Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi tiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini dicapai
melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang hidup dalam
lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Indonesia. (Syafruddin, Hamidah. 2009)
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memilki peran dalam
penurunan AKI dan AKB, serta menyiapkan generasi penerus masa depan yang
berkualitas dengan memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan
paripurna, mulai dari persiapan kehamilan, suhan pada ibu hamil, bersalin, nifas,,
bayi baru lahir dan balita sehat serta kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana, berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan
kesehatan dan konseling, promosi persalinan noral, dengan berlandaskan
kemitraan dan pemberdayaan perempuan, serta melakukan deteksi dini,
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan dan rujukan yang aman.
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang
dilaksanakan oleh tenaga bidan yang kompeten, memegang teguh falsafah
kebidanan, dilandasi oleh etika dank kode etik bidan, standar profesi, standar
pelayanan dan standar prosedur operasional serta didukung sarana dan
prasarana yang terstandar.
Dalam memenuhi ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, dan guna memenuhi tuntutan pelayanan kebidanan di
fasilitas pelayanan kesehatan, diperlukan standar pelayanan sehingga
pelayanan kebidanan disetiap fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
keseragaman, bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan (IBI, 2016)

1
B. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Mengkaji kebijakan pelayanan kebidanan
2) Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Undang-Undang Kesehatan
b. Untuk Mengetahui Undang-Undang Pelayanan Medik
c. Untuk Mengetahui Standar Pelayanan Kebidanan
d. Untuk mengetahui standar asuhan kebidanan
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun Sistematika Penulisan makalah adalah sebagai berikut :
1. Bagian Pembuka
a. Sampul dan Halaman Judul
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi
2. Tujuan Penulisan
a. BAB I (Pendahuluan)
b. BAB II ( Tinjauan Pustaka)
c. BAB III (Pembahasan)
d. BAB IV (Penutup)
3. Bagian Akhir
Daftar Pustaka

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Definisi Kebijakan Kesehatan


Ilmu kebijakan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang
hubungan antara pemerintah dan swasta, distribusi kewenangan dan
tanggung jawab antar berbagai level pemerintah, hubungan antara
penyusunan kebijakan dan pelaksanaannya, ideologi kebijakan makna
reformasi kesehatan. Ilmu manajemen digunakan dalam ilmu kebijakan yaitu
dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan, teori dan konsep
manajemen tidak dapat diabaikan.
Bidan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan
kebidanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam
praktik asuhan kebidanan. Pengetahuan tentang perilaku etis di mulai dari
pendidikan bidan dan berlanjut pada forum atau kegiatan ilmiah baik formal
atau non formal dengan teman, sejawat, profesi lain maupun masyarakat.
Salah satu perilaku etis adalah bila bidan menampilkan perilaku pengambilan
keputusan yang etis dalam membantu memecahkan masalah klien.
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau
standar profesi. Standar profesi bidan yang terbaru diatur dalam Kepmenkes
RI No. 369/ menkes/SK/III/2007, yang berisi mengenai latar belakang praktik
kebidanan, berbagai definisi dalam pelayanan kebidanan, falsafah kebidanan,
paradigma kebidanan, ruang lingkup kebidanan, kualifikasi pendidikan bidan,
standar pendidikan berkelanjutan bagi bidan, standar pelayanan kebidanan,
standar praktik kebidanan dan kode etik bidan Indonesia.
Praktik bidan juga didasarkan pada hukum dan peraturan perundang-
undangan yang mengatur dan berkaitan dengan praktik bidan dan hukum
kesehatan ( Nurrobikha, Farellya G. 2015 )

3
2. Standar Pelayanan Kebidanan
Menurut Clinical practive Guidelines (1990) Standar adalah keadaan ideal
atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang digunakan sebagai
batas penerimaan minimal.
Menurut Rowland & Row-land (1983) standar adalah spesifikasi dari
fungsi dan tujuan yang harus dipenuhi oelh suatu sarana pelayanan agara
pemakai jasa pelayanan yang diselenggarakan.
Menurut Bretn James (1993) Standar adalah tujuan produksi yang
numeric, lazimnya ditetapkan secara sendiri namun bersifat meningkat yang
dapat dipakai sebagai pedoman untuk memisahkan yang tidak dapat diterima
atau buruk dengan yang dapat diterima atau baik. (Nurmawati. 2010)
Standar pelayanan kebidanan dapat dilihat dari ruang lingkup standar
pelayanan kebidanan yang meliputi 24 standar dan dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Standar pelayanan umum ( 2 standar)
2. Standar pelayanan antenatal ( 6 standar)
3. Standar pertolongan persalinan ( 4 standar)
4. Standar pelayanan nifas ( 3 standar)
5. Standar penanganan kegawatdarurat obstetric neonatal ( 9 standar)
(Asrinah, 2010)
3. Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, mulai dari
pengkajian, perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
Standar asuhan kebidanan bertujuan sebagai :
1. Acuan dan landasan dalam melaksanakan tindakan/kegiatan dalam
lingkup tanggung jawab bidan.
2. Mendukung terlaksananya Asuhan Kebidanan berkualitas
3. Parameter tingkat kualitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan bidan
4. Perlindungan hukum bagi Bidan dan Klien/Pasien ( IBI, 2016 )

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. UNDANG-UNDANG KESEHATAN
Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
a. Bab V ( Sumber Daya di Bidang Kesehatan)
Pasal 31 Fasilitas pelayanan kesehatan wajib:
a. memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan; dan
b. mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada
pemerintah daerah atau Menteri.
Pasal 32
(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
b. Bab VI ( Upaya Kesehatan )
Pasal 4
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh
dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan danupaya kesehatan masyarakat.
Pasal 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan.
Pasal 50
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab meningkatkan dan
mengembangkan upaya kesehatan.

5
(2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memenuhi kebutuhan kesehatan dasar masyarakat.
Pasal 51
(1) Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat.
(2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
standar pelayanan minimal kesehatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 52 (Paragraf Kesatu tentang Pemberian Pelayanan)
(1) ) Pelayanan kesehatan terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan
b. pelayanan kesehatan masyarakat.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pasal 53
(1) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit
dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
(3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
kepentingan lainnya.
Pasal 54
(1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung
jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.
Pasal 56 ( Paragraf Kedua tentang Perlindungan Pasien )
(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan
memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
Pasal 57
(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepadapenyelenggara pelayanan kesehatan.

6
Pasal 58
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Reproduksi
Pasal 71
(1) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki
dan perempuan.
(2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan;
b. Pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual; dan
c. Kesehatan sistem reproduksi.
Pasal 73
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana
pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau
masyarakat, termasuk keluarga berencana
Pasal 74
(1) Setiap pelayanan kesehatan reproduksi yang bersifat promotif, preventif,
kuratif, dan/atau rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan bantuan dilakukan
secara aman dan sehat dengan memperhatikan aspek-aspek yang khas,
khususnya reproduksi perempuan.
(2) Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan tidak bertentangan dengan nilai agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

7
(3) Ketentuan mengenai reproduksi dengan bantuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebuthidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.

8
Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 tentang Keluarga Berencana
Pasal 78
(1) Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk
pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi
penerus yang sehat dan cerdas.
(2) Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana
yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
(3) Ketentuan mengenai pelayanan keluarga berencana dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan ibu, bayi,
dan anak
Pasal 126
(1) Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi
angka kematian ibu.. (3) Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas,
alat dan obat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara
aman, bermutu, dan terjangkau
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 128
(1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan
di tempat kerja dan tempat sarana umum.
Pasal 130
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.

9
Pasal 131
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
(2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan
belas) tahun.
Pasal 132
(3) Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari
melalui imunisasi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis-jenis imunisasi dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 133
(1) Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk
diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya.
(2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban untuk
menjamin terselenggaranya perlindungan bayi dan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan menyediakan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan. ( Ferdika, Lestari, Wardi. 2012 )

B. UNDANG-UNDANG PELAYANAN MEDIK


Dalam melaksanakan asuhan kebidanan di masyarakat, bidan harus
berpegang pada aspek hukum yaitu semua aspek legalitas yang mengatur
bagaimana bidan menjalankan profesinya di masyarakat. (Niken Meilani, 2009)
Berikut beberapa petikan di Undang-Undang 36 tahun 2009 yang berkaitan
dengan kebijakan pelayanan kebidanan :

BAB VIII Kewajiban dan Hak Bagian Kesatu


Pasal 29 Kewajiban
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban:

10
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin;
f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang
muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa,
atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
h. menyelenggarakan rekam medis;
i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,
anak-anak, lanjut usia;
j. melaksanakan sistem rujukan;
k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan;
l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. melaksanakan etika Rumah Sakit;
o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional
maupun nasional;

11
q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by
laws);
s. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa
rokok.
Bagian Keempat Hak Pasien Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak:
a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya;
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;

12
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana; dan r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang
tidak sesuai dengan standar pelayanan
Pasal 37
(1) setiap tindakan yang dilakukan di rumah sakit harus mendapat persetujuan
pasien atau keluarganya.
Pasal 38
(1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran
Bagian Kelima Keselamatan Pasien Pasal 43
Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien ( Ferdika, Lestari,
Wardi. 2012 )
C. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
1. Standar Pelayanan Umum
Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat.
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan,
keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan
kahamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, keluarga berencana,
kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua,
menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.

13
Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu
registrasi semua itu hamil diwilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan
kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, smeua kunjungan
rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya
mengikutsertakan kader untuk mencatat ibu hamil dan meninjau upaya
masyarakat yang berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir.

2. Standar Pelayananan Antenatal


Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu, suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya
sejak dini dan secara teratur.

Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal


Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal dan pemantauan
ibu dan janin seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti atau kelainan, khususnya
anemia, kurang gizi, hypertensi, PMS/infeksi HIV ; Memberikan pelayan
imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat
pada kunjungan.Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil
tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
Standar 5 : Palpasi abdomen
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan
melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur
kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.

14
Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan
atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan


Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan arah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala pre eklampsi lainnya serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
Standar 8 : Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trisemester ke 3, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hal itu.

3. Standar Pertolongan Persalinan


Standar 9 : Asuhan saat persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan
kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
Standar 10 : Persalinan yang aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan
dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
Standar 11 : Pengeluaran plasenta dan peregangan tali pusat
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomy

15
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

4. Standar Pelayanan Nifas


Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menentukan kelainan, dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengankebutuhan.Bidan juga harus
mencegah atau meangani hipotermia.

Standar 14 : Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan

Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat
pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas


Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ke minggu ke 2 dan minggu ke 6 setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,
pemberian ASI, imunisasi dan KB.

5. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal


Standar 16 : Penanganan perdarahan pada kehamilan
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17 : Penanganan kegawatan pada eklampsi

16
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsi yang
mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
Standar 18 : Penanganan kegawatan pada partus lama atau macet
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama / macet serta
melakukan penangan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
Standar 19 : Persalinan dengan forcep rendah
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forcep rendah, menggunakan
forcep secara benar dan menolong persalinan secara aman bagi ibu dan
bayinya.
Standar 20 : Persalinan dengan penggunaan vakum ekstrakto
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan
keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.

Standar 21 : Penanganan retensio plasenta


Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan
pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai
kebutuhan.
Standar 22 : Penanganan perdarahan post partum primer
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (perdarahan post partum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
Standar 23 : Penanganan perdarahan post partum sekunder :
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk
menyelematkan jiwa ibu dan atau merujuknya.
Standar 24 : Penangan sepsi puerperalis
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
Standar 25 : Penanganan Asfiksia

17
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang
diperlukan dan memberi perawatan lanjutan (Jenny, Marjati, Tatarini. 2013)

D. Standar Asuhan Kebidanan


Adapun standar asuhan kebidanan tersebut adalah :

STANDAR I : Pengkajian
a. Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria pengkajian
1. data tepat, akurat dan lengkap
2. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa : Biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
STANDAR II : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan
a. Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa
dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi
dan rujukan
STANDAR III : Perencanaan
a. Pernyataan standar
Bidan merencanakan suhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan.
b. Kriteria perencanaan

18
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipsi dan asuhan secara
komprehensif.
2. Melibatkan klien / pasien dan keluarga
3. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya
serta fasilitas yang ada
STANDAR IV : Implementasi
b. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencan asuhan kebidanan secara komprehensif. Efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaknsakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan
c. Kriteria
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial –
spiritual – kultural
2. Setiap tindakan suhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privacy klien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8. Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
STANDAR V : Evaluasi
a. Pernyataan Standar

19
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk
melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien
STANDAR VI : Pencatatan asuhan kebidanan
a. Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia (rekam medis/KMS?status pasien/KIA)
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3. S adalah data subyektif, mencatat hsil anamnesa
4. O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
5. A adalah data hasil analisa, mencatata diagnosa dan masalah kebidanan
6. P adalah pentalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan, dukungan,
kolaborasi evaluasi / follow up dan rujukan (IBI, 2016)

BAB IV

20
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. kebijakan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang hubungan antara
pemerintah dan swasta, distribusi kewenangan dan tanggung jawab antar
berbagai level pemerintah, hubungan antara penyusunan kebijakan dan
pelaksanaannya, ideologi kebijakan makna reformasi kesehatan. Ilmu
manajemen digunakan dalam ilmu kebijakan yaitu dalam perencanaan dan
pelaksanaan kebijakan kesehatan, teori dan konsep manajemen tidak dapat
diabaikan
2. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan di masyarakat, bidan harus
berpegang pada aspek hukum yaitu semua aspek legalitas yang mengatur
bagaimana bidan menjalankan profesinya di masyarakat
3. Dalam memenuhi ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, dan guna memenuhi tuntutan pelayanan
kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan, diperlukan standar pelayanan
sehingga pelayanan kebidanan disetiap fasilitas pelayanan kesehatan
memiliki keseragaman, bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan
B. Saran
Penyusun menyaranakan agar kita sebagai tenaga kesehatan mengkaji
lebih dalam mengenai kebijakan dalam pelayanan kebidanan, undang-undang
kesehatan dan undang-undang pelayanan medik karena ketiganya merupakan
hal yang sangat berkaitan untuk dipahami dengan jelas dalam melakukan
pelayanan kesehatan yang profesional. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan
di masyarakat, bidan harus berpegang pada aspek baik itu aspek pada undang-
undang kesehatan,, undang-undang pelayanan medic, standar pelayanan
kebidanan, asuhan kebidanan. Semua aspek tersebut yang mengatur
bagaimana bidan menjalankan profesinya di masyarakat.

21

Anda mungkin juga menyukai