Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kelompok

Kimia Koloid dan Permukaan

ADSORPSI CAIR-CAIR

Oleh:

Barkatul Aulia (0807121133)


Erniwita Ekasari (0807132640)
Julharmito (0807113547)
Mahfirani Masyithah (0807121103)
Rima Ilandita (0807113603)
Rudi Setiawan (0807132806)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAK U LTAS T E K N I K
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
BAB I
PENDAHULUAN

.1 Latar belakang

Adsorpsi yaitu penyerapan pada permukaan partikel koloid oleh adanya


gaya adhesi zatzat asing. Daya adsorpsi koloid sangat besar karena permukaan
partikel koloid yang sangat luas bila dibandingkan permukaan zat padat dengan
jumlah yang sama. Koloid yang berbeda akan mengadsorpsi zat-zat yang berbeda
pula. Sifat adsorpsi koloid ini umumnya digunakan untuk
mengadsorpsi/membuang kotoran/warna dan bau, memisahkan campuran,
memekatkan bijih tambang, dan proses pemurnian lainnya.

Adsorpsi dapat dibagi tiga yaitu, adsorpsi padat-cair yaitu suatu proses
pemisahan capuran yang melibatkan proses perpindahan massa zat terlarut dari
fasa cair ke fasa padatan. Pada fasa adsorpsi, fasa campuran (pelarut dan zat
terlarut) dikontakkan dengan fasa yang lain yang tidak dilarutkan. adsorpsi cair-
cair yaitu proses penyerapan pada permukaan, komponen yang diserap berfasa
cair dan komponen penyerapnya adalah dari fasa cair juga, dan terakhir adsorpsi
gas-cair penyerapan pada permukaan fasa cairan dengan komponen yang diserap
berupa fasa gas. Pada makalah ini membahas lebih lanjut mengenai adsorpsi cair-
cair.

.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


 Untuk menjelaskan materi tentang
 Sebagai sedikit tambahan teori maupun referensi mengenai topik
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Adsorpsi Cair-Cair

Adsorpsi adalah proses penyerapan pada permukaan, suatu komponen oleh


komponen lainnya, jadi, pada adsorpsi cair-cair, maka komponen yang diserap
berfasa cair dan komponen penyerapnya adalah dari fasa cair juga.
Pada adsorpsi dengan cairan, tekanan tidak berubah, dan untuk
menentukan sejauh mana adsorpsi dari cairan murni melalui prosedural
experimental yang tidak mudah. Jika campurannya homogen biner, biasanya
untuk menunjukkan salah satu komponen terlarut (1) dan pelarut lain (2). Dari
asumsi ini, ditemukan bahwa perubahan komposisi cairan sebagian besar
bersentuhan dengan permukaan yang berpori. Ini disebabkan adanya adsorpsi dari
zat terlarut. Dimana adsorpsi pelarut dianggap tidak terjadi. Jika campuran cairan
mengencerkan zat terlarut, konsekuensi tidak terjadi, Namun, dari data percobaan
diperoleh seluruh rentang konsentrasi, perbedaan antara zat terlarut dan pelarut
yang berubah-ubah dan adsorpsi isotermis yang dihasilkan dapat menunjukkan
bentuk-bentuk tidak seperti yang diperoleh untuk gas atau gas murni campuran.
Contoh dari fenomena ini adalah proses pencapuran n-pentanol dalam air.
Pada konteks ini karena adanya adsorpsi air oleh n-pentanol mengakibatkan
tegangan permukaan air-udara akan berkurang. Contoh lain untuk fenomena ini
adalah adsorpsi air oleh minyak. Pada fenomena ini, minyak akan membentuk
lapisan tipis “film” yang berada dipermukaan air. Untuk mempersatukan dua
komponen ini, maka diemulsikan oleh emulgator yang bersifat “survace active
agent” contohnya adalah sabun.

Orientasi Molekular

Fenomena adsorpsi cair-cair sangat erat hubungannya dengan tegangan


permukaan. Untuk mengamati hubungan tersebut akan dibahas mengenai orientasi
molekular. Konteks orientasi molekular ini adalah membahas tegangan permukaan
suatu zat dalam lingkup molekulnya. Ciri khas dari keadaan ini adalah suatu zat
yang dilarutkan dalam suatu zat pelarut, misalnya air, akan mengubah tegangan
mukanya, yaitu dengan menaikkan atau menurunkan tegangan muka tersebut
Sebagai contoh digambarkan tegangan permukaan berbagai alkohol dalam
air, yang dapat kita lihat pada kurva di bawah ini.

Gambar 1: Tegangan permukaan larutan berbagai alkohol dalam air sebagai


fungsi konsentrasi

Pada kurva diatas jelas terlihat, bahwa alkohol CnH2n+1, n nya kecil,

maka dapat larut dalam air, sedangkan untuk nilai n yang besar, sehingga Mr
(massa molekul relatif) menjadi besar sehingga konsentrasinya menjadi kecil,
akan sukar larut dalam air. Jadi dapat disimpulkan besar perubahan tersebut akan
bergantung pada konsentrasi (c). Zat yang konsentrasinya kecil, relatif
menurunkan tegangan mukanya, hal ini yang disebut zat aktif muka.
Zat aktif muka inilah yang disebut dengan surface active agent, zat ini
akan secara sinergis menurunkan tegangan permukaan cairan. Zat ini juga lazim
kita sebut dengan surfaktan, contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah sabun.
Sabun menurunkan tegangan permukaan air, yang mengakibatkan lemak “dalam
hal ini kotoran” berikatan dengan air, dalam proses pencucian. Zat lain yang bisa
digunakan sebagai surface active agent adalah asam sulfat tertentu dan zat-zat
organik tertentu yang juga dapat menurunkan tegangan. Berbeda lagi dengan
negative surface activity, zat ini tergolong dapat menaikkan tegangan permukaan
cairan, contohnya adalah beberapa elektrolit.

Metode Pengukuran Tegangan Permukaan

2.3.1. Persamaan Gibbs (metode kapiler)


Hubungan konsentrasi dengan tegangan permukaan suatu cairan. Hal ini dapat
dibenarkan oleh persamaan yang ditemukan oleh gibbs, dalam percobaannya.
Pada persamaan ini dijelaskan Menurut Gibbs (1878) adanya surface
active agent, karena kontribusi molekul di permukaan larutan dan di dalam larutan
tidak sama. Menutur Gibbs besarnya beda jumlah molekul zat terlarut/unit area
dipermukaan dan di dalam larutan (q) ditunjukkan oleh rumus berikut.

q = - c / R T . /c … (1)

Dimana:

c : konsentrasi

R : konstanta gas

T : temperatur

/c : kecepatan perubahan terhadap konsentrasi


Adapun metoda yang dilakukan oleh gibbs pada persamaannya ini adalah
metode kapiler. Pada metoda ini dg/dc dihitung dari percobaan kapiler.
2.3.2. Metode tegangan gelembung maksimum.
Tegangan permukaan mengakibatkan adanya perbedaan tekanan pada
kedua sisi permukaan cairan yang lengkung. Tekanan pada sisi yang cekung
biasanya selalu lebih besar dari pada sisi yang cembung. Dapat dilihat pada
gambar ilustrasi dari metode ini.
Gambar 2: Gelembung gas bulat di dalam air yang berada dalam kesetimbangan

Gambar ini memperlihatkan sebuah gelembung gas berbentuk bola dalam


cairan yang berada dalam keadaan setimbang. Perbedaan tekanan pada permukaan
lengkung (DP) dapat dihitung menggunakan persamaan Young-Laplace:
DP = 2g/R
P + DP = Tekanan total dalam gelembung
P = Tekanan di luar gelembung
R = Jari-jari gelembung

2.3.3. Metode lempengan wilhemly


Pada metode ini digunakan lempengan lakatitis atau kaca slide mikroskop
yang digantung pada neraca. Mula-mula lempengan dimasukkan ke dalam cairan.
Bila menggunakan detachment metode, wadah yang berisi cairan perlahan-lahan
diturunkan sampai lempengan akhirnya meninggalkan permukaan cairan. Berat
(Wdet) pada saat lempengan meninggalkan cairan dicatat.

Maka untuk lempengan yang punya panjang X cm, dan tebal Y cm, serta
berat w, dengan asumsi sudut kontak sama dengan nol, maka hubungan factor-
faktor di atas dengan tegangan permukaan adalah:
Wdet – W = 2 (x + y) g

Dan apabila pada aplikasinya kita menggunakan neraca langmuir, metoda


lempengan bisa dilakukan secara statik. Dalam hal ini diukur adalah gaya untuk
mempertahankan posisi lempengan ketika tegangan permukaan berubah.
2.3.4. Metode cincin du nouy.
Dalam metode ini yang diukur adalah gaya yang dibutuhkan untuk
mengukur cincin dari permukaan cairan. Gaya ini diukur dengan jalan
mencelupkan cincin yang digantung pada lengan neraca dan perlahan-lahan
mengangkatnya sampai cincin meninggalkan cairan. Metode ini tidak hanya dapat
digunakan untuk mengukur tegangan permukaan cairan udara, tetapi juga dapat
digunakan untuk mengukur tegangan permukaan cairan-cairan seperti misalnya :
tegangan permukaan benzene-air, atau minyak-air, dengan persamaan:

F
 
4R

Akan diketahui besarnya gaya permukaan, selanjutnya tegangan


permukaan
Dimana:
R = Jari-jari mata cincin
F = Gaya untuk mengangkut cincin dari permukaan
B = Faktor koreksi, dapat dihitung dengan:

 
   a  2   4b2 
1

F
  c
   R  4R  1   2  
2

Dimana:
a = 0.725

b = 0.09075 m-1 det2


c = 0.04534 – 1.679 r/R
r = jari-jari kawat cincin
R = Jari-jari lingkaran
P1 = massa jenis cairan yang di bawah

P2 = massa jenis cairan yang di atas


Aktivitas Permukaan (Surface Activity)

Ada dua fenomena penting dalam proses adsorpsi cair-cair. Yang pertama yang
telah dijelaskan penjang lebar sebelumnya, yaitu orientasi molekular, yang
menunjukkan bahwa pada saat berlangsungnya adsorpsi cair-cair, maka komponen
penjerap, akan secara stimultan menaikkan dan atau menurunkan tegangan
permukaannya. Dapat kita lihat contoh n-pentanol dan air
Fenomena kedua adalah terkait surface activity, dimana saat terjadinya
adsorpsi cair-cair, maka fasa penyerap akan secara otomatis membentuk lapisan
(layer) tipis menyerupai film. Hal ini juga terkait dengan fenomena penurunan
tegangan permukaan. Pembentukan cairan tipis pada film di atas cairan lain, yang
di amati oleh benjamin franklin menggunakan minyak zaitun yang membentuk
film setebal 25 Amstrong. Pengamatan lain juga menunjukkan zat aktif lebih cepat
penyebarannya pada permukaan zat cair yang secara stimultan tegangan mukanya
menurun.
Dapat kita simpulkan, inti dari proses adsorpsi cair-cair ini adalah Apabila
pada permukaan 2 fasa yang bersih, (seperti antara gas-cairan dan cairian-cairan)
ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan teradsorbsi pada
permukaan dan komponen ini sangat mempengaruhi sifat permukaan.
Sebagai contoh bila komponen ketiga tadi adalah n-Pentanol (alkohol
rantai pendek), yang dilarutkan dalam air, maka tegangan permukaan air udara
akan berkurang karena cahaya adsorbsi n-pentanol tersebut. Contoh lain adalah
penambahan sabun untuk menstabilkan emulsi air-minyak. Kestabilan akan
meningkat, karena dalam khasus ini molekul sabun akan teradsorbsi pada
permukaan antara kedua cairan dan menurunkan tegangan permukaan. Dalam
kedua fase diatas, komponen ketiga yang ditambahkan adalah molekul yang
teradsorbsi pada permukaan (dinamakan sebagai surfaktan).
Molekul-molekul ini mengandung gugus molal dan nonpolar (dinamakan
sebagai ampifilik) gugus polar cendrung untuk larut dalam medium polar seperti
air dan gugus non polar cendrung untuk larut dalam mdium nonpolar, seperti
minyak atau fase gas. Dengan kata lain komponen ketiga ini tidak hanya bersifat
surface aktif, tetapi komponen ini juga menyusun dirinya pada permukaan.
Secara garis besar, komponen ketiga (surfaktan) dapat dibagi menjadi dua
kelompok:
1. Larut dalam air, misalnya alkohol rantai pendek dan asam lemak rantai
panjang. Komponen ini apabila ditambahkan dengan jalan adsorbsi dari
lapisan yang terbentuk dengan ketebalan 1 molekul. Lapisan ini disebut
sebagai lapisan monomolekular.
2. Tidak larut dalam air, dengan menggunakan pelarut organik yang sesuai
seperti misalnya petrolium eter, senyawa seperti asam lemak rantai
panjang (asam stearat C17H35COOH misalnya) dapat disebarkan dalam
permukaan air untuk membentuk lapisan monomolekular (dalam hal ini
asam lemak tersebut akan tersebar pada permukaan, sedangkan pelarut
organik dengan cepat akan menguap)
Besarnya tegangan permukaan setelah menggunakan surfaktan dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
   0   .........(14)

Dimana:

 0 = Tegangan permukaan cairan murni


 = Tegangan permukaan cairan setelah terbentuk monolayer
 = Tekanan permukaan yang disebabkan monolayer.
Dengan semakin panjangnya rantai hidrokarbon molekul surfaktan, maka
jumlah molekul yang terdapat pada permukaan semakin banyak. Hal ini
menyebabkan terjadinya peningkatan tegangan permukaan. Untuk menghitung
lapisan hasil adsorpsi yang terdapat pada permukaan saat setimbang dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan Gibbs :
d c 2
Г2 = dc 2 RT .........(15) Dimana:

Г2 = surface excess yaitu kelebihan konsentrasi surfaktan pada bagian permukaan

dibandingkan konsentrasi surfaktan pada larutan.


C2 = konsentrasi surfaktan pada larutan
R = konstanta gas
T = suhu absolut
Persaman diatas hanya berlaku untuk larutan encer, untuk lautan yang
lebih pekat konsentrasi C2 harus diganti dengan aktifitas a2.

Untuk menguji kebenaran persamaan Gibbs telah dilakukan banyak


percobaan, salah satu percobaan yang berhasil membuktikan persamaan tersebut
dilakukan oleh McBrain (1923), dengan menggunakan microtone unutk mengikis
satu permukaan yang sangat tipis ( 0,1 mm ) dan kemudian membandingkan
konsentrasi surfaktan yang berhasil dikikis dari permukaan dengan konsentrasi
surfaktan pada larutan. Dari contoh perhitungannya didaptkan Г2 dari data

microtone mendekati nilai dari Г2 dari persamaan Gibbs, dapat disimpulkan

persamaan Gibbs dapat dibuktikan secara percobaan.

Tipe Lapisan Permukaan

2.5.1. Monolayer

Pada monolayer, dimana saat terjadinya adsorpsi cair-cair, maka fasa


penyerap akan secara otomatis membentuk lapisan (layer) tipis menyerupai film,
Contohnya minyak menyebar menutupi permukaan air. Aplikasi penggunaan
adsorpsi cair-cair monolayer misalnya, peneliti USA dan Australia telah
menemukan beberapa alkohol (etyl alkohol, hexadecanol) bisa digunakan untuk
mengurangi penguapan dari tanki air. Hexadecanol film membatasi perpindahan
air ke udara tetapi tidak mencegah oksigen yang terlarut yang berasal dari
atmosfir. Udara segar dalam atmosfir tetap dipertahankan.
2.5.2. Doublelayer

Jenis adsorpsi lainnya yaitu adsorpsi dari yang dihasilkan dari tolakan
elektrik dalam lapisan adsorpsi oleh surfaktan ionik. Adsorpsi oleh surfaktan ionik
pada permukaan atau antarmuka mengarah pada pembentukan muatan permukaan.
Dengan demikian, kinetika adsorpsi diiringi dengan pembentukan doublelayer
pada antarmuka. Pembentukan doublelayer ini dapat menghambat aliran adsorpsi
dari surfaktan ionic karena terbentuknya elektrostatik penghalang (Dukhin,1995).
BAB III
KESIMPULAN
Inti dari proses adsorpsi cair-cair ini adalah Apabila pada permukaan 2 fasa
yang bersih, (seperti antara gas-cairan dan cairian-cairan) ditambahkan komponen
ketiga, maka komponen ketiga ini akan teradsorbsi pada permukaan dan
komponen ini sangat mempengaruhi sifat permukaan.
Zat yang konsentrasinya kecil, relatif menurunkan tegangan mukanya, hal
ini yang disebut zat aktif muka (surface active agent).
Lapisan permukaan yang terbentuk akibat adsorpsi dapat dibagi dua yaitu
mono layer dimana saat terjadi adsorpsi cair-cair terbentuk lapisan tipis, yang
kedua duallayer yaitu terbentukknya duallayer akibat adanya penolakan elektrik
dalam adsorpsi dengan penambahan surfaktan ionik.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhruddin, dkk., 2008, Adsorpsi Cair-Cair, Makalah, Universitas Riau,
Pekanbaru
Seader, J.D dan Henley, J.H., Separation Process Principles., Jhon Wiley&Sons,
New York, hal 808
Wang, Xiaohong., 1997, Characterization of Surfactant Adsorption At A Liquid-
Liquid Interface by Drop Volume Tensiometry, Thesis, Concordia
University, Montreal, Kanada

Anda mungkin juga menyukai