ADSORPSI CAIR-CAIR
Oleh:
.1 Latar belakang
Adsorpsi dapat dibagi tiga yaitu, adsorpsi padat-cair yaitu suatu proses
pemisahan capuran yang melibatkan proses perpindahan massa zat terlarut dari
fasa cair ke fasa padatan. Pada fasa adsorpsi, fasa campuran (pelarut dan zat
terlarut) dikontakkan dengan fasa yang lain yang tidak dilarutkan. adsorpsi cair-
cair yaitu proses penyerapan pada permukaan, komponen yang diserap berfasa
cair dan komponen penyerapnya adalah dari fasa cair juga, dan terakhir adsorpsi
gas-cair penyerapan pada permukaan fasa cairan dengan komponen yang diserap
berupa fasa gas. Pada makalah ini membahas lebih lanjut mengenai adsorpsi cair-
cair.
.2 Tujuan
Orientasi Molekular
Pada kurva diatas jelas terlihat, bahwa alkohol CnH2n+1, n nya kecil,
maka dapat larut dalam air, sedangkan untuk nilai n yang besar, sehingga Mr
(massa molekul relatif) menjadi besar sehingga konsentrasinya menjadi kecil,
akan sukar larut dalam air. Jadi dapat disimpulkan besar perubahan tersebut akan
bergantung pada konsentrasi (c). Zat yang konsentrasinya kecil, relatif
menurunkan tegangan mukanya, hal ini yang disebut zat aktif muka.
Zat aktif muka inilah yang disebut dengan surface active agent, zat ini
akan secara sinergis menurunkan tegangan permukaan cairan. Zat ini juga lazim
kita sebut dengan surfaktan, contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah sabun.
Sabun menurunkan tegangan permukaan air, yang mengakibatkan lemak “dalam
hal ini kotoran” berikatan dengan air, dalam proses pencucian. Zat lain yang bisa
digunakan sebagai surface active agent adalah asam sulfat tertentu dan zat-zat
organik tertentu yang juga dapat menurunkan tegangan. Berbeda lagi dengan
negative surface activity, zat ini tergolong dapat menaikkan tegangan permukaan
cairan, contohnya adalah beberapa elektrolit.
q = - c / R T . /c … (1)
Dimana:
c : konsentrasi
R : konstanta gas
T : temperatur
Maka untuk lempengan yang punya panjang X cm, dan tebal Y cm, serta
berat w, dengan asumsi sudut kontak sama dengan nol, maka hubungan factor-
faktor di atas dengan tegangan permukaan adalah:
Wdet – W = 2 (x + y) g
F
4R
a 2 4b2
1
F
c
R 4R 1 2
2
Dimana:
a = 0.725
Ada dua fenomena penting dalam proses adsorpsi cair-cair. Yang pertama yang
telah dijelaskan penjang lebar sebelumnya, yaitu orientasi molekular, yang
menunjukkan bahwa pada saat berlangsungnya adsorpsi cair-cair, maka komponen
penjerap, akan secara stimultan menaikkan dan atau menurunkan tegangan
permukaannya. Dapat kita lihat contoh n-pentanol dan air
Fenomena kedua adalah terkait surface activity, dimana saat terjadinya
adsorpsi cair-cair, maka fasa penyerap akan secara otomatis membentuk lapisan
(layer) tipis menyerupai film. Hal ini juga terkait dengan fenomena penurunan
tegangan permukaan. Pembentukan cairan tipis pada film di atas cairan lain, yang
di amati oleh benjamin franklin menggunakan minyak zaitun yang membentuk
film setebal 25 Amstrong. Pengamatan lain juga menunjukkan zat aktif lebih cepat
penyebarannya pada permukaan zat cair yang secara stimultan tegangan mukanya
menurun.
Dapat kita simpulkan, inti dari proses adsorpsi cair-cair ini adalah Apabila
pada permukaan 2 fasa yang bersih, (seperti antara gas-cairan dan cairian-cairan)
ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan teradsorbsi pada
permukaan dan komponen ini sangat mempengaruhi sifat permukaan.
Sebagai contoh bila komponen ketiga tadi adalah n-Pentanol (alkohol
rantai pendek), yang dilarutkan dalam air, maka tegangan permukaan air udara
akan berkurang karena cahaya adsorbsi n-pentanol tersebut. Contoh lain adalah
penambahan sabun untuk menstabilkan emulsi air-minyak. Kestabilan akan
meningkat, karena dalam khasus ini molekul sabun akan teradsorbsi pada
permukaan antara kedua cairan dan menurunkan tegangan permukaan. Dalam
kedua fase diatas, komponen ketiga yang ditambahkan adalah molekul yang
teradsorbsi pada permukaan (dinamakan sebagai surfaktan).
Molekul-molekul ini mengandung gugus molal dan nonpolar (dinamakan
sebagai ampifilik) gugus polar cendrung untuk larut dalam medium polar seperti
air dan gugus non polar cendrung untuk larut dalam mdium nonpolar, seperti
minyak atau fase gas. Dengan kata lain komponen ketiga ini tidak hanya bersifat
surface aktif, tetapi komponen ini juga menyusun dirinya pada permukaan.
Secara garis besar, komponen ketiga (surfaktan) dapat dibagi menjadi dua
kelompok:
1. Larut dalam air, misalnya alkohol rantai pendek dan asam lemak rantai
panjang. Komponen ini apabila ditambahkan dengan jalan adsorbsi dari
lapisan yang terbentuk dengan ketebalan 1 molekul. Lapisan ini disebut
sebagai lapisan monomolekular.
2. Tidak larut dalam air, dengan menggunakan pelarut organik yang sesuai
seperti misalnya petrolium eter, senyawa seperti asam lemak rantai
panjang (asam stearat C17H35COOH misalnya) dapat disebarkan dalam
permukaan air untuk membentuk lapisan monomolekular (dalam hal ini
asam lemak tersebut akan tersebar pada permukaan, sedangkan pelarut
organik dengan cepat akan menguap)
Besarnya tegangan permukaan setelah menggunakan surfaktan dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
0 .........(14)
Dimana:
2.5.1. Monolayer
Jenis adsorpsi lainnya yaitu adsorpsi dari yang dihasilkan dari tolakan
elektrik dalam lapisan adsorpsi oleh surfaktan ionik. Adsorpsi oleh surfaktan ionik
pada permukaan atau antarmuka mengarah pada pembentukan muatan permukaan.
Dengan demikian, kinetika adsorpsi diiringi dengan pembentukan doublelayer
pada antarmuka. Pembentukan doublelayer ini dapat menghambat aliran adsorpsi
dari surfaktan ionic karena terbentuknya elektrostatik penghalang (Dukhin,1995).
BAB III
KESIMPULAN
Inti dari proses adsorpsi cair-cair ini adalah Apabila pada permukaan 2 fasa
yang bersih, (seperti antara gas-cairan dan cairian-cairan) ditambahkan komponen
ketiga, maka komponen ketiga ini akan teradsorbsi pada permukaan dan
komponen ini sangat mempengaruhi sifat permukaan.
Zat yang konsentrasinya kecil, relatif menurunkan tegangan mukanya, hal
ini yang disebut zat aktif muka (surface active agent).
Lapisan permukaan yang terbentuk akibat adsorpsi dapat dibagi dua yaitu
mono layer dimana saat terjadi adsorpsi cair-cair terbentuk lapisan tipis, yang
kedua duallayer yaitu terbentukknya duallayer akibat adanya penolakan elektrik
dalam adsorpsi dengan penambahan surfaktan ionik.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhruddin, dkk., 2008, Adsorpsi Cair-Cair, Makalah, Universitas Riau,
Pekanbaru
Seader, J.D dan Henley, J.H., Separation Process Principles., Jhon Wiley&Sons,
New York, hal 808
Wang, Xiaohong., 1997, Characterization of Surfactant Adsorption At A Liquid-
Liquid Interface by Drop Volume Tensiometry, Thesis, Concordia
University, Montreal, Kanada