Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Selain menghitung neraca massa dan energi, perancangan reaktor, perancangan alat
pemisah, perancangan alat perpindahan panas, di dalam perancangan pabrik juga diperlukan
perancangan untuk penanganan aliran dan bahan. Untuk penanganan aliran di gunakan pompa
dan untuk penanganan bahan di gunakan tangki penyimpanan. Tangki penyimpanan ini di
gunakan untuk menampung bahan baku dan produk sebelum dialirkan ke unit proses lainnya.
BAB II
DASAR PERANCANGAN

2.1 Aliran Fluida


Fluida adalah suatu zat yang dpat mengalir bisa berupa cairan atau gas. Fluida mengubah
bentuknya dengan mudah dan di dalam kasus mengenai gas. Pemakaian mekanika kepada
medium kontinyu, baik benda padat maupun fluida adalah di dasari pada hukum gerak newton
yang digabungkan dengan hukum gaya yang sesuai. Salah satu cara untuk menjelaskan gerak
suatu fluida adalah dengan membagi–bagi fluida tersebut menjadi elemen volume yang sangat
kecil yang dapat dinamakan partikel fluida dan mengikuti gerak masing-masing partikel ini
(Perry, 1984).
Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi menjadi tabung aliran, bila
aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-tabung tetap tidak berubah bentuknya dan fluida
yang pada suatu saat berada di dalam sebuah tabung akan tetap berada dalam tabung ini
seterusnya. Kecepatan aliran di dalam tabung aliran adalah sejajar dengan tabung dan
mempunyai besar berbanding terbalik dengan luas penampangnya. konsep aliran fluida yang
berkaitan dengan aliran fluida dalam pipa adalah :
1. Hukum kekentalan Massa
2. Hukum Kekentalan energi
3. Hukum kekentalan momentum
4. Katup
5. Orifacemeter

2.1.1 Klasifikasi Aliran Fluida


Didasarkan pada tinjauan tertentu, aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa
golongan. Dalam ulasan ini, fluida yang lebih banyak dibahas adalah air (incompressible fluids)
dan dibagi menjadi 8 golongan antara lain :
1. Aliran yang tak termampatkan dan termampatkan (incompressible and compressible
flows). Aliran tak termampatkan adalah kondisi aliran dimana rapat massa fluidanya
tidak berubah. Contohnya adalah air, minyak, dll. Aliran termampatkan adalah
kondisi aliran dimana rapat massa fluidanya berubah. Contohnya adalah gas. Pada
fluida jenis ini berlaku hukum termodinamika (Yulistiyanto,2012).
2. Aliran tunak atau aliran permanen (permanent flow) adalah kondisi dimana
komponen aliran tidak berubah terhadap waktu. Contohnya adalah aliran di saluran
atau sungai pada kondisi tidak ada perubahan aliran (tidak ada hujan, tidak banjir, dan
lain-lain). Kondisi tersebut dinyatakan dalam persamaan matematika berikut:
𝜕𝑓
= 0; 𝑓 = (𝑣, 𝑃, 𝜌, ℎ, 𝑄) (1)
𝜕𝑡

Keterangan :
𝜕𝑓 = perubahan komponen aliran
𝜕𝑡 = perubahan terhadap waktu
𝑓 = komponen aliran (viskositas, tekanan, rapat massa, kedalaman, debit, dan lain-lain).
Aliran tak tunak atau aliran tidak permanen (impermanent flow) adalah kondisi dimana
komponen aliran berubah terhadap waktu. Contoh aliran di saluran atau sungai pada kondisi
ada perubahan aliran (ada hujan, ada banjir, dll) atau aliran yang dipengaruhi muka air pasang-
surut (muara sungai di laut) (Yulistiyanto,2012).
𝜕𝑓
≠0 (2)
𝜕𝑡

3. Aliran seragam dan tak seragam (uniform and non-uniform flows). Aliran seragam
adalah kondisi dimana komponen aliran tidak berubah terhadap jarak. Contoh aliran di
saluran atau sungai pada kondisi tidak ada pengaruh pembendungan atau terjunan, tidak
ada penyempitan/pelebaran yang ekstrim (Yulistiyanto,2012).
𝜕𝑓
= 0; 𝑓 = (𝑣, 𝑃, 𝜌, ℎ, 𝑄) (3)
𝜕𝑥

Keterangan :
𝜕𝑓 = perubahan komponen aliran
𝜕𝑥 = perubahan terhadap jarak
Aliran tidak seragam (non-uniform flow) adalah kondisi dimana komponen aliran
berubah terhadap jarak. Contoh aliran di saluran/sungai pada kondisi ada pengaruh
pembendungan atau terjunan, ada penyempitan atau pelebaran yang ekstrim
(Yulistiyanto,2012).
𝜕𝑓
≠0 (4)
𝜕𝑡

Gambar aliran seragam dan tidak seragam bias dilihat pada gambar 2.1 (Mc Donough, 2009).
Gambar 2.1 (a) Aliran seragam, (b) aliran tidak seragam
4. Aliran laminer dan turbulen (laminar and turbulent flows). Fenomena aliran jenis ini
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari hari, aliran air pada keran mungkin yang paling
sering kita jumpai. Gambar dibawah menunjukkan, Gambar (a) adalah keran air yang
dibuka saat awal (bukaan kecil) sehingga air yang mengalir kecepatannya kecil, pada
kondisi ini terjadi aliran laminer. Kecepatan air meningkat pada Gambar (b) dan
Gambar (c) sehingga aliran air berubah menjadi turbulen. Gambar aliran laminer, aliran
transisi, dan aliran turbulen dapat dilihat pada gambar 2.2 (Mc Donough, 2009).

Gambar 2.2 (a) Aliran laminer, (b) aliran transisi, (c) aliran turbulen

Dari sudut pandang hidraulik, hal yang paling mudah untuk membedakannya adalah
gerak partikel atau distribusi kecepatannya seragam, lurus, dan sejajar untuk aliran laminer dan
sebalknya untuk aliran turbulen. Perubahan dari laminer menuju turbulen atau zona transisi
terjadi pada jarak tertentu dan zona transisi akan berakhir hingga terjadi kondisi fully
developed turbulence.
Angka Reynolds biasanya digunakan untuk mempermudah dalam membedakan jenis
aliran pada klasifikasi ini. Persamaan Reynolds untuk mendapatkan Angka Reynolds
dinyatakan dalam persamaan dibawah ini (Mc Cabe, 1978)
𝜌𝑣𝐷
𝑁𝑅𝑒 = (5)
𝜇

Keterangan :
𝑁𝑅𝑒 = bilangan Reynolds
𝜌 = kerapatan (densitas) fluida
𝑣 = kecepatan fluida
𝐷 = diameter pipa
𝜇 = viskositas absolut fluida dinamis
NRe < 2100 adalah aliran laminer, 2100 < NRe > 4000 adalah aliran transisi, NRe >
4100 adalah aliran turbulen (Mc Cbe, 1978)
5. Aliran yang dipengaruhi kekentalan dan tidak (viscous and inviscid flows)
Aliran viscous atau aliran fluida nyata adalah aliran yang dipengaruhi oleh viskositas.
Adanya viskositas menyebabkan adanya tegangan geser dan kehilangan energi. Pada
aliran ini terjadi gesekan antara fluida dengan dasar atau dinding saluran atau pipa.
Gambar aliran viscous melalui pilar berbentuk tabung dapat ditunjukkan pada gambar
2.3 di bawah ini (Yulistiyanto, 2012).

Gambar 2.3 Percobaan aliran viscous melalui sebuah pilar


berbentuk tabung

Aliran invisid atau aliran fluida ideal adalah aliran yang tidak dipengaruhi viskositas
atau kekentalan sehingga aliran ini tidak memiliki tegangan geser dan kehilangan energi.
Dalam kenyataannya aliran fluida ideal tidak ada. Konsep ini digunakan para peneliti terdahulu
untuk membentuk persamaan aliran fluida dan pengaplikasiannya di lapangan ditambahkan
faktor penyesuaian sesuai kondisi nyata. Gambar aliran invisid melalui sebuah pilar berbentuk
tabung dapat ditunjukkan pada gambar 2.4 (Yulistiyanto, 2012).
Gambar 2.4 Aliran invisid melalui sebuah pilar berbentuk tabung

6. Aliran rotasi dan tak rotasi Aliran irrotational adalah aliran dimana nilai rotasinya atau
setiap komponen vektor rotasinya sama dengan nol. Contoh aliran irrotational adalah
medan aliran pada aliran seragam. Dan aliran rotational adalah aliran dimana nilai
rotasinya atau setiap komponen vektor rotasinya tidak sama dengan nol. Hal ini berarti
medan aliran dengan kecepatan vektor V atau curl V tidak sama dengan nol.
Contoh dari aliran rotational ditampilkan pada Gambar (a), tampak terjadi
pusaran/vortex yang disebabkan ketidakseragaman aliran oleh perubahan penampang
akibat terjunan. Namun jauh dari terjunan, aliran masih seragam sehingga aliran
irrotational (Yulistiyanto, 2012)
7. Aliran subkritis dan superkritis (subcritical and supercritical flows)
Untuk membedakan jenis aliran pada klasifikasi ini sering digunakan Angka Froude.
Angka Froude diperoleh melalui persamaan dibawah ini dan merupakan bilangan tak
berdimensi (Mc Cabe, 1978).
𝑣
𝐹𝑟 = (6)
√𝑔 𝐷

Keterangan :
𝐹𝑟 = Bilangan Froude
𝑣 = kecepatan (m/s)
𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)
𝐷 = kedalaman aliran (m)
penyebut pada persamaan diatas merupakan persamaan dari kecepatan rambat
gelombang (celerity). Setelah mendapatkan Angka Froude, penentuan jenis aliran melalui
rentang berikut:
F < 1, aliran sub-kritik
F > 1, aliran super-kritik
F = 1, aliran kritik
8. Aliran yang terpisahkan dan tak terpisahkan. Aliran yang tidak terjadi separasi dapat
terjadi pada aliran yang sangat lambat. Penjelasan mengenai fenomena ini ditampilkan
melalui sketsa pada Gambar 2.5, mengilustrasikan sebuah percobaan sejumlah cairan
sirup (viskositas tinggi) dengan suhu rendah yang melampaui flume dengan beda
tinggi dasar tertentu dengan kecepatan sangat rendah. Saat mencapai pojok flume,
cairan sirup tetap megikuti dasar flume, turun vertical dan tetap ‘menempel’ hingga
akhir. Fenomena ini disebabkan momentum yang sangat kecil pada pojok dasar flume
yang diakibatkan kecepatan yang sangat rendah. Gambar aliran tidak separasi dapat
ditunjukkan pada gambar 2.5 (Mc Donough, 2009).

Gambar 2.5 Aliran tidak separasi


Sedangkan aliran yang terjadi separasi ditampilkan sketsa pada Gambar 2.6. Fluida
dengan nilai viskositas kecil atau kecepatan tinggi menimbulkan momentum yang tinggi,
sehingga sulit bagi aliran untuk ‘menempel’ pada dasar saluran. Pada Gambar 2.6 juga
mengilustrasikan aliran rotational yang telah dijelaskan sebelumnya. Gambar aliran separasi
dapat ditunjukkan pada gambar 2.6 (Mc Donough, 2009).
Gambar 2.6 Aliran separasi

2.1.2 Persamaan Bernoulli


Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan
bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan
penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan
dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam
suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang
sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda atau Swiss yang bernama Daniel
Bernoulli (Mc Cabe, 1978).
Untuk fluida incompressible berlaku persamaan umum Bernoulli, yang dapat
diturunkan dari persamaan neraca energi, yaitu :
Keterangan :
(7)

∆Z : Beda tinggi system perpipaan pada titik 1 dan titik 2 (ft)


g : Gaya gravitasi,32.2 (ft/det2)
gc : Konstanta gravitasi, 32.2 (lbm.ft/ lbf.det2)
∆V : Beda kecepatan linear fluida
∆p : Pressure drop atau beda tekanan dari titik 1 dan titik 2 (Lbf/sqft)
ρ : Berat jenis fluida, fluida air (lbm/cuft)
F : Friction loss atau tenaga hilang karena gesekan fluida dengan dinding
pipa (ft.lbf/lbm)
Μ : Viskositas (lbm/ft ft.det).
2.1.3 Head Loss dan Friction Loss
Head loss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besarnya reduksi tekanan total
(total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem pengaliran. Total head, seperti
kita ketahui merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan karena ketinggian suatu
fluida), velocity head, (tekanan karena kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head (tekanan
normal dari fluida itu sendiri) (Yulistianto, 2012)
Head loss tidak dapat dihindarkan pada penerapan sistem pengaliran fluida dilapangan.
Besarnya friction loss pipa tergantung dari jenis material, diameter, dan panjang pipa. Head
loss dapat terjadi karena:
1. Gesekan antara fluida dan dinding pipa
2. Friksi antara sesama partikel pembentuk fluida tersebut
3. Turbulensi yang diakibatkan saat aliran di belokkan arahnya atau hal lain seperti
misalnya perubahan akibat komponen perpipaan (valve, flow reducer,atau kran).
Dengan menggunakan pendekatan metode Hazen William maka formulasi untuk
menentukan besarnya friction loss adalah sebagai berikut (Mc Cabe, 1978)

..................................................... (8)

Tabel 2.1 Nilai C untuk Inlet Diameter Pipa Minimum dan Maksimum
(Sumber : McDonough, 2009)

Untuk pipa horizontal sepanjang L, diantara titik 1 dan titik 2 tidak ada kerja pada
system perpipaan, maka ∆z=0, ∆V=0, W=0, sehingga :

(9)

Head Loss biasanya dinyatakan dengan satuan panjang. Sehingga untuk persamaan (2),
Head Loss adalah harga ∆p yang dinyatakan dengan satuan panjang mmHg atau inchHg. Untuk
aliran laminar, dimana NRe < 2100, berlaku persamaan:

(10)

Untuk aliran turbulen, dengan N Re > 4000, berlaku persamaan :

(11)

2.1.4 Head Loss dan Friction Loss pada Elbow


Belokan dalam pipa menghasilkan kerugian head yang lebih besar daripada pipa yang
lurus. Kerugian disebabkan daerah yang terpisah dari aliran dekat bagian dalam belokan
(terutama jika tikungan tajam) dan aliran sekunder berputar yang terjadi karena adanya
ketidakseimbangan gaya sentripetal akibat kelengkungan garis tengah pipa. Efek-efek dan
nilai-nilai terkait untuk besar Reynolds Numbers yang mengalir melalui sebuah belokan
(Yulistiyanto, 2012).
Persamaan persamaan yang digunakan dalam pipa horizontal termasuk untuk
menentukan head loss nya. Juga berlaku untuk elbow, dengan catatan elbownya juga dalam
posisi horizontal didalam sistem perpipaan. Gambar bentuk elbow dapat dilihat pada gambar
2.7 (Yulistiyanto, 2012).

Gambar 2.7 Bentuk elbow


2.1.5 Friction Loss pada Enlargement dan Contraction
Untuk pipa dimana diameternya berubah dari kecil ke besar, pipa pertama dengan
diameter D1 dan pipa kedua dengan diameter D2, atau enlargement, dan pipa masih dalam
posisi horizontal, tidak ada kerja pada system, maka ∆z=0, W=0, sehingga persamaan (1)
menjadi :

(12)

Jika ∆p/ρ sangat kecil, dan bisa di abaikan terhadap harga dari ∆V2/ (2gc), maka :

(13)

Sehingga

(14)

2.1.6 Pressure Drop


Persamaan diatas terdapat besaran pressure head. Besaran ini menunjukkan penurunan
tekanan dari titik 1 ke titik 2 dalam suatu sistem aliran fluida.Penurunan tekanan, biasa
dinyatakan juga dengan ∆p saja. Jika manometer yang digunakan adalah manometer air raksa,
dan beda tinggi air raksa dalam manometer ft (Mc Cabe, 1978).
𝐻(𝜌)𝑔
∆𝑃 = (15)
𝑔𝑐

2.1.7 Sifat – Sifat Fluida


1. Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau
perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju
perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan
seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya–gaya kohesi pada zat
cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur
pada zat cair yang menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut (Yulistianto,
2012)
2. Densitas
Density atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan
dinyatakan dalam massa persatuan volume, sifat ini ditentukan dengan cara menghitung
nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume
bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan sebagai berikut (Yulistianto, 2012)
𝑚
𝜌= ..............................................................................(16)
𝑉

m = masa fluida ( kg) dan v = adalah fluida (m3)


nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka
kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul–
molekul fluida semakin berkurang (Yulistianto, 2012)
3. Debit aliran
Debit aliran dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing masing pipa
eksperimen diaman rumus debit aliran (Yulistianto, 2012)
𝑄 =𝐴𝑣 (16)
Keterangan :
Q = debit aliran (m3/s)
A = luas permukaan (m2)
v = kecepatan aliran (m/s)

4. Koefisien gesek
Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran
laminar dan aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek berbeda pula untuk masing–
masing jenis aliran.

2.2 Peralatan dalam Aliran Fluida


Alat yang digunakan untuk mengalirkan fluida gas atau cairan terdiri dari pompa,
kompresor, fan, dan blower.

2.2.1 Pompa
Pompa adalah mesin fluida yang digunakan untuk mengalirkaan fluida incompresible
(tidak mampu mampa) dari suatu tempat ketempat yang lain, dari suatu tempat yang rendah
ketempat yang lebih tinggi atau dari tekanan yang rendah ke tekanan yang lebih tinggi. Dalam
hal ini pembahasan pompa tidak terlepas dari pembahasan pipa isap (suction pipe) dan pipa
tekan (discharge) yang secara keseluruhan juga tentang pemompaan (pumping system). Pompa
memiliki dua kegunaan utama (Syahrul, 2004).
a. Memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lainnya (misalnya air dari aquifer
bawah tanah ke tangki penyimpan air)
b. Mensirkulasikan cairan sekitar sistim (misalnya air pendingin atau pelumas yang
melewati mesin-mesin dan peralatan)
Pompa hadir dalam berbagai ukuran untuk penggunaan yang luas. Secara umum, pompa-
pompa dapat digolongkan menurut prinsip operasi dasarnya:

Gambar 2.8 Berbagai Jenis Pompa

A. Pompa Dinamik
Pompa ini disebut juga dengan “Non Positive Displacement Pump“, pompa tekanan
dinamis terdiri dari poros, sudu–sudu impeller, rymah volut, dan saluran keluar. Energi
mekanis dari luar diberikan pada poros pompa untuk memutar impeller. Akibat putaran dari
impeller menyebabkan head dari fluida menjadi lebih tinggi karena mengalami percepatan
(Syahrul, 2004).

a. Pompa Sentrifugal
Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan dalam fasilitas
gathering station, suatu unit pengumpul fluida dari sumur produksi sebelum diolah dan
dipasarkan, ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang
timbul akibat adanya gerakan sebuah benda atau partikel melalui lintasan lengkung
(melingkar). Prinsip-prinsip dasar pompa sentrifugal ialah sebagai berikut, (Syahrul, 2004).
 gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar sehingga
kecepatan fluida meningkat
 kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa (volute atau diffuser)
menjadi tekanan atau head
Selain pompa sentrifugal, industri juga menggunakan pompa tipe positive
displacement. Perbedaan dasar antara pompa sentrifugal dan pompa positive displacement
terletak pada laju alir discharge yang dihasilkan oleh pompa. Laju alir discharge sebuah
pompa sentrifugal bervariasi bergantung pada besarnya head atau tekanan sedangkan laju
alir discharge pompa positive displacement adalah tetap dan tidak bergantung pada
headnya (Syahrul, 2004).
Keunggulan pompa sentrifugal diantaranya:
 Prinsip kerjanya sederhana
 Mempunyai banyak jenis
 Konstruksinya kuat
 Tersedia berbagai jenis pilihan kapasitas output debit air
Adapun kelemahan dari pompa ini adalah:
 Dalam keadaan normal pompa sentrifugal tidak dapat menghisap sendiri (tidak
dapat memompakan udara).
 Kurang cocok untuk mengerjakan zat cair kental, terutama pada aliran
Gambar 2.9 Pompa Sentrifugal

Cara kerja pompa sentrifugal :


Pompa sentrifugal merupakan salah satu peralatan yang paling sederhana dalam
berbagai proses pabrik. Cairan dipaksa menuju sebuah impeler oleh tekanan atmosfir, atau
dalam hal jet pump oleh tekanan buatan (Syahrul, 2004).
 Baling-baling impeler meneruskan energi kinetik ke cairan, sehingga menyebabkan
cairan berputar. Cairan meninggalkan impeler pada kecepatan tinggi.
 Impeler dikelilingi oleh volute casing atau dalam hal pompa turbin digunakan cincin
diffuser stasioner. Volute atau cincin diffuser stasioner mengubah energi kinetik
menjadi energi tekanan.

b. Pompa Turbin
Pompa Turbin adalah salah satu pompa dengan menggunakan aksi sentrifugal. Pompa
jenis ini digunakan untuk keperluan yang tidak terus menerus dan untuk flushing
(penyemprotan), misalnya pada pemadam kebakaran. Kelebihan pompa turbin adalah baik
digunakan untuk flushing dengan kapasitas operasi sekitar 1 - 20 gpm. Sedangkan
kekurangannya adalah tidak cocok untuk operasi yang terus-menerus; cairan yang
dipompakan harus jernih, karena kalau tidak jernih akan merusak blade; cairan yang
digunakan tidak boleh korosif; dan temperatur cairan tidak boleh > 350 oF (Syahrul, 2004).
Gambar 2.10 Pompa Turbin
c. Pompa jet
Pompa jet biasanya digunakan untuk mengangkat atau menarik air dari sumur yang
dalam ke suatu tempat yanglebih tinggi. Pada pompa jet, air pada tekanan tinggi
dipompakan melewati sebuah nosel dimana air akan dipercepat di dalam nosel, sehingga
energi tekanan akan diubah menjadi energi kinetik. Dan setelah melewati nosel air akan
masuk ke dalam venturi, dimana air yang telah dipercepat akan menyebabkan tekanan
menjadi turun, sehingga pompa jet dapat menghisap air (Syahrul, 2004).

Gambar 2.11 Pompa Jet


d. Pompa Gas Lift
Prinsip dari pompa gas lift adalah memanfaatkan udara atau gas yang tertekan untuk
mengangkat air. Campuran udara dan air akan naik didalam pipa yang dikelilingi oleh air.
Pada dasarnya pompa gas lift terdiri dari pipa vertikal yang sebagian terendam dalam air
dan tabung supply udara yang menyediakan udara yang tertekan diberikan ke pipa vertikal.
Campuran udara dan air bisa naik sampai ke atas permukaan air karena massa jenis dari
campuran udara dan air tersebut lebih rendah dari massa jenis air itu sendiri. Cara kerja
pompa ini sangat tergantung pada aksi dari campuran antara cairan dan gas (two phase
flow) (Syahrul, 2004).

Gambar 2.12 Pompa Gas Lift


e. Pompa hidraulik ram
Pompa hidraulik ram merupakan suatu alat untuk menaikkan sebagian dari sejumlah
besar air yang ada pada suatu tempat dengan ketinggian tertentu sampai ke tempat yang
lebih tinggi. Pompa hidraulik ram terpakai ketika beberapa sumber air alami seperti mata
air atau sungai berada pada ketinggian tertentu, misal pada daerah berbukit.Pada
prinsipnya, pompa hidraulik ram adalah pompa air yang memanfaatkan energi kinetik air
yangmengalir untuk menaikkan air ke tempat yang lebih tinggi

Gambar 2.13 Pompa Hidraulik Ram


B. Pompa Perpindahan Positif
Pompa perpindahan positif dikenal dengan caranya eroperasi: cairan diambil dari salah
satu ujung dan pada ujung lainnya dialirkan secara positif untuk setiap putarannya. Pompa
perpindahan positif digunakan secara luas untuk pemompaan fluida selain air, biasanya fluida
kental. Pompa perpindahan positif selanjutnya digolongkan berdasarkan cara perpindahannya
(Syahrul, 2004).
a. Pompa Rotary
Jika perpindahan dilakukan oleh gaya putaran sebuah gir, cam atau baling-baling dalam
sebuah ruangan bersekat pada casing yang tetap. Pompa rotary selanjutnya digolongkan
sebagai gir dalam, gir luar, lobe, dan baling-baling dorong dan lain-lain. Pompa-pompa
tersebut digunakan untuk layanan khusus dengan kondisi khusus yang ada di lokasi industri
(Syahrul, 2004).
Pompa rotary terdiri dari rumah pompa yang diam dan mempunyai roda gigi, baling–
baling, piston, nok (cam), segmen, sekrup da lain sebagainya yang beroperasi dalam ruang
bebas (cleareance) yang sempit. Sebagai ganti cairan pada pompa sentrifugal, pompa rotary
akan menerapkan cairan, mendorongnya melalui rumah pompa yang tertutup, hampir sama
dengan piston pompa torak. Akan tetapi tidak seperti pompa torak, pompa rotary
mengeluarkan cairan dengan aliran yang lancar (smooth). Sering dianggap pompa untuk
cairan kental, pompa rotary bukan terbatas pada bagian ini saja. Pompa ini akan
mengalirkan hampir setiap cairan yang tidak mengandung bahan–bahan padat atraktif dan
keras (Syahrul, 2004).
Susunan penggerak pompa rotary untuk design aneka poros (multishaft) terdiri dari dua
jenis. Elemen pemompa pada poros yang digerakkan dapat menggerakkan elemen
pasangannya pada poros yang bebas akan tetapi, bila bahan–bahan abrasive yang ada dalam
cairan itu dapat menyebabkan keausan yang berlebihan atau bila elemen pemompa itu
fleksible, roda gigi pengatur waktu (timing gear) akan menggerakkan poros yang bebas
tadi. Ini akan memungkinkan elemen–elemen pemompa beropersi dalam ruang bebas yang
sempit tanpa terjadinya persentuhanyang keras (Syahrul, 2004).
Umumnya unit pemindahan positif, yakni pompa rotari terdiri dari rumah pompa yang
diam yang mempunyai roda gigi, baling-baling, piston, kam (cam), segmen, sekrup, dan
lain-lain, yang beroperasi dalam ruang bebas (cleareance) yang sempit. Sebagai ganti
pelewatan cairan pada pompa sentrifugal, pompa rotari akan memerangkap cairan,
mendorongnya melalui rumah pompa yang tertutup, hampir sama dengan pompa piston
pada pompa torak. Akan tetapi tidak seperti pompa piston, pompa rotari mengeluarkan
cairan dengan aliran yang lancar (smooth). Sering dianggap sebagai pompa untuk cairan
kental, pompa rotari sekali-sekali bukan terbatas hanya pada keperluan ini saja. Pompa ini
akan mengalirkan hampir setiap cairan yang tidak mengandung bahan-bahan padat yang
abstraktif dan keras. Dan bahan-bahan padat dapat saja terdapat di dalam cairan tersebut
asalkan jaket uap yang menyelubungi rumah pompa dapat mempertahankan bahan padat
tersebut dalam kondisi fluida (Syahrul, 2004).
Susunan penggerak pompa rotari untuk desain aneka paras (multishaft) terdiri dari dua
jenis. Elemen pemompa pada paras yang digerakkan akan menggerakan elemen
pasangannya pada paras yang bebas, akan tetapi, bila bahan-bahan abstraktif yang ada
didalam cairan itu dapat menyebabkan keausan yang berlebihan atau bila elemen pemompa
itu fleksibel, roda gigi pengatur waktu (timing gear) akan menggerakan paras yang bebas
tadi. Ini akan memungkinkan elemen-elemen pemompa beroperasi dalam ruang bebas
(clearance) yang sempit tanpa terjadinya persentuhan yang keras (Syahrul, 2004).
Secara umum pompa rotari dapat diklasifikasikan atas pompa lobe, pompa roda gigi,
pompa ulir, pompa dinding, pompa baling, pompa kumparan block, pompa aksi langsung,
dan pompa tenaga.
1. Pompa Lobe
Pompa lobe dapat digunakan untuk memompa cairan yang kental dan mengandung
padatan. Cara kerja pompa lobe pada prinsipnya sama dengan cara kerja pompa roda gigi
dengan penggigian luar. Pompa jenis ini ada yang mempunyai dua rotor lobe atau tiga rotor
lobe (Syahrul, 2004).

Gambar 2.14 Pompa Lobe


2. Pompa Roda Gigi
Ada 2 macam jenis dari pompa roda gigi, yaitu:
 Ekternal gear pump
Gear yang satu terletak di luar gear yang lain. Untuk tekanan rendah digunakan gear
dengan bentuk straight feeth dan untuk tekanan tinggi digunakan gear dengan feeth
herring bone (berliku – liku).
 Internal gear pump
Pemisahan antara gear yang kecil dan yang besar adalah suatu bentuk cresent shape
(bulansabit) yang berfungsi sebagai seal antara suction dan discharge parts. Pada
internal gear pump, gear yang satu berputar di dalam suatu gear yang lebih besar.
Pompa dengan penggigian luar banyak digunakan untuk memompa minyak pelumas
atau cairan lain yang mempunyai sifat pelumasan yang baik. Pompa dengan penggigian
dalam dapat digunakan untuk memompa zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas)
tinggi, seperti tetes, sirup, dan cat (Syahrul, 2004).
Cara kerja pompa roda gigi yaitu, ketika roda gigi berputar maka akan terjadi penurunan
tekanan pada rumah pompa sehingga cairan mengalir dan mengisi rongga gigi. Cairan yang
terperangkap dalam rongga gigi terbawa berputar kemudian dikempakan dalam saluran
pengeluaran, karena pada bagian ini terjadi pengecilan rongga gigi (Syahrul, 2004).

Gambar 2.15 Pompa Roda Gigi


3. Pompa Ulir
Sama halnya dengan pompa roda gigi, pompa ulir ini cocok untuk memompa zat cair
yang bersih dan mempunyai sifat pelumasan yang baik. Oleh gerak putar poros ulir zat cair
mengalir dalam arah aksial. Pompa jenis ini hanya dapat digunakan untuk tekanan pada
saluran kempa lebih rendah dari tekanan pada saluran isap dan bila zat cair yang dipompa
mempunyai kekentalan tinggi. Pada keadaan kering pompa ini tidak dapat mengisap
sendiri, sehingga sebelum digunakan pompa ini harus terisi cairan yang akan dipompa
(dipancing) (Syahrul, 2004).
Gambar 2.16 Pompa Ulir
4. Pompa Dinding
Pompa berporos tunggal yang di dalam rumah pompa berisi sebuah rotor berbentuk
silinder yang mempunyai alur-alur lurus pada kelilingnya. ke dalam alur-alur ini
dimasukkan sudu-sudu lurus yang menempel pada dinding dalam rumah pompa dan dapat
berputar secara radial dengan mudah. Rotor ini dipasang asimetri dalam rumah pompa
(Syahrul, 2004).

Gambar 2.17 Pompa Dinding


Ketika rotor berputar tekanan dalam rumah pompa turun sehingga terjadi kerja isap dan
pada saluran pemasukkan terjadi pembesaran ruang kosong, sehingga cairan dapat
mengalir dari sumber dan mengisi rongga kosong dalam rumah pompa. Pada tempat
pengeluaran terjadi pengecilan ruang kosong sehingga pada tempat ini terjadi kerja kempa.
Dengan cara ini secara berturut-turut terjadi kerja isap dan kerja kempa (Syahrul, 2004).
5. Pompa Baling
Pompa baling berayun (swinging vane pump) mempunyai sederetan baling berayun
yang akan keluar bila rotor berputar, menjebak cairan dan memaksanya keluar pipa
buangan pompa. Pompa baling geser (slidding vane pump) menggunakan baling-baling
yang dipertahankan tetap menekan lubang rumah pompa oleh gaya sentrifugal bila rotor
berputar (Syahrul, 2004).
Gambar 2.18 Pompa Baling
6. Pompa Kumparan Block
Pompa blok kumparan mempunyai rotor bulat yang digerakkan dalam rumah pompa
kosentrik. Di dalam roda tadi, balok kumparan dan piston saling berputar oleh eksentrik
yang ditempatkan oleh pena bebas yang menghasilkan sedotan dari sisi buang.
7. Pompa Aksi Langsung
Pada pompa jenis aksi langsung (direct acting pump) ini, sebuah batang piston (piston
rod) bersama menghubungkan piston untuk uap dan piston untuk cairan atau plunger.
Pompa aksi langsung di buat dengan sistem simpleks (masing masing satu piston uap dan
satu piston cairan) dan dupleks (dua piston uap dan dua piston cairan) (Syahrul, 2004).

Gambar 2.19 Pompa Aksi Langsung


8. Pompa tenaga
Pompa tenaga (power pump) ini mempunyai poros engkol yang digerkkan dari sumber
penggerak luar, umumnya motor listrik, sabuk mesin atau rantai. Roda roda gigi sering
dipakai antara penggerak dan poros engkol untuk mengurangi kecepatan keluaran
penggerak. Bila digerakkan dalam kecepatan konstan, pompa tenaga mengalirkan kapasitas
yang hampir konstan dan mempunyai efisiensi yang bagus. Pompa tenaga baik dipakai
khususnya untuk keperluan tekanan tinggi dan dipakai pengisian air ketel, pemompaan
jaringan pipa, pemrosesan petroleum dan penggunaan jenis serupa (Syahrul, 2004).

b. Pompa Reciprocating
Jika perpindahan dilakukan oleh maju mundurnya jarum piston. Pompa reciprocating
hanya digunakan untuk pemompaan cairan kental dan sumur minyak. Pompa bolak–balik
mempunyaii bagian utama berupa torak atau diafragma yang bergerak bolak–balik didalam
selinder untuk dapat mengalirkan fluida. Pompa ini dilengkai dengan katup–katup, dimana
fluida bertekanan rendah di hisap melalui katup hisap ke ruang selinder, kemudian ditekan
oleh torak atau diafragma hingga tekanan statisnya naik dan sanggup mengalirkan fluida
keluar melalui katup tekan (Syahrul, 2004).
Pompa bolak–balik memiliki langkah–langkah kerja, pada langkah hisap maka terjadi
kevakuman di dalam ruang silinder katup hisap terbuka maka cairan masuk ke ruang
silinder, pada saat langkah tekan katup hisap tertutup dan katup keluar terbuka, sehingga
fluida terdesak dan tekanan menjadi naik, kemudian aliran keluar melalui saluran keluar.
Proses tersebut berlangsung terus–menerus selama pompa bekerja. Pompa ini digunakan
untuk Proses yang memerlukan head yang tinggi dan Kapasitas fluida yang rendah.
(Syahrul, 2004).
1. Pompa torak
Pompa torak merupakan pompa yang banyak digunakan dalam kelompok pompa desak
gerak bolak-balik. Menurut cara kerjanya pompa torak dapat dikelompokkan dalam kerja
tunggal dan kerja ganda Pompa torak cocok digunakan untuk pekerjaan pemompaan
dengan daya isap (suction head) yang tinggi disamping itu pompa torak dapat digunakan
untuk memompa udara dalam kapasitas yang besar (Syahrul, 2004).
Untuk pompa torak kerja tunggal dan silinder tunggal, aliran cairan terjadi apabila
batang torak dan torak bergerak ke atas, zat cair akan terisap oleh katup isap di sebelah
bawah dan pada saat yang sama cairan yang ada disebelah atas torak akan terkempakan ke
luar. Jika torak bergerak ke bawah katup isap akan tertutup dan katup kempa terbuka
sehingga cairan tertekan ke atas torak melalui katup kempa. Dengan gerakan ini maka akan
terjadi kerja isap dan kerja kempa secara bergantian (Syahrul, 2004).

Gambar 2.20 Pompa Torak


2. Pompa plunger
Pompa plunger merupakan suatu silinder baja yang panjang, packingnya terletak
konstan (stationary) pada bagian dalam dari silindernya. Perbedaannya dengan torak yaitu
bentuknya lebih panjang dan pakingnya menempel pada silinder. Sedangkan pada torak,
pakingnya menempel pada torak itu sendiri. Pompa plunger pada umumnya digunakan
untuk aliran volum (kapasitas) yang kecil tetapi tekanan yang dapat dicapai lebih tinggi
dari pada yang dapat dicapai dengan pompa torak. Pompa plunger banyak digunakan untuk
pompa bahan bakar motor diesel. Prinsip kerja pompa plunger sama dengan prinsip kerja
pompa torak, tetapi torak diganti dengan plunger (Syahrul, 2004).

Gambar 2.21 Pompa Plunger


3. Pompa Membran
Pompa membran sering digunakan untuk memompa air kotor (pompa kepala kucing)
dan dapat digunakan untuk pompa bahan bakar. Pada pompa ini, pembesaran dan
pengecilan ruang dalam rumah pompa disebabkan oleh membran yang kenyal. Seperti
halnya pompa torak, pompa membran dapat digunakan sebagai kerja tunggal dan kerja
ganda, dan juga memberikan aliran cairan yang terputus-putus (Syahrul, 2004)
Gambar 2.22 Pompa Membran
C. Sistem Proteksi Pompa
Agar pompa dapat beroperasi dengan baik, terdapat prosedur proteksi standar yang
diterapkan pada pompa sentrifugal. Beberapa standar minimum paling tidak terdiri dari,
(Syahrul, 2004).
 Proteksi terhadap aliran balik
Aliran keluaran pompa dilengkapi dengan check valve yang membuat aliran hanya bisa
berjalan satu arah, searah dengan arah aliran keluaran pompa.
 Proteksi terhadap overload
Beberapa alat sepertipressure switch low, flow switch high, dan overload relaypada
motor pompa dipasang pada sistem pompa untuk menghindari overload
 Proteksi terhadap Vibrasi
Vibrasi yang berlebihan akan menggangu kinerja dan berkemungkinan merusak pompa.
Beberapa alat yang ditambahkan untuk menghindari vibrasi berlebihan ialah vibration
switch dan vibration monitor.
 Proteksi terhadap minimum flow
Peralatan seperti pressure switch high (PSH), flow switch low (FSL), dan return line yang
dilengkapi dengan control valve dipasang pada sistem pompa untuk melindungi pompa
dari kerusakan akibat tidak terpenuhinya minimum flow.

 Proteksi terhadap low NPSH available


Apabila pompa tidak memiliki NPSHa yang cukup, aliran keluaran pompa tidak akan
mengalir dan fluida terakumulasi dalam pompa. Beberapa peralatan safety yang
ditambahkan pada sistem pompa ialah level switch low (LSL) dan pressure switch
low (PSL).

2.2.2 Kompresor
Kompresor adalah suatu alat yang berfungsi untuk membangkitkan/menghasilkan udara
bertekanan dengan cara menghisap dan memampatkan udara tersebut kemudian disimpan di
dalam tangki udara kembali untuk disuplai kepada pemakai (sistem pneumatik). Kompresor
dilengkapi dengan tabung untuk menyimpan udara bertekanan, sehingga udara dapat mencapai
jumlah dan tekanan yang diperlukan. Tabung udara bertekanan pada kompresor dilengkapi
dengan katup pengaman, bila tekanan udaranya melebihi ketentuan, maka katup pengaman
akan terbuka secara otomatis. Pemilihan jenis kompresor yang digunakan tergantung dari
syarat-syarat pemakaian yang harus dipenuhi misalnya dengan tekanan kerja dan volume udara
yang akan diperlukan dalam sistim peralatan (katup dan silinder pneumatik) (Suwasono, 2010).

Gambar 2.23 Kompresor

A. Jenis-jenis Kompresor
Secara garis besar kompresor dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Positive
Displacement compressor, dan Dynamic compressor. Pada positive displacement compressor,
sejumlah udara atau gas di kompres dalam ruang kompresi dan volumenya secara mekanik
menurun, menyebabkan peningkatan tekanan kemudian di alirkan keluar. Pada kecepatan
konstan, aliran udara tetap konstan dengan variasi pada tekanan pengeluaran (Suwasono,
2010).
Kompresor dinamik bekerja dengan cara memindahklan energi pada sudu dengan dasar
pembelokan aliran sehingga energi kinetik dalam kompresor akan bertambah seiring
bertambahnya kecepatan alirannya. Proses ini berlangsung pada bagian yang bergerak yang
disebut impeler.Setelah melewati impeler, gas tersebut akan dilewatkan pada rumah kompresor
yang berbentuk volut. Bentuk rumah kompresor ini akan menurunkan kecepatan aliran gas atau
dengan kata lain mengubah energi kinetik menjadi energi tekanan (Suwasono, 2010).

Gambar 2.24 Jenis-jenis kompresor


1. Positive Displacement Compressor
Kompresor jenis ini terbagi menjadi:
a. Kompresor Torak Resiprokal (reciprocating compressor)
Kompresor ini dikenal juga dengan kompresor torak, karena dilengkapi dengan torak yang
bekerja bolak-balik atau gerak resiprokal. Pemasukan udara diatur oleh katup masuk dan
dihisap oleh torak yang gerakannya menjauhi katup. Pada saat terjadi pengisapan, tekanan
udara di dalam silinder mengecil, sehingga udara luar akan masuk ke dalam silinder secara
alami. Pada saat gerak kompresi torak bergerak ke titik mati bawah ke titik mati atas, sehingga
udara di atas torak bertekanan tinggi, selanjutnya di masukkan ke dalam tabung penyimpan
udara. Tabung penyimpanan dilengkapi dengan katup satu arah, sehingga udara yang ada
dalam tangki tidak akan kembali ke silinder. Proses tersebut berlangsung terus-menerus hingga
diperoleh tekanan udara yang diperlukan. Gerakan mengisap dan mengkompresi ke tabung
penampung ini berlangsung secara terus menerus, pada umumnya bila tekanan dalam tabung
telah melebihi kapasitas, maka katup pengaman akan terbuka, atau mesin penggerak akan mati
secara otomatis (Suwasono, 2010).

Gambar 2.25 Kompresor Torak Resiprokal

 Kompresor Torak Dua Tingkat Sistem Pendingin Udara (double action)


Kompresor udara bertingkat digunakan untuk menghasilkan tekanan udara yang lebih
tinggi. Udara masuk akan dikompresi oleh torak pertama, kemudian didinginkan,
selanjutnya dimasukkan dalam silinder kedua untuk dikompresi oleh torak kedua sampai
pada tekanan yang diinginkan. Pemampatan (pengompresian) udara tahap kedua lebih besar,
temperature udara akan naik selama terjadi kompresi, sehingga perlu mengalami proses
pendinginan dengan memasang sistem pendingin. Metode pendinginan yang sering
digunakan misalnya dengan sistem udara atau dengan system air bersirkulasi (Suwasono,
2010).
Gambar 2.26 Kompresor Torak Dua Tingkat Sistem Pendingin Udara

Batas tekanan maksimum untuk jenis kompresor torak resiprokal antara lain, untuk
kompresor satu tingkat tekanan hingga 4 bar, sedangkan dua tingkat atau lebih
tekanannya hingga 15 bar (Suwasono, 2010).
Kelebihan Kompresor torak resiprokal:
 Mempunyai positive displacement (menghasilkan udara bertekanan tinggi dengan
jalan menurunkan besar volume), sehingga perbandingan volume refrigerant (aktual/
sebenarnya) yang dapat dipompa oleh piston dan volume teoritik yang dapat dipompa
oleh piston (efisiensi volumetrik) cukup tinggi.
 Mempunyai kecepatan putar yang relatif lebih rendah (dibandingkan dengan
kompresor sentrifugal) sehingga lebih aman.
 Mempunyai kemampuan untuk menangani refrigeran yang mempunyai berat jenis
tinggi, sehingga memungkinkan mensirkulasikan refrigeran dalam volume yang
banyak di dalam pipa yang kecil dan dalam jarak yang relatif lebih jauh dari
kompresornya.
 Mempunyai kemampuan untuk menjaga kestabilan tekanan tinggi di sisi
discharge. Hal ini memungkinkan penggunaan air cooled condensor (udara sebagai
medium pendingin) walaupun pada saat musim panas.
 Konstruksi lebih sederhana dan lebih murah pemeliharaannya.
 Kompresor torak paling tepat untuk mesin berkapasitas sampai 200 ton per
unit mesin.

Kekurangan:
Kekurangan kompresor torak akan muncul bila kapasitas mesin melebihi 200 ton, yaitu
jumlah dan ukuran silinder menjadi berlebihan dan masalah pendinginan dan pelumasan
dapat menjadi problem yang serius karena jarak yang terlalu jauh dari kompresor.
b. Kompresor Putar (Rotary Compressor)
Kompresor Rotari Baling-baling Luncur Secara eksentrik rotor dipasang berputar dalam
rumah yang berbentuk silindris, mempunyai lubang-lubang masuk dan keluar. Keuntungan dari
kompresor jenis ini adalah mempunyai bentuk yang pendek dan kecil, sehingga menghemat
ruangan. Bahkan suaranya tidak berisik dan halus dalam, dapat menghantarkan dan
menghasilkan udara secara terus menerus dengan mantap. Baling-baling luncur dimasukkan ke
dalam lubang yang tergabung dalam rotor dan ruangan dengan bentuk dinding silindris. Ketika
rotor mulai berputar, energi gaya sentrifugal baling-balingnya akan melawan dinding. Karena
bentuk dari rumah baling-baling itu sendiri yang tidak sepusat dengan rotornya maka ukuran
ruangan dapat diperbesar atau diperkecil menurut arah masuknya (mengalirnya) udara
(Suwasono, 2010).
Keuntungan :
1. Dapat berputar pada putaran tinggi, sehingga dimensinya relatif lebih kecil
2. Getaran mekanisnya lebih kecil.
3. Perawatannya lebih sederhana karena jumlah bagiannya lebih sedikit, missal tanpa
katup dan mekanisme lain.
4. Dapat memberikan debit yang lebih kontinyu dibandingkan dengan kompresor
resiprokating.
Kerugian :
1. Tidak dapat memberikan tekanan akhir yang tinggi. Bila diperlukan tekanan akhir
tinggi harus dibuat bertingkat. Efisiensi volumetrisnya rendah bila bagian-bagiannya
kurang presisi.

Gambar 2.27 Kompresor Putar

 Kompresor Sekrup (Screw)


Kompresor Sekrup memiliki dua rotor yang saling berpasangan atau bertautan
(engage), yang satu mempunyai bentuk cekung, sedangkan lainnya berbentuk cembung,
sehingga dapat memindahkan udara secara aksial ke sisi lainnya. Kedua rotor itu identik
dengan sepasang roda gigi helix yang saling bertautan. Jika roda-roda gigi tersebut
berbentuk lurus, maka kompresor ini dapat digunakan sebagai pompa hidrolik pada
pesawat-pesawat hidrolik. Roda-roda gigi kompresor sekrup harus diletakkan pada rumah-
rumah roda gigi dengan benar sehingga betul-betul dapat menghisap dan menekan fluida
(Suwasono, 2010).
Gambar 2.28 Kompresor Sekrup
 Kompresor lobe (Root Blower)
Kompresor jenis ini akan mengisap udara luar dari satu sisi ke sisi yang lain tanpa ada
perubahan volume. Torak membuat penguncian pada bagian sisi yang bertekanan. Prinsip
kompresor ini ternyata dapat disamakan dengan pompa pelumas model kupu-kupu pada
sebuah motor bakar. Beberapa kelemahannya adalah: tingkat kebocoran yang tinggi.
Kebocoran terjadi karena antara baling-baling dan rumahnya tidak dapat saling rapat betul.
Berbeda jika dibandingkan dengan pompa pelumas pada motor bakar, karena fluidanya
adalah minyak pelumas maka film-film minyak sendiri sudah menjadi bahan perapat antara
dinding rumah dan sayap-sayap kupu itu. Dilihat dari konstruksinya, Sayap kupu-kupu di
dalam rumah pompa digerakan oleh sepasang roda gigi yang saling bertautan juga, sehingga
dapat berputar tepat pada dinding (Suwasono, 2010).

Gambar 2.29 Kompresor lobe

 Sliding Vane Compressor


Disebut juga rotary vane compressor atau kompresor sudu luncur. Terdiri atas sebuah
rotor yang dipasang secara eksentris pada silinder yang sedikit lebih besar dari pada rotor.
Gambar berikut menunjukkan bagian-bagian kompresor sudu luncur (Suwasono, 2010).
Gambar 2.30 Sliding Vane Compressor
Baling-baling bergerak maju mundur secara radial dalam slot rotor mengikuti kontur
dinding silinder saat rotor berputar. Sudu didorong oleh gaya sentrifugal yang timbul saat
rotor berputar sehingga selalu rapat dengan dinding silinder. Untuk menjamin kerapatan
antara sudu dengan dinding silinder dipasang pegas pada slot rotor. Untuk menjaga agar
sudu tidak cepat aus, maka biasanya diujung sudu yang bersinggungan dengan casing
digunakan logam lain. Kapasitas kompresor untuk ukuran rotor dan casing yang sama
adalah fungsi jumlah sudu. Semakin banyak sudunya, makin besar kapasitasnya, tetapi
perbandingan kompresinya lebih rendah dan volume vane lebih besar. Randemen
volumetrisnya berkisar antara 0,6 sd 0,9 (Suwasono, 2010).

 Liquid Compressor (water ring)


Merupakan kompresor rotari yang proses kompresinya menggunakan zat cair yang
membentuk cincin dan berfungsi sebagai piston, umumnya cairan tersebut adalah air tetapi
dapat juga oli (Suwasono, 2010).

2. Kompresor Dynamic (Turbo Compressor)


Jenis kompresor ini cocok untuk menghasilkan volume udara yang besar. Kompresor
aliran udara ada yang dibuat dengan arah masuknya udara secara aksial dan ada yang secara
radial. Arah aliran udara dapat dirubah dalam satu roda turbin atau lebih untuk menghasilkan
kecepatan aliran udara yang diperlukan. Energi kinetik yang ditimbulkan menjadi energy
bentuk tekanan (Suwasono, 2010).

 Kompresor Aliran Radial


Percepatan yang ditimbulkan oleh kompresor aliran radial berasal dari ruangan ke
ruangan berikutnya secara radial. Pada lubang masuk pertama udara dilemparkan keluar
menjauhi sumbu. Bila kompresornya bertingkat, maka dari tingkat pertama udara akan
dipantulkan kembali mendekati sumbu. Dari tingkat pertama masuk lagi ke tingkat
berikutnya, sampai beberapa tingkat sesuai yang dibutuhkan. Semakin banyak tingkat dari
susunan sudu-sudu tersebut maka akan semakin tinggi tekanan udara yang dihasilkan.
Prinsip kerja kompresor radial akan mengisap udara luar melalui sudu-sudu rotor, udara
akan terisap masuk ke dalam ruangan isap lalu dikompresi dan akan ditampung pada tangki
penyimpanan udara bertekanan hingga tekanannya sesuai dengan kebutuhan (Suwasono,
2010).

Gambar 2.31 Kompresor Aliran Radial

 Kompresor Aliran Aksial


Pada kompresor aliran aksial, udara akan mendapatkan percepatan oleh sudu yang
terdapat pada rotor dan arah alirannya ke arah aksial yaitu searah (sejajar) dengan sumbu
rotor. Jadi pengisapan dan penekanan udara terjadi saat rangkaian sudu-sudu pada rotor itu
berputar secara cepat. Putaran cepat ini mutlak diperlukan untuk mendapatkan aliran udara
yang mempunyai tekanan yang diinginkan. Teringat pula alat semacam ini adalah seperti
kompresor pada sistem turbin gas atau mesin-mesin pesawat terbang turbo propeller.
Bedanya, jika pada turbin gas adalah menghasilkan mekanik putar pada porosnya. Tetapi,
pada kompresor ini tenaga mekanik dari mesin akan memutar rotor sehingga akan
menghasilkan udara bertekanan (Suwasono, 2010).
Gambar 2.32 Kompresor Aliran Aksial
 Kompresor sentrifugal
Kompresor sentrifugal memiliki elemen berputar yang sederhana, terpasang pada poros
yang dihubungkan ke motor penggerak. Tipe ini makin banyak dipakai di proses industri
atau sebagai supercharger pada mesin pesawat terbang. Ukuran kompresor sentrifugal dapat
lebih kecil dibandingkan dengan kompresor torak karena putarannya yang jauh lebih tinggi.
Prinsip kerja kompresor sentrifugal sama dengan pompa sentrifugal. Mula-mula impeler
menaikkan kecepatan gas, kemudian gas dengan kecepatan tinggi akan masuk ke diffuser
dimana terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi tekanan. Pada kompresor sentrifugal
satu tingkat kenaikan tekanan yang dihasilkan kecil, agar lebih besar kemudian digunakan
Kompresor sentrifugal bertingkat dengan pendinginan. Proses kompresi untuk kompresor
tingkat banyak sama seperti kompresor torak. Tujuan dibuat bertingkat untuk Penghematan
energi pada proses kompresi dan memperkecil ukurannya (Suwasono, 2010).

Gambar 2.33 Kompresor Sentrifugal


Oleh karena fluida yang digunakan pada perancangan pabrik alkil poliglikosida ini
merupakan fluida cair maka digunakan pompa pada perancangannya. Karena kompresor
biasanya digunakan untuk mengalirkan fluida dalam bentuk gas, bukan cairan.

2.3 Dasar Perancangan


2.3.1 Pompa
Jenis pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal. Pompa sentrifugal ini lebih
banyak digunakan daripada jenis displacement karena memiliki kelebihan, seperti: harganya
murah, biaya pemeliharaan kecil, ruang yang dibutuhkan lebih sedikit, dan aliran yang
dihasilkan lebih seragam. Material yang digunakan untuk konstruksi pompa adalah cast iron
karena bahan ini cukup stabil dan efisien digunakan. Untuk menghitung daya pompa
menggunakan persamaan berikut, (Geancoplis, 1999).
1 𝑔 𝑃2 − 𝑃1
(𝑣22 − 𝑣12 ) + (𝑧2 − 𝑧1 ) + + 𝛴𝐹 + 𝑊𝑠 = 0
2. 𝑔𝑐 . 𝛼 𝑔𝑐 𝜌
Dimana : v = kecepatan alir fluida
z = jarak tempuh fluida secara vertikal
P = tekanan
ΣF = friction loss
Ws = Daya pompa
g = percepatan grafitasi
Efisiensi pompa didapat dari tabel 2.2 (Walas, 1988).
 Kapasitas Pemompaan
Kapasitas pemompaan (F) = 1,1 x Fu(dengan faktor keamanan 10%) (2.1-1)
F
Laju alir volumetrik (Q) =ρ (2.1-2)

 Perhitungan Diameter Pipa


Diameter Optimum (Di) = 3,9 (Q)0,45 (ρ)0,13 (2.1-3)
 Perhitungan Bilangan Reynold (Nre)
𝑄
Kecepatan aliran linier (v) =𝐴 (2.1-4)
𝑡

ID .v .ρ
Bilangan Reynold (NRe) = (2.1-5)
𝜇

 Perhitungan friction losses aliran


ΔL v2
Friksi pada pipa lurus (Ff) = 4f. . 2g (2.1-6)
ID 𝑐
v2
Friksi pada fitting dan valve (hf) = n . Kf . 2g (2.1-7)
𝑐

Friksi yang disebabkan oleh kontraksi pipa (hc) :


v2
Kc . 2.α .gc
𝐴2
Kc = 0,55 (1 - ) (2.1-8)
𝐴1

Friksi yang disebabkan oleh pembesaran pipa (hex) :


v2
Kex . 2.α .gc
𝐴2 2
Kex = (1 - ) (2.1-9)
𝐴1

Total friksi ∑F = Ff + hf + hc + hex (2.1-10)


 Perhitungan Brake Horse Power (BHP) pompa
g Δv2 ΔP
Perhitungan tenaga pompa (-WS) = 𝛥z . gc + 2.α .gc + + ∑F (2.1-11)
ρ
(−𝑊𝑠 ).Q . ρ
Brake Horse Power (BHP) = (2.1-12)
550 𝜂p
BHP
Perhitungan daya motor (P) = (2.1-13)
𝜂m

Tabel 2.2 Typical performences of various kinds of pumps

Anda mungkin juga menyukai