Disusun Oleh :
Kelas C
Kelompok 4
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Kambing dengan tema Feeding pada Domba. Laporan ini ditujukan untuk
mengucapkan banyak terimkasih kepada semua pihak yag telah mendukung dalam
penyusunan makalah ini hingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun atas penyusunan laporan
ini, yang bertujuan agar hal ini dapat dijadikan pelajaran untuk penyusunan
laporan berikutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
NOMOR HALAMAN
1. Tabel Penimbangan Bahan Pakan................................................20
Nomor Halaman
1. Persiapan Pakan dalam Wadah dan Penimbangan ..................................
PENDAHULUAN
bermanfaat bagi ternak serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh
ternak. Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang diberi pakan
hijauan. Hijauan memiliki jenis yang beragam yang dapat diberikan kepada ternak
domba. Domba akan memberikan respon dari setiap hijauan yang diberikan
kepadanya.
domba, oleh karena itu proses pemberian dan jenis pakan untuk domba dari setiap
tingkat preferensi dan palatabilitas domba terhadap pakan yang berbeda pula. Ada
Padjadjaran
3
II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan akan energy dan protein utuk domba di daerah beriklim sejuk
telah banyak dilaporkan, antara lain oleh Van de Wiel et al. (1976), Doney (1979),
dan Russel. Namun, informasi mengenai kebutuhan energy dan protein domba di
daerah tropika basah, seperti domba lokal Indonesia relative terbatas (Mathius,
nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur,
fase pertumbuhan, kondisi tubuh dan lingkungan tempat hidupnya serta bobot
Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat
standar gizi menurut status ternak yang dipelihara (Cahyono, 1998). Untuk
kandungan zat-zat makanan yang dikandung oleh pakan. Bahan pakan harus
zat makanan yang diperoleh kambing dari hijauan, maka dapat diberikan makanan
(Speddy, 1980).
badannya setiap hari dan konsentratnya sekitar 1,5 – 2 % dari jumlah tersebut
termasuk suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan dan
sejenisnya terutama rumput dan dari berbagai jenis spesies merupakan sumber
kombinasi dari kedua bahan itu akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi.
Namun bisa juga ransum terdiri dari hijauan, maka biaya relative lebih murah
tetapi produksi yang tinggi sulit dicapai. Sedangkan pemberian ransum yang
hanya terdiri dari konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang
tinggi, tetapi biaya ransum lebih mahal dan kemungkinan terjadinya gangguan
1. Pakan Kambing
menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap,
kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan rerumputan. Selain
pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan pakan penguat untuk
mencukupi kebutuhan gizinya. Pakan penguat dapat terdiri dari satu macam bahan
saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan dapat juga dengan
daripada rumput. (Sodiq, 2002). Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk
protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian
pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor
lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas
2. Pakan domba
Pakan domba dapat berupa pakan hijauan seperti rumput maupun pakan
buatan. Complete feed merupakan pakan yang dibuat dari limbah pertanian seperti
kulit kacang, tumpi jagung, jerami kedelai, tetes tebu, kulit kakao, kulit
kopi,ampas tebu, pucuk tebu, tongkol jagung, bungkil biji kapuk, dedak padi,
onggok kering, dan bungkil kopra. Pakan terebut diformulasikan sedemikian rupa
atau daun kacang-kacangan (Leguminosae) atau jenis lainnya (Lubis, 2007). Zea
mays merupakan salah satu biji-bijian yang sangat penting dan secara geografis
paling banyak ditanam karena jagung adalah sumber protein pada ternak (NH.
Mon.eith,E.H, 2000).
1. Hijauan
Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu hal yang sangat
penting bagi dunia peternakan. Tanpa manajemen pakan yang baik, niscaya ternak
6
kambing yang kita pelihara akan merana, karena makanan yang diberikan ke
ternak tidak dapat tersedia secara tetap. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara
yang tepat untuk mengatur agar supaya HMT yang diperlukan oleh ternak tidak
terganggu pengadaannya. Ada beberapa macam hijauan makan ternak yang layak
a. Rumput Gajah
tebal dan keras, daun panjang, dan dapat berbunga seperti es lilin. Rumput gajah
mempunyai beberapa varietas, antara lain varietas Afrika, ditandai dengan batang
dan daun yang kecil, tumbuh tegak, berbunga dan produksi lebih rendah jika
dibandingkan dengan rumput varietas hawai. Dan varietas Hawai, ditandai dengan
batang dan daun yang lebar, pertumbuhan rumpun sedikit menyebar, produksi
Panen pertama pada rumput gajah dapat di lakukan pada umur 90 hari
setelah tanam. Panen selanjutnya setiap 40 hari sekali pada musim hujan dan 60
hari sekali pada musim kemarau. Tinggi potongan dari permukaan tanah antara
10-15 cm. Produksi hijauan rumput gajah antara 100-200 ton rumput
diberi pupuk, pupuk dapat berupa pupuk kimia (urea, npk, tsp/kcl) ataupun pupuk
alami (kotoran kambing). Sehingga pertumbuhan rumput itu akan semakin bagus
dikemudian hari.
dapat mencapai kurang lebih 4 m, batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak,
dan ada bulu agak panjang pada daun helaian dekat liguna. Permukaan daun luas
7
dan tidak berbunga kecuali jika di tanam di daerah yang dingin. Rumput raja
dapat di tanam di daeah yang subur di dataran rendah sampai dataran tinggi,
dengan curah hujan tahunan lebih dari 1.000 mm. Produksi hijauan rumput raja
dua kali lipat dari produksi rumput gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput
Mutu hijauan rumput raja lebih tinggi jika dibandingkan dengan rumput gajah
berdaun halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna
merah keungu-unguan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal
batang tersusun seperti kipas. Rumput setaria sangat cocok di tanam di tanah yang
mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah hujan tahunan 750 mm atau
lebih, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, dan tahan terhadap genangan air.
lebih dua minggu, dengan pupuk urea 100 kg/hektar lahan, dan sebulan sekali di
d. Turi
Sifat khusus dari tanaman turi adalah pertumbuhannya yang begitu cepat,
tinggi tanaman bisa mencapai 10 meter, dan bunga berbentuk seperti kupu-kupu
berwarna merah muda atau putih. Turi dapat beradaptasi pada tanah asam yang
tidak subur, kadang-kadang juga tumuh subur pada tanah yang tergenang air.
e. Kaliandra
tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 m dpl, toleran terhadap tanah
yang kurang subur, dapat tumbuh cepat dan berbintil akar sehingga mampu
menahan erosi tanah dan air. Manfaat kaliandra pada makana ternak adalah
produktif dapat menekan pertumbuhan gulma. Selain itu tanaman ini dapat
digunakan sebagai tanaman penahan erosi dan penyubur tanah. Daun kaliandra
mudah dikeringkan dan dapat dibuat sebagai tepung makanan ternak kambing.
f. Rumput Benggala
sebagai pakan ternak ruminansia sebagai asupan protein kasar, lemak kasar, dan
juga kandungan lainnya. Rumput benggal ini berasal dari Zimbabwe, Afrika
Rumput ini sangat di kenal dan juga banyak di manfaatkan bagi peternak dan
juga sebagian orang ada yang budidayakan rumput ini sebagai pakan ternak.
2. Konsentrat
pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan
al., 1991). Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun dari biji-bijian dan
limbah hasil proses industri bahan pangan seperti jagung giling, tepung kedelai,
menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi. Peranan konsentrat adalah
untuk meningkatkan nilai nutrien yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal
hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso, 1996). Penambahan
9
kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain
itu dengan penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering
berpengaruh sangat nyata terhadap daya cerna bahan kering ransum pada sapi bali
fisik dan kimiawi pakan yang dicerminkan kenampakan, bau, rasa, dan tekstur
Penambahan pakan konsentrat pada ransum secara ekonomi dinilai sangat tidak
efisien karena besarnya porsi biaya konsentrat antara 70-90% dari total biaya
pakan. Makin besar biaya konsentrat maka pendapatan peternak terkuras dan
sebaliknya bila biaya pakan konsentrat dapat ditekan maka pendapatan peternak
yang diharapkan dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Namun, pemberian
pakan konsentrat dalam jumlah yang besar mungkin kurang baik karena dapat
konsentrat akan menekan kerja buffer dalam rumen karena mastikasi berkurang
akibatnya produksi saliva menurun dan meningkatkan produksi volatile fatty acid
10
dan aktivitas mikroba dalam rumen, yang berperan dalam proses pencernaan
ternak menurun. Derajat keasaman (pH) rumen yang normal berkisar antara 6,0-
pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan
al., 1991). Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun dari biji-bijian dan
limbah hasil proses industri bahan pangan seperti jagung giling, tepung kedelai,
menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi. Peranan konsentrat adalah
untuk meningkatkan nilai nutrien yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal
hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso, 1996). Penambahan
kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain
itu dengan penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering
berpengaruh sangat nyata terhadap daya cerna bahan kering ransum pada sapi bali
fisik dan kimiawi pakan yang dicerminkan kenampakan, bau, rasa, dan tekstur
Penambahan pakan konsentrat pada ransum secara ekonomi dinilai sangat tidak
efisien karena besarnya porsi biaya konsentrat antara 70-90% dari total biaya
pakan. Makin besar biaya konsentrat maka pendapatan peternak terkuras dan
sebaliknya bila biaya pakan konsentrat dapat ditekan maka pendapatan peternak
dapat ditingkatkan
dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Namun, pemberian pakan konsentrat
dalam jumlah yang besar mungkin kurang baik karena dapat menyebabkan pH
dalam rumen menurun. Hal ini disebabkan karena pemberian konsentrat akan
produksi saliva menurun dan meningkatkan produksi volatile fatty acid /VFA
aktivitas mikroba dalam rumen, yang berperan dalam proses pencernaan pakan
menurun. Derajat keasaman (pH) rumen yang normal berkisar antara 6,0-7,0.
(Putra dan Puger, 1995). Konsentrat dibedakan dua kelompok, yaitu konsentrat
yang mengandung energi tinggi, protein rendah dengan protein kasar kurang dari
konsentrat yang mengandung protein tinggi dengan protein kasar lebih dari 2
Hewan darat
Tanaman
protein produk menjadi lebih tinggi dibandingkan bahan baku aslinya (Amoo et
menggunakan larutan alkohol atau larutan asam. Pelarut alkohol yaitu aseton
merupakan pelarut organik yang bersifat polar yang memiliki kemampuan untuk
memisahkan fraksi gula larut air dan lemak tanpa melarutkan proteinnya. (Amoo
et al. 2006).
memenuhi syarat tertentu (serat kasar < 18%, dinding sel <35% dan protein <
konsumsi energi atau untuk menaikkan densitas energi di dalam ransum. Energi
yang mudah larut ataupun minyak dan lemak Bahan pakan yang tinggi kandungan
energinya (DE, ME atau NE) pada umumnya mengandung protein rendah sampai
sedang, walaupun ada beberapa macam yang mengandung protein tinggi. Ternak
lebih mudah mendapat energi dari konsentrat energi daripada yang berasal forase
walaupun energi bruto atau gross energy (GE) hampir sama. Bahan Konsentrat
Energi meliputi:
sampingnya.
perah yang banyak digunakan oleh peternak sebagai sumber energi dan protein.
Selain itu menurut Arditya (2010), dalam 100% BK nilai gizi yang terdapat dalam
pollard adalah 8,81% serat kasar, 5,1% lemak kasar, 45,0% bahan ekstrak tanpa
nitrogen dan 24,1% abu. Budi Harjho, (2003) mengatakan “Bahan-bahan sumber
mineral kalsium yang sering ditambahkan kedalam pakan ternak untuk menambah
a. Tepung tulang
14
sisa-sisa daging atau limbah rumah potong. Sesuai dengan namanya maka tepung
tulang ini digunakan untuk tambahan dan juga sebagai pelengkap untuk
b. Tepung kerang
mengandung kalsium 38% atau 98% kalsium karbonat, bila menggunakan tepung
karang sebagai bahan makanan ternak sifatnya hanya sebagai pelengkap dan tidak
harus di tambahkan tujuanya adalah untuk menambah nilai mineral kalsium pada
pakan ternak.
c. Garam
Garam dapur atau NaCl ini merupakan bahan alami yang digunakan untuk
menggunakan garam sebagai tambahan makanan ternak maka tidak boleh lebih
dari 0,25%. Disamping itu masih banyak lagi sumber mineral kalsium yang kini
sudah tidak digunakan lagi karena sudah ada buatan pabrik seperti kapur makan,
Bahan pakan nabati adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Bahan pakan nabati ini umumnya mempunyai serat kasar tinggi,
misalnya dedak dan daun-daunan yang suka dimakan oleh ayam buras. Disamping
itu bahan pakan nabati banyak pula yang mempunyai kandungan protein tinggi
Dan tentu saja kaya akan energi seperti jagung. Berikut penjelasan sekilas tentang
dapat digunakan untuk pengganti sebagian jagung atau dedak dalam pakan. Hasil
air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50%. padahal kulit pisang memiliki
kandungan kabohidrat yang masih baik digunakan sebagai pengganti bahan pakan
kulit pisang Ambon menurut Hanum(1989), kadar air 68,90%; pati 8,17%; serat
kasar 12,66%. Kandungan protein kasar berkisar antara 6,52%. (Hanum, 2005).
biologi. Tanaman jagung yang diambil khasiatnya adalah bagian buah ,tongkol,
kulit dan menir jagun,semua itu berguna bagi pakan ternak. Selulose merupakan
A, B komplek yang dalam hal ini kebutuhan akan riboflavin akan dipengaruhi
oleh takaran protein dalam makanan karena pemberian vitamin sangat penting
Hasil ikutan tanaman tebu merupakan pakan sumber serat atau energi yang
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia adalah pucuk tebu, daun
tebu, ampas tebu (bagase), blotong dan tetes (molases). Pucuk tebu memiliki daya
cerna dan nilai gizi yang relatif rendah, hal tersebut dapat dilihat dari kandungan
serat kasarnya yang cukup tinggi (42,30%). Akan tetapi dengan tindakan
daya cerna, kandungan gizi dan konsumsi pakan (Dwiyanto, dkk, 2001).
Preferensi adalah tingkat kesukaan ternak pada suatu pakan yang pertama
dipilih oleh ternak tersebut. Namun meskipun pakan tersebut yang utama dipilih
atau dihampiri oleh ternak tapi tidak menjadi makanan yang paling banyak untuk
dikonsumsi oleh ternak tersebut (Prakkasi, 1999). Palatabilitas merupakan faktor
yang sangat penting untuk menentukan tingkat konsumsi pakan, dimana
palatabilitas pakan ditentukan oleh rasa, bau dan warna yang merupakan pengaruh
faktor fisik dan kimia pakan (Parakkasi,1986). Palatabilitas didefinisikan sebagai
respon yang diberikan oleh ternak terhadap pakan yang diberikan dan hal ini tidak
hanya dilakukan oleh ternak ruminansia tetapi juga dilakukan oleh hewan
mamalia lainnya terutama dalam memilih pakan yang diberikan (Chruch dan
Pond, 1988). Pemberian ransum atau pakan disamping harus memenuhi zat-zat
nutrisi yang dibutuhkan dengan jumlah yang tepat, pakan tersebut harus
memenuhi syarat-syarat seperti aman untuk dikonsumsi, palatabel ekonomis dan
berkadar gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak (Afriyanti, 2002).
menentukan apakah dan sampai dimana suatau pakan menarik bagi ternak. Faktor-
faktor tersebut adalah bau, rasa, bentuk dan temperatur pakan (Lawrence, 1990).
17
Pond et al. (1995) mendefinisikan palatabilitas sebagai daya tarik suatu pakan
atau bahan pakan untuk menimbulkan selera makan dan langsung dimakan oleh
ternak. Palatabilitas biasanya diukur dengan cara memberikan dua atau lebih
pakan kepada ternak sehingga ternak dapat memilih dan memakan pakan mana
yang lebih disukai. Palatabilitas ransum merupakan faktor penting dalam sistem
cafeteria feeding. Palatabilitas dapat diuji dengan cafeteria feeding yaitu dengan
cara memberi kesempatan pada ternak untuk memilih sendiri makanan atau bahan
ransum yang ada untuk dikonsumsi lebih banyak, agar kebutuhan zat-zat makanan
tingkat palatabilitas ini dinyatakan dalam jumlah konsumsi total bahan kering per
interaksi antara rasa dan umpan balik postingestive, ditentukan oleh kondisi
meningkat ketika nutrisi makanan memadai dan akan menurun jika kekurangan
gizi. Satwa menyukai makanan tertentu dari kebiasaan, dan tidak menyukai
makanan yang baru. Faktor yang mempen garuhi tingkat kesukaan makanan yaitu
rasa atau bau, kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, serat kasar,
III
3.1 Alat
3. Timbang rumput, daun dan konsentrat tersebut (rumput 500 gram, daun
lima menit dan catat mana yang paling diinginkan domba dari pakan yang
disediakan.
19
7. Domba dibiarkan memilih pakan yang dimakan dan dicatat pakan mana
yang pertama kali dan pakan selanjutnya dimakan oleh domba dan dicatat
waktu makan domba tiap pakan yang dimakannya selama lima menit.
9. Menulis data dan menyimpulkan pakan yang prefensi dan pakan yang
IV
Kaliandra 500
Konsentrat 250
(menit)
Benggala
21
Kaliandra 490
Konsentrat 250
4.2 Pembahasan
palatabilitas dan preferensi suatu bahan pakan yang diuji terhadap ternak domba.
McDonald et al (1988) menjelaskan bahwa palatabilitas bahan pakan
mempengaruhi voluntary feed intake (pakan yang dimakan oleh ternak secara
derajat kesediaan suatu bahan pakan untuk dipilih dan dimakan tidak sama dengan
voluntary feed intake. Palatabilitas hanya melibatkan bau, rabaan, dan rasa.
pakan yang diberikan dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh ternak ruminansia
tetapi juga dilakukan oleh hewan mamalia lainnya terutama dalam memilih pakan
lingkungan secara langsung melalui suhu udara. Ada hubungan erat antara
konsumsi makanan dengan produksi panas tubuh. Suhu yang tinggi akan
pilihan pakan dihadapan ternak, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Schaible, 1980 yang menyatakan bahwa palatabilitas biasanya diukur dengan cara
22
memberikan dua atau lebih pakan kepada ternak sehingga ternak dapat memilih
dan memakan pakan mana yang lebih disukai. Palatabilitas ransum merupakan
faktor penting dalam sistem cafeteria feeding. Palatabilitas dapat diuji dengan
cafeteria feeding yaitu dengan cara memberi kesempatan pada ternak untuk
memilih sendiri makanan atau bahan ransum yang ada untuk dikonsumsi lebih
banyak, agar kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi (Patrick dan). Langkah awal
yang dilakukan untuk mennetukan hal ini adalah dengan menimbang terlebih
dahulu pakan yang digunakan untuk percobaan dengan komposisi 500 gram untuk
rumput benggala dan kaliandra, 250 gram untuk konsentrat. Pakan yang telah
dengan meletakkan terlebih dahulu pakan tersebut didepan ternak selama 5 menit,
biarkan ternak mengendus bau yang dihasilkan oleh setiap bahan pakan.
tujuan praktikum kali ini dimana palatabilitas dan preferensi adalah parameter
yang diukur, saat pertama kali domba tersebut dilepaskan domba langsung
rumput benggala dan hanya sekali dia mengahmpiri kaliandra. Setelah uji ini,
didapat hasil bahwa rumput benggala yang lebih banyak dikonsumsi oleh domba,
yaitu sebanyak 150 gr dari 500gr bahan yang disediakan. Legume kaliandra
kaliandra, dan konsentart adalah pada rumput benggala. Hal tersebut sesuai
dengan kebiasaan domba yang menurut Van Wieren (1996) domba lebih dekat ke
grazer (pemakan rumput). Domba pada saat pemberian pakan tidak berpindah
atau mencoba pakan yang lain apabila tidak diarahkan pada pakan yang lain, hal
ini sesuai dengan pernyataan Church (1988) menyatakan bahwa tingginya kadar
serat bahan pakan yang dikonsumsi menyebabkan tekanan pada dinding rumen
Domba lebih banyak memakan rumput benggala dan sedikit memakan daun
kaliandra tetapi untuk konsentrat tidak dimakan sama sekali, hal ini berhubungan
maka konsumsi bahan kering juga meningkat, namun meskipun pakan tersebut
yang utama dipilih atau dihampiri oleh ternak tapi tidak menjadi makanan yang
5.1 Kesimpulan
1. Preferensi adalah tingkat kesukaan ternak pada suatu pakan yang pertama
dipilih oleh ternak tersebut. Namun meskipun pakan tersebut yang utama
dipilih atau dihampiri oleh ternak tapi tidak menjadi makanan yang paling
terhadap pakan yang diberikan dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh
5.2 Saran
kewajiban untuk melakukan praktikum ini. Persiapan tim pelaksana akan lebih
baik jika ditingkatkan lagi, hal ini berkaitan dengan kelengkapan alat praktikum,
Church, D.C. 1988. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. 2nd Ed. O
& B Book.Oregon. USA.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI Press Jakarta
Skripsinya Widiarti, W. 2008. Uji Sifat Fisik Dan Palatabilitas Ransum Komplit
Wafer Pucuk Dan Ampas Tebu Untuk Pedet Sapi Fries Holland. Dan dari
Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik.
Jakarta: UI-Press
Van Wieren, S.E. 1996. Nutrient extraction from mixed grass-browse diets by
goats and sheep. In: Van Wieren SE. Digestive Strategies in Ruminants
and Non Ruminants. Thesis. University of Wageningen, Netherland.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Pembauan pakan dan pemberian pakan pada domba
2
Lampiran 3.