BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
API Gravity minyak mentah berkisar antara 10 hingga 50, namun biasanya
berkisar antara 20 hingga 45. Terdapat pula klasifikasi minyak mentah
berdasarkan SG dan API Gravity, yang disajikan dalam tabel 2.2.
Tipe Minyak Mentah SG API Gravity
Ringan ≤ 0.830 ≤ 39.0
Medium Ringan 0.830 - 0.850 39.0 - 35.0
Medium Berat 0.850 - 0.865 35.0 - 32.1
Berat 0.865 - 0.905 32.1 - 24.9
Sangat Berat ≥ 0.905 ≥ 24.9
Tabel 2.2 Nilai SG dan API Gravity
2. Kadar Sulfur
Kadar sulfur dalam minyak mentah memiliki rentang 0.1% hingga 5%
berat. Minyak mentah dengan kadar sulfur lebih besar dari 0.5% mengharuskan
proses yang lebih banyak dan lebih rumit. Minyak mentah dengan kadar sulfur
tinggi disebut sour, dan terutama jika sulfur tersebut bersifat korosif, sedangkan
minyak mentah dengan kadar sulfur rendah disebut sweet. Sulfur dapat meracuni
katalis, mengurangi efektivitas zatzat tambahan serta menimbulkan korosi pada
peralatan proses. Klasifikasi minyak mentah berdasarkan kandungan sulfurnya
disajikan dalam tabel 2.3.
Tipe Minyak Mentah Kadar Sulfur (% berat)
Non-sulfurik 0.01 - 0.03
Sulfur Rendah 0.03 - 0.10
Sulfurik 1.30 - 3.00
Sulfur Tinggi ≥ 3.00
3. Kadar Nitrogen
Nitrogen menentukan kualitas minyak mentah karena berpengaruh dalam
proses yang melibatkan katalis (proses katalitik). Kelancaran proses katalitik
minyak bumi dipengaruhi oleh kadar nitrogen yang ada. Selain itu bau, kestabilan
warna, dan sifat penuaan produk akan dipengaruhi pula oleh kadar nitrogen. Nilai
maksimum kadar nitrogen dalam minyak mentah adalah 0.25% berat.
4. Kadar Garam
Kadar garam dalam minyak mentah menentukan kebutuhan proses
penghilangan garam (desalting) sebelum masuk ke dalam proses utama. Desalting
diperlukan untuk mencegah korosi dan penyumbatan pada peralatan proses. Jika
kandungan garam dalam minyak mentah melebihi 10 lbm per 1000 barrel maka
proses desalting menjadi suatu keharusan.
5. Kadar Logam
Minyak mentah mengandung berbagai macam logam seperti besi, kalsium,
magnesium, aluminium, nikel, dan vanadium. Logam terdapat dalam bentuk
garam yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometalik
dan metal soap. Kalsium dan magnesium adalah zat aktif permukaan (surface
active agent) yang berfungsi sebagai penstabil emulsi. Beberapa logam tidak
diinginkan berada dalam minyak mentah, dan salah satunya adalah vanadium.
Katalis yang digunakan dapat teracuni oleh logam ini. Kadar vanadium dapat
dideteksi dengan metode emission dan atomic absorption.
6. Residu Karbon
Residu karbon menyatakan kandungan aspal dan jumlah fraksi pelumas
yang dapat diambil. Semakin kecil kandungan residu karbon, semakin berharga
suatu minyak mentah karena memiliki persentase yang besar untuk pembuatan
pelumas. Besar residu karbon ditentukan dengan distilasi terus menerus hingga
tertinggal residu kokas (karbon) tanpa adanya air. Residu karbon umumnya
berkisar antara 0.1% hingga 5% berat.
Semakin rendah titik tuang, semakin rendah kadar parafin dan semakin tinggi
kadar aromatik dalam minyak mentah.
8. Rentang Distilasi
Rentang distilasi penting untuk diketahui karena dapat menghasilkan
petunjuk mengenai kuantitas dan kualitas berbagai fraksi yang ada dalam minyak
mentah. Faktanya, pengukuran rentang distilasi merupakan karakterisasi yang
terpenting dalam industri kilang minyak bumi. Jenis analisa yang biasa digunakan
untuk menentukan titik didih adalah true boiling point (TBP) distillation (ASTM
D-2892).
Distilasi TBP menggunakan kolom yang dilengkapi dengan pengatur laju
alir cairan refluks dan mekanisme tertentu yang menghasilkan kontak yang sangat
baik antara uap dan cairan refluks. Kedua hal tersebut diharapkan menghasilkan
derajat fraksionasi
yang maksimal.
9. Viskositas
Viskositas menyatakan kemudahan mengalir suatu fluida. Viskositas
minyak mentah pada umumnya dalam selang 40 sampai 60 SSU pada
− Minyak pelumas
Minyak pelumas memiliki titik didih tinggi. Untuk digunakan pada mesin
atau industri, minyak pelumas ditambahkan beberapa aditif yang akan
meningkatkan kualitas sesuai kebutuhannya. Minyak pelumas dapat dibagi
menjadi tiga kelas, yaitu motor oil, industrial oil dan metal working oil.
− Petroleum Waxes (lilin)
Lilin dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lilin parafin dan lilin mikrokristalin.
Pengguanaan lilin parafin adalah untuk lilin, korek api, mencegah karat, pelapis
peralatan listrik dan komunikasi, dan sebagainya.
− Petroleum Greases (Gemuk)
Gemuk merupakan bahan setengah padatan yang biasa digunakan dalam
pelumasan. Sifat-sifatnya sangat bervariasi dari yang sangat lunak sampai keras
seperti bata. Titik lelehnya antara 160 – 350 oF.
− Aspal
Aspal adalah produk berat dari minyak bumi yang harganya relatif murah.
Aspal berwarna coklat hitam, larut dalam benzen, tetapi tidak dalam pelarut
paraffin ringan. Penggunaan terbesar aspal adalah sebagai pelapis jalan raya.
c. Produk petrokimia
Produk-produk petrokimia yang dapat dihasilkan dari pengilangan minyak
bumi antara lain Benzene, Toluene, Xylene (BTX), PTA, nilon, stiren,
polipropilen, PVC, etilen glikol, DMT, PET, dll.
karena itu permisahan minyak bumi dengan pada proses primer memanfaatkan
proses – proses pemisahan secara fisika.
1. Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan minyak mentah berdasarkan perbedaan
titik didih. Distilasi merupakan proses utama dalam pengolahan minyak bumi
menjadi produk – produknya. Distilasi terbagi menjadi dua, yaitu distilasi
atmosferik dan distilasi vakum. Distilasi atmosferik dilakukan pada tekanan
atmosfer. Produk yang dihasilkan oleh kolom distilasi atmosferik adalah gas,
LPG, nafta, kerosin, gas oil dan residu. Fraksi yang belum dapat dikonsumsi
sebagai bahan bakar, seperti residu atau fraksi minyak berat, diproses lebih lanjut
dengan distilasi vakum. Distilasi vakum dilakukan pada kondisi tekanan vakum.
Hal ini disebabkan karena fraksi minyak berat hanya dapat dipisahkan pada
temperatur tinggi, namun pada temperatur yang tinggi minyak mentah akan
mengalami perengkahan (cracking). Oleh sebab itu, tekanan pada kolom dibuat
vakum agar titik didih fraksi minyak berat tersebut dapat dicapai pada temperature
di bawah temperatur cracking. Produk yang dihasilkan pada distilasi ini adalah
Light Vacuum Gas Oil (LVGO), Medium Vacuum Gas Oil (MVGO), Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO), dan Vacuum Residue.
2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan minyak mentah dengan memanfaatkan
sifat kelarutan suatu zat dengan pelarut tertentu. Merupakan proses tertua dalam
pengilangan minyak bumi. Awalnya proses ini dilakukan untuk meningkatkan
kualitas kerosin. Contoh pemisahan secara ekstraksi adalah pada pengolahan
minyak pelumas, aspal (propane deasphalting), dan pengolahan BTX.
4. Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik leleh.
Kristalisasi umumnya digunakan pada proses dewaxing, yaitu memisahkan lilin
(wax) dari minyak mentah. Lilin terlarut dalam minyak dan mendidih pada selang
titik didih minyak pelumas sehingga lilin tidak dapat dipisahkan dengan distilasi.
Pada proses dewaxing, minyak didinginkan untuk mengkristalkan lilin, kemudian
disaring dan diendapkan untuk mendapatkan kristal lilin.
1. Dekomposisi Molekul
Dekomposisi molekul adalah proses perubahan hidrokarbon dari fraksi
berat menjadi fraksi yang lebih ringan. Proses dekomposisi molekul biasa disebut
dengan proses perengkahan atau cracking. Proses perengkahan minyak bumi
bertujuan untuk bertujuan untuk mengkonversi minyak berat (Vacuum Gas Oil
dan Long Residue) menjadi produk minyak ringan bernilai jual tinggi seperti
propana dan butana sebagai komponen LPG dan nafta sebagai HOMC. Proses
perengkahan minyak mentah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu thermal cracking,
catalytic cracking, dan hydrocracking.
Thermal cracking merupakan proses perengkahan minyak berat (biasanya
fuel oil atau residu) menjadi produk yang lebih ringan seperti nafta dan kerosin.
Proses ini menggunakan temperatur yang tinggi untuk memutus rantai
hidrokarbon. Berdasarkan sifat produk yang dihasilkan, proses ini dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu thermal cracking, visbreaking, dan coking. Ketiga proses ini
mempunyai konfigurasi dasar yang sama, terdiri dari tungku pembakaran tempat
perengkahan, kolom soaking, dan kolom fraksionasi.
Pada proses catalytic cracking, pemutusan rantai hidrokarbon dibantu
dengan menggunakan katalis. Proses ini meningkatkan kualitas perolehan dan
sifat-sifat produk yang dihasilkan dari unit fraksionasi. Katalis perengkahan
adalah bahan padat dengan sifat asam. Katalis yang digunakan untuk proses ini
dapat diregenerasikan kembali untuk proses selanjutnya.
Proses hydrocracking merupakan proses perengkahan dengan bantuan gas
hidrogen, beroperasi pada temperatur 300 – 45 oC dan tekanan tinggi sekitar 80 –
140 bar. Proses perengkahan katalitik yang sangat fleksibel tetapi mahal ini
diselenggarakan pada dua atau tiga reaktor unggun diam tergantung pada produk
yang diinginkan. Proses ini digunakan pada umpan yang mengandung logam,
nitrogen dan belerang yang tinggi. Dari bahan dasar yang berkualitas rendah ini
dapat dihasilkan produk–produk seperti gasoline, kerosin, pelumas, bahan baku
petrokimia, LPG, dll.
Saat ini, industri pengilangan minyak lebih cenderung memilih proses
catalytic cracking dibandingan dua jenis perengkahan lainnya. Hal ini didasari
alasan ekonomis karena proses perengkahan katalitik dapat menghasilkan
perolehan produk yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang sama. Selain
itu, katalis yang digunakan pada proses ini dapat diregenerasi dengan lebih
mudah.
2. Kombinasi Molekul
Proses pengolahan ini adalah kebalikan dari proses dekomposisi, dimana
proses ini menggabungkan dua produk fraksi ringan menjadi fraksi yang lebih
besar. Proses ini dapat digunakan untuk mengolah gas-gas ringan hasil
perengkahan. Dua contoh utama kombinasi molekul adalah polimerisasi dan
alkilasi. Kedua proses ini merupakan proses yang saling berkompetisi.
Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih menjadi
molekul yang lebih besar. Pada industri pengilangan, polimerisasi dilakukan untuk
penggabungan olefin menjadi gasolin. Gasolin yang dihasilkan mempunyai angka
2.2.3 Treating
Proses treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa
pengotor yang masih ada pada produk pengilangan atau untuk menstabilkan
produk. Proses treating yang paling penting adalah proses penghilangan gas H2S
dengan menggunakan MEA atau dengan caustic soda (NaOH). Proses treating ini
dilakukan pada unit CTU (Caustic Treating Unit), BB treater (Butane-Butylene
Treater), Doctor Treater (untuk menghilangkan merkapan-merkapan), dan SARU
(Sulphuric Acid Recovery Unit). Proses treating di atas dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut.
a. Caustic Treating
Proses ini bertujuan memperbaiki kualitas dari fraksi nafta, heavy
reformate, dan top reformate, serta mengurangi sifat asam yang dapat
mengakibatkan korosi. Proses ini dinilai lebih efektif, ekonomis, dan relatif tidak
merusak lingkungan. Reaksi yang terlibat pada proses treating ini dijelaskan
sebagai berikut.
R-SH + NaOH R-SNa +
2.2.4 Blending
Proses blending atau pencampuran bertujuan untuk memenuhi spesifikasi
produk yang telah ditentukan. Proses pencampuran dilakukan dengan penambahan
zat aditif atau dengan pencampuran dua produk yang berbeda spesifikasinya.
Contoh proses pencampuran adalah penambahan TEL (Tetra Ethyl Lead) untuk
meningkatkan angka oktan bensin atau pencampuran HOMC (High Octane
Mogas Component) dengan nafta untuk menghasilkan bahan bakar premium
dengan angka oktan yang memenuhi spesifikasi produk.
Kata manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu maneggiare yang berarti
"mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa
latin manus yang berati "tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa
Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda". Bahasa Prancis lalu
mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur.
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Mary Parker Follet, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
1.Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific
management, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam
bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911.
Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah
"penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun
terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.
Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa
kurang puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan
itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda
untuk pekerjaan yang sama—nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para
pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya. Taylor berpendapat
bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor
kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan
menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik paling baik" dalam
menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan.
Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas
tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:
1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang
akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.
3. Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif,
seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer untuk
membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh,
pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil
kebijakan pengalokasian sumber daya, analisis jalur krisis (Critical Path Analysis)
dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien, model
kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer
menentukan tingkat persediaan optimum.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika
dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang
berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis.
Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids." Para
perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an
ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki
pengambilan keputusan di Ford.
4. Kajian Hawthorne
Kajian Hawthrone adalah serangkaian kajian yang dilakukan pada tahun
1920-an hingga 1930-an. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh
berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Kajian
dilakukan di Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.
Uji coba dilaksanakan dengan membagi karyawan ke dalam dua kelompok,
yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen dikenai
a. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama
kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada
awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu
merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.
Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:
1. Perencanaan (planning)
Perencanan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber
yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan
itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan
dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-
bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan
tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya,
bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung
jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Menggerakkan (Actuating)
Menggerakkan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating
artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan
sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan
adalah kepemimpinan (leadership).
4. Pengawasan (Controling)
Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan
mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Sarana Manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana
(tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang
ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials,
machines, method, dan markets.
1. Man (Sumber Daya Manusia)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada
proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh
karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja
sama untuk mencapai tujuan.
2. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil
kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan.
Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai
tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini
akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli
serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3. Materials (Bahan)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain
manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
c. Prinsip Manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang
berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal
dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
1. Pembagian kerja (Division of work)
d. Bidang Manajemen
1. Manajemen Produksi
Produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah, bentuk,
waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat
bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Dalam melakukan kegiatan produksi ada berbagai faktor yang harus dikelola
yang sering disebut sebagai faktor – faktor produksi yaitu :
Material atau bahan
Mesin atau peralatan
Manusia atau karyawan
Modal atau uang
Dengan demikian manajemen operasi berkaitan dengan
pengelolaan faktor – faktor produksi sedemikian rupa sehingga keluaran
(output) yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen baik
kualitas, harga maupun waktu penyampaiannya. Sekilas telah disebutkan
dari uraian di atas bahwa manajemen produksi operasi bertanggung jawab
atas dihasilkannya keluaran (output) baik yang berupa produk maupun jasa
2. Manajemen Operasional
Operasional merupakan salah satu fungsi utama yang harus ada dalam
suatu organisasi. Mengelola organisasi yang berorientasi bisnis baik di sector
barang maupun jasa harus berorientasi pada efektifitas dan efisiensi, oleh karena
itu dalam hal fungsi operasional memerlukan pengelolaan yang tepat.
Manajemen operasional dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau
aktifitas yang menciptakan nilai produk baik berupa barang maupun jasa melalui
proses transformasi input menjadi output. Aktifitas tersebut berlaku untuk
berbagai macam produsen barang seperti elektronik, otomotif, demikian pula
berlaku juga bagi produsen jasa seperti media masa, hiburan, pendidikan,
konsultan.
3. Manajemen Proses
Manajemen proses adalah rangkaian aktivitas perencanaan dan
pengawasan kinerja suatu proses, terutama proses bisnis. Manajemen proses
mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan, peralatan, teknik, serta sistem untuk
mendefinisikan, memvisualisasikan, mengukur, mengontrol, melaporkan, dan
memperbaiki proses dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan atau laba.
5. Manajemen Strategis
Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan
pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan
suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses
penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk
mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan
kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis
mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis
untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang
biasanya disusun oleh dewan direktur dan dilaksanakan oleh CEO serta tim
eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan
menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.
6. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian
aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain
adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi
efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko
tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul
oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian,
serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada
risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi
risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan
politik. Di sisi lain pelaksanaan risk manajemen melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff,
dan organisasi).
7. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab
manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi
keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden
suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan
untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Kegiatan penting lainnya yang harus dilakukan manajer keuangan
menyangkut empat aspek yaitu :
1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer lainnya
yang bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.
2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai
keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan
dengannya.
3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di
perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin.
4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan
pasar keuangan, di mana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat
berharga perusahaan dapat diperdagangkan.
Aspek penting lain dari tujuan perusahaan dan tujuan manajemen
keuangan adalah pertimbangan terhadap tanggung jawab sosial yang dapat dilihat
dari empat segi yaitu :
1. Jika manajemen keuangan menuju pada maksimalisasi harga saham,
maka diperlukan manajemen yang baik dan efisien sesuai dengan
permintaan konsumen.
2. Perusahaan yang berhasil selalu menempatkan efisiensi dan inovasi
sebagai prioritas, sehingga menghasilkan produk baru, penemuan
teknologi baru dan perluasan lapangan pekerjaan.
3. Faktor-faktor luar seperti pencemaran lingkungan, jaminan keamanan
produk dan keselamatan kerja menjadi lebih penting untuk
8. Manajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya,
untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai
jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan
penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan
kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen
mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.
Secara definisi, Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan
menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk
mencapai tujuan perusahaan (Kotler, 1980).
Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan
kepuasan terhadap keinginan dan berorientasi kepada kebutuhan konsumen. Hal
ini secara asasi berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang berorientasi pada
produk, dan penjualan.
a. Manajer
Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan
mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.
Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi
manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya
digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di
bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai
dari bawah ke atas:
1. Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan
istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling
rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial
yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia
(supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer
departemen, atau mandor (foreman).
2. Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua
manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen
puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang
termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin
proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah
executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan
secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top
manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information
Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke
proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan
bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia
kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Jaminan mutu.
- Kendali mutu
a. Juru las bertanggung jawab atas hasil mutu lasan.
b. Juru las harus memenuhi persyaratan kualifikasi.
c. Juru las mengerti prosedur dan persyaratan las
pekerjaan tersebut.
d. Juru las mengerti batas-batas inspeksi.
- Potensi tindakan inspektur
Mengkaji kinerja juru las ( API 577 Apendik B).
b. Parameter dan teknik pengelasan
Memriksa apakah parameter dan teknik las didukung dengan WPS dan
WPQ.
- Kendali mutu
Variabel utama las :
a. Bahan pengisi, fluks, laju alur gas inert.
b. Teknik pembersihan laju alir, analisis O2,dll.
c. Pre pemanasan jika perlu.
d. Tekik las, pergerakan maju las, penumpukan manic las, dll.
e. Peralatan penyetelan seperti amperemeter, voltmeter dan
umpan kawat.
f. Suhu pemanasan dan interpass.
g. Kecepatan las.
h. Masukan panas jika perlu.
Contoh hasil lasan yang memenuhi juru las dan welding engineer.
Juru las menunjukkan keyakinan dan patuh pada praktek las yang
benar.
- Potensi tindakan inspektur
a. Mengkaji hasil contoh lasan dengan welding engineer.
b. Mengkaji mutu juru las dengan organisasi pengelasan.
c. Pemeriksaan hail las
- Kendali mutu yang harus dinilai
BAB III
PROSES PENGOLAHAN PADA KILANG PT. PERTAMINA RU II
Bahan baku ( feed stock ) yang diolah oleh kilang P.T PERTAMINA RU
II Dumai ( Persero ) adalah minyak mentah produksi P.T CHEVRON PASIFIC
INDONESIA yang dihasilkan oleh ladang minyak daerah Duri ( Duri Crude ) dan
Minas ( Minas Crude ),dengan perbandingan campuran untuk sekarang ini adalah
85 % volume Minas Crude dan 15 % volume Duri Crude.
Pada awalnya kapasitas desain Kilang Dumai adalah sebesar 100.000
barrel minyak mentah / hari.Dengan adanya modifikasi sejumlah peralatan,maka
kapasitas desain bertambah menjadi 130.000 – 135.000 barrel / hari atau sekitar
130 % kapasitas design.
Minas Crude adalah jenis minyak mentah dengan berat jenis ringsn
menurut standar API Gravity,yaitu kurang lebih 34,10.Sedangkan Duri Crude
dengan berat jenis yang sedikit lebih berat,yaitu kurang lebih 19,80 yang banyak
mengandung garam-garam ikutan yang dapat menyebabkan problem korosi
terhadap peralatan-peralatan prose pengilangan,sehingga diharapkan angka
perbandingan campuran tersebut adalah ideal dengan nilai ekonomis tinggi resiko
kerusakan peralatan proses yang masih terkendali.
Sedangkan Kilang PT. PERTAMINA RU II Sei. Pakning ( persero ) yang
menjadi satu system integrasi dengan kilang yang ada di Dumai,pengolah minyak
mentah jenis Handil dan Lirik Crude yang merupakan produksi dari P.T
PERTAMINA ( persero ) unit eksplorasi produksi ( UEP ) II Lirik Riau dengan
kapasitas design 35.000 barrel / hari,namun dioperasikan sampai 45.000 – 50.000
barrel / hari.
Produk – produk Kilang P.T PERTAMINA RU II Dumai ( Persero ) dan
Sei.Pakning adalah berupa bahan baker minyak ( BBM ) seperti
bensin,kerosene,solar,minyak pesawat terbang ( Avtur & JP – 5 ) dan produk non
bahan bakar minayak ( BBM ) seperti LPG,dan Green coke.Dimana semua jenis-
jenis produk Kilang Putri Tujuh Dumai ini didistribusikan untuk memenuhi
Selain jenis produk tersebut di atas juga diproduksi Jet Petroleum Grade 5
( JP – 5 ) yang merupakan bahan baker pesawat tempur F – 16.Produksi jenis JP
_ 5 tergantung permintaan dalam negeri dan eksport.
Persentase dan jenis produk yang dihasilkan Kilang P.T PERTAMINA RU
II Dumai ( Persero ) dan Sei.Pakning tersebut bukan merupakan harga yang
tetap,karena pola pengoperasian Kilang pada unit-unit proses untuk mendaptkan
jenis dan jumlah produk tertentu masih dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
tergantung dari jenis bahan baker yang diperlukan dipasaran.
Pengolahan minyak mentah di Pertamina UP II Dumai dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kompleks, yaitu Hydro Skimming Complex (HSC),
Hydro Cracking Complex (HCC), dan Heavy Oil Complex (HOC).
Pengelompokan tersebut didasarkan atas bahan baku serta proses yang terjadi di
dalamnya. Ketiga kompleks tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa unit-unit
pengolahan. Diagram alir sederhana dari proses pengolahan kilang minyak PT.
Pertamina RU II Dumai dapat dilihat pada gambar.
yang digunakan sebagai komponen blending Automotive Diesel Oil, dan long
residue yang sebagian besar (56%) digunakan sebagai umpan High Heavy
Vacuum Distillation Unit dan sebagian lagi digunakan sebagai komponen
blending low sulphur waxy residue (LSWR) sebagai bahan bakar atau diekspor.
Minyak mentah dari tangki TK-101 hingga TK-106 dipompakan dengan
pompa P-1ABC dan P-10AB menuju serangkaian heat exchanger (E-1A hingga
E-7F) sehingga mengalami pemanasan hingga temperaturnya mencapai
lalu dialirkan ke heater H-1. Sebelum dimasukkan ke H-1, aliran minyak dibagi
menjadi delapan aliran untuk mengefektifkan perpindahan panas di heater. Bahan
bakar H-1 adalah fuel gas, fuel oil, dan steam dimana proporsi terbesarnya adalah
fuel gas. Keluaran H-1 yang memiliki temperatur lalu diumpankan ke
dalam T-1. Di dalam kolom yang bertekanan 1.15 kg/ ini, minyak mentah
dipisahkan menurut fraksi-fraksinya dengan rentang titik didih tertentu dengan
bantuan panas dari steam. Steam dimasukkan di bagian samping kolom dekat
dengan bottom, di tengah kolom (disebut juga dengan middle pump around -
MPA) dengan bantuan E-3AB, dan di atas kolom (disebut juga dengan top pump
around - TPA) dengan bantuan E-1AB. MPA keluar kolom dengan temperatur
dan masuk kembali dengan temperatur sedangkan TPA keluar
kolom dengan temperature dan masuk ke dalam kolom dengan temperatur
.
Produk atas yang bertemperatur didinginkan oleh E-8ABCD dan
dimasukkan ke D-1 yang memiliki tekanan 1.3 kg/ untuk memisahkan fraksi
distilat, gas, dari air. Air dialirkan ke unit SWS. Distilat berupa nafta yang
bertemperatur dipompakan oleh P-2AB lalu dipisahkan menjadi nafta yang
direfluks dan nafta yang akan dialirkan ke proses selanjutnya. Nafta yang
dialirkan ke proses selanjutnya didinginkan dengan E-9 menjadi dan dipisah
lagi menjadi nafta yang diumpankan ke NRU dan nafta yang disimpan di tangki.
Nafta yang dihasilkan disebut juga dengan straight run naphtha (SRN). Gas dari
D-1 dimasukkan ke D-2 untuk dipisahkan gas dan nafta. Nafta dialirkan kembali
ke D-1 sedangkan gas dipisahkan terlebih dahulu. Sebagian gas dialirkan ke flare
dan sebagian lagi dialirkan ke D-5 setelah sebelumnya dimasukkan gas dari rerun
accumulator unit NRU. Setelah diisap dengan C-1ABC, gas dimasukkan ke D-3
yang bertekanan 1.25 kg/ untuk memisahkan gas dan nafta. Nafta
dikembalikan ke D-1, sebagian gas juga dialirkan ke D-1 namun sebagian besar
dialirkan ke H-1 sebagai bahan bakar dan sebagian dibuang ke flare. Laju alir gas
yang dialirkan ke flare adalah 0.74 ton/jam.
Produk samping yang pertama diambil dari tray nomor 24 dari bawah
dengan temperature C. Produk ini kemudian dialirkan ke T-2A. Setelah
mengalami pelucutan, produk kerosin dipompa dengan P-3, sedangkan sebagian
lagi dimasukkan ke T-1. Temperatur kerosin yang keluar adalah lalu
setelah didinginkan dengan E-2AB dan E-11AB temperaturnya menjadi .
Produk samping yang kedua diambil dari tray nomor 12 dari bawah dengan
temperatur . Produk ini dialirkan ke T-2B untuk dilucuti menjadi LGO
yang sebagian diambil sebagai produk dengan bantuan P-4AB dan sebagian
dialirkan kembali sebagai refluks ke T-1. Temperatur LGO yang keluar adalah
lalu setelah didinginkan oleh E-5 dan E-12AB temperaturnya menjadi
. Produk samping yang terakhir diambil dari tray nomor 7 dari bawah
dengan temperature dan dialirkan ke T-2C untuk dilucuti menjadi HGO.
Sebagian HGO dialirkan dengan bantuan pompa P-5 dan sebagian dikembalikan
ke T-1. Produk HGO memiliki temperatur sebesar . Setelah didinginkan
oleh E-6 dan E-13
komponen blending gasolin, dan heavy naphtha yang digunakan sebagai umpan
unit PL-I.
SRN dipompakan oleh P-1AB dan dipanaskan oleh E-1 hingga
temperaturnya meningkat dari C menjadi C dan dimasukkan ke T-1. Di
dalam T-1 SRN mengalami distilasi sehingga terpisah menjadi nafta ringan dan
nafta berat. Produk bawahnya yaitu nafta berat dengan temperatur C.
Sebagian nafta berat yang diambil sebagai produk dipompakan oleh P-2AB dan
didinginkan oleh E-1 dan E-6 secara seri hingga temperaturnya C. Sisa nafta
berat dipompakan oleh P-3AB dan dipanaskan kembali oleh H-1 menjadi C
Sebelum memasuki H-1 aliran dibagi menjadi dua untuk mengefektifkan transfer
panas. Bahan bakar H-1 adalah fuel gas dan fuel oil. Temperatur keluaran reboiler
adalah C dan diumpankan ke bagian samping kolom T-1.
Produk atas dengan temperatur C didinginkan oleh E-2AB lalu
dimasukkan ke D-1 untuk memisahkan air, distilat, dan gas. Air dialirkan ke unit
SWS, distilat dengan temperatur C dipompa oleh P-4AB dan dipisahkan.
Sebagian dikembalikan ke kolom sedangkan sisanya diumpankan ke T-2. Gas
hasil D-1 sebagian dialirkan ke unit CDU (D-5) dan sisanya dibuang ke flare.
Distilat keluaran D-1 yang diumpankan ke T-2 terlebih dahulu dipanaskan oleh E-
3 sehingga temperaturnya mencapai C.
Di T-2 dengan temperatur operasi C minyak kembali dimurnikan dari
gasnya, dengan light naphtha sebagai produk bawah. Light naphtha dengan
temperatur C diambil sebagai produk setelah sebelumnya dipakai untuk
memanaskan minyak dari rerun tower yang akan diumpankan ke T-2. Nafta ini
kemudian didinginkan kembali oleh E-7 hingga temperaturnya menurun menjadi
C. Produk atas T-2 berupa gas dengan temperatur C didinginkan oleh E-
4AB dan masuk ke D-2 untuk memisahkan gas dan distilat yang terkandung di
dalamnya. Gas akan dikirim ke fuel system sebagai fuel gas sedangkan distilat
dengan temperatur C dipompakan kembali ke T-2 oleh P-5AB.
PL-I terdiri dari dua bagian yaitu hydrobon dan platforming. Kedua bagian
tersebut saling berkaitan. Hydrobon adalah kumpulan unit yang memiliki tujuan
untuk memurnikan heavy naphtha keluaran NRU dari pengotor berupa senyawa
nitrogen, sulfur, oksigen, klor, dan logam yang dapat meracuni katalis bagian
platforming.
Produk yang dihasilkan unit ini adalah offgas yang digunakan sebagai
bahan bakar kilang dan sisanya dibuang ke flare, gas yang digunakan untuk
recycle gas dalam proses, LPG yang akan dikirim ke unit Amine & LPG
Recovery, dan reformat yang digunakan sebagai komponen blending gasolin.
Heavy naphtha keluaran NRU dipompakan oleh P-1AB sehingga
temperaturnya menjadi dan dicampur dengan gas dari D-5 serta distilat
dari D-1. Campuran tersebut dipanaskan oleh E-1ABCD dan temperaturnya
adalah . Sebelum dipanaskan kembali oleh H-1, aliran ini dibagi menjadi
dua. Bahan bakar H-1 adalah fuel gas dengan sedikit atau tanpa fuel oil.
Temperatur keluaran H-1 adalah . Umpan ini lalu dimasukkan ke R-1 yang
berbentuk fixed bed. Produk keluaran R-1 memiliki temperatur dan
didinginkan oleh E-1ABCD sehingga temperaturnya menjadi dan
didinginkan kembali oleh E-2AB menjadi setelah sebelumnya diinjeksikan
air. Produk yang sudah cukup dingin ini kemudian dimasukkan ke D-1 untuk
memisahkan gas, air, dan distilat yang terkandung di dalamnya serta
menginjeksikan gas H2 yang berasal dari C-100. Tekanan pada D-1 adalah 21
kg/ . Air keluaran D-1 dialirkan ke unit SWS, sebagian distilat dialirkan
sebagai sirkulasi ke aliran umpan dan sebagian lagi dialirkan ke bagian hydrobon
stripper, sedangkan gas sebagian dibuang ke fuel gas system dan sebagian lagi
dimasukkan ke C-100.
Distilat keluaran D-1 dipanaskan oleh E-3ABC dan dimasukkan ke T-1.
Suhu operasi T-1 sekitar . Produk bawah T-2 memiliki temperatur .
Sebagian diambil sebagai produk umpan ke reaktor platformer setelah didinginkan
oleh E-3ABC, sedangkan sebagian lagi setelah dipompakan oleh P-3AB lalu
dipanaskan kembali oleh H-2 menjadi untuk dikembalikan ke T-1. Refluks
yang memasuki H-2 dibagi menjadi dua aliran untuk menjaga efektivitas transfer
panas. Bahan bakar H-2 adalah fuel gas. Produk atas T-1 bertemperatur
dan setelah didinginkan oleh E-4AB menjadi lalu dikirim ke D-2 untuk
memisahkan gas, air, dan minyak. Air dialirkan ke unit SWS, gas dipakai sebagai
fuel gas sedangkan minyak dikembalikan lagi ke T-1 setelah dipompa oleh P-
2AB.
Umpan menuju reaktor platformer yang bertemperatur dipompakan
oleh P- 6AB dan dicampur dengan gas H2 dari C-1. Aliran ini dipanaskan oleh E-
5ABCD dan E-11ABC sehingga temperaturnya menjadi . Karena belum
cukup panas aliran ini kemudian dipanaskan lagi oleh H-3 (yang terintegrasi
dengan H-4) hingga temperaturnya mencapai . Bahan bakar H-3 dan H-4
yaitu campuran fuel gas dan fuel oil. Aliran ini dimasukkan ke R-2 dan keluar
dengan temperatur . Karena reaksinya menuntut temperatur yang lebih
tinggi, maka produk R-2 dimasukkan kembali ke H-4. Umpan bertemperatur
ini dimasukkan ke R-3 dan menghasilkan produk dengan temperatur
. Setelah didinginkan oleh E-11ABC menjadi maka produk keluaran
R-3 dimasukkan ke R-4. Reaksi di R-4 ini bersifat eksotermis dengan temperatur
produk mencapai dan langsung didinginkan oleh E-5ABCD kemudian
dialirkan ke bagian platformer stripper. Ketiga reaktor tersebut berjenis fixed bed.
Sebelum didinginkan oleh E-6AB, produk keluaran R-4 diinjeksikan
dengan soda kaustik. Campuran ini dialirkan ke D-5 dan mengalami pemisahan
antara distilat dan gas-gas. Tekanan di D-5 adalah 27 kg/ . Gas yang
dihasilkan diambil dari bagian atas kolom dengan temperature . Gas ini
dikirim ke C-1, umpan masuk hydrobon reactor, H2 plant, dan fuel gas system.
Distilat dengan temperatur sebagian dipompakan oleh P-30 dan kembali
memasuki D-5 sedangkan sebagian lagi akan dipanaskan di E-7 sebelum
memasuki T-2. Di T-2 terjadi pemisahan antara gas-gas dan platformat dengan
temperatur operasi . Platformat sebagai produk bawah bertemperatur
sebagian diambil sebagai produk setelah didinginkan di E-7 dan E-9. Sisa produk
bawah dipompakan oleh P-8AB dan dimasukkan ke dalam H-6 setelah alirannya
dipecah menjadi dua. Temperatur keluaran H-6 adalah dan langsung
dikembalikan ke T-2. Bahan bakar H-6 adalah fuel gas dan fuel oil. Produk atas
T-2 adalah gas-gas dengan temperatur dan dialirkan ke D-6 setelah
didinginkan menjadi oleh E-16. Di dalam D-6 terjadi pemisahan antara fuel
gas dan LPG. Fuel gas dialirkan ke fuel gas system sedangkan LPG sebagian
dikembalikan ke T-2 oleh P-7AB dan sebagian dialirkan ke bagian platformer
deethanizer oleh P-11AB.
dialirkan ke bagian naphtha stripper. Gas hasil pemisahan V-5 dialirkan ke V-9
untuk dipisahkan. Gas hasil pemisahan V-9 diisap oleh C-1AB untuk kemudian
dikembalikan ke V-1 sebagai reaktan sedangkan distilat hasil pemisahan V-9
digabungkan dengan distilat V-5 untuk dibawa ke naphtha stripper.
Gas dari high-pressure separator (V-5) unit PL-II dialirkan ke V-8 yang
bertekanan tinggi yaitu 22 kg/ . V-8 berfungsi untuk memisahkan gas dan
distilat. Distilat digabungkan dengan distilat V-9 yang pada akhirnya akan
bergabung dengan distilat V-5 untuk dialirkan ke naphtha stripper. Gas hasil
pemisahan V-8 sebagian diumpankan ke V-4 dan sebagian disirkulasi ulang oleh
C-1AB. Sebagian gas tersebut dipanaskan oleh E-5 yang kemudian dimasukkan
kembali ke V-8, sedangkan sisanya digunakan sebagai recycle yang dicampurkan
ke produk keluaran V-1 yang hendak diumpankan ke V-5. Untuk menjaga jumlah
udara agar tidak terus berkurang maka diinjeksikan udara instrumen pada gas
keluaran V-9.
Produk distilat gabungan V-5, V-8, dan V-9 dipanaskan di E-7 dan E-6
secara seri sebelum dimasukkan ke V-2 untuk dipisahkan fraksi gas dan fraksi
cairnya. Produk bawah yang berupa fraksi cair dengan temperatur
dipisahkan alirannya. Sebagian aliran adalah aliran refluks dan sisanya
diumpankan naphtha splitter. Aliran refluks dipompakan oleh P-2AB lalu
dipisahkan menjadi empat aliran dan masuk ke H- 2. Di dalam H-2 refluks
dipanaskan hingga temperaturnya dan diumpankan kembali ke bagian
samping V-2. Bahan bakar H-2 adalah sebagian besar fuel oil, sebagian kecil fuel
gas, dan steam. Produk atas diambil pada temperatur dan didinginkan secara
seri di E-8 dan E-9. Kondensat kemudian dimasukkan ke V-6 untuk memisahkan
fraksi air, distilat, dan gas. Air dialirkan ke unit SWS, distilat diumpankan
kembali ke kolom V-2 setelah dipompa oleh P-3AB, dan gas dialirkan ke unit
Amine & LPG Recovery. Tekanan di V-6 adalah 6 kg/cm2 dan untuk menjaga
tekanan ini diperlukan tambahan aliran masuk yaitu fuel gas dari fuel gas system.
Nafta keluaran V-2 kemudian langsung diumpankan ke V-3 dan
mengalami pemisahan antara nafta ringan dan nafta berat (yang disebut juga
dengan hydrotreated naphtha). Temperatur operasi V-3 adalah . Produk
bawah V-3 adalah nafta berat dengan temperatur yang alirannya dibagi
menjadi dua. Aliran pertama yaitu refluks yang dipanaskan di H-3 setelah
sebelumnya dibagi menjadi empat aliran untuk mengefektifkan transfer panas.
Bahan bakar H-3 adalah sebagian besar fuel gas, sebagian kecil fuel oil dan steam.
Keluaran H-3 memiliki temperatur dan dikembalikan ke V-3 pada bagian
samping kolom. Aliran kedua didinginkan di E-7 hingga temperaturnya mencapai
dan kemudian diumpankan ke unit PL-II. Produk atas V-3 yang memiliki
temperatur didinginkan di E-10 dan dimasukkan ke V-7 untuk memisahkan
gas dan cairan. Gas yang terbentuk dialirkan ke flare sedangkan cairannya
dipompa oleh P-5AB untuk sebagian direfluks ke V-3 dan sebagian lagi dikirim
ke unit H2 plant, HCU, dan tangki penyimpanan.
terletak di tengah. Produk V-2 dikeluarkan dengan temperatur 445oC dan kembali
dimasukkan ke H-3 sehingga temperaturnya menjadi kemudian
dimasukkan ke V-3 yang terletak di bawah. Produk keluaran V-3 yang memiliki
temperataur kemudian didinginkan di E-1 untuk kemudian dialirkan ke
bagian separator. Bahan bakar ketiga heater tersebut adalah sebagian besar fuel
gas, sebagian kecil fuel oil, dan steam. Ketiga reaksi di ketiga reaktor berlangsung
secara endotermik dengan reaksi di V-1 adalah dehidrogenasi, reaksi di V-2
adalah hydrocracking, isomerisasi dan dehidrogenasi, sedangkan reaksi di V-3
adalah penyempurnaan reaksi sehingga umpan yang belum bereaksi diharapkan
dapat bereaksi di reaktor ini. Katalis di ketiga reaktor tersebut mengalir secara
kontinu untuk diregenerasi dengan perbandingan katalis di V-1, V-2, dan V-3
adalah 2:3:5.
Produk keluaran reaktor didinginkan oleh E-2ABCD dan E-3 secara seri
kemudian dimasukkan ke V-4 untuk dipisahkan fraksi berat dan gasnya dengan
tekanan 8.4 kg/ . Selain produk tersebut, umpan V-4 adalah gas yang berasal
dari V-5. Gas yang dihasilkan sebagian dialirkan ke C-1 dan sebagian dialirkan ke
C-2AB. Dari C-1 gas dipisahkan menjadi dua aliran yaitu gas yang menuju ke
aliran umpan masuk reaktor dan recycle gas untuk unit CCR. Gas yang menuju ke
C-2AB kemudian digabungkan dengan fraksi berat keluaran V-4. Fraksi minyak
keluaran V-4 dipompa oleh P-1AB dan kemudian digabungkan dengan gas
keluaran C-2AB. Campuran tersebut kemudian didinginkan oleh E-4 sebelum
memasuki V-5. Dengan tekanan 22.5 kg/ terjadi pemisahan gas dan produk
bawah. Aliran gas dipecah untuk dikirim ke unit H2 plant, NHDT, CCR, DHDT,
dan recycle gas yang masuk ke V-4 sedangkan fraksi bawah dikirim ke bagian
debuthanizer untuk dikurangi kadar butannya.
Setelah dipanaskan oleh E-5ABCD produk bawah tersebut dimasukkan ke
V-6 yang memiliki temperatur operasi sebesar . Aliran produk bawah yang
berkadar butan rendah (platformat) dengan temperatur dipecah menjadi
dua, satu aliran dikembalikan ke V-6 setelah dipompa oleh P-3AB dan dipanaskan
di H-4 hingga temperaturnya mencapai 240oC dan aliran kedua didinginkan
secara seri oleh E-5ABCD, E-8, dan E-9 untuk kemudian disimpan di tangki
penyimpanan atau dikirim ke unit HCU. Bahan bakar H-4 adalah fuel oil, fuel gas,
umpan untuk mengurangi beban H-1. Produk dari V-2 dan V-3 kemudian
didinginkan dengan dilewatkan E-1, E-2, E-3, dan E-4.
Kemudian produk diteruskan ke V-8 untuk dipisahkan antara fasa gas dan
fasa cairnya. Fasa gas yang mengandung H2 akan dialirkan ke C-1 dan digabung
dengan recycle gas yang akan ditambahkan ke umpan. Air yang dihasilkan akan
dikirim ke unit SWS untuk diolah lebih lanjut. Sedangkan hidrokarbon yang telah
dipisahkan diteruskan ke V-9 dan V-10 untuk memisahkan gas-gas yang masih
tersisa. Gas yang diperoleh dari kedua flash drum tersebut akan dikirim ke unit
Amine & LPG Recovery. Sedangkan air yang dipisahkan akan kirim ke unit SWS.
Hidrokarbon yang telah dipisahkan akan masuk ke kolom fraksionator.
Fasa cair dari V-10 dialirkan ke V-12 untuk dihilangkan fraksi C1-C4nya.
Fraksi ringan ini akan dtampung di V-13 untuk dipisahkan fasa gas dan fasa
cairnya. Fasa gas yang mengandung LPG dikirim ke Amine & LPG Recovery,
fasa cairnya sebagian juga dialirkan ke unit tersebut dan sebagian lagi digunakan
sebagai refluks V-12. Air yang berhasil dipisahkan dialirkan ke unit SWS. Produk
bawah V-12 sebagian digunakan sebagai refluks melalui H-2 dan sebagian lagi
diumpankan ke kolom fraksionator V-14 setelah sebelumnya dipanaskan dengan
H-3.
Produk atas V-14 berupa gas dikondensasikan dan ditampung di V-19.
Fasa gas dari V-19 dibakar di flare, sebagian fasa cair digunakan sebagai refluks
dan sebagian lagi masuk ke V-20 untuk diambil naftanya. Produk atas V-20
berupa gas yang didinginkan dialirkan ke V-21, fasa gas dari V-21 diteruskan ke
fuel gas system atau dibakar di flare, sedangkan fasa cair sebagian digunakan
sebagai refluks, dan sebagian lagi dialirkan ke V-22. Produk bawah V-20 adalah
heavy naphtha. Produk atas V-22 dipisahkan di V-23, fraksi gas dialirkan ke fuel
gas sistem atau dibakar di flare, sedangkan fraksi cair Amine & LPG Recovery,
dan sebagian dikembalikan sebagai refluks. Produk bawah V-22 adalah light
naphta.
Produk samping dari V-14 diambil pada temperatur dan dialirkan
ke kolom V-18. Fasa gas dari V-18 dikembalikan ke V-14, sedangkan fasa cairnya
diambil sebagai produk berupa light kerosene dan sebagian dikembalikan ke
kolom V-18. Produk samping kedua diambil pada temperatur dan
Gas keluar dari E-5 dan masuk ke HTSC V-7 pada temperatur .
Kemudian produk V-7 didinginkan melalui E-6. Gas masuk ke E-7 yang
dimanfaatkan untuk memproduksi MP steam. Gas kemudian diproses lebih lanjut
di LTSC V-8 untuk konversi CO yang tersisa menjadi CO2. Produk reaksi V-8
dikondensasikan di E-11. Kondensat yang banyak mengandung H2S atau produk
bawah dicampurkan dengan air hasil reaksi metanasi di V-11, menghasilkan
H2SO4. Cairan yang banyak mengandung asam ini lalu dialirkan ke V-15
bersama-sama dengan produk atas V-12 yang banyak mengandung gas CO2.
Produk atas kolom V-15 adalah gas CO2 sedangkan produk bawah dialirkan ke
unit SWS.
Produk atas separator V-11 yang banyak mengandung gas CO2
dimasukkan ke V-17 untuk menghilangkan kandungan CO2. Gas CO2 ini akan
diabsorbsi oleh larutan Benfield dengan zat pengaktif DEA (dietanolamin).
Larutan Benfield yang kaya kandungan CO2 dimasukkan ke V-12 untuk
pengambilan CO2 dengan cara pemanasan. Produk atas V-12 masuk ke kolom V-
15 sedangkan cairan Benfield yang miskin CO2 (lean benfield) dialirkan ke
separator V-13, kemudian digunakan kembali sebagai absorber CO2 di V-17.
Produk atas V-17 dialirkan ke V-18 untuk pencucian dengan air, lalu masuk ke E-
6, dan akhirnya ke V-9 untuk proses metanasi. Pada kolom V-9, CO dan CO2
yang masih tersisa diubah menjadi metana dan air. Gas hidrogen dan metana
dipisahkan dari air di V-10. Gas hidrogen dengan kemurnian 97% dan metana
dikirim ke unit-unit proses sedangkan air digunakan untuk melarutkan gas H2S.
dari unit ini berupa gas dan LPG yang diharapkan sesuai dengan spesifikasi yang
telah disebutkan di atas.
Umpan gas dari berbagai unit ditampung dalam V-1 untuk menghilangkan
kandungan cairan yang terbawa. Gas yang dipisahkan dipakai sebagai fuel gas,
sedangkan fasa cairnya dialirkan ke unit SWS untuk diolah lebih lanjut. Fasa
gasnya kemudian dipanaskan dengan E-1 dan ditambah dengan MP gas yang
berasal dari HCU. Gas ini kemudian masuk ke V-3 untuk pemisahan cairan yang
masih tersisa. Produk bawah V-3 dialirkan ke unit SWS dan HCU sedangkan
produk atasnya masuk ke V-5 untuk pemisahan gas ringan. Gas yang berhasil
dipisahkan sebagian dipakai untuk unit H2 plant dan sebagian lagi digunakan
sebagai fuel gas. Produk bawah V-5 yang kaya amine dialirkan ke V-7.
Produk V-7 berupa cairan yang banyak mengandung H2S dialirkan dari
bawah dan dipanaskan dengan E-4, kemudian menuju V-8. Produk atas V-8
dengan temperatur didinginkan dengan E-4, kemudian masuk ke V-9.
Produk V-9 berupa gas dialirkan ke flare, sedangkan cairan yang mengandung
MEA dikembalikan ke V-8. Produk bawah V-8 berupa lean amine (MEA yang
mengandung sedikit H2S) sebagian dialirkan ke E-3 untuk pemisahan lebih lanjut
dan sebagian lagi dibagi menjadi dua aliran yaitu ke V-7 dan ke V-5. Lean amine
yang menuju E-3 juga dibagi menjadi dua, sebagian langsng dialirkan ke E-3 dan
sebagian lagi didinginkan melalui E-2 kemudian masuk ke F-1AB. Dari F-1AB,
lean amine dialirkan ke V-5, V-6, V-7, dan V-8. Lean amine yang ke E-3
dipanaskan kembali dengan MP steam kemudian dikembalikan ke V-8.
Debuthanizer net liquid dan naphtha stripper overhead liquid dari unit
HCU dialirkan ke V-6. Lean amine dari F-1AB diinjeksikan pada bagian puncak
V-6, sehingga H2S dalam LPG terabsorbsi oleh lean amine contaminated. Produk
atas V-6 ditampung di V-18 untuk pemisahan fasa gas dan fasa cairnya. Fasa cair
berupa rich amine dialirkan menuju V-8 bersama dengan produk bawah V-6 yang
juga berupa rich amine. Sedangkan fasa gasnya dialirkan ke V-11 untuk dilakukan
pencucian menggunakan soda kaustik sehingga H2S yang tersisa bereaksi
membentuk garam natrium sulfida. LPG yang sudah mengalami pencucian
dialirkan ke V-12 untuk difiltrasi. Garam hasil reaksi di V-11 dan filtrat V-12
Produk samping berupa LVGO dan HVGO yang masing – masing diambil
pada suhu dan . LVGO dipompakan dengan P-9AB dari V-1 dan
didinginkan dengan E-9A. Sebagian LVGO langsung diambil sebagai produk dan
sebagian lagi akan dikembalikan ke V-1 setelah dipanaskan terlebih dahulu
dengan E-10. HVGO dipompakan dengan P-6ABC dari V-1, sebagian
dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi digunakan untuk memanaskan umpan
melalui E-1AB dan E-2AB. Kemudian HVGO dilewatkan ke E-8AB untuk
pendinginan lebih lanjut. Keluaran E-8AB dibagi menjadi tiga aliran yaitu aliran
ke unit HCU 211 dan 212, serta aliran ke tangki HVGO. Produk bawah berupa
short residue diambil pada suhu kemudan didinginkan dengan E-3.
Sebagian residu dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi akan diumpankan ke unit
DCU untuk diolah lebih lanjut. Residu juga sebagian dialirkan ke tangki
penyimpanan serta sebagian lagi dipanaskan dan diolah kembali di V-1.
diumpankan ke unit NHDT, LCGO akan diumpankan ke unit DHDT, HCGO akan
diumpankan ke unit HCU, sedangkan green coke akan dijual langsung sebagai
produk.
Short residue yang panas dari HVU ditampung di V-5 sebelum
diumpankan ke V-2. Umpan dipanaskan dengan E-1AB hingga temperatur
kemudian masuk ke V-2 untuk proses fraksionasi. Produk atas V-2 berupa gas
didinginkan dengan E-8 kemudian masuk ke V-6 untuk dipisahkan dari air.
Minyak yang berhasil dipisahkan dikembalikan ke V-2, sedangkan campuran gas
sebagian dibakar di flare dan sebagian lagi dialirkan ke V-15. Cairan yang
berhasil dipisahkan dari V-15 akan dikembalikan ke V-6. Sedangkan campuran
gas ditarik ke V-16 dengan mengunakan C-1. Di V-16 terjadi pemisahan cairan
hidrokarbon dari fasa gasnya. Gas yang dihasilkan akan dimanfaatkan sebagai
absorber di V-17, sedangkan fasa cairnya akan diumpankan ke V-18. Di V-17 gas
akan dimurnikan dari hidrokarbon, gas akan digunakan sebagai fuel gas
sedangkan cairan hidrokarbon akan dikembalikan ke V-2. Air yang berhasil
dipisahkan dari V-16 akan dialirkan ke unit SWS untuk diolah lebih lanjut.
Hidrokarbon yang dialirkan ke V-18 untuk penghilangan C4. Produk atas V-18
akan dialirkan ke V-19 untuk dipisahkan dari air. Fasa gas yang dihasilkan akan
dipakai sebagai flare gas, fasa cairnya akan dikembalikan ke V-18, sedangkan air
akan dialirkan ke unit SWS. Fasa cair dari V-19 juga ada yang diumpankan ke V-
20 untuk pemurnian LPG. Produk bawah V-18 berupa heavy naphtha akan
digunakan sebagai umpan unit NHDT. Fraksi hidrokarbon ringan dari V-18
dimurnikan di V-20 untuk menghasilkan LPG. Produk atas V-20 dialirkan ke V-
21 untuk pemisahan air. Fasa gas dari V-20 akan digunakan sebagai fuel gas, fasa
cairnya akan dikembalikan ke V-20, sedangkan air yang berhasil dipisahkan akan
diolah lebih lanjut di unit SWS. Produk bawah V-20 berupa unsaturated LPG
dialirkan ke tangki penyimpanan.
Produk samping V-2 yang diambil pada tray ke-11 dari atas berupa LCGO
akan dialirkan ke V-3. Dari V-3 sebagian LCGO akan dikembalikan ke V-2
setelah dimurnikan dari gasnya di V-17. Fasa gas dari V-17 akan digunakan
sebaga fuel gas. Sebagian LCGO juga akan diambil sebagai produk sebagai fuel
oil, diumpankan ke DHDT, serta masuk ke cooking section.
Produk samping V-2 yang diambil pada tray ke-28 dari atas berupa HVGO
akan dialirkan ke V-4. Sebagian HVGO akan dikembalikan ke V-2 dan sebagian
lagi akan dipakai untuk quench pada coke chambers. HVGO dari V-4 akan
dimanfaatkan untukm memproduksi MP steam pada E-2 dan E-4 sebelum
dialirkan ke unit HCU 211/212 serta ke tangki penyimpanan.
Produk bawah V-2 yang masih merupakan fraksi berat hidrokarbon akan
direngkah dengan proses thermal di V-1. Produk bawah V-2 keluar dari
fraksionator pada suhu 330oC, kemudian dipanaskan lebih lanjut di H-1ABCD
sebelum masuk ke V-1ABCD. Umpan masuk ke V-1ABCD pada temperatur
. Di V-1ABCD terjadi proses thermal cracking pada temperatur ,
tahapan prosesnya mengikuti tahapan yang telah disebutkan di atas. Produk-
produk V-1ABCD antara lain adalah heavy hidrokarbon yang akan dialirkan ke
V-2 dan coke. Coke dari V-1ABCD akan dialirkan keluar reaktor dan langsung
diambil sebagai produk. Kebutuhan air yang digunakan berasal dari T-1,
sedangkan kebutuhan steam dipenuhi oleh steam generator.
kemudian akan digunakan sebagai recycle gas, sedangkan fasa cair yang
mengandung sedikit gas akan dialirkan ke V-8.
Fasa cair dari V-4 akan dipanaskan terlebih dahulu dengan E-6 sebelum
masuk ke V-8. Temperatur umpan masuk reaktor kurang lebih . Produk atas
V-8 berupa campuran gas dan nafta dialirkan ke V-9 untuk dipisahkan dari air.
Fasa gas akan digunakan sebagai umpan unit Amine & LPG recovery dan fuel
gas, air akan dialirkan ke unit SWS untuk diolah lebih lanjut, dan nafta akan
digunakan sebagai umpan unit HCU dan sebagian dikembalikan ke V-8. Produk
bawah V-8, sebagian dikembalikan ke V-8 dan sebagian lagi akan dialirkan ke V-
10.
Produk bawah V-8 dilewatkan E-6 kemudian masuk ke V-10. Produk atas
V-10 berupa light kero akan dialirkan ke V-11 setelah sebelumnya didinginkan
dengan E-9. Sebagian light kerosene akan dikembalikan ke V-10 dan sebagian
lagi akan dialirkan ke tangki penyimpanan setelah sebelumnya digunakan untuk
memanaskan umpan V-10. Produk bawah V-10 berupa heavy kerosene sebagian
akan dikembalikan ke V-10 setelah dipanaskan kembali dengan H-3, sedangkan
sebagian lagi akan dialirkan ke tangki penyimpanan setelah didinginkan dengan
E-5, E-11, dan E-12.
H-204 akan digunakan untuk memproduksi steam pada waste heat boiler.
Sedangkan coke yang telah dingin dialirkan ke silo penyimpanan.
reboiler (H-6), heat exchanger (E- 1ABCD, E-2AB, E-3ABC, E-4AB, E-5ABCD,
E-6AB, E-7, E-9, E-11ABC, E-12, E-14, E- 15, E-16), kompresor (C-1ABC, C-
100), dan pompa (P-1AB, P-2AB, P-3AB, P-6AB, P- 7AB, P-8AB, P-11AB, P-
12AB, P-30).
catalyst collector, fan (CM-1, CM-2, CM-3, CM-4), purge exchanger (PI-305),
heater (H-1, H-2, H-3).
BAB IV
SISTEM MANAJEMEN OPERASI PT. PERTAMINA RU II
mempunyai unit yang dapat mengolah residu ini, maka residu ini dieksport ke luar
negeri yaitu ke Jepang dan Amerika Serikat.
Karena perkembangan ekonomi dalam negeri yang makin meningkat, maka
kebutuhan BBM pun semakin tinggi, untuk mengurangi ketergantungan BBM
kepada luar negeri, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk membangun
kilang baru yang berfungsi untuk mengolah LSWR menjadi bahan bakar yang siap
pakai . Kilang baru (New Plant) ini di beri nama Hydrocracker Unit. Dimana unit
ini tidak mengolah minyak mentah tetapi mengolah residu hasil dari topping unit
(CDU) Pada Klang Putri Tujuh dan Kilang Sei. Pakning. Pada tanggal 12
November 1979 berdasarkan surat keputusan Dirjen Migas No.
0731/Kpts/DM/1979 di bentuk suatu team study pengembangan kilang BBM,
yang akan mempelajari pengembangan kilang- kilang di Dumai, Balikpapan dan
Cilacap. Berdasarkan laporan team studiy, maka team pengarah yang di bentuk
dengan surat keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.55/ Kpts /
pertam/1980 yang membuat rekomendasi kepada pemerintah untuk pelaksanaan
proyek-proyek tersebut. Pada tanggal 2 April 1980 di tanda tangani perjanjian
pemakaian lisensi dan proses desain kilang Dumai dengan Universal Oil Product
(UOP) Amerika Serikat sebagai pemegang hak paten proses.
Perluasan selanjutnya dilakukan pada tanggal 2 April 1980 dengan
ditandatanganinya persetujuan perjanjian kerjasama antara Pertamina dengan
Universal Oil Product (UOP) dari Amerika Serikat dengan kontraktor utama
Technidas Reunidas Centunion dari Spanyol berdasarkan lisensi proses dari UOP.
Tahap-tahap pelaksanaan pembangunan proyek tersebut antara lain:
1. Survei tanah dilaksanakan oleh SOFOCO (Indonesia) dan dievaluasi oleh
HASKONING (Belanda).
2. Penimbunan area dilaksanakan oleh PT. SAC Nusantara (Indonesia). Pasir
timbunan diambil dari laut di Sekitar Pulau Jentilik (± 8 km dari area
proyek) dengan cutter section dredger.
3. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan oleh PT. Jaya Sumpiles
Indonesia dengan jumlah tiang pancang 18.000 dan panjang 706 km.
4. Pembangunan konstruksi unit-unit proses beserta fasilitas penunjang
dikerjakan oleh kontraktor utama Technidas Reunmidas Centunion
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi oleh
Kilang Pertamina UP II Dumai saat ini adalah :
1. Premium
2. Jet Petroleum Grade
3. Aviation Turbin (Avtur)
4. Kerosene
5. Automotive Diesel Oil (ADO)
Sedangkan non-BBM antara lain :
1. LPG
2. Green Coke.
Saat ini, Pertamina RU II Dumai berencana untuk menghasilkan produk
baru dengan nama solar plus untuk bahan bakar busway.
Kontribusi kilang Pertamina RU II Dumai dan Sei Pakning terhadap
kebutuhan bahan bakar nasional mencapai 22-24%. Desain dan konstruksi Kilang
Pertamina RU II Dumai telah menggunakan teknologi tinggi sehingga aspek
keselamatan kerja karyawan dan peralatan produksi serta unit pengolahan limbah
untuk program perlindungan lingkungan telah dibuat secara memadai dengan
mengikuti standar internasional Dalam bidang pengolahan minyak bumi, sampai
saat ini Pertamina memiliki tujuh unit pengolahan yang tersebar di beberapa
daerah di Indonesia, antara lain:
1. Unit Pengolahan I Pangkalan Brandan.
2. Unit Pengolahan II Dumai dan Sei. Pakning.
3. Unit Pengolahan III Plaju dan Sei Gerong.
4. Unit Pengolahan IV Cilacap dan Cepu.
5. Unit Pengolahan V Balikpapan.
6. Unit Pengolahan VI Balongan, Indramayu.
2. Competitif (kompetitif)
Mampu berkompensi dalam skala regional maupun internasional,
mandorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar
biaya dan menghargai kinerja
3. Confident (percaya diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional,menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggan bangsa.
4. Custemer fecused ( fokus pada pelanggan)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. Comercial (komersial)
Menciptakan nilai tambahan dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip yang sehat.
6. Capable (berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki taelnta
dan pemguasaan teknik tinggi, berkomitmen dalam membangun
kemampuan riset dan pengembangan.
Sasaran strategi
Berdasarkan hasil analisa SWOT dan GE 9 Cells, RU II menetapkan sasaran
strategi utama, yaitu :
1. Peningkatan kehandalan kilang
2. Optimasi biaya produksi
3. Peningkatan kompetensi kerja
4. Peningkatan nilai tambah produk
5. Peningkatan kepuasan pelanggan
Tujuan yang paling penting dari sasaran strategi tersebut adalah
Peningkatan revenue dan cost reduction
Peningkatan kepuasan pelanggan
Peningkatan citra positif perusahaan
SWOT analysis
b. Faktor utama : Perkembangan,pasar,preferensi pelanggan,persaingan,
regulasi
Deskripsi
1. Pengembangan teknologi kilang diarahkan pada efisiensi dan safety
serta trend produk ramah lingkungan.
2. Perlu peningkatan nilai tambah produk LSWR dan Green Coke
3. RU II fokus pada pangsa pasar BBM wilayah sumatera
Strategi pemasaran produk NBM dan BBK melalui kontrak jangka pendek
dan panjang dengan trading company
Sumber data :
Bussines Plan Dit.P. lap. Bulanan RU II
Metode Analisa
Analisa SWOT, Analisa SWOT, Analisa GE 9 CELL, Koodinasi dengan
Pemasaran Niaga
c.Faktor utama : Keberlangsungan perusahaan jangka panjang
Deskripsi
1. potensi resiko sosial (pencemaran,keluhan masyarakat dan pemda)
diantisipasi denan menerapkan SML ISO-4001 dan peningkatan ComDev.
2. Potensi resiko berkurangnya pasokan crude dari PT. Chevron diantisipasi
dengan mencari jenis crude alternatif serta penyediaan fasilitas
penerimaan.
3. Potensi resiko aspek safety diminimalisikan dengan implementasikan
MKP dan survey oleh asuransi.
Pemenuhan standar internasional diantisipsi dengan iplementasi ISO-9001 -, ISO-
14001, dan ISO -7025.
Sumber data :
Laporan surveillance dari external auditor serta hasil survey USU ,hasil rapat
RCC,laporan survey asuransi.
Metode Analisa
Survey,rapat koordinasi, assesment
4. Direktur Keuangan.
5. Direktur Pengembangan.
6. Direktur Manajemen Produktion Sharing.
c. Keuangan
Bertugas dan bertanggung jawab atas keuangan perusahaan yang meliputi
fungsi administrasi, kebendaharaan dan anggaran,keuangan minyak dan akuntansi
perusahaan. Bidang ini terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Kontroler.
2. Akuntansi perusahaan.
3. Perbendaharaan.
d. Umum
Bidang umum bertugas dan bertanggung jawab atas fasilitas yang
diberikan perusahaan kepada karyawannya yang dipimpin oleh seorang manajer
umum yang membawahi beberapa bagian yang mempunyai fungsi-fungsi sesuai
dengan tugasnya, diantaranya fungsi hukum, pertanahan, security dan hubungan
dengan pemerintah serta masyarakat. Bidang ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Hukum dan pertanahan.
i. Kilang
Kilang untuk memenuhi target produksi yang telah ditentukan oleh
Direkrorat pengolahan P.T. PERTAMINA ( Persero ) pusat. Eselon kilang
bertugas dan bertanggung jawab atas kelancaran produksi.
a. Tank Yard
Merupakan fasilitas penampungan bahan baku dari bahan yang akan di
olah kembali maupun yang akan dikirim ke UPPDN ( Unit pembekalan dan
pemasaran dalam negeri). Kegiatan operasi adalah sebagai berikut:
1. Menerima dan mempersiapkan Crude Oil dari P.T CPI untuk bahan baku.
2. Menyediakan flushing oil untuk keperluan start up
3. Menerima dan mengirim intermediate dan finished produk.
4. Mengatur pergerakan minyak.
5. Menyediakan fuel oil untuk keperluan operasi( topping unit).
1. General Maintanance
Bertanggung jawab terhadap kegiatan perencanaan pemeliharaan, material
suku cadang dan anggaran serta pembuatan ikatan kerja dengan kontraktor pihak
ketiga.
2. Proses Engineering.
Bertanggung jawab atas teknologi proses yang digunakan dan control serta
pola pengoperasian unit-unit proses untuk mencapai spesifikasi dan target
perusahaan.
3. Inspeksi.
Bertanggung jawab atas kondisi peralatan mekanikal unit-unit proses pada
waktu operasi maupun perbaikan, melakukan pemeriksaan kondisi peralatan
produksi dan memberikan saran-
saran teknik pemeliharaan, pemeriksaan kwalitas material suku cadang, dan
menjaga ditaatinya peraturan keselamatan kerja dan Depnaker dan Direktorat
Minyak dan Gas Bumi.
4. Laboratorium
Bertanggung jawab atas kendali kwalitas produk minyak yang dihasilkan
dari unit-unit proses, dan memberikan saran-saran agar operasi berjalan optimal.
5. Budget & Audit.
Bertanggung jawab mengenai konservasi energi yang digunakan kilang,
pengaturan anggran yang berkaitan dengan operasi, dan pembuatan laporan
kondisi operasi ke Direktorat Pengolahan.
BAB V
INSPEKSI PENGELASAN PADA PIPA
Gambar5.3 Posisi 2G
Gambar5.5 Posisi 6G
Gambar5.7 posisi 2F
6. Posisi 4F ( pengelasan pada posisi atas kepala)
Proses pengelasan yang dapat digunakan untuk salauran pipa adalah las
busur listrik dengan pelindung fluks atau flux shielded metal arc welding (
SMAW ), las busur logam dengan pelindung gas atau disebut Gas Shielded Metal
Arc welding ( GMAW ) dan las busur wolfram dengan pelindung gas dengan
bahasa inggris Gas Tungsten Arc Welding ( GTAW ), dari proses pengelasan
tersebut di atas yang terbanyak digunakan adalah las SMAW .
Pada umumnya pengelasan naik jarang dilaksanakan karena kecepatan pengelasan
menjadi rendah. Tetapi untuk keperluan tertentu seperti pengelasan pipa tebal dan
pengelasan di stasiun pipa ini sering digunkan, contoh pengelasan naik yang
digunakan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
a b
Tabel 5.1 Bahan Pengisi pengelasan yang umum untuk SMAW baja karbon dan paduan
rendah
Base material
2 ⁄ Cr – 1 Mo Steel
5Cr- ½ Mo Steel
2 ¼ Nickel steel
3 ½ Nickel steel
9Cr- 1 Mo Steel
9% Nickel steel
Carbon steel
Carbon steel AB AC AD AE AF AG AJ AK *
Carbon- Molybdnum C CD CE CF CH * * *
steel
1 & 11/4 Cr – ½ Mo D DE DF DH * * *
Steel
2 ⁄ Cr – 1 Mo Steel E EF EH * * *
5Cr- ½ Mo Steel F FH * * *
9Cr- 1 Mo Steel H * * *
3 ¼ Nickel steel J JK LM
3½ Nickel steel K LM
9% Nickel steel LM
Tabel 5.2 Bahan Pengisi pengelasan yang umum untuk SMAW baja tahan karat (
stainless steel) dan paduan rendah
Base material
a b
Gambar 5.13 Alat bantu pengelasan pipa (a) Alat perekit luar (b) Alat
perakit dalam
c) Las akar
Pada pengelasan akar turun untuk mendapatkan penembusan yang
baik biasanya digunakan las SMAW dengan elektroda jenis hydrogen
rendah. Sedangkan untuk pengelasan naik digunakan Las SMAW dengan
elektroda tembus jenis hydrogen rendah.
Untuk mendapatkan laju pengelsan yang tiggi antara 50 sampai 70
cm/menit dapat digunakan las SMAW dengan elektroda jenis selulosayang
sesuai dengan spesifikasi dari standar AWS no. E-6010 yang mana logam
dasarnya adalah baja karbon dan baja karbon. Beberapa syarat pengelasan
SMAW dengan elektroda jenis selulosa dicantumkan delam table dibawah.
a b
Gambar 5.17. a. las isi ( filler) b. las akhir (capping)
3.Pengujian
Saluran pipa harus diuji terhadap tekanan dan kebocoran dengan
menggunakan zat dan tekan yang telah ditentukan dalam kode dan spesifikasi.
Pengujian daerah las dalam saluran pipa biasanya dilakukan dengan cara
pengujian tak merusak seperti radiografi dan ultrasonic dengan syarat penerimaan
menurut spesifikasi yang telah ditentukan.
Pemeriksaan dan pengujian harus dilaksanakan oleh akhli yang diakui dan
selama pemeriksaan dan pengujian tersebut ahli las yang bertanggung jawab atas
pekerjaan yang diperiksa harus mendampingi. Pemeriksaan yang dilakukan pada
PT. Pertamina RU II ada 2 jenis yaitu :
1. Pemeriksaan penetran cair
Penetran cair mampu medeteksi permkaan sambungan las,
pengecekan antara lintasan lasan yang telah selesai dilas. Selama
proses pengujian penetran, permukaan lasan yang akan diuji dibersikan
dan kemudian dilapisi dengan cairan penetrasi yang mencari
diskontinuitas yang dihubungkan oleh permukaan. Setelah kelebihan
penetran cair permukaan diangkat, serbuk suspense (pengembang)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.
1. Saat proses pemisahan unsur-unsur kimia yang mana untuk
menghasilkan bensin, kerosin, solar, avtur, LPG, gasoline, pertamax,
dan lain-lain dilakukan dalam keadaan vacuum dibawah tekanan atm
di dalam bejana bertekanan.
2. Proses pemanasan minyak terjadi di dalam heater yang di setiap
unitnya memiliki suhu yang berbeda – beda. Hal ini dikarenakan pada
setiap fraksi dari minyak memiliki titik didih yang berbeda – beda.
3. Manajemen yang digunakan PT. Pertamina RU II Dumai dalam
operasinya adalah Sistem Manajemen Operasi Excellence, yang
memiliki tiga bagian utama yaitu : Pimpinan yang accountability,
manajemen system proses, dan harapan – harapan excellence.
4. Proses inspeksi las meliputi peninjauan kembali proses pengelasan
pada saat sebelum pengelasan berlangsung, sesaat pengelasan, dan
sesudah pengelasan berlangsung.
6.2 Saran.\
1. Sebaiknya pengawasan yang intensif pada unit – unit seperti pressure
vessel dan heater untuk mencegah ketidakstabilan suhu dan tekanan.
2. Coke yang merupakan hasil akhir dari proses pengolahan minyak
diolah kembali olah pihak PT. Pertamina RU II Dumai.
DAFTAR PUSTAKA
York,2000.
Indonesia; Jakarta,2007.
USA, 2003.
York, 1996.