Anda di halaman 1dari 40

Laporan Praktikum

Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI

Nama : Andi Faradilla


NIM : G111 16 523
Kelas : BTPH E
Kelompok : 14
Asisten : 1. Ahmad
2. Jusmawi
3. Andi Nurul Reskiyati M

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah
gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber
karbohidrat kedua setelah padi. Peningkatan kebutuhan jagung di Indonesia terjadi
setiap tahun. Selain sebagai sumber kebutuhan pangan, jagung juga digunakan
sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku industri. Namun hingga saat ini
produksi jagung nasional belum mampu memenuhi kebutuhan domestik yang
setiap tahun semakin meningkat.
Upaya intensifikasi lahan untuk peningkatan produksi pertanian terutama
jagung dapat dilakukan dengan penerapan pola tumpangsari. Tumpangsari
merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu
yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman.
Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang
relatif seumur, misalnya jagung dan kacang kedelai atau bisa juga pada beberapa
jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda (Warsana, 2009).
Tumpangsari jagung dapat dilakukan dengan tanaman kacang-kacangan
(leguminase) seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan famili leguminase
lainnya. Tanaman leguminase memiliki bintil akar yang bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium yang dapat memfiksasi N bebas dari udara, sehingga N dapat
diserap dan digunakan oleh akar tanaman kacangan dan rembesan N oleh tanaman
kacangan seperti kacang kedelai dapat digunakan tanaman pokok seperti jagung.
Syarat bagi tercapainya hasil produksi jagung yang tinggi adalah ketersediaan
unsur hara yang optimal yang salah satu hara tersebut adalah nitrogen. Masalah
penggunaan nitrogen, terutama di daerah tropis dengan suhu dan kelembaban
tinggi serta iklim basah seperti Indonesia, adalah efisiensinya yang rendah. Oleh
sebab itu diharapkan pada sistem tanam tumpangsari jagung dan kacang kedelai
dapat memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan dan 4 hasil tanaman
jagung sehingga penggunaan pupuk nitrogen dalam budidaya tumpangsari
menjadi efisien karena tanaman jagung mendapatkan rembesan N yang berasal
dari tanaman kacang kedelai.
Berdasarkan uraian diatas dilakukanlah praktikum untuk mengetahui pengaruh
pola tanam tumpang sari dalam sistem budidaya jagung dan kedelai dan melihat
pengaruh terhadap pemberian pupuk organik yaitu pupuk organik cair terhadap
tanaman jagung dan kedelai tanpa memberikan pupuk anorganik.
1.2 Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman
jagung dan kedelai dengan sistem pola tanam tumpangsari dan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh pupuk organik yaitu pupuk organik cair yang diberikan
pada tanaman tanpa menggunakan pupuk anorganik.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai sumber pengetahuan dalam
budidaya tanaman jagung dengan menggunakan pola tanam tumpangsari dan
sebagai bahan referensi atau pengetahuan yang dapat membantu proses
perkuliahan dikelas tentang materi cara budidaya tanaman jagung yang dapat
ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai tanpa menggunakan pupuk anorganik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung dan Kedelai

Tanaman jagung merupakan komoditas pangan terpenting kedua setelah padi.


Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan ternak. Jagung
mengandung senyawa karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan vitamin.
Fungsi zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat memberi energi, membentuk
jaringan, pengatur fungsi, dan reaksi biokimia di dalam tubuh. Semua bagian
tanaman jagung dapat dimanfaatkan. Batang dan daun jagung yang masih muda
sangat bermanfaat untuk pakan ternak dan pupuk hijau. Klobot (kulit jagung) dan
tongkol jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak, serta dapat digunakan
sebagai bahan bakar. Rambut jagung dapat digunakan sebagai obat kencing manis
dan obat darah tinggi (Retno, 2008)
Tanaman kedelai (Glycine max L. Merriel.) merupakan salah satu tanaman
palawija yang digolongkan ke dalam famili Leguminoceae, sub famili
Papilionoideae Tanaman kedelai berbentuk semak pendek setinggi 30-100 cm,
kedelai yang telah dibudidayakan tersebut merupakan tanaman liar yang tumbuh
merambat yang buahnya berbentuk polong dan bijinya bulat lonjong. Tanaman
kedelai ini dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang)
(Hamzah, 2014).
Kedelai merupakan salah-satu jenis kacang-kacangan yang dapat digunakan
sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral dan serat. Kacang kedelai
mengandung sumber protein nabati yang kadar proteinnya tinggi yaitu sebesar
35% bahkan pada varietas unggul dapat mencapai 40-44%. Selain itu juga
mengandung asam lemak essensial, vitamin dan mineral yang cukup. Di samping
protein, kacang kedelai mempunyai nilai hayati yang tinggi setelah diolah, karena
kandungan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino pada protein
hewani (Hamzah, 2014).
2.2 Syarat Tumbuh

2.2.1 Tanaman Jagung

Tanaman jagung dapat tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase
baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah
kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada dataran
rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas
1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman
jagung rata-rata 23ºC-27ºC (Iriany, 2008).
Pada dasarnya tanaman jagung memerlukan penyinaran yang tinggi.
Semakin tinggi intensitas penyinaran, maka proses fotosintesis akan semakin
meningkat, sehingga akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi.
Tanaman jagung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan
tekstur berpasir hingga tanah liat, akan tetapi jagung akan tumbuh baik pada tanah
yang gembur dan kaya akan humus dengan tingkat derajat keasaman (pH) tanah
antara 5,5 - 7,5, dengan kedalaman air tanah 50 - 200 cm dari permukaan tanah
dan kedalaman permukaan perakaran (kedalaman efektif tanah) mencapai 20 - 60
cm dari permukaan tanah. Berdasarkan deskripsi, jagung manis varietas Bonanza
tinggi tanamannya mencapai 220 - 250 cm, diameter batang mencapai 2 - 3 cm,
ukuran daun dengan panjang 85 - 95 cm dan lebar 85 - 10 cm. Warna daun
varietas Bonanza ini berwarna hijau tua (Barnito, 2009).
2.2.2 Tanaman Kedelai

Tanah yang sesuai untuk usaha tani kedelai adalah tanah yang bertekstur liat
berpasir, liat berdebu berpasir, debu berpasir, drainase baik, mampu menahan
kelembaban tanah, dan tidak mudah tergenang air. Kandungan bahan organik
tanah (3-4%) sangat mendukung pertumbuhan tanaman kedelai karena memiliki
drainase dan aerasi yang bagus (Sumarno et al., 2009).
Panjang hari di daerah tropis umumnya berkisar antara 11--12 jam/hari,
sementara di daerah subtropis panjang hari berkisar antara 14--16 jam/hari.
Lamanya panjang hari merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya
produktivitas kedelai di wilayah tropis. Hal ini terkait dengan sifat tanaman
kedelai yang peka terhadap lama penyinaran sinar matahari. 9 Selama
pertumbuhan tanaman kebutuhan air menjadi salah satu faktor yang perlu
diperhatikan. Kebutuhan air tanaman berkisar antara 350--550 mm (Adisarwanto,
2008). Interaksi antara suhu, intensitas radiasi matahari, dan kelembaban tanah
sangat menentukan laju pertumbuhan tanaman kedelai. Suhu tinggi berasosiasi
dengan transpirasi yang tinggi. Suhu yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
kedelai berkisar antara 22--27º C (Sumarno et al., 2009).
2.3 Deskripsi dan Morfologi

2.3.1 Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya


diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 10 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi
6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan
(seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung
tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul
akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman (Barnito, 2009)
Menurut Franham et al., (2010) morfologi tanaman jagung sebagai berikut:
a. Akar
Jagung memiliki akar serabut dan memiliki batang tegak dengan daun
tunggal di setiap buku. Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar,
yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar
seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif
adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil. Akar adventif
berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan
dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan
hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52 % akar adventif dan seminal serta 48
% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada
satu atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah
menyangga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang serta membantu
penyerapan hara dan air. Akar seminal berfungsi dalam pengambilan air pada 2-3
minggu setelah tanam. Akar adventif berkembang pada minggu berikutnya dan
mengambil alih tugas dalam penyerapan air dan hara. Akar tanaman jagung
mampu tumbuh hingga 1-2 meter Perkembangan akar jagung (kedalaman dan
penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, sifat fisik dan kimia
tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan.
b. Tanah
Tanaman jagung dapat tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase
baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah
kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada dataran
rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas
1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman
jagung rata-rata 23ºC-27ºC. 6 Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun
jagung tumbuh pada setiap buku berhadapan satu sama lain. Bunga jantan dan
betina terletak pada bagian yang terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi
penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya
ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama
penyinaran, dan suhu.
c. Batang
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh, dan pusat batang. Bundles vaskuler tertata
dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran-
lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu
mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah
epidermis menyebabkan batang tahan rebah Tanaman jagung memerlukan
beberapa minggu untuk berkembang dari benih hingga dewasa, rata-rata tingginya
mencapai 2-3.5 m.
d. Daun
Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung mulai
terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat
melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun
umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka
sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Daun tanaman jagung 7 mampu
berkembang hingga 20-21 helai daun, walaupun jagung memproduksi 20 helai
daun namun hanya 14-15 saja yang menyelesaikan stadia vegetatifnya.
e. Bunga
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina muncul dari
axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di
ujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar
ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga
30.5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung
bergantung pada panjang tongkol dan kelobot.
f. Tongkol
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, yang bergantung pada
varietasnya. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang
terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar
dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris
biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau
perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah.
2.3.2 Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai (Glycine max L. Merriel.) yang berasal dari Cina dan
kemudian dikembangkan ke berbagai Negara, adalah tanaman semusim yang
termasuk familia leguminocae. Keunggulan teknis budidaya yang sederhana telah
memungkinkan kedelai dapat dibudidayakan di daerah sub tropis dan tropis
dengan skala masif. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang
20-100 cm. berdasarkan tipe pertumbuhan batangnya, kedelai dibagi menjadi tiga
tipe, yaitu tipe determinate, indeterminate, dan semi determinate (Amiril, 2013).
Menurut Amiril (2013), morfologi tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
a. Akar
Kedelai merupakan tanaman dikotil semusim dengan percabangan sedikit,
sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah
penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan
rendah. Kacang kedelai termasuk famili Leguminosae (kacang-kacangan). Pada
akar tanaman kedelai terdapat bintil-bintil akar berupa koloni bakteri Rhizobium
japonicum. Bintil akar akan terbentuk sekitar 10—20 hari setelah tanam.
Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul di atas tanah.
Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah di bawah keping, ungu atau hijau
yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu
berbunga ungu, sedangkan yang berhipokotil hijau berbunga putih.
b. Batang
Tanaman kedelai berbatang pendek (30 cm – 100 cm) memiliki 3 – 6
percabangan dan berbentuk tanaman perdu. Pada pertanaman yang rapat
seringkali tidak terbentuk percabangan atau hanya bercabang sedikit. Batang
tanaman kedelai berkayu, biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang
dibudidayakan di musim hujan atau tanaman yang hidup di tempat yang
ternaungi. Bentuk daun kedelai ada dua macam, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk
daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi
biji. Umumnya daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat
cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun
mempunyai stomata, berjumlah antara 190 − 320/m2.
c. Bunga
Bunga kedelai berbentuk seperti kupu-kupu, terdiri atas kelopak, tajuk,
benang sari (anteredium) dan kepala putik (stigma). Warna mahkota bunga
kedelai putih atau ungu tergantung varietasnya. Bunga jantan pada kedelai terdiri
atas sembilan benang sari yang membentuk tabung benang sari. Bila bunga masih
kuncup, kedudukan kepala sari berada di bawah kepala putik, tetapi pada saat
kepala sari menjelang pecah tangkai sari memanjang sehingga kepala sari
menyentuh kepala putik yang menyebabkan terjadi pada saat bunga masih tertutup
menjelang mekar.
d. Biji
Benih kedelai memilki tipe perkecambahan epigeal yaitu pada saat
berkecambah kotiledon akan terangkat ke atas dan dari kotiledon akan keluar
calon daun. Besar biji bervariasi, tergantung dari varietasnya. Besar biji diukur
dari bobot per 100 butir biji kering. Kedelai berbiji kecil (6–10 g per 100 biji),
berbiji sedang (11–13 g per 100 biji), dan besar (lebih dari 13 g per 100 biji). Biji
kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan
endosperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam,
hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding
buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau
bulat agak pipih.
2.4 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik adalah pupuk yang berperan dalam meningkatkan aktivitas


biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman. Saat ini sebagian besar petani masih tergantung pada
pupuk anorganik karena pupuk anorganik mengandung beberapa unsur hara dalam
jumlah yang banyak. Pupuk anorganik digunakan secara terus-menerus dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi tanah yaitu dapat menyebabkan
tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi
asam yang pada akhirnya menurunkan produktivitas tanaman (Ramadhani, 2010).
Pupuk organik terdapat dalam bentuk padat dan cair. Kelebihan pupuk
organik cair adalah unsur hara yang terdapat di dalamnya lebih mudah diserap
tanaman. Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada umumnya pupuk cair
organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin.
Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat
kompos (Lingga et al., 2010).
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di
pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang
mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe,
Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat
diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun
sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan
nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman
menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,
merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga
dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga, dan bakal buah (Huda, 2013).
2.5 Tumpang Sari

Tumpang sari suatu tanaman merupakan salah satu bentuk atau cara
pengaturan tanaman dalam satu lahan. Penanaman tumpang sari disamping dapat
meningkatkan produk total, juga meningkatkan pedapatan yang lebih besar
dibandingkan dengan penanaman monokultur. Selain itu, tumpang sari juga dapat
meningkatkan daya guna zat hara dalam tanah, dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan ruang dan cahaya, mengurangi gangguan hama, penyakit dan gulma
serta mengurangi besarnya erosi. Dalam tumpang sari (intercropping) selain
terjadi adanya persamaan kebutuhan pertumbuhannya, maka pola pertanaman
untuk tanaman bersamaan waktu masaknya dapat memberikan total produksi yang
lebih tinggi dibandingkan pola tanam sistem monokultur (Warsana, 2009).
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini dapat dilakukan pada lahan dan waktu yang
sama , dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan
kacang kedelai atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya
berbeda-beda ataupun yang termasuk famili leguminoceae (Warsana, 2009).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum budidaya tanaman kedelai dan jagung ini dilakukan di Ex-Farm,


Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Jum’at, tanggal
24Maret 2018 pukul 16.00 WITA sampai selesai. Pembuatan bedengan dilakukan
pada hari Jum’at, tanggal 24 Maret 2018; pemberian pupuk kandang dilakukan
pada hari Jum’at, tanggal 16 Maret 2018; penanaman benih dilakukan pada hari
Jum’at, tanggal 23 Maret 2018; pengaplikasian POC dilakukan pada tanggal 30
Maret 2018, 6, 13, 20, 27 April dan 4 Mei 2018; serta pengukuran parameter
tanaman dilakukan pada tanggal 13, 20, 27 April dan 4 Mei 2018.
3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, sekop, ember,botol
kosong ukuran 1,5 L, spoit, dan meteran.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah patok, pupuk kandang,
benih jagung bonanza, benih kedelai pasar, benih kedelai Anjasmoro, benih
kedelai Argomulyo, furadan, dan POC berbahan dasar daun gamal.
3.3 Prosedur Kerja

Adapun metode pelaksanaan yang dilakukan untuk praktikum ini, sebagai


berikut:
3.3.1 Pengolahan Lahan

1. Membersihkan lahan dari sisa-sisa pertanaman sebelumnya maupun gulma


secara manual maupun menggunakan mesin.
2. Membuat 4 buah bedengan dengan masing-masing ukuran bedengan lebar 1
m, panjang 2 meter, ketinggian hingga 30 cm dan jarak antar bedengan ± 30
cm.
3.3.2 Penanaman dan Pemeliharaan

1. Mengukur jarak tanam menggunakan meteran dan menandainya dengan


patok.
2. Menanam benih jagung dan kedelai pada lubang yang telah dibuat sebanyak
2-3 benih perlubang.
3. Melakukan penyiraman setiap hari sesuai jadwal yang telah dibuat.
4. Melakukan penyiangan terhadap gulma yang berada di dalam bedengan.
5. Melakukan penyulaman pada tanaman yang telah mati dengan tanaman yang
seumur.
6. Melakukan penjarangan dengan hanya menyisakan satu tanaman perlubang
tanam.
3.3.3 Pemberian Pupuk Organik Cair

1. Melarutkan 5 ml/liter air POC untuk perlakuan pada bedengan 1.


2. Melarutkan 10 ml/liter air POC untuk perlakuan pada bedengan 2.
3. Melarutkan 15 ml/liter air POC untuk perlakuan pada bedengan 3.
4. Melarutkan 20 ml/liter air POC untuk perlakuan pada bedengan 4.
5. Melakukan penyiraman POC pada daerah perakaran tanaman sesuai dengan
letak tanaman pada bedengan dengan dosis 110ml per tanaman.
3.3.4 Pengamatan

1. Mengukur tinggi tanaman jagung dan kedelai dari permukaan tanah hingga
batas cincin terakhir/percabangan terakhir.
2. Melakukan perhitungan jumlah helai daun tanaman jagung dan kedelai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan hasil


sebagai berikut:
1. Bedengan Pertama (Varietas jagung Bonanza dan Varietas Kedelai Anjasmoro)

Pengamatan Tanaman Jagung (5 ml/L)


160
137.25
140
120 108.35
100 82.1
80 Tinggi Tanaman
60 (cm)
40 24.7 Jumlah Daun (Helai)
20 6.95 7.2 7.6 8.3
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
(13 April (20 April (27 April (4 Mei
2018) 2018) 2018) 2018)

Gambar 1. Tinggi (cm) dan Jumlah Daun Tanaman Jagung (Helai)

Pengamatan Tanaman Kedelai (5 ml/L)


60 53.6
50
40 35.3
29.56
30 24.94 Tinggi Tanaman
18.5 23.9
20 17.8 (cm)
11.2
10 Jumlah Daun
(Helai)
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
(13 April (20 April (27 April (4 Mei
2018) 2018) 2018) 2018)

Gambar 2. Tinggi (cm) dan Jumlah Daun Tanaman Jagung (Helai)


2. Bedengan Kedua (Varietas Jagung Bonanza dan Varietas Kedelai Agromulyo)

Pengamatan Tanaman Jagung (10 ml/L)


140 130
120 102.95
100
80 72.7
Tinggi Tanaman
60 (cm)
40 Jumlah Daun (Helai)
21.18
20 6.6 7 7.65 7.8
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
(13 April(20 April(27 April (4 Mei
2018) 2018) 2018) 2018)

Gambar 3. Tinggi (cm) dan Jumlah Daun Tanaman Jagung (Helai)

Pengamatan Tanaman Kedelai (10 ml/L)


60
48.35
50
40
32.12 33.5
30 24.5 Tinggi Tanaman
23.9 (cm)
18.41 18.3
20
12.4 Jumlah Daun (Helai)
10
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
(13 April (20 April (27 April (4 Mei
2018) 2018) 2018) 2018)

Gambar 4. Tinggi (cm) dan Jumlah Daun Tanaman Jagung (Helai)


3. Bedengan Ketiga (Varietas Jagung Bonanza dan Varietas Kedelai Pasar)

Pengamatan Tanaman Jagung (15 ml/L)


140
121.6
120
97
100
80 64.84 Tinggi Tanaman
60 (cm)
40 Jumlah Daun (Helai)
19.4
20 6.05 6.25 6.65 7.9
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
(13 April(20 April(27 April (4 Mei
2018) 2018) 2018) 2018)

Gambar 5. Tinggi (cm) dan Jumlah Daun Tanaman Jagung (Helai)

Pengamatan Tanaman Kedelai (15 ml/L)


9 7.9
8
7 6.2 6.1
6
4.7
5 4.25 Tinggi Tanaman
4 3.62 3.84
3.1 (cm)
3
2 Jumlah Daun (Helai)
1
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
(13 April (20 April (27 April (4 Mei
2018) 2018) 2018) 2018)

Gambar 5. Tinggi (cm) dan jumlah Daun Tanaman Kedelai (Helai)


4. Bedengan Keempat (Varietas Jagung Bonanza, Varietas Kedelai Anjasmoro
dan Agromulyo)

Pengamatan Tanaman Jagung (20 ml/L)


100 91.5
90 81.35
80
70
60 53.69
50 Tinggi Tanaman
40 (cm)
30 Jumlah Daun (Helai)
20 14.5
10 5 5.4 6.35 6.5
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
(13 April(20 April(27 April (4 Mei
2018) 2018) 2018) 2018)

Gambar 7. Tinggi (cm) dan Jumlah Daun Tanaman Jagung (Helai)

Pengamatan Tanaman Kedelai (20 ml/L)


35 32.7
30 27.3
25 21.86
20 18.58 19.2
15.2 15.4 Tinggi Tanaman
15 (cm)
11.7
10 Jumlah Daun (Helai)
5
0
21 HST 28 HST 35 HST 42 HST (4
(13 April (20 April (27 April Mei 2018)
2018) 2018) 2018)

Gambar 8. Tinggi (cm) dan Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Helai)


4.2 Pembahasan

Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa keempat


bedengan mengalami penambahan tinggi dan jumlah daun setiap minggunya.
Tanaman yang paling baik pertumbuhannya yang dinilai dari segi tinggi tanaman
dan jumlah daun terdapat pada bedengan pertama, yaitu tanaman jagung varietas
bonanza dan tanaman kedelai varietas anjasmoro. Rata-rata tinggi tanaman jagung
pada bedengan satu pada minggu keempat adalah 137, 25 cm dengan rata-rata
jumlah daun 8,3 helai. Sedangkan untuk tanaman kedelai pada bedengan satu
memiliki rata-rata tinggi 53,6 cm dan rata-rata jumlah daun 35,3 helai. Bedengan
ini mengalami pertumbuhan yang baik walaupun hanya mendapatkan dosis
pupuk organik cair yang tidak begitu banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Nini
(2015), bahwa pemberian pupuk organik cair pada tanaman dapat mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan dapat bermanfaat dalam
memperbaiki tanah serta mengandung mikroorganisme yang dapat mengurangi
serangan penyakit pada tanaman yang dipupuk. Karena pupuk organik cair
mengandung unsur hara berbentuk larutan yang sangat halus sehingga mudah
diserap oleh tanaman.
Bedengan dengan pertumbuhan tanaman jagung yang paling lambat terdapat
pada bedengan keempat, dimana rata-rata tinggi tanaman jagung hanya 91,5 cm
dengan rata-rata jumlah daun 6,5 helai. Tanaman ini dinilai mengalami
pertumbuhan yang lambat karena pada ketiga bedengan lain, rata-rata tinggi
tanamannya melebihi 100 cm. Hal ini diduga terjadi karena tanaman ini berada
pada bedengan paling belakang dimana tidak mendapat cahaya matahari sempurna
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Parson et al (2009) yang menyatakan bahwa cahaya matahari
mempunyai peranan penting bagi tanaman dalam proses fotosintesis dan
pembungaan. Intensitas cahaya yang diterima tanaman selama fotosintesi, karena
cahaya sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui proses
fotosintesis untuk mengahsilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta
perbanyakan daun disetiap anakannya.
Tanaman kedelai yang mengalami pertumbuhan paling lambat terdapat pada
bedengan ketiga, dimana varietas kedelai yang digunakan pada bedengan ini
adalah varietas pasar. Pada tanaman kedelai bedengan ketiga terdapat kedelai
yang tumbuh hanya beberapa saja. Hal ini dapat diketahui bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah varietas yang digunakan,
dimana varietas pasar tidak termasuk dalam varietas unggul. Hal ini sesuai dengan
pendapat Riza (2016) yang menyatakan bahwa penggunaan benih varietas unggul
bermutu merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang produktivitas. Upaya
yang dilakukan untuk menambah peningkatan hasil produksi baik kualitas dan
kuantitas produksi kedelai adalah dengan penambahan bahan organik dalam tanah
agar dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman yang dapat
lebih efektif. Pemilihan suatu varietas unggul yang sesuai kondisi lingkungan
setempat dengan penggunaan benih bermutu merupakan langkah awal menuju
keberhasilan dalam usahatani. Peningkatan produktivitas selain didukung oleh
penggunaan varietas unggul dan benih bermutu. Banyaknya dan tingginya gulma
diduga menjadi salah satu penyebab mengapa terdapat banyak tanaman yang mati.
Gulma yang berada pada daerah bedengan menyebabkan kompetisi dengan
tanaman yang dibudidayakan dalam hal unsur hara, air, dan cahaya matahari.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktek lapang budidaya tanaman pangan dan


hortikultura yaitu :
1. Teknik budidaya yang diterapkan yaitu tumpangsari antara kedelai dan
jagung yang dengan menggunakan pola tumpangsari lebih banyak diketahui
mampu memberikan hasil produksi tanaman secara keseluruhan yang lebih
tinggi dibandingkan monokutur dan penggunaan sistem pola tanam
tumpangsari juga merupakan penggunaan efisiensi lahan.
2. Penggunaan pupuk organik cair memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman jagung dengan kedelai karena dapat dibuktikan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan kedelai dapat
tumbuh dengan tidak memberikan pupuk anorganik melainkan hanya
menggunakan pupuk organik yaitu pupuk organik cair (POC).
5.2 Saran

Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum ini, asisten masing-masing


kelompok dapat mendampingi praktikannya masing-masing agar praktikan tidak
saat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakarta. 96 hlm.

Franman, D. E., G.O. Benson and R.B. Pearce. 2010. Corn Perspective and
culture. American Associations of Cereal Chemist. Inc. USA.

Hamzah, 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta :


Raja Grafindo Persada.

Huda, M. K. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair dan urin Sapi Aditif Tetes
Tebu (Mollase) Metode Fermentasi. Naskah Skripsi S-1. Fakultas
matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang,
Semarang.

Iryani, 2008. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Jagung Bersari Bebas dan
Hibrida. Seminar PUslitbangtan : Bogor.

Lingga, P. dan Marsono. 2010. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Nini, 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap


Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NP.
Fakultas Pertanian. Jurnal Online Agroteknologi. USU, Medan.

Parson, A.J. & D.F. Chapman 2009.The Principles of Pasture Growth and
Utilization. In: A. Hopkins (Editor). Grass its Production and Utilization.
Ed 3 rd. Blacwelln Science Institure of Grassland and Environment
Research, North Wyke, Okehampton Devon.

Ramadhani, D. 2010. Pengaruh Pemberian Bakteri Asam Laktat, Bakteri


Fotosintetin anoksigenik dan bakteri Pelarut Fosfat terhadap
Pertumbuhan Tanaman. Naskah Skripsi S-1. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara , Medan.

Retno, Dewati. 2008. Limbah Tongkol Jagung sebagai Bahan Baku Pembuatan
Ethanol. Skripsi. UPN “ Veteran” Jatim : Surabaya. 89 hal.

Riza, 2016. Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Kedelai Hitam (glycine max
(L.) Merril) Dengan Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik. Jurnal
Agroteknologi. Vol 4. No. 4. Program Studi Agroteknologi. Fakultas
Pertanian. USU, Medan.

Sumarno, dan A.G. Manshuri, 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi
Kedelai di Indoinesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, Bogor.
Warsana, 2009. Introduksi Tanaman Tumpang Sari Jagung Dengan Kacang
Tanah. BPTP Jawa Tengah : Jawa Tengah.

Warsana, 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah.


Sinar Tani. Jakarta.

YS.,Amiril, 2013. Tinjauan Pustaka Tanaman Kedelai. Dalam


digilib.unila.ac.id/4463/8/Bab % 2011.pdf. Diakses pada tanggal 9 Mei
2018.
LAMPIRAN FOTO

Gambar 1. Proses Pengaplikasian Gambar 2. Pertumbuhan dan


POC pada Tanaman Perkembangan Tanaman

Gambar 3. Proses Pengukuran Gambar 4. Proses Pengukuran Tinggi


Tinggi Tanaman Kedelai Tanaman Jagung

Gambar 5. Proses Pengukuran Terakhir Gambar 6. Proses Pengukuran Ter


Tinggi Tanaman Jagung akhir Tinggi Tanaman Kedelai
LAMPIRAN TABEL

1. Tanaman Jagung (5 mL/L)


a. Minggu 1
Tabel 1. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 13 16 13 25
2 35 43 39 28
3 14 17 29 18
4 24 31 36 35
5 14 20 24 20
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 2. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 5 6 14 7
2 9 9 9 6
3 4 3 9 4
4 6 8 9 7
5 5 6 7 6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 3. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 67 72 17 93
2 103 131 89 117
3 59 83 31 80
4 83 116 103 109
5 34 72 97 86
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018

Tabel 4. Jumlah Daun (Helai)


Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 6 6 10 7
2 7 11 9 7
3 4 5 8 4
4 6 9 10 9
5 6 7 7 6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 5. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 100 112 35 120


2 180 18 158 120
3 100 112 32 128
4 120 130 155 155
5 50 112 120 110
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 6. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4


1 6 7 5 8
2 10 12 8 7
3 5 7 8 4
4 6 10 12 10
5 6 7 8 6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 7. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4


1 100 120 75 160
2 157 160 165 170
3 100 115 180 44
4 170 160 160 170
5 55 155 173 156
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 8. Jumlah Daun (Helai)
Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 7 6 5 9
2 9 11 10 8
3 8 8 10 4
4 4 10 9 9
5 9 10 11 9
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
2. Tanaman Jagung (10 mL/L)

e. Minggu 1

Tabel 9. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 28 32,5 10,7 15.8


2 20 13,5 13 15
3 33,5 11,5 34,5 33
4 21 24 23,3 20
5 13 26,5 7,5 22
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 10. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 8 9 4 6
2 6 5 6 7
3 7 4 9 9
4 7 6 8 6
5 4 9 4 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 11. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 121 87 63 61
2 57 53 71 67
3 101 47 105 121
4 97 60 87 27
5 62 55 19 93
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 12. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 8 9 5 7
2 6 6 5 7
3 9 6 9 9
4 7 7 7 6
5 6 9 5 7
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 13. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 150 153 90 95
2 90 90 80 90
3 150 80 153 150
4 120 90 120 38
5 80 90 30 120
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 14. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 9 10 7 7
2 6 7 5 7
3 11 7 10 10
4 8 8 7 6
5 7 9 5 7
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 15. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 165 168 116 123


2 107 118 100 100
3 165 100 180 180
4 145 116 175 70
5 58 180 64 170
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 16. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 12 11 5 6
2 7 8 5 5
3 11 5 11 10
4 8 8 10 5
5 7 10 4 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
3. Tanaman Jagung (15 mL/L)
e. Minggu 1
Tabel 17. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 19 0 11,5 23,5
2 15 0 15 20,5
3 17 12 24 25,5
4 38 29,5 13 25
5 34,5 28 15,5 21,5
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 18. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 6 0 5 7
2 5 0 7 8
3 6 6 5 8
4 9 8 5 8
5 7 9 6 6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 19. Tinggi Tanaman (cm)
Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4
1 0 70,9 59,1 79
2 0 0 86,7 83,1
3 56,5 41,2 93 67,6
4 121 83,3 63 91,2
5 79 69,2 78 75
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 20. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 0 5 6 8
2 0 0 7 8
3 7 5 7 9
4 10 8 6 9
5 9 8 6 7
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 21. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 0 153 90 125
2 0 0 120 120
3 90 65 142 142
4 158 140 90 90
5 120 115 90 90
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 22. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 0 9 6 9
2 0 0 6 7
3 7 5 8 9
4 11 9 7 9
5 9 8 6 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 23. Tinggi Tanaman (cm)
Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 0 160 120 170


2 0 0 100 165
3 100 50 170 170
4 170 170 130 160
5 175 175 87 160
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 24. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 0 11 10 11
2 0 0 10 10
3 7 5 11 10
4 10 11 5 10
5 11 10 7 9
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
4. Tanaman Jagung (20 mL/L)
e. Minggu 1
Tabel 25. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 24 23 7 9
2 20 26 7 20
3 0 28 8 18
4 7 9 23 17
5 0 18 9 17
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 26. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 7 7 4 5
2 7 7 4 8
3 0 7 3 5
4 4 4 6 7
5 0 6 3 6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 27. Tinggi Tanaman (cm)
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 28. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 86 88 20 31,3
2 57,1 103 27 93,7
3 79,3 0 46,1 61,8
4 56 29,7 83 73,2
5 43,9 0 25,5 69,1
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 29. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 120 125 39 42
2 95 140 36 126
3 156 0 70 90
4 96 35 128 100
5 98 0 37 94
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 30. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 9 9 4
2 8 10 6 8
3 10 0 4 6
4 7 4 9 8
5 8 0 5 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 31. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 140 148 33 43
2 110 141 40 140
3 0 160 30 100
4 130 55 140 120
5 0 130 50 120
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 32. Jumlah Daun (Helai)

Baris Jagung 1 Jagung 2 Jagung 3 Jagung 4

1 8 8 4 5
2 8 9 5 9
3 0 10 4 8
4 10 4 8 8
5 0 8 6 8
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
5. Tanaman Kedelai (5 mL/L)
e. Minggu 1
Tabel 33. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 20 10
2 24 18
3 25 16
4 21 21
5 16 14
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 34. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 12 3
2 14 11
3 14 11
4 14 11
5 11 11
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 35. Tinggi Tanaman (cm)
Baris Kedelai 1 Kedelai 2
1 27 15
2 39 23,4
3 29 22
4 30 27
5 18 19
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 36. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 20 15
2 18 19
3 19 15
4 22 16
5 18 16
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 37. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2

1 32 22,5
2 45 27,3
3 34 26,5
4 23,5 37,5
5 21 26,3
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 38. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 27 21
2 26 26
3 28 20
4 27 21
5 24 19
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 39. Tinggi Tanaman (cm)
Baris Kedelai 1 Kedelai 2

1 58 45
2 57 59
3 66 40
4 67 62
5 52 30
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 40. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 45 27
2 43 29
3 41 26
4 51 25
5 36 30
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
6. Tanaman Kedelai (10 mL/L)
e. Minggu 1
Tabel 41. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 19 13,8
2 14,5 17,5
3 20,5 20,8
4 18,5 19
5 19 21,5
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 42. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 11 10
2 14 14
3 14 11
4 14 14
5 11 11
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 43. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 26 19
2 21 19
3 29,1 32,5
4 27,1 22
5 25,3 24
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 44. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 17 15
2 26 17
3 21 18
4 19 18
5 15 17
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 45. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2

1 34 25,7
2 25,5 21,5
3 39,5 43
4 36,5 33
5 34 28,5
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 46. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 21 21
2 31 20
3 30 25
4 24 24
5 21 22
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 47. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2

1 40 30,5
2 67 32
3 68 0
4 64 54
5 65 63
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 48. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 30 27
2 51 29
3 48 26
4 36 25
5 33 30
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
7. Tanaman Kedelai (15 mL/L)
e. Minggu 1
Tabel 49. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 13,5 0
2 9,5 0
3 13,2 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 50. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 13 0
2 8 0
3 10 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 51. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 14,2 0
2 10,3 0
3 13,9 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 52. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 18 0
2 16 0
3 13 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 53. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2

1 15,7 0
2 12,5 0
3 14,3 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 54. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 23 0
2 21 0
3 18 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 55. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2

1 18 0
2 21,5 0
3 21,5 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 56. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 38 0
2 15 0
3 26 0
4 0 0
5 0 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
8. Tanaman Kedelai (20 mL/L)
e. Minggu 1
Tabel 57. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 17 15
2 20 18
3 16 15
4 16 16
5 19 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 58. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 11 15
2 7 18
3 14 15
4 9 16
5 12 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
b. Minggu 2
Tabel 59. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 17,3 21,3
2 21,8 22,1
3 19,2 23
4 20,3 18,7
5 22,1 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 60. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 13 18
2 14 20
3 19 17
4 22 16
5 15 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
c. Minggu 3
Tabel 61. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2

1 17,5 27,7
2 23,2 25,2
3 24,5 24,5
4 26 26
5 24 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 62. Jumlah Daun (Helai)
Baris Kedelai 1 Kedelai 2
1 18 22
2 18 24
3 25 28
4 19 20
5 18 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
d. Minggu 4
Tabel 63. Tinggi Tanaman (cm)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2

1 28 28,5
2 23 36
3 35,5 43
4 47 41
5 45 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Tabel 64. Jumlah Daun (Helai)

Baris Kedelai 1 Kedelai 2


1 33 36
2 28 36
3 16 30
4 34 29
5 31 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018

Anda mungkin juga menyukai