ................................................................. 14
VII. Diagnosis Kerja ..................................................................... 14
VIII. Prognosis .............................................................................. 14
RESUME ............................................................................................ 15
ANALISA KASUS ............................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 22

i
PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah merupakan nyeri, ketegangan otot, atau kekauan yang
terlokalisisr diantara batas iga bagian bawah dan lipatan gluteus inferior, dengan
atau tanpa penjalaran ke paha dan/atau tungkai. Nyeri punggung bawah
disebabkan oleh trauma, infeksi atau inflamasi, tumor, degenerative, atau organ
abdomen psikologis. Berdasarkan studi The Global Burden of Disease tahun
2010, nyeri punggng bawah merupakan penyumbang terbesar kecacatan global,
yang diukur melalui years lived with disability. Data Kelompok Studi Nyeri
PERDOSSI menyatakan sebesar 18,37% dari keseluruhan pasien nyeri adalah
nyeri punggung bawah.1 Faktor risiko nyeri punggung bawah adalah usia, jenis
kelamin, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, kurang aktivitas, dan posisi
tubuh.2 Salah satu etiologi nyeri punggung bawah adalah fraktur.
Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang baik yang bersifat total
maupun sebagian. Tulang belakang merupakan suatu kesatuan yang kuat diikat
oleh ligament di depan dan di belakang serta dilengkapi diskus intervertebralis
yang mempunyai daya absorbs tinggi terhadap tekanan atau trauma yang bersifat
fleksibel dan elastis. Trauma tulang dapat mengenai jaringan lunak berupa
ligamen, diskus dan facet, tulang belakang, dan medula spinalis.3 Insiden fraktur
secara keseluruhan adalah 11,3 dalam 1.000 per tahun, pada laki-laki adalah,
11,67 dalam 1.000 per tahun, sedangkan pada peremumpuan 10,65 dalam 1.000
per tahun.4

1
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun
Tempat,Tanggal lahir : Bogor, 23 November 1951
Alamat : Tebet Barat RT/RW 14/01 Kelurahan Tebet Barat,
Jakarta Selatan 12610
No. Rekam medis : 010.18.066
Jenis pelanggan : BPJS
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

II. ANAMNESIS PASIEN


Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 28 Agustus
2018 di ruang Aster Barat RSUD Budhi Asih.

a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang belakang sejak 3 hari sebelum masuk IGD RSUD
Budhi Asih Jakarta.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Os datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada 25 Agustus 2018 pukul
01.10 WIB dengan keluhan nyeri pinggang belakang sejak 22 Agustus
2018 saat bangun tidur pagi hari kurang lebih pukul 07.00 WIB. Nyeri
pinggang dirasakan menjalar hingga ke pinggang kanan dan kiri. Nyeri

2
pinggang memberat ketika os beraktivitas dan berkurang ketika os tiduran
di tempat tidur dengan posisi tidur miring ke kanan atau ke kiri. Nyeri
dirasakan hingga os tidak dapat duduk tegak dan berjalan. Os merasa
kedua telapak tangan baal terasa tebal sejak 2 bulan sebelum masuk IGD
RSUD Budhi Asih Jakarta. Perasaan baal dideskripsikan sebagai telapak
kaki terasa tebal dan kurang merasa ketika menggunakan alas kaki.
Keluhan lemah tubuh, demam, pingsan, batuk-batuk lama dan penurunan
berat badan disangkal oleh pasien. Os memiliki riwayat hipertensi dan
sedang mengonsumsi obat Amlodipin 1 x 10 mg, tidak bolos minum obat.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Os pertama kali berobat ke RS Tebet pada tanggal 24 Agustus
2018 pukul 22.40 WIB dan dirujuk pada hari yang sama ke RSUD Budhi
Asih Jakarta. Os diberikan obat anti nyeri berupa ketorolac injeksi dan
obat untuk hipertensi berupa amlodipin 1 x 10 mg per oral. Os memiliki
riwayat stroke tahun 2011 dan saat itu hanya berobat jalan. Os pernah
jatuh di kamar mandi dengan posisi terduduk pada 10 tahun yang lalu dan
tidak dibawa ke dokter maupun di rawat inap, karena os tidak merasakan
adanya keluhan setelah jatuh dari kamar mandi. Os memiliki riwayat
hipertensi. Os tidak memiliki riwayat diabetes, batuk batuk lama, dan
riwayat operasi.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami serupa.

e. Riwayat Kebiasaan
Os tidak bekerja karena sudah pensiun. Os aktif dalam mengikuti
kegiatan senam lansia dan arisan lansia di sekitar rumahnya. Senam lansia
diadakan 1 minggu sekali dan os sering mengikuti kegiatan tersebut.
Acara arisan lansia diadakan 2 minggu sekali dengan posisi peserta duduk
di lantai dari pukul 08.00 – 12.00 WIB. Riwayat merokok dan minum
alkohol disangkal oleh pasien.

3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 28 Agustus 2018
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 140/80 mmHg
- Suhu : 36,1O C
- Nadi : 78 x/menit
- Nafas : 20 x/menit
Berat badan : 66 kg
Tinggi badan : 153 cm
IMT : 28 (Obesitas I)

Status Generalis
Kulit : Ikterik (-), sianotik (-), jejas (-)

Kepala : Normosefali, jejas (-)

Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-)

Pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm

Refleks cahaya langung (+/+)

Refleks cahaya tidak langsung (+/+)

Mulut : Tidak terdapat kelainan

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening sevikal (-)

pembesaran tiroid (-)

Jantung

Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis dan jejas

Palpasi : Tidak teraba iktus

Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan

4
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)

Paru

Inspeksi : Betuk dada simetris saat statis dan dinamis

Palpasi : Vokal fremitus simetris pada kedua lapang paru

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapang paru, rhonki (-/-)

Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi : Bising usus (+) 3x/menit

Perkusi : Timpani di seluruh regio

Auskultasi : Supel, tidak didapatkan nyeri tekan

Ekstremitas

Atas : Akral hangat (+/+) oedem (-/-) deformitas (-/-)

Bawah : Akral hangat (+/+) oedem (-/-) deformitas (-/-)

Genitalia : Tidak dinilai

5
Status Neurologi

Glasglowcoma Scale : E4 V6 M5

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda rangsang meningeal

Kaku kuduk : (-)

Brudzinki I : (-)

Laseque : >70o / >70o

Kernig : >135o / >135o

Nervus kranialis

Nervus Hasil Pemeriksaan


Pemeriksaan
Kranialis Kanan Kiri
NI Tes menghidu Tidak dilakukan
Ukuran pupil Bulat, d : 3mm Bulat, d : 3mm
Tajam penglihatan
N II Lapang pandang
Tidak dilakukan
Buta warna
Funduskopi
Kedudukan bola  Kedua bola mata terletak di tengah
mata  Gerak bola mata 
Gerak bola mata Normal ke segala arah
N III, N
IV, N VI  Diplopia (-)
Diplopia
 Lagoftalmus (-)
Refleks cahaya RCL (+) RCL (+)
RCTL (+) RCTL (+)
NV Motorik Perabaan baik, motorik baik

6
Sensorik
Motorik
oksipitofrontal
Motorik
N VII Dalam batas normal
orbikularis oculi
Motorik
orbikularis oris
Tes pendengaran
N VIII Tidak dilakukan
Tes keseimbangan
Pengecapan lidah
N IX, N ⅓ posterior
Tidak dilakukan
X Refleks menelan
Refleks muntah
Mengangkat bahu
N XI Dalam batas normal
Menoleh
Pergerakan lidah
N XII Dalam batas normal
Disartria

Pemeriksaan Motorik

Pemeriksaan Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah

Atrofi - - - -
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Gerakan - - - -
involunter
Kekuatan 5555 5555 5555 5555
otot

7
Pemeriksaan refleks

Refleks Bisep/trisep Patella/Achilles


fisiologis + + + +
Babinski - -
Chaddock - -
Refleks
Gordon - -
patologis
Oppenheim - -
Schaefer - -
Klonus - -

Pemeriksaan sensorik : Tidak dikerjakan

Fungsi Otonom : tidak ada kelainan

Tes Keseimbangan dan Koordinasi : Tidak dikerjakan

IV. FOLLOW UP
Hari, SOA: Subjektif, Objektif, Analisis P : Planning &
tanggal instruksi
IGD RS Tebet (22.40 WIB)
Jumat, 24 S : Nyeri pinggang belakang sejak 2 Pukul 15.50 WIB
Agustus hari sebelum masuk IGD RS Tebet,
- Inj. Ketorolac 1 x
2018 nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri
1 amp IV
dirasakan sampai os tidak dapat duduk
- PO Amlodipin 1x
dan berjalan sejak 1 hari sebelum masuk
10 mg
IGD RS Tebet. Telapak kaki kanan dan
kiri terasa baal. Tidak ada keluhan BAB
dan BAK. Riwayat jatuh terduduk di
kamar mandi 10 tahun yang lalu (+).
O: Kesadaran kesan compos mentis
TD: 170/90 mmHg

8
HR: 97 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 36,7oC

Status generalis
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-).
BJ 1,2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : supel. BU (+), nyeri tekan
abdomen (-)
Ekstremitas : Tidak ada oedem dan
keempat ekstremitas akral hangat.

Status neurologis
GCS E4 M6 V5
Motorik : 5555/5555
Sensorik : dalam batas normal

Hasil laboratorium (22.40 WIB)


Hb 10,4 g/dL (N: 11-17 g/dL)
Eri 4,07 juta/uL
Ht 33% (N: 33 – 35%)
MCV 81 fl (N: 81 - 92%)
MCH 26 pg (N: 27 – 31 pg)
MCHC 32
Leu 16.140/uL (N: 4-12 rb/uL)
Trom 333.000/uL
LED 79 mm/jam (N: 0-15
mm/jam)

A: Fraktur vertebrae lumbal III ec susp.


Fraktur patologis, hipertensi grade II.
9
IGD RSUD Budhi Asih (01.10 WIB)
Sabtu, 25 S: Nyeri pinggang belakang sejak 3 hari P:
Agustus sebelum masuk IGD RSUD Budhi Asih,
- IVFD Nacl 0,9% +
2018 nyeri tidak kunjung menghilang, nyeri
ketorolac 3 amp
dirasakan hingga os tidak dapat duduk
- Inj. Omeprazole 1
dan berjalan.
x 1 amp
Racikan PO 2X1
O: KU TSS
- Na diklofenat 25
TD 175/79 mmHg
mg
HR: 78 x/menit
- Gabapentin 100
RR: 20 x/menit
mg
S: 36,8 oC
- Tizolon ¾ tab
SpO2 : 99%
- Paraceteamol 200
Skala nyeri : 5
mg

Status generalis
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax BJ 1,2 reg, murmur (-), gallop (-
), SNV (+/+). Wh (-/-), Rh (-/-)

Status neurologi
GCS E4 V5 M6
Pupil bulat iskokor, diameter 3mm-
3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
Sensorik : hipoestesi pedis dextra
sinistra
Tes laseq (-/-)
Tes kernig (-/-)
Motorik
5555 / 5555
5555 / 5555
10
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Nervus cranialis : kesan baik.

A: Low back pain dengan mobilisasi,


hipertensi grade II

Ruang Aster Barat lt 9 RSUD Budhi Asih (07.07 WIB)


Sabtu, 25 S: os mengatakan punggung bagian
Agustus bawah masih nyeri
2018

Minggu, 26 S: os masih mengalami nyeri punggung


Agustus bawah
2018

Senin, 27 S: os mengatakan nyeri punggung sudah


Agustus berkurang
2018

Selasa, 28 S: os masih mengatakan ada sakit P:


Agustus pinggang walau tidak sesakit kemarin,
- IVFD Nacl 0,9% +
2018 os mengeluh sulit utuk BAK, dan masih
ketorolac 3 amp
terdapat baal pada telapak kaki kanan
- Inj. Omeprazole 1
dan kiri
x 1 amp
Racikan PO 2X1
O:
- Na diklofenat 25
KU TSS
mg
TD: 140/80 mmHg
- Gabapentin 100
HR: 78 x/menit
mg
RR: 20 x/menit
- Tizolon ¾ tab
S : 36,1 C
11
- Paraceteamol 200
Status generalis mg
Mata : CA (-/-), SI (-/-)  Rencana rawat
Thorax : SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-), jalan

BJ 1,2 reg, murmur (-), gallop (-)


Abdomen : supel, BU (+)
Ekstremitas: akral semua ekstermitas
hangat, CRT<2 s

Status neurologis
GCS E4 V5 M6
Pupil bulat iskokor, diameter 3mm-
3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
Motorik
5555 / 5555
5555 / 5555
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Nervus cranialis : kesan baik.

A: fraktur kompresi vertebrae lumbal


III, susp. HNP, Hipertensi

12
V. HASIL LABORATORIUM
25 Agustus 2018 (2:56 WIB) 26 Agustus 2018 (10:20 WIB)
Jenis pemeriksaan Nilai normal Jenis pemeriksaan Nilai normal
Leukosit : 14.7 3.6 – 11 rb/ Kolesterol total : < 200 mg/dL
rb/uL  uL 194 mg/dL
Eritrosit : 4.0 3.8 – 5.2 jt/ Trigliserida : 146 < 150 mg/dL
juta/uL uL mg/dL
Hemoglobin : 10 11.7 – 15.5 HDL direk : 55 >= 40 mg/dL
g/dL  g/dL mg/dL 
Hematokrit : 31% 35 – 47 % LDL direk : 109 < 100 mg/dL
 mg/dL 
Trombosit : 324 150 – 440 ribu Asam urat : 7.6 < 5.7 mg/dL
rb/uL / uL mg/dl 
MCV : 77.9 fL  80 – 100 fL
MCH : 24.8 pg  26 - 34 pg
MCHC: 31.8 g/dL 32 – 36 g/dL

RDW : 17.7 %  < 14 %
GDS: 100 mg/dL < 110 mg/dL
Ureum : 27 mg/dL 17 - 49 mg/dL
Kreatinin : 1.43 < 1.1
mg/dL 
Natrium : 143 135 – 155
mmol/L mmol/L
Kalium : 4.9 3.6 – 5.5
mmol/L mmol/L
Klorida : 107 98 – 109
mmol/L mmol/L

13
VI. HASIL FOTO RONTGEN

Deskripsi : terdapat fraktur kompresi vertebrae lumbal III

VII. DIAGNOSIS KERJA


Diagnosis klinis : nyeri punggung bawah e.c. fraktur kompresi
vertebra lumbal III, suspect HNP, hipertensi
Diangosis topis : vertebra lumbal III
Diagnosis etiologis : trauma
Diagnosis patologis : inflamasi

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam

14
RESUME

Pasien wanita dengan usia 67 tahun datang ke IGD RSUD Budhi Asih
dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Os datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada tanggal 25 Agustus 2018 pukul 01.10
WIB dan mengalami nyeri punggung bawah sejak tanggal 22 Agustus 2018
kurang lebih pukul 07.00 WIB. Keluhan nyeri punggung bawah dirasakan ketika
os bangun tidur pagi hari. Sifat nyeri dirasakan tajam dan mejalar hingga ke
pinggang kanan dan kiri. Nyeri punggung dirasakan bertambah berat ketika os
beraktivitas terutama saat senam lansia dan nyeri punggung dirasakan berkurang
ketika os tiduran di tempat tidur. Nyeri punggung dirasakan semakin hari semakin
sakit hingga os tidak dapat duduk tegak dan berjalan. Os mengeluh adanya rasa
baal pada kedua telapak kaki sejak 2 bulan sebelum masuk IGD RSUD Budhi
Asih. Perasaan baal dideskripsikan sebagai telapak kaki terasa tebal dan kurang
merasa ketika menggunakan alas kaki. Os sudah tidak bekerja dan kegiatan
sehari-harinya os aktif mengikuti kegiatan senam lansia dan arisan lansia di
sekitar rumahnya. Senam lansia diadakan 1 minggu sekali dan os rajin mengikuti
kegiatan tersebut. Acara arisan lansia diadakan setiap 2 minggu sekali dengan
posisi peserta duduk di lantai selama pukul 08.00-12.00 WIB.

Keluhan lemah tubuh, demam, pingsan, batuk-batuk lama dan penurunan


berat badan disangkal oleh pasien. Os memiliki riwayat hipertensi dan sedang
mengonsumsi obat Amlodipin 1 x 10 mg, tidak bolos minum obat. Os mengaku
pernah jatuh dengan posisi terduduk pada 10 tahun yang lalu dan tidak dibawa ke
dokter maupun raawat inap karena os tidak merasakan adanya keluhan sakit yang
memberat setelah jatuh di kamar mandi. Os tidak memiliki riwayat diabetes
batuk-batuk lama, dan riwayat operasi. Sebelum dibawa ke IGD RSUD Budhi
Asih, os datang ke IGD RS Tebet pada tanggal 24 Agustus 2018 pukul 22.40 WIB
dan dirujuk pada hari yang sama ke RSUD Budhi Asih Jakarta untuk dilakukan
pemeriksaan foto rontgen. Os diberikan obat anti nyeri berupa ketorolac injeksi
dan obat untuk hipertensi berupa amlodipin 1 x 10 mg per oral.

15
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak
sakit sedang dengan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 78 x/menit, pernapasan 20
x/menit, dan suhu 36,1oC. Berat badan pasien adalah 66 kg dan tinggi badan
pasien adalah 153 cm, serta IMT pasien adalah 28 (Obesitas I). Pemeriksaan
status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan
GCS E4 M6 V5, pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung maupun tidak
langsung dalam batas normal, motorik kesan baik, nervus cranialis kesan baik,
refleks fisiologis dalam batas normal, dan refleks patologis tidak ada.

Diagnosis klinis Ny. S adalah nyeri punggung bawah e.c fraktur kompresi
verterbra lumbal III, suspect HNP, hipertensi. Diagnosis topis Ny. S adalah
vertebra lumbal III. Diagnosis etiologi Ny. S adalah trauma. Diagnosis patologi
adalah inflamasi. Tatalaksana medikementosa dari bagian neurologi adalah
Omeprazole 1 x 1 amp IV, Tab Na diklofenat 3 x 25 mg, Tab Gabapentin 1 x 100
mg, Tizolon ¾ tab. Os disarankan untuk melakukan pemeriksaan MRI di rumah
sakit lain. Prognosis Ny. S ad vitam adalah dubia ad bonam, ad functionam adalah
dubia ad malam, dan ad sanationam adalah dubia ad malam.

16
ANALISA KASUS

Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan


jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi
populasi di daerah pantai utara Jawa ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan
13,6% pada wanita.5 Salah satu faktor risiko nyeri punggung bawah adalah usia,
dimana kejadian nyeri punggung bawah meningkat pada usia 55 tahun. Pada
kasus ini Ny. S berusia 67 tahun dan berjenis kelamin perempuan.
Insidensi fraktur kompresi vertebra meningkat secara progresif
berdasarkan semakin bertembahnya usia, dan prevalensinya antara laki-laki
(21.5%) dan wanita (23.5%), yang diukur berdasarkan suatu studi pemeriksaan
radiologi.6 Fraktur vertebra lumbalis dapat disebabkan oleh trauma berat atau
keadaan patologis yang melemahkan tulang. Osteoporosis adalah penyebab
terbanyak terjadinya fraktur kompresi lumbal, terutama pada wanita pasca
menopause. Fraktur vertebra yang diakibatkan oleh osteoporosis dapat terjadi
tanpa trauma yang jelas.7 Pada kasus ini Ny. S, yang mengalami fraktur vertebra
berdasarkan hasil radiologi, memiliki riwayat trauma 10 tahun yang lalu dan
memiliki kebiasaan senam lansia seminggu sekali. Hal ini menunjukkan Ny. S
memiliki banyak aktivitas.
Nyeri punggung bawah berdasarkan onsetnya terbagi menjadi akut yaitu
<6 minggu, subakut yaitu 7-12 minggu, dan kronik >12 minggu, dan rekuren.
Sebagian besar penderita nyeri punggung bawah mengalami rekurensi yang
sebenarnya merupakan bentuk eksaserbasi akut pada nyeri punggung bawah
kronik. Pada Ny. S mengalami keluhan nyeri punggung bawah sejak 3 hari
sebelum masuk IGD RSUD Budhi Asih sehingga termasuk ke dalam nyeri
punggung bawah akut.
Berdasarkan etiologinya, nyeri punggung bawah dibagi menjadi spesifik
dan nonspesifik/idiopatik. Nyeri punggung bawah dibagi menjadi 9 jenis yaitu
nyeri sendi faset, nyeri sendi sakroiliaka, nyeri otot, sindom nyeri miofasial, nyeri
punggung bawah karena trauma, nyeri punggung bawah karena inflamasi, nyeri
punggung bawah yang disebabkan oleh neoplasma, nyeri punggung bawah karena
proses degeneratif, dan nyeri punggung bawah akibat sebab lain.
17
Nyeri sendi faset terjadi karena salah satu struktur yang terlibat pada
proses degenerasi sendi adalah kapsul fibrosa sendi faset yang mengandung ujung
saraf encapsulated, uncapsulated, dan bebas. Faset artrosis merupakan bentuk
patologi sendi faset yang banyak ditemuka usia 60 tahun ke atas dan dikaitkan
dengan kebiasaan mengangkut beban berat dan cedera minor berulang. Stres
mekanik timbul pada faset terutama lumbal 4-5. Gejala nyeri faset artrosis yang
muncul tidak menjalar ke bawah lutut dan diperberat dengan gerakan ekstensi,
dan membaik dengan gerakan fleksi.
Nyeri sendi sakroiliaka merupaan nyeri sendi sinovial diatrodial yang
menerima inervasi utama dari rami dorsalis 4 nervus sakralis pertama. Prevalensi
nyeri sendi sakroiliaka bervariasi antara 2-30% pada pasien nyeri punggung
bawah kronik. Nyeri otot punggung bawah terjadi pada umumnya karena salah
posisi tubuh sehingga terjadi peregangan berlebih pada ligamentum dan otot M.
Longisimus, M. Mulfiundus, dan M. Spinalis terjadi robekan. Sehingga
menyebabkan perdarahan kecil, inflamasi, dan nyeri.
Sindrom nyeri miofasial terjadi karena adanya stimulus mekanik rekuren
termasuk tekanan, cubitan, irisan, dan epregangan. Otot tersebut akan memendek
secara abnormal dan disertai peningkatan tonus akibat spasme otot. Karakteristik
dari sindrom nyeri miofasial adalah adanya trigger point berupa nodul berukuran
3-6 mm bersifat nyeri dan kaku dan dapat diidentifikasi melalui palpasi otot.
Ketika dipalpasi akan menjalar ke zona-zona tetentu.
Kondisi nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh trauma diantara lain
adalah nyeri pungungg bawah musular akut atau sprain, nyeri punggung bawah
muskular kronik, traumatic verterbral body frcatures, fan fragile vertebral body
fractures. Sprain terjadi ketika punggung terpapar trauma eksternal yang
menyebabkan kerusakan otot dan fasia. Trauma tersebut juga dapat menimbulkan
herniasi diskus intervertebralis lumbalis dan mengkompresi saraf. Nyeri
punggung bawah muskular kornik terjadi akibat penggunaan otot berulang secara
terus menerus.
Nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh infeksi/inflamasi adalah
spondilitis tuberkulosis dan ankylosing spondylitis. Spondilitis tuberkulosa adalah
infeksi tulang belakang karena mikoroorganisme patogen menghancurkan korpus

18
vertebralis atau diskus intervertebralis. Pasian memiliki riwayat tuberkulosis.
Ankylosing sponylitis merupakan penyakit rematik dengan faktr remoid negatif
yang menyebabkan tulang vertebra menyambung seperti bambu (bamboo spine),
osifikasi ligamentum supraspinosis dan interspinosis, serta fusi sendi sakroiliaka.
Nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh neoplasma adalah karena
adanya tumor ganas yang bermetastasis ke vertebra lumbal dan timbul sebagai lesi
multipel. Nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh proses degerneratif
berkaitan dengan terbentuknya spondylosis deforman, degenerasi disksu
intervertebralis, nyeri punggung bawah artikular intervertebralis, spondilolistesis
non spondilitik, ankylosing spinal hiperostosis, dan stenosis spinalis lumbalis.
Proses degeneratif berkaitan erat dengan osteoporosis, dimana pada
osteoporosis terjadi deformitas tulang belakang disertai fraktur yang
menyebabkan nyeri punggung bawah. Walaupun tidak selalu osteoporosis
menyebabkan frektur. Hernia nukleus pulposus juga dapat terjadi karena proses
degeneratif. Pada orang lanjut usia telah terjadi kehilangan proteoglikan dan
disorganisasi matriks yang memiliki dampak mekanik penting, yaitu
menimbulkan stres pada cartilage endplate atau anulus fibrosis. Proses
degeneratif tersebut akan berdampak pada struktur sekitarnya misalnya radiks.
Kompresi radiks akibat herniasi ini bukan satu-satunya penyebab
timbulnya gejala nyeri, karena 70% pasien dengan prolaps diskus yang menekan
radiks tidak mengeluhkan nyeri. Hipotesis yang mendasari timbunya nyeri adalah
kompresi yang ditimbulkan akan meningkatkan sensitisasi radiks. Nyeri
punggung bawah dapat disebabkan oleh sebab lain diantara lain nyeri alih dari
penyakit organ intraabdominal dan nyeri psikogenik. Pada Ny. S terdapat
manifestasi klinis sifat nyeri punggung bawah dirasakan menjalar hingga ke
pinggang kanan dan kiri. Nyeri pinggang memberat ketika os beraktivitas dan
berkurang ketika os tiduran di tempat tidur. Nyeri dirasakan hingga os tidak dapat
duduk tegak dan berjalan. Os memiliki indeks massa tubuh 28 yang berarti
obesitas I, serta memiliki kebiasaan senam lansia seminggu sekali. Sehingga Ny.
S mengalami nyeri punggung bawah diduga karena adanya proses degeneratif
yang menyebabkan stres pada cartilage endplate atau anulus fibrosus tulang

19
belakang. Namun untuk mengetahui apakah terdapat kompresi radiks saraf perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang MRI.
Keluhan utama nyeri punggung memilik 4 jenit nyeri yaitu nyeri lokal,
nyeri alih, nyeri radikuler, dan spasme otot sekunder. Nyeri lokal disebabkan oleh
proses patologis yang mengenai struktur peka nyeri tulang belakang antara.
Intensitas nyeri ini stabil, namun kadang terasa lebih berat dan tajam. Batas nyeri
tidak terlalu tegas, namun dirasakan di sekitar struktur peka nyeri pada tulang
belakang yang terkena tersebut. Contoh nyeri lokal adalah strain karena cedera
minor seperti mengangkat benda berat, kesalahan postur, atau ferakan punggung
yang mendadak.
Nyeri alih pada nyeri punggung bawah berupa nyeri pada vertebra yang
merujuk ke organ dalam abdomen dan pelvis, atau sebaliknya. Intensitas nyeri
alih organ dalam tidak dipengatruhi oleh pergerakkan punggung. Proses patologis
vertebra lumbal dapat menimbulkan nyeri alih pada daerah kostovertebral medial,
panggul sisi lateral, selangkangan, dan paha anterior. Hal ini terjadi karena iritasi
nervus kluneal superior yang berasal dari divisi posterior nervus spinali L1-L3.
Jika proses patologis terjadi pada bagian bawah vertebra lumbal dapat memiliki
nyeri alih ke bagian bawah bokong dan paha bagian posterior akibat iritasi nervus
spinalis L4-L5. Nyeri alih tersebut bersifat difus, terasa dalam, dan dipengaruhi
oleh pergerakan.
Nyeri radikuler berasal dari struktur radiks spinalis yang mengalami
proses tarikan, iritasi, atau kompresi. Karakteristik nyeri radikuler memiliki
intensitas yang lebih berat, penjalaran hingga ke tungkai bawah sesuai perjalanan
sarafnya, dengan batas yang lebih tegas. Penjalaran nyeri radikuler paling khas
pada iskialgia. Perbedaan nyeri radikuler dan nyeri alih adalah pada nyeri alih
tidak ditemukan penjalaran hingga distal dari lutut. Contoh nyeri radikuler adalah
herniasi diskus intervertebralis dan kanalis stenosis. Herniasi diskus
intervertebralis memiliki karakteristik nyeri yang bertambah berat saat
membungkuk, duduk, atau berubah posisi duduk ke berdiri. Nyeri terasa
berkurang saat pasien berbaring terlentang dengan lutut fleksi untuk mengurangi
lordosis lumbal. Kanalis stenosis memiliki sifat nyeri yang bertambah berat saat
duduk lama, berdiri, atau jalan. Nyeri akan membaik saat istirahat setelah aktivitas

20
tersebut. Posisi yang nyaman adalah agak membungkuk kedepan dan fleksi
panggul dan lutut.
Pada Ny. S sifat nyeri punggung bawah terasa menjalar ke pinggang
bawah bagian kanan dan kiri, serta memberat ketika os beraktivitas dan berkurang
ketika os tiduran di tempat tidur. Sehingga karakteristik nyeri yang sesuai dengan
manifestasi klinis Ny. S adalah nyeri alih punggung bawah karena proses
patologis vertebra lumbal. Nyeri yang berasal dari radiks atau saraf spinal L1-L3
akan beradiasai ke panggul dan atau paha bawah.8

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Anindhita T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi: Nyeri Punggung Bawah.


Buku 2. Tangerang: Penerbit Kedokteran Indonesia. 2017. p622.
2. Winanta SD. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah dari
Sudut Pandang Okupasi. Jakarta : Fakultas Kedokteran UKRIDA. J
Kedokt Meditek. Vol. 20. 2014; p23-4.
3. Mahartha GRA, Maliawan S, Kawiyana KS. Manajemen Fraktur pada
Trauma Muskuloskeletal. Bali : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2011. p1-2
4. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green’s
Fractures in Adults. 6th ed. USA: Maryland Composition. 2006. P80-331.
5. Winanta SD. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah dari
Sudut Pandang Okupasi. Jakarta : Fakultas Kedokteran UKRIDA. J
Kedokt Meditek. Vol. 20. 2014; p21.
6. Hanna J, Letizia M. Kyphoplasty: A Treatment for Osteoporotic Vertebral
Compression Fractures. 2007.
7. Andrew LS, Cailliet R. Lumbar Compression Fracture. 2017. Available at
https://emedicine.medscape.com/article/309615-overview (diunduh pada
10 September 2018).
8. Anindhita T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi: Nyeri Punggung Bawah.
Buku 2. Tangerang: Penerbit Kedokteran Indonesia. 2017. P626-35.

22

Anda mungkin juga menyukai