Anda di halaman 1dari 3

Jakarta, 15 Desember 2017

Refleksi Diri Individu


Mata Ajar Kolaborasi dan kerjasama tim kesehatan II
Oleh Hanifa Febsayana Khoirunnisa* 1406568910
*Mahasiswa FIK UI S1 Reguler 2014, email: hanifafebsayana@yahoo.co.id

Kolaborasi dan kerjasama tim kesehatan II merupakan salah satu mata ajar yang
didapatkan mahasiswa rumpun ilmu kesehatan. Sebagai kelanjutan dari mata ajar
rumpun ilmu kesehatan pada tahun pertama perkuliahan, kolaborasi dan kerjasama tim
kesehatan II menitikberatkan pada kemampuan mahasiswa dalam berkolaborasi secara
sinergis dalam pengelolaan kesehatan, baik pada individu, keluarga, maupun
masyarakat. Mahasiswa rumpun ilmu kesehatan tersebut terdiri dari lima fakultas yaitu
Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedoteran Gigi (FKG), Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM), Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK), dan Fakultas Farmasi (FF).
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan praktik lapangan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama dan diskusi kelompok sebelum dan sesudah praktik lapangan. Tujuan
dari praktik lapangan yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah kesehatan
yang secara nyata ditemukan pada individu, keluarga dan masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan berbasis kolaborasi antarprofesi. Diskusi kelompok turut dilakukan
untuk menyamakan persepsi sebelum dan sesudah praktik lapangan, serta menarik
kesimpulan dari hasil temuan yang diperoleh sebagai acuan rencana tindak lanjut.
Sejalan dengan kegiatan praktik lapangan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(Puskesmas), saya menemui fenomena ketika melakukan kunjungan rumah. Fenomena
yang cukup terlihat yaitu setelah pemeriksaan fisik dan pendataan. Pemeriksaan fisik
dan pendataan dilakukan oleh seluruh anggota kelompok dan didampingi oleh petugas
dari puskesmas. Setelah pemeriksaan fisik dan pendataan, saya dan kelompok turut
memberikan solusi atas keluhan atau pendidikan kesehatan mengenai masalah
kesehatan yang ditemukan.
Pendidikan kesehatan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan
latar belakang dari masyarakat. Pendidikan kesehatan diberikan untuk membuka
wawasan dan meningkatkan kesadaran mengenai suatu kondisi penyakit. Meskipun
demikian, pendidikan kesehatan yang diberikan hanya dilakukan oleh beberapa
mahasiswa saja. Pendidikan kesehatan meliputi informasi mengenai keluhan,

1 Universitas Indonesia
2

pengobatan dan kesehatan lingkungan idealnya diberikan oleh semua anggota kelompok
sesuai dengan bidang profesinya. Pada praktiknya, hanya beberapa mahasiswa yang
memberikan pendidikan kesehatan tersebut. Hal ini menyebabkan terdapat tumpang
tindih dalam penyampaian informasi mengenai pengobatan dan kesehatan lingkungan
serta pembagian tugas sesuai bidang profesi yang tidak efektif.
Belajar dari fenomena yang timbul, saya kembali mengingat peran dari masing-
masing profesi kesehatan tersebut dalam latar komunitas. Dokter memiliki peran untuk
mengevaluasi dan melayani kebutuhan kesehatan komunitas melalui program kesehatan
yang dibutuhkan (Boelen, 1992). Dokter gigi memiliki peran untuk memberikan
pendidikan masyarakat untuk pencegahan masalah gigi dan mulut (Mofidi, Strauss,
Pitner & Sandler, 2003). Perawat dalam komunitas dapat berperan sebagai pemberi
asuhan langsung pada kelompok, keluarga, dan komunitas (Allender, Rector & Warner,
2014). Apoteker dapat berperan sebagai edukator dan pemberi pelayanan mengenai obat
pada masyarakat (World Health Organization, 1997). Kesehatan masyarakat berperan
dalam upaya promotif dan preventif dalam komunitas (Nutbeam, 2000). Ditinjau dari
masing-masing peran tersebut, semua profesi kesehatan memiliki peranan tersendiri
yang saling mendukung untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi kelompok,
keluarga, dan komunitas.
Fenomena tersebut dapat menjadi bahan pembelajaran saya untuk di masa yang
akan datang terkait kolaborasi dan kerjasama antarprofesi kesehatan. Kolaborasi dan
kerjasama antarprofesi kesehatan tidak hanya dilakukan dalam latar klinik (rumah sakit)
saja, namun turut mencakup komunitas. Peran masing-masing profesi kesehatan
memiliki kemungkinan untuk tumpang tindih dalam latar komunitas. Seiring waktu
dengan melatih kemampuan dan mengaplikasikan peran dari masing-masing bidang
profesi kesehatan, tumpang tindih antarprofesi dapat berkurang dan terlihat peran
tersendiri dari masing-masing bidang profesi kesehatan.
Pengalaman yang diperoleh selama proses pembelajaran kolaborasi dan kerjasama
tim kesehatan II dapat dijadikan evaluasi untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa
dalam berkolaborasi dan bekerja sama antarprofesi kesehatan. Langkah selanjutnya
yang akan saya lakukan yaitu senantiasa melatih kemampuan saya dalam berkolaborasi
dan bekerja sama dalam menjalankan masing-masing peran profesi kesehatan. Selain
itu, saya pun akan berupaya menjalin komunikasi yang efektif untuk memaksimalkan

Universitas Indonesia
3

peran dari masing-masing antarprofesi kesehatan guna memberikan layanan kesehatan


yang optimal.

Referensi
Allender, J. A., Rector, C. & Warner, K. D. (2014). Community & Public Health
Nursing: Promoting the Public’s Health, 8th edition. Philadelphia, PA:
Lippincott Williams & Wilkins.
Boelen, C. (1992). The five star doctor. changing medical education and medical
practice. WHO Bulletin, (3).
Mofidi, M., Strauss, R., Pitner, L. L., & Sandler, E. S. (2003). Dental students'
reflections on their community-based experiences: the use of critical incidents.
Journal of Dental Education, 67(5), 515-523.
Nutbeam, D. (2000). Health literacy as a public health goal: a challenge for
contemporary health education and communication strategies into the 21st
century. Health promotion international, 15(3), 259-267.
World Health Organization. (1997). The role of the pharmacist in the health care
system: preparing the future pharmacist: curricular development: report of a
third WHO Consultative Group on the Role of the Pharmacist, Vancouver,
Canada, 27-29 August 1997.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai