PENDAHULUAN
Selain menghitung neraca massa dan energi, perancangan reaktor, perancangan alat
pemisah, perancangan alat perpindahan panas, di dalam perancangan pabrik juga diperlukan
perancangan untuk penanganan aliran dan bahan. Untuk penanganan aliran di gunakan pompa
dan untuk penanganan bahan di gunakan tangki penyimpanan. Tangki penyimpanan ini di
gunakan untuk menampung bahan baku dan produk sebelum dialirkan ke unit proses lainnya.
BAB II
DASAR PERANCANGAN
Keterangan :
𝜕𝑓 = perubahan komponen aliran
𝜕𝑡 = perubahan terhadap waktu
𝑓 = komponen aliran (viskositas, tekanan, rapat massa, kedalaman, debit, dan lain-lain).
Aliran tak tunak atau aliran tidak permanen (impermanent flow) adalah kondisi dimana
komponen aliran berubah terhadap waktu. Contoh aliran di saluran atau sungai pada kondisi
ada perubahan aliran (ada hujan, ada banjir, dll) atau aliran yang dipengaruhi muka air pasang-
surut (muara sungai di laut) (Yulistiyanto,2012).
𝜕𝑓
≠0 (2)
𝜕𝑡
3. Aliran seragam dan tak seragam (uniform and non-uniform flows). Aliran seragam
adalah kondisi dimana komponen aliran tidak berubah terhadap jarak. Contoh aliran di
saluran atau sungai pada kondisi tidak ada pengaruh pembendungan atau terjunan, tidak
ada penyempitan/pelebaran yang ekstrim (Yulistiyanto,2012).
𝜕𝑓
= 0; 𝑓 = (𝑣, 𝑃, 𝜌, ℎ, 𝑄) (3)
𝜕𝑥
Keterangan :
𝜕𝑓 = perubahan komponen aliran
𝜕𝑥 = perubahan terhadap jarak
Aliran tidak seragam (non-uniform flow) adalah kondisi dimana komponen aliran
berubah terhadap jarak. Contoh aliran di saluran/sungai pada kondisi ada pengaruh
pembendungan atau terjunan, ada penyempitan atau pelebaran yang ekstrim
(Yulistiyanto,2012).
𝜕𝑓
≠0 (4)
𝜕𝑡
Gambar aliran seragam dan tidak seragam bias dilihat pada gambar 2.1 (Mc Donough, 2009).
Gambar 2.1 (a) Aliran seragam, (b) aliran tidak seragam
4. Aliran laminer dan turbulen (laminar and turbulent flows). Fenomena aliran jenis ini
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari hari, aliran air pada keran mungkin yang paling
sering kita jumpai. Gambar dibawah menunjukkan, Gambar (a) adalah keran air yang
dibuka saat awal (bukaan kecil) sehingga air yang mengalir kecepatannya kecil, pada
kondisi ini terjadi aliran laminer. Kecepatan air meningkat pada Gambar (b) dan
Gambar (c) sehingga aliran air berubah menjadi turbulen. Gambar aliran laminer, aliran
transisi, dan aliran turbulen dapat dilihat pada gambar 2.2 (Mc Donough, 2009).
Gambar 2.2 (a) Aliran laminer, (b) aliran transisi, (c) aliran turbulen
Dari sudut pandang hidraulik, hal yang paling mudah untuk membedakannya adalah
gerak partikel atau distribusi kecepatannya seragam, lurus, dan sejajar untuk aliran laminer dan
sebalknya untuk aliran turbulen. Perubahan dari laminer menuju turbulen atau zona transisi
terjadi pada jarak tertentu dan zona transisi akan berakhir hingga terjadi kondisi fully
developed turbulence.
Angka Reynolds biasanya digunakan untuk mempermudah dalam membedakan jenis
aliran pada klasifikasi ini. Persamaan Reynolds untuk mendapatkan Angka Reynolds
dinyatakan dalam persamaan dibawah ini (Mc Cabe, 1978)
𝜌𝑣𝐷
𝑁𝑅𝑒 = (5)
𝜇
Keterangan :
𝑁𝑅𝑒 = bilangan Reynolds
𝜌 = kerapatan (densitas) fluida
𝑣 = kecepatan fluida
𝐷 = diameter pipa
𝜇 = viskositas absolut fluida dinamis
NRe < 2100 adalah aliran laminer, 2100 < NRe > 4000 adalah aliran transisi, NRe >
4100 adalah aliran turbulen (Mc Cbe, 1978)
5. Aliran yang dipengaruhi kekentalan dan tidak (viscous and inviscid flows)
Aliran viscous atau aliran fluida nyata adalah aliran yang dipengaruhi oleh viskositas.
Adanya viskositas menyebabkan adanya tegangan geser dan kehilangan energi. Pada
aliran ini terjadi gesekan antara fluida dengan dasar atau dinding saluran atau pipa.
Gambar aliran viscous melalui pilar berbentuk tabung dapat ditunjukkan pada gambar
2.3 di bawah ini (Yulistiyanto, 2012).
Aliran invisid atau aliran fluida ideal adalah aliran yang tidak dipengaruhi viskositas
atau kekentalan sehingga aliran ini tidak memiliki tegangan geser dan kehilangan energi.
Dalam kenyataannya aliran fluida ideal tidak ada. Konsep ini digunakan para peneliti terdahulu
untuk membentuk persamaan aliran fluida dan pengaplikasiannya di lapangan ditambahkan
faktor penyesuaian sesuai kondisi nyata. Gambar aliran invisid melalui sebuah pilar berbentuk
tabung dapat ditunjukkan pada gambar 2.4 (Yulistiyanto, 2012).
Gambar 2.4 Aliran invisid melalui sebuah pilar berbentuk tabung
6. Aliran rotasi dan tak rotasi Aliran irrotational adalah aliran dimana nilai rotasinya atau
setiap komponen vektor rotasinya sama dengan nol. Contoh aliran irrotational adalah
medan aliran pada aliran seragam. Dan aliran rotational adalah aliran dimana nilai
rotasinya atau setiap komponen vektor rotasinya tidak sama dengan nol. Hal ini berarti
medan aliran dengan kecepatan vektor V atau curl V tidak sama dengan nol.
Contoh dari aliran rotational ditampilkan pada Gambar (a), tampak terjadi
pusaran/vortex yang disebabkan ketidakseragaman aliran oleh perubahan penampang
akibat terjunan. Namun jauh dari terjunan, aliran masih seragam sehingga aliran
irrotational (Yulistiyanto, 2012)
7. Aliran subkritis dan superkritis (subcritical and supercritical flows)
Untuk membedakan jenis aliran pada klasifikasi ini sering digunakan Angka Froude.
Angka Froude diperoleh melalui persamaan dibawah ini dan merupakan bilangan tak
berdimensi (Mc Cabe, 1978).
𝑣
𝐹𝑟 = (6)
√𝑔 𝐷
Keterangan :
𝐹𝑟 = Bilangan Froude
𝑣 = kecepatan (m/s)
𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)
𝐷 = kedalaman aliran (m)
penyebut pada persamaan diatas merupakan persamaan dari kecepatan rambat
gelombang (celerity). Setelah mendapatkan Angka Froude, penentuan jenis aliran melalui
rentang berikut:
F < 1, aliran sub-kritik
F > 1, aliran super-kritik
F = 1, aliran kritik
8. Aliran yang terpisahkan dan tak terpisahkan. Aliran yang tidak terjadi separasi dapat
terjadi pada aliran yang sangat lambat. Penjelasan mengenai fenomena ini ditampilkan
melalui sketsa pada Gambar 2.5, mengilustrasikan sebuah percobaan sejumlah cairan
sirup (viskositas tinggi) dengan suhu rendah yang melampaui flume dengan beda
tinggi dasar tertentu dengan kecepatan sangat rendah. Saat mencapai pojok flume,
cairan sirup tetap megikuti dasar flume, turun vertical dan tetap ‘menempel’ hingga
akhir. Fenomena ini disebabkan momentum yang sangat kecil pada pojok dasar flume
yang diakibatkan kecepatan yang sangat rendah. Gambar aliran tidak separasi dapat
ditunjukkan pada gambar 2.5 (Mc Donough, 2009).
..................................................... (8)
Tabel 2.1 Nilai C untuk Inlet Diameter Pipa Minimum dan Maksimum
(Sumber : McDonough, 2009)
Untuk pipa horizontal sepanjang L, diantara titik 1 dan titik 2 tidak ada kerja pada
system perpipaan, maka ∆z=0, ∆V=0, W=0, sehingga :
(9)
Head Loss biasanya dinyatakan dengan satuan panjang. Sehingga untuk persamaan (2),
Head Loss adalah harga ∆p yang dinyatakan dengan satuan panjang mmHg atau inchHg. Untuk
aliran laminar, dimana NRe < 2100, berlaku persamaan:
(10)
(11)
(12)
Jika ∆p/ρ sangat kecil, dan bisa di abaikan terhadap harga dari ∆V2/ (2gc), maka :
(13)
Sehingga
(14)
4. Koefisien gesek
Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran
laminar dan aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek berbeda pula untuk masing–
masing jenis aliran.
2.2.1 Pompa
Pompa adalah mesin fluida yang digunakan untuk mengalirkaan fluida incompresible
(tidak mampu mampa) dari suatu tempat ketempat yang lain, dari suatu tempat yang rendah
ketempat yang lebih tinggi atau dari tekanan yang rendah ke tekanan yang lebih tinggi. Dalam
hal ini pembahasan pompa tidak terlepas dari pembahasan pipa isap (suction pipe) dan pipa
tekan (discharge) yang secara keseluruhan juga tentang pemompaan (pumping system). Pompa
memiliki dua kegunaan utama (Syahrul, 2004).
a. Memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lainnya (misalnya air dari aquifer
bawah tanah ke tangki penyimpan air)
b. Mensirkulasikan cairan sekitar sistim (misalnya air pendingin atau pelumas yang
melewati mesin-mesin dan peralatan)
Pompa hadir dalam berbagai ukuran untuk penggunaan yang luas. Secara umum, pompa-
pompa dapat digolongkan menurut prinsip operasi dasarnya:
A. Pompa Dinamik
Pompa ini disebut juga dengan “Non Positive Displacement Pump“, pompa tekanan
dinamis terdiri dari poros, sudu–sudu impeller, rymah volut, dan saluran keluar. Energi
mekanis dari luar diberikan pada poros pompa untuk memutar impeller. Akibat putaran dari
impeller menyebabkan head dari fluida menjadi lebih tinggi karena mengalami percepatan
(Syahrul, 2004).
a. Pompa Sentrifugal
Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan dalam fasilitas
gathering station, suatu unit pengumpul fluida dari sumur produksi sebelum diolah dan
dipasarkan, ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang
timbul akibat adanya gerakan sebuah benda atau partikel melalui lintasan lengkung
(melingkar). Prinsip-prinsip dasar pompa sentrifugal ialah sebagai berikut, (Syahrul, 2004).
gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar sehingga
kecepatan fluida meningkat
kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa (volute atau diffuser)
menjadi tekanan atau head
Selain pompa sentrifugal, industri juga menggunakan pompa tipe positive
displacement. Perbedaan dasar antara pompa sentrifugal dan pompa positive displacement
terletak pada laju alir discharge yang dihasilkan oleh pompa. Laju alir discharge sebuah
pompa sentrifugal bervariasi bergantung pada besarnya head atau tekanan sedangkan laju
alir discharge pompa positive displacement adalah tetap dan tidak bergantung pada
headnya (Syahrul, 2004).
Keunggulan pompa sentrifugal diantaranya:
Prinsip kerjanya sederhana
Mempunyai banyak jenis
Konstruksinya kuat
Tersedia berbagai jenis pilihan kapasitas output debit air
Adapun kelemahan dari pompa ini adalah:
Dalam keadaan normal pompa sentrifugal tidak dapat menghisap sendiri (tidak
dapat memompakan udara).
Kurang cocok untuk mengerjakan zat cair kental, terutama pada aliran
Gambar 2.9 Pompa Sentrifugal
b. Pompa Turbin
Pompa Turbin adalah salah satu pompa dengan menggunakan aksi sentrifugal. Pompa
jenis ini digunakan untuk keperluan yang tidak terus menerus dan untuk flushing
(penyemprotan), misalnya pada pemadam kebakaran. Kelebihan pompa turbin adalah baik
digunakan untuk flushing dengan kapasitas operasi sekitar 1 - 20 gpm. Sedangkan
kekurangannya adalah tidak cocok untuk operasi yang terus-menerus; cairan yang
dipompakan harus jernih, karena kalau tidak jernih akan merusak blade; cairan yang
digunakan tidak boleh korosif; dan temperatur cairan tidak boleh > 350 oF (Syahrul, 2004).
Gambar 2.10 Pompa Turbin
c. Pompa jet
Pompa jet biasanya digunakan untuk mengangkat atau menarik air dari sumur yang
dalam ke suatu tempat yanglebih tinggi. Pada pompa jet, air pada tekanan tinggi
dipompakan melewati sebuah nosel dimana air akan dipercepat di dalam nosel, sehingga
energi tekanan akan diubah menjadi energi kinetik. Dan setelah melewati nosel air akan
masuk ke dalam venturi, dimana air yang telah dipercepat akan menyebabkan tekanan
menjadi turun, sehingga pompa jet dapat menghisap air (Syahrul, 2004).
b. Pompa Reciprocating
Jika perpindahan dilakukan oleh maju mundurnya jarum piston. Pompa reciprocating
hanya digunakan untuk pemompaan cairan kental dan sumur minyak. Pompa bolak–balik
mempunyaii bagian utama berupa torak atau diafragma yang bergerak bolak–balik didalam
selinder untuk dapat mengalirkan fluida. Pompa ini dilengkai dengan katup–katup, dimana
fluida bertekanan rendah di hisap melalui katup hisap ke ruang selinder, kemudian ditekan
oleh torak atau diafragma hingga tekanan statisnya naik dan sanggup mengalirkan fluida
keluar melalui katup tekan (Syahrul, 2004).
Pompa bolak–balik memiliki langkah–langkah kerja, pada langkah hisap maka terjadi
kevakuman di dalam ruang silinder katup hisap terbuka maka cairan masuk ke ruang
silinder, pada saat langkah tekan katup hisap tertutup dan katup keluar terbuka, sehingga
fluida terdesak dan tekanan menjadi naik, kemudian aliran keluar melalui saluran keluar.
Proses tersebut berlangsung terus–menerus selama pompa bekerja. Pompa ini digunakan
untuk Proses yang memerlukan head yang tinggi dan Kapasitas fluida yang rendah.
(Syahrul, 2004).
1. Pompa torak
Pompa torak merupakan pompa yang banyak digunakan dalam kelompok pompa desak
gerak bolak-balik. Menurut cara kerjanya pompa torak dapat dikelompokkan dalam kerja
tunggal dan kerja ganda Pompa torak cocok digunakan untuk pekerjaan pemompaan
dengan daya isap (suction head) yang tinggi disamping itu pompa torak dapat digunakan
untuk memompa udara dalam kapasitas yang besar (Syahrul, 2004).
Untuk pompa torak kerja tunggal dan silinder tunggal, aliran cairan terjadi apabila
batang torak dan torak bergerak ke atas, zat cair akan terisap oleh katup isap di sebelah
bawah dan pada saat yang sama cairan yang ada disebelah atas torak akan terkempakan ke
luar. Jika torak bergerak ke bawah katup isap akan tertutup dan katup kempa terbuka
sehingga cairan tertekan ke atas torak melalui katup kempa. Dengan gerakan ini maka akan
terjadi kerja isap dan kerja kempa secara bergantian (Syahrul, 2004).
2.2.2 Kompresor
Kompresor adalah suatu alat yang berfungsi untuk membangkitkan/menghasilkan udara
bertekanan dengan cara menghisap dan memampatkan udara tersebut kemudian disimpan di
dalam tangki udara kembali untuk disuplai kepada pemakai (sistem pneumatik). Kompresor
dilengkapi dengan tabung untuk menyimpan udara bertekanan, sehingga udara dapat mencapai
jumlah dan tekanan yang diperlukan. Tabung udara bertekanan pada kompresor dilengkapi
dengan katup pengaman, bila tekanan udaranya melebihi ketentuan, maka katup pengaman
akan terbuka secara otomatis. Pemilihan jenis kompresor yang digunakan tergantung dari
syarat-syarat pemakaian yang harus dipenuhi misalnya dengan tekanan kerja dan volume udara
yang akan diperlukan dalam sistim peralatan (katup dan silinder pneumatik) (Suwasono, 2010).
A. Jenis-jenis Kompresor
Secara garis besar kompresor dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Positive
Displacement compressor, dan Dynamic compressor. Pada positive displacement compressor,
sejumlah udara atau gas di kompres dalam ruang kompresi dan volumenya secara mekanik
menurun, menyebabkan peningkatan tekanan kemudian di alirkan keluar. Pada kecepatan
konstan, aliran udara tetap konstan dengan variasi pada tekanan pengeluaran (Suwasono,
2010).
Kompresor dinamik bekerja dengan cara memindahklan energi pada sudu dengan dasar
pembelokan aliran sehingga energi kinetik dalam kompresor akan bertambah seiring
bertambahnya kecepatan alirannya. Proses ini berlangsung pada bagian yang bergerak yang
disebut impeler.Setelah melewati impeler, gas tersebut akan dilewatkan pada rumah kompresor
yang berbentuk volut. Bentuk rumah kompresor ini akan menurunkan kecepatan aliran gas atau
dengan kata lain mengubah energi kinetik menjadi energi tekanan (Suwasono, 2010).
Batas tekanan maksimum untuk jenis kompresor torak resiprokal antara lain, untuk
kompresor satu tingkat tekanan hingga 4 bar, sedangkan dua tingkat atau lebih
tekanannya hingga 15 bar (Suwasono, 2010).
Kelebihan Kompresor torak resiprokal:
Mempunyai positive displacement (menghasilkan udara bertekanan tinggi dengan
jalan menurunkan besar volume), sehingga perbandingan volume refrigerant (aktual/
sebenarnya) yang dapat dipompa oleh piston dan volume teoritik yang dapat dipompa
oleh piston (efisiensi volumetrik) cukup tinggi.
Mempunyai kecepatan putar yang relatif lebih rendah (dibandingkan dengan
kompresor sentrifugal) sehingga lebih aman.
Mempunyai kemampuan untuk menangani refrigeran yang mempunyai berat jenis
tinggi, sehingga memungkinkan mensirkulasikan refrigeran dalam volume yang
banyak di dalam pipa yang kecil dan dalam jarak yang relatif lebih jauh dari
kompresornya.
Mempunyai kemampuan untuk menjaga kestabilan tekanan tinggi di sisi
discharge. Hal ini memungkinkan penggunaan air cooled condensor (udara sebagai
medium pendingin) walaupun pada saat musim panas.
Konstruksi lebih sederhana dan lebih murah pemeliharaannya.
Kompresor torak paling tepat untuk mesin berkapasitas sampai 200 ton per
unit mesin.
Kekurangan:
Kekurangan kompresor torak akan muncul bila kapasitas mesin melebihi 200 ton, yaitu
jumlah dan ukuran silinder menjadi berlebihan dan masalah pendinginan dan pelumasan
dapat menjadi problem yang serius karena jarak yang terlalu jauh dari kompresor.
b. Kompresor Putar (Rotary Compressor)
Kompresor Rotari Baling-baling Luncur Secara eksentrik rotor dipasang berputar dalam
rumah yang berbentuk silindris, mempunyai lubang-lubang masuk dan keluar. Keuntungan dari
kompresor jenis ini adalah mempunyai bentuk yang pendek dan kecil, sehingga menghemat
ruangan. Bahkan suaranya tidak berisik dan halus dalam, dapat menghantarkan dan
menghasilkan udara secara terus menerus dengan mantap. Baling-baling luncur dimasukkan ke
dalam lubang yang tergabung dalam rotor dan ruangan dengan bentuk dinding silindris. Ketika
rotor mulai berputar, energi gaya sentrifugal baling-balingnya akan melawan dinding. Karena
bentuk dari rumah baling-baling itu sendiri yang tidak sepusat dengan rotornya maka ukuran
ruangan dapat diperbesar atau diperkecil menurut arah masuknya (mengalirnya) udara
(Suwasono, 2010).
Keuntungan :
1. Dapat berputar pada putaran tinggi, sehingga dimensinya relatif lebih kecil
2. Getaran mekanisnya lebih kecil.
3. Perawatannya lebih sederhana karena jumlah bagiannya lebih sedikit, missal tanpa
katup dan mekanisme lain.
4. Dapat memberikan debit yang lebih kontinyu dibandingkan dengan kompresor
resiprokating.
Kerugian :
1. Tidak dapat memberikan tekanan akhir yang tinggi. Bila diperlukan tekanan akhir
tinggi harus dibuat bertingkat. Efisiensi volumetrisnya rendah bila bagian-bagiannya
kurang presisi.
ID .v .ρ
Bilangan Reynold (NRe) = (2.1-5)
𝜇