Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah
gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber
karbohidrat kedua setelah padi. Peningkatan kebutuhan jagung di Indonesia terjadi
setiap tahun. Selain sebagai sumber kebutuhan pangan, jagung juga digunakan
sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku industri. Namun hingga saat ini
produksi jagung nasional belum mampu memenuhi kebutuhan domestik yang
setiap tahun semakin meningkat.
Upaya intensifikasi lahan untuk peningkatan produksi pertanian terutama
jagung dapat dilakukan dengan penerapan pola tumpangsari. Tumpangsari
merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu
yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman.
Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang
relatif seumur, misalnya jagung dan kacang kedelai atau bisa juga pada beberapa
jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda (Warsana, 2009).
Tumpangsari jagung dapat dilakukan dengan tanaman kacang-kacangan
(leguminase) seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan famili leguminase
lainnya. Tanaman leguminase memiliki bintil akar yang bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium yang dapat memfiksasi N bebas dari udara, sehingga N dapat
diserap dan digunakan oleh akar tanaman kacangan dan rembesan N oleh tanaman
kacangan seperti kacang kedelai dapat digunakan tanaman pokok seperti jagung.
Syarat bagi tercapainya hasil produksi jagung yang tinggi adalah ketersediaan
unsur hara yang optimal yang salah satu hara tersebut adalah nitrogen. Masalah
penggunaan nitrogen, terutama di daerah tropis dengan suhu dan kelembaban
tinggi serta iklim basah seperti Indonesia, adalah efisiensinya yang rendah. Oleh
sebab itu diharapkan pada sistem tanam tumpangsari jagung dan kacang kedelai
dapat memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan dan 4 hasil tanaman
jagung sehingga penggunaan pupuk nitrogen dalam budidaya tumpangsari
menjadi efisien karena tanaman jagung mendapatkan rembesan N yang berasal
dari tanaman kacang kedelai.
Berdasarkan uraian diatas dilakukanlah praktikum untuk mengetahui pengaruh
pola tanam tumpang sari dalam sistem budidaya jagung dan kedelai dan melihat
pengaruh terhadap pemberian pupuk organik yaitu pupuk organik cair terhadap
tanaman jagung dan kedelai tanpa memberikan pupuk anorganik.
1.2 Tujuan dan kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman
jagung dan kedelai dengan sistem pola tanam tumpangsari dan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh pupuk organik yaitu pupuk organik cair yang diberikan
pada tanaman tanpa menggunakan pupuk anorganik.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai sumber pengetahuan dalam
budidaya tanaman jagung dengan menggunakan pola tanam tumpangsari dan
sebagai bahan referensi atau pengetahuan yang dapat membantu proses
perkuliahan dikelas tentang materi cara budidaya tanaman jagung yang dapat
ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai tanpa menggunakan pupuk anorganik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung dapat tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase
baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah
kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada dataran
rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas
1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman
jagung rata-rata 23ºC-27ºC (Iriany, 2008).
Pada dasarnya tanaman jagung memerlukan penyinaran yang tinggi.
Semakin tinggi intensitas penyinaran, maka proses fotosintesis akan semakin
meningkat, sehingga akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi.
Tanaman jagung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan
tekstur berpasir hingga tanah liat, akan tetapi jagung akan tumbuh baik pada tanah
yang gembur dan kaya akan humus dengan tingkat derajat keasaman (pH) tanah
antara 5,5 - 7,5, dengan kedalaman air tanah 50 - 200 cm dari permukaan tanah
dan kedalaman permukaan perakaran (kedalaman efektif tanah) mencapai 20 - 60
cm dari permukaan tanah. Berdasarkan deskripsi, jagung manis varietas Bonanza
tinggi tanamannya mencapai 220 - 250 cm, diameter batang mencapai 2 - 3 cm,
ukuran daun dengan panjang 85 - 95 cm dan lebar 85 - 10 cm. Warna daun
varietas Bonanza ini berwarna hijau tua (Barnito, 2009).
2.2.2 Tanaman Kedelai
Tanah yang sesuai untuk usaha tani kedelai adalah tanah yang bertekstur liat
berpasir, liat berdebu berpasir, debu berpasir, drainase baik, mampu menahan
kelembaban tanah, dan tidak mudah tergenang air. Kandungan bahan organik
tanah (3-4%) sangat mendukung pertumbuhan tanaman kedelai karena memiliki
drainase dan aerasi yang bagus (Sumarno et al., 2009).
Panjang hari di daerah tropis umumnya berkisar antara 11--12 jam/hari,
sementara di daerah subtropis panjang hari berkisar antara 14--16 jam/hari.
Lamanya panjang hari merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya
produktivitas kedelai di wilayah tropis. Hal ini terkait dengan sifat tanaman
kedelai yang peka terhadap lama penyinaran sinar matahari. 9 Selama
pertumbuhan tanaman kebutuhan air menjadi salah satu faktor yang perlu
diperhatikan. Kebutuhan air tanaman berkisar antara 350--550 mm (Adisarwanto,
2008). Interaksi antara suhu, intensitas radiasi matahari, dan kelembaban tanah
sangat menentukan laju pertumbuhan tanaman kedelai. Suhu tinggi berasosiasi
dengan transpirasi yang tinggi. Suhu yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
kedelai berkisar antara 22--27º C (Sumarno et al., 2009).
2.3 Deskripsi dan Morfologi
Tanaman kedelai (Glycine max L. Merriel.) yang berasal dari Cina dan
kemudian dikembangkan ke berbagai Negara, adalah tanaman semusim yang
termasuk familia leguminocae. Keunggulan teknis budidaya yang sederhana telah
memungkinkan kedelai dapat dibudidayakan di daerah sub tropis dan tropis
dengan skala masif. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang
20-100 cm. berdasarkan tipe pertumbuhan batangnya, kedelai dibagi menjadi tiga
tipe, yaitu tipe determinate, indeterminate, dan semi determinate (Amiril, 2013).
Menurut Amiril (2013), morfologi tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
a. Akar
Kedelai merupakan tanaman dikotil semusim dengan percabangan sedikit,
sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah
penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan
rendah. Kacang kedelai termasuk famili Leguminosae (kacang-kacangan). Pada
akar tanaman kedelai terdapat bintil-bintil akar berupa koloni bakteri Rhizobium
japonicum. Bintil akar akan terbentuk sekitar 10—20 hari setelah tanam.
Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul di atas tanah.
Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah di bawah keping, ungu atau hijau
yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu
berbunga ungu, sedangkan yang berhipokotil hijau berbunga putih.
b. Batang
Tanaman kedelai berbatang pendek (30 cm – 100 cm) memiliki 3 – 6
percabangan dan berbentuk tanaman perdu. Pada pertanaman yang rapat
seringkali tidak terbentuk percabangan atau hanya bercabang sedikit. Batang
tanaman kedelai berkayu, biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang
dibudidayakan di musim hujan atau tanaman yang hidup di tempat yang
ternaungi. Bentuk daun kedelai ada dua macam, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk
daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi
biji. Umumnya daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat
cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun
mempunyai stomata, berjumlah antara 190 − 320/m2.
c. Bunga
Bunga kedelai berbentuk seperti kupu-kupu, terdiri atas kelopak, tajuk,
benang sari (anteredium) dan kepala putik (stigma). Warna mahkota bunga
kedelai putih atau ungu tergantung varietasnya. Bunga jantan pada kedelai terdiri
atas sembilan benang sari yang membentuk tabung benang sari. Bila bunga masih
kuncup, kedudukan kepala sari berada di bawah kepala putik, tetapi pada saat
kepala sari menjelang pecah tangkai sari memanjang sehingga kepala sari
menyentuh kepala putik yang menyebabkan terjadi pada saat bunga masih tertutup
menjelang mekar.
d. Biji
Benih kedelai memilki tipe perkecambahan epigeal yaitu pada saat
berkecambah kotiledon akan terangkat ke atas dan dari kotiledon akan keluar
calon daun. Besar biji bervariasi, tergantung dari varietasnya. Besar biji diukur
dari bobot per 100 butir biji kering. Kedelai berbiji kecil (6–10 g per 100 biji),
berbiji sedang (11–13 g per 100 biji), dan besar (lebih dari 13 g per 100 biji). Biji
kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan
endosperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam,
hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding
buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau
bulat agak pipih.
2.4 Pupuk Organik Cair
Tumpang sari suatu tanaman merupakan salah satu bentuk atau cara
pengaturan tanaman dalam satu lahan. Penanaman tumpang sari disamping dapat
meningkatkan produk total, juga meningkatkan pedapatan yang lebih besar
dibandingkan dengan penanaman monokultur. Selain itu, tumpang sari juga dapat
meningkatkan daya guna zat hara dalam tanah, dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan ruang dan cahaya, mengurangi gangguan hama, penyakit dan gulma
serta mengurangi besarnya erosi. Dalam tumpang sari (intercropping) selain
terjadi adanya persamaan kebutuhan pertumbuhannya, maka pola pertanaman
untuk tanaman bersamaan waktu masaknya dapat memberikan total produksi yang
lebih tinggi dibandingkan pola tanam sistem monokultur (Warsana, 2009).
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini dapat dilakukan pada lahan dan waktu yang
sama , dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan
kacang kedelai atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya
berbeda-beda ataupun yang termasuk famili leguminoceae (Warsana, 2009).
BAB III
METODOLOGI
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, sekop, ember,botol
kosong ukuran 1,5 L, spoit, dan meteran.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah patok, pupuk kandang,
benih jagung bonanza, benih kedelai pasar, benih kedelai Anjasmoro, benih
kedelai Argomulyo, furadan, dan POC berbahan dasar daun gamal.
3.3 Prosedur Kerja
1. Mengukur tinggi tanaman jagung dan kedelai dari permukaan tanah hingga
batas cincin terakhir/percabangan terakhir.
2. Melakukan perhitungan jumlah helai daun tanaman jagung dan kedelai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
5.1 Kesimpulan
Franman, D. E., G.O. Benson and R.B. Pearce. 2010. Corn Perspective and
culture. American Associations of Cereal Chemist. Inc. USA.
Huda, M. K. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair dan urin Sapi Aditif Tetes
Tebu (Mollase) Metode Fermentasi. Naskah Skripsi S-1. Fakultas
matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang,
Semarang.
Iryani, 2008. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Jagung Bersari Bebas dan
Hibrida. Seminar PUslitbangtan : Bogor.
Parson, A.J. & D.F. Chapman 2009.The Principles of Pasture Growth and
Utilization. In: A. Hopkins (Editor). Grass its Production and Utilization.
Ed 3 rd. Blacwelln Science Institure of Grassland and Environment
Research, North Wyke, Okehampton Devon.
Retno, Dewati. 2008. Limbah Tongkol Jagung sebagai Bahan Baku Pembuatan
Ethanol. Skripsi. UPN “ Veteran” Jatim : Surabaya. 89 hal.
Riza, 2016. Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Kedelai Hitam (glycine max
(L.) Merril) Dengan Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik. Jurnal
Agroteknologi. Vol 4. No. 4. Program Studi Agroteknologi. Fakultas
Pertanian. USU, Medan.
Sumarno, dan A.G. Manshuri, 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi
Kedelai di Indoinesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, Bogor.
Warsana, 2009. Introduksi Tanaman Tumpang Sari Jagung Dengan Kacang
Tanah. BPTP Jawa Tengah : Jawa Tengah.
1 13 16 13 25
2 35 43 39 28
3 14 17 29 18
4 24 31 36 35
5 14 20 24 20
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 2. Jumlah Daun (Helai)
1 5 6 14 7
2 9 9 9 6
3 4 3 9 4
4 6 8 9 7
5 5 6 7 6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 3. Tinggi Tanaman (cm)
1 67 72 17 93
2 103 131 89 117
3 59 83 31 80
4 83 116 103 109
5 34 72 97 86
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
1 6 6 10 7
2 7 11 9 7
3 4 5 8 4
4 6 9 10 9
5 6 7 7 6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 5. Tinggi Tanaman (cm)
1 7 6 5 9
2 9 11 10 8
3 8 8 10 4
4 4 10 9 9
5 9 10 11 9
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
2. Tanaman Jagung (10 mL/L)
e. Minggu 1
1 8 9 4 6
2 6 5 6 7
3 7 4 9 9
4 7 6 8 6
5 4 9 4 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 11. Tinggi Tanaman (cm)
1 121 87 63 61
2 57 53 71 67
3 101 47 105 121
4 97 60 87 27
5 62 55 19 93
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 12. Jumlah Daun (Helai)
1 8 9 5 7
2 6 6 5 7
3 9 6 9 9
4 7 7 7 6
5 6 9 5 7
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 13. Tinggi Tanaman (cm)
1 150 153 90 95
2 90 90 80 90
3 150 80 153 150
4 120 90 120 38
5 80 90 30 120
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 14. Jumlah Daun (Helai)
1 9 10 7 7
2 6 7 5 7
3 11 7 10 10
4 8 8 7 6
5 7 9 5 7
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 15. Tinggi Tanaman (cm)
1 12 11 5 6
2 7 8 5 5
3 11 5 11 10
4 8 8 10 5
5 7 10 4 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
3. Tanaman Jagung (15 mL/L)
e. Minggu 1
Tabel 17. Tinggi Tanaman (cm)
1 19 0 11,5 23,5
2 15 0 15 20,5
3 17 12 24 25,5
4 38 29,5 13 25
5 34,5 28 15,5 21,5
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 18. Jumlah Daun (Helai)
1 6 0 5 7
2 5 0 7 8
3 6 6 5 8
4 9 8 5 8
5 7 9 6 6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 19. Tinggi Tanaman (cm)
Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4
1 0 70,9 59,1 79
2 0 0 86,7 83,1
3 56,5 41,2 93 67,6
4 121 83,3 63 91,2
5 79 69,2 78 75
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 20. Jumlah Daun (Helai)
1 0 5 6 8
2 0 0 7 8
3 7 5 7 9
4 10 8 6 9
5 9 8 6 7
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 21. Tinggi Tanaman (cm)
1 0 153 90 125
2 0 0 120 120
3 90 65 142 142
4 158 140 90 90
5 120 115 90 90
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 22. Jumlah Daun (Helai)
1 0 9 6 9
2 0 0 6 7
3 7 5 8 9
4 11 9 7 9
5 9 8 6 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 23. Tinggi Tanaman (cm)
Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4
1 0 11 10 11
2 0 0 10 10
3 7 5 11 10
4 10 11 5 10
5 11 10 7 9
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
4. Tanaman Jagung (20 mL/L)
e. Minggu 1
Tabel 25. Tinggi Tanaman (cm)
1 24 23 7 9
2 20 26 7 20
3 0 28 8 18
4 7 9 23 17
5 0 18 9 17
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 26. Jumlah Daun (Helai)
1 7 7 4 5
2 7 7 4 8
3 0 7 3 5
4 4 4 6 7
5 0 6 3 6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 27. Tinggi Tanaman (cm)
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 28. Jumlah Daun (Helai)
1 86 88 20 31,3
2 57,1 103 27 93,7
3 79,3 0 46,1 61,8
4 56 29,7 83 73,2
5 43,9 0 25,5 69,1
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 29. Tinggi Tanaman (cm)
1 120 125 39 42
2 95 140 36 126
3 156 0 70 90
4 96 35 128 100
5 98 0 37 94
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 30. Jumlah Daun (Helai)
1 9 9 4
2 8 10 6 8
3 10 0 4 6
4 7 4 9 8
5 8 0 5 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 31. Tinggi Tanaman (cm)
1 140 148 33 43
2 110 141 40 140
3 0 160 30 100
4 130 55 140 120
5 0 130 50 120
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 32. Jumlah Daun (Helai)
1 8 8 4 5
2 8 9 5 9
3 0 10 4 8
4 10 4 8 8
5 0 8 6 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
5. Tanaman Kedelai (5 mL/L)
e. Minggu 1
Tabel 33. Tinggi Tanaman (cm)
1 32 22,5
2 45 27,3
3 34 26,5
4 23,5 37,5
5 21 26,3
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 38. Jumlah Daun (Helai)
1 58 45
2 57 59
3 66 40
4 67 62
5 52 30
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 40. Jumlah Daun (Helai)
1 34 25,7
2 25,5 21,5
3 39,5 43
4 36,5 33
5 34 28,5
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 46. Jumlah Daun (Helai)
1 40 30,5
2 67 32
3 68 0
4 64 54
5 65 63
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 48. Jumlah Daun (Helai)
1 15,7 0
2 12,5 0
3 14,3 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 54. Jumlah Daun (Helai)
1 18 0
2 21,5 0
3 21,5 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 56. Jumlah Daun (Helai)
1 17,5 27,7
2 23,2 25,2
3 24,5 24,5
4 26 26
5 24 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 62. Jumlah Daun (Helai)
Baris Kedelai 1 Kedelai 2
1 18 22
2 18 24
3 25 28
4 19 20
5 18 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 63. Tinggi Tanaman (cm)
1 28 28,5
2 23 36
3 35,5 43
4 47 41
5 45 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 64. Jumlah Daun (Helai)