SKRIPSI
Oleh:
NIM : 078114010
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2011
i
OPTIMASI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 078114010
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2011
ii
iii
iv
"Here's to the crazy ones. The misfits. The rebels. The troublemakers. The round
pegs in the square hole. The ones who see things differently. We're not fond of
rules. And we have no respect for the status quo. You can quote us, disagree
with us, glorify or vilify us. About the only thing you can't do is ignore us. Because
we change things. We push the human race forward. And while you see us as
the crazy ones, they see genius. BECAUSE THE PEOPLE WHO ARE CRAZY
ENOUGH TO THINK THEY CAN CHANGE THE WORLD, ARE THE ONES
WHO DO." [Apple Inc.]
"Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar. Kau harus
bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus bicara pada mereka, dengan bahasa
yang mereka tahu" [Pramoedya Ananta Toer]
v
vi
vii
PRAKATA
Syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan atas segala cinta-
Tween 80 dan Span 80 sebagai Emulsifying Agent serta Carbopol sebagai Gelling
sinensis L.): Aplikasi Desain Faktorial” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas
penulis telah mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
1. Orangtua dan adik tercinta atas segala doa, semangat, dan dukungan yang
4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. dan C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt.
selaku dosen penguji yang telah memberikan pengarahan, kritik dan saran
viii
5. Segenap dosen yang telah membimbing penulis selama menempuh
laboratorium.
7. Ayu Asmoro Ningrum dan Yoga Wirantara yang telah berjuang bersama
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah menjadi sahabat,
yang mau memberi nasehat, dan menjadi dua sosok yang bersejarah dalam
hidup penulis.
8. Serevino Leonardo Ambuk dan Dian Prahara Florentino Wara, dua manusia
jenius yang selalu penulis hormati. Terima kasih telah menjadi guru, panutan,
serta teman diskusi bagi penulis. Paragraf pertama pada halaman persembahan
10. Teman-teman kelas A 2007 dan FST angkatan 2007 yang telah berjuang
11. Tiatira Metri Setyadhiani Karunawati, Theresia Wijayanti, Sandra Ruby, dan
12. Teman-teman kost atas kebersamaan yang telah terjalin selama ini.
ix
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
karena penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Semoga
skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan memberikan manfaat bagi
Penulis
x
DAFTAR ISI
INTISARI ............................................................................................................. xx
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .................................................................... 7
B. Photoprotector .......................................................................................... 8
C. Emulgel ................................................................................................... 10
1. Tween 80 ............................................................................................. 11
2. Span 80 ................................................................................................ 12
I. Hipotesis ................................................................................................. 20
xii
E. Analisis Hasil .......................................................................................... 29
D. Pengaruh Tween 80, Span 80, dan Carbopol terhadap Respon Sifat
F. Optimasi Tween 80, Span 80, dan Carbopol pada Formula Emulgel
A. Kesimpulan ............................................................................................. 69
B. Saran ....................................................................................................... 69
LAMPIRAN ......................................................................................................... 74
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel II. Rancangan Percobaan Desain Faktorial Tiga Faktor dan Dua
Level ............................................................................................ 18
Tabel IV. Penentuan Level Tinggi dan Level Rendah Faktor Komposisi
Tabel VI. Level Tinggi dan Level Rendah Faktor Tween 80, Span 80, dan
Carbopol ...................................................................................... 36
Tabel VIII. Nilai Efek Tiap Faktor terhadap Respon Viskositas ................... 37
Tabel XI. Nilai Efek Tiap Faktor terhadap Respon Daya Sebar .................. 45
Tabel XII. Hasil Uji Anova untuk Respon Daya Sebar ................................ 50
Tabel XIV. Nilai Efek Tiap Faktor terhadap Respon Pergeseran Viskositas 52
Tabel XV. Hasil Uji Anova untuk Respon Pergeseran Viskositas ............... 58
xiv
Tabel XVII. Hasil Prediksi Respon yang Dikehendaki dari Faktor-Faktor
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 7. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level rendah span
Gambar 8. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level tinggi span
Gambar 9. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level rendah tween
Gambar 10. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level tinggi tween
Gambar 11. Pengaruh interaksi tween 80 dan span 80 pada level rendah
Gambar 12. Pengaruh interaksi tween 80 dan span 80 pada level tinggi
xvi
Gambar 13. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level rendah span
Gambar 14. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level tinggi span
Gambar 15. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level rendah tween
Gambar 16. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level tinggi tween
Gambar 17. Pengaruh interaksi tween 80 dan span 80 pada level rendah
Gambar 18. Pengaruh interaksi tween 80 dan span 80 pada level tinggi
Gambar 19. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level rendah span
Gambar 20. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level tinggi span
Gambar 21. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level rendah tween
Gambar 22. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level tinggi tween
xvii
Gambar 23. Contour plot viskositas yang dihasilkan dari pengaruh tween 80
Gambar 24. Contour plot daya sebar yang dihasilkan dari pengaruh tween 80
Gambar 25. Contour plot pergeseran viskositas yang dihasilkan dari pengaruh
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran II. Perhitungan dosis ekstrak teh hijau untuk antioksidan ............. 76
Lampiran VI. Tabel nilai efek terhadap masing-masing respon hasil analisis
Lampiran VII. Data hasil uji Anova menggunakan software Design Expert
xix
INTISARI
Kata kunci: emulgel, tween 80, span 80, carbopol, desain faktorial
xx
ABSTRACT
The aims of this research were to find out the factors which have
significant influence between the emulsifying agent tween 80 and span 80, gelling
agent carbopol, or their interaction in terms of determining the physical properties
(spreadability and viscosity) and the physical stability (viscosity shift after one
month storage) of photoprotector emulgel of green tea extract and to obtain the
optimum composition of the emulsifying agents and the gelling agent so that
would be produced emulgel which has the desired physical properties and
physical stability. This research was the experimental design that used factorial
design method with three factors (tween 80, span 80, and carbopol) at two levels
(high level and low level). Anova was used as a tool for statistical analysis to
determine the factors that significantly influence the response of physical
properties and physical stability. According to the significance of the influence
from each factor on the response of physical properties and physical stability, then
prediction of the responses was performed using software Design Expert 7.0.0™
software to obtain the optimum composition of tween 80, span 80, and carbopol.
The result showed that tween 80 and carbopol were the factors which have
significant influence to determine the response of viscosity. Meanwhile, tween 80,
span 80, carbopol, the interaction between tween 80 and span 80, and the
interaction between these three factors were the factors and interactions that
significantly influence the response of spreadability, whereas tween 80, span 80,
and interaction between tween 80 and span 80 were the factors and interaction
which have significant influence to determine the response of viscosity shift. The
optimum composition to produced photoprotector emulgel of green tea extract
which has the desired physical properties and physical stability was 5,63 gram
tween 80; 3,75 gram span 80; and 133,41 gram carbopol, where that composition
will produce spreadability 3,30 cm; viscosity 249,93 d.Pa.s; and viscosity shift
0,70%.
Key words: emulgel, tween 80, span 80, carbopol, factorial design
xxi
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
stress baik secara endogen maupun dari lingkungan sekitar. Hal ini menyebabkan
kerusakan kulit. Antioksidan endogen pada kulit dapat berkurang oleh paparan
sinar UV sehingga potensi kerusakan oksidatif pada kulit oleh sinar UV dapat
adalah enzim utama yang terlibat dalam kerusakan kolagen dan photoaging pada
polifenol dalam teh hijau antara lain epikatekin, epikatekin galat, epigalokatekin
1
2
dan epigalokatekin galat. Kandungan polifenol pada teh hijau ini sering digunakan
untuk pencegahan maupun terapi photodamage yang disebabkan oleh sinar UV.
Meskipun memiliki nilai SPF yang tidak terlalu besar, katekin pada teh hijau
stress yang disebabkan oleh paparan sinar UV dapat dicegah (Matsui et al., 2009).
pada kulit perlu dibuat suatu sediaan topikal yang didesain untuk penggunaan
lokal pada kulit secara lebih praktis dan lebih efektif. Ada berbagai macam bentuk
sediaan topikal, antara lain lotion, cream, gel dan emulgel. Kelebihan gel yaitu
dapat memberikan rasa dingin di kulit dengan adanya kandungan air yang cukup
tinggi sehingga nyaman digunakan (Mitsui, 1997). Pada emulsi terdapat fase
minyak yang berfungsi sebagai emolien atau occlusive yang akan mencegah
Peningkatan oklusivitas dari fase minyak pada sistem emulsi akan meningkatkan
hidrasi pada stratum corneum dan hal ini berhubungan dengan berkurangnya
hambatan difusi bagi zat terlarut. Oleh karena itu adanya sistem emulsi dalam
bentuk sediaan emulgel akan memberikan penetrasi tinggi di kulit (Block, 1996).
Atas dasar kelebihan dari emulsi dan gel tersebut maka sediaan emulgel akan
system yang baik bagi zat aktif yang terkandung di dalamnya ketika emulgel
diaplikasikan di kulit.
Pada sediaan emulgel terdapat sistem gel dan sistem emulsi. Pada sistem
emulsi, emulsifying agent akan berperan dalam menentukan sifat fisik dan
3
stabilitas fisik emulsi (Block, 1996). Twen 80 dan span 80 merupakan emulsifying
agent larut air sehingga mampu membentuk emulsi tipe M/A. Span 80 adalah
interfacial film theory, adanya stable interfacial complex condensed film yang
terbentuk saat emulsifying agent yang bersifat larut air dicampurkan dengan
emulsifying agent tunggal (Kim, 2005). Pada sistem gel, gelling agent akan
berperan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik gel. Carbopol
merupakan salah satu eksipien yang sering digunakan sebagai gelling agent dalam
sistem gel. Carbopol sebagai gelling agent akan membentuk jaringan struktural
dalam sistem tersebut (Zats and Kushla, 1996). Oleh karena itu, emulsifying agent
dan gelling agent akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilan sistem emulgel.
faktor terhadap kualitas produk sehingga desain faktorial dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh mana yang signifikan antara tween 80, span 80, carbopol,
dan interaksi ketiganya dalam menentukan respon sifat fisik dan stabilitas fisik.
Selain untuk menentukan pengaruh yang signifikan, desain faktorial juga dapat
dengan komposisi tween 80, span 80, dan carbopol yang optimum diperoleh
4
sediaan emulgel yang memenuhi kualitas fisik yang baik meliputi daya sebar dan
viskositas, serta stabilitas fisik yang baik sehingga dapat diterima oleh
masyarakat.
1. Perumusan masalah
a. Apakah persamaan desain faktorial dari respon sifat fisik (daya sebar,
b. Di antara tween 80, span 80, carbopol, dan interaksinya pada level yang
c. Apakah dapat ditemukan komposisi optimum tween 80, span 80, dan
2. Keaslian penelitian
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis.
b. Manfaat metodologis.
c. Manfaat praktis.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
teh hijau.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui apakah persamaan desain faktorial dari respon sifat fisik (daya
antara tween 80, span 80, dan carbopol pada level yang diteliti dalam
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh Hijau
yaitu teh hijau (tidak difermentasi), teh oolong (semifermentasi), dan teh hitam
(fermentasi penuh) (Syah, 2006). Teh hijau berasal dari pucuk daun tanaman teh
teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara pemanasan dan
bawah pengaruh panas yaitu melalui oksidase katekin dalam daun segar dengan
katalis polifenol oksidase atau yang disebut dengan fermentasi. Proses fermentasi
ini dihasilkan dalam oksidasi polifenol sederhana, yaitu katekin teh diubah
menjadi molekul yang lebih kompleks dan pekat sehingga member ciri khas teh
hitam, yaitu berwarna kuat dan tajam. Teh oolong diproses melalui pemanasan
daun dalam waktu singkat setelah penggulungan, oksidasi terhenti dalam proses
teh oolong berada diantara teh hitam dan teh hijau (Syah, 2006).
7
8
dalam teh hijau (Svobodova, Psotova, and Walterova, 2003). Katekin teh
memiliki sifat tidak berwarna, larut air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada
seduhan teh. Hampir semua sifat produk teh termasuk di dalamnya rasa, warna,
dan aroma, secara langsung maupun tidak, dihubungkan dengan modifikasi pada
B. Photoprotector
yang disebabkan oleh sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak (visible light).
photoprotector alami dan diproduksi langsung oleh kulit. Melanin akan menyerap
radiasi sinar UV dan secara aman mengubah energi dari foton UV menjadi panas.
Energi dari foton UV yang tidak diubah menjadi panas akan menyebabkan
terbentuknya radikal bebas atau spesies kimia reaktif yang berbahaya (Anonim,
2011).
kerusakan kolagen dan photoaging pada kulit yang teradiasi sinar UV (Matsui et
al., 2009).
inflamasi, imunosupresi dan oxidative stress. Penelitian secara in vitro dan in vivo
pada hewan dan manusia membuktikan bahwa polifenol dari teh hijau merupakan
agen photoprotective alami dan dapat digunakan sebagai agen farmakologi untuk
photoaging dan kanker kulit dengan diikuti penelitian lanjut secara klinis (Katiyar,
2003). Polifenol dari teh hijau mampu mencegah peningkatan peroksidasi lipid
yang disebabkan oleh cahaya. Pemberian EGCG secara topikal pada kulit yang
hydrogen peroxide, maupun infiltrasi leukosit yang diinduksi oleh sinar UVB.
and Katiyar, 2009). Meskipun memiliki nilai SPF yang tidak terlalu besar, ekstrak
teh hijau yang mengandung EGCG telah terbukti melindungi kulit terhadap sinar
C. Emulgel
agent untuk menghasilkan emulsi yang stabil, humektan dan pengawet. Syarat
sediaan emulgel sama seperti syarat untuk sediaan gel, yaitu untuk penggunaan
daya sebar yang mudah melembutkan, dapat bercampur dengan beberapa zat
D. Emulsifying Agent
muka antara minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang
mempunyai rantai hidrokarbon nonpolar dan polar pada tiap ujung rantai
molekulnya. Emulsifying agent akan dapat menarik fase minyak dan fase air
sekaligus dan emulsifying agent akan menempatkan diri berada di antara kedua
permukaan fase minyak dan fase air (Friberg, Quencer, and Hilton, 1996).
Diana, 1991). Emulsifying agent ini memiliki rentang dari komponen larut minyak
untuk menstabilkan emulsi A/M hingga material larut air yang memberikan
produk M/A. Emulsifying agent ini biasa digunakan untuk kombinasi emulsifying
agent larut air dan larut minyak untuk membentuk lapisan antarmuka yang
memiliki toksisitas dan iritasi yang rendah (Billany, 2002). Emulsifying agent
yang dapat menstabilkan emulsi M/A atau A/M. Penggunaan emulsifying agent
nonionik yang baik bila menghasilkan nilai HLB yang seimbang antara dua
emulsifying agent nonionik, dimana salah satu bersifat hidrofilik dan yang lain
polar dari emulsifying agent yang terhidrasi dan bulky, yang menyebabkan
1. Tween 80
etilenoksida. Tween 80 berupa cairan kental berwarna kuning dan agak pahit
pada emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air
12
1992). Tween 80 larut dalam air dan etanol (95%), namun tidak larut dalam
mineral oil dan vegetable oil. Aktivitas antimikroba dari pengawet golongan
2. Span 80
berupa warna kuning gading, cairan seperti minyak kental, bau khas tajam,
terasa lunak. Kelarutannya tidak larut tetapi terdispersi dalam air, bercampur
dengan alkohol, tidak larut dalam propilen glikol, larut dalam hampir semua
minyak mineral dan nabati, sedikit larut dalam eter. Berat jenis pada 20oC
adalah 1 gram. Nilai HLB 4,3. Viskositas pada 25oC adalah 1000 cps
(Smolinske, 1992). Span 80 dapat dimasukkan dalam basis tipe parafin untuk
membentuk basis tipe anhidrat yang mampu menyerap sejumlah besar air
(Anonim, 1988).
emulsi air dalam minyak yang stabil dan mikroemulsi, namun ester sorbitan
polysorbate untuk menghasilkan emulsi atau krim, baik tipe M/A atau A/M
dari suatu surfaktan. Nilai HLB biasa digunakan untuk surfaktan nonionik
(Rieger, 1996), dimana rentang nilai antara 0-20 (Florence and Atwood,
2006). Semakin lipofil suatu surfaktan, semakin rendah nilai HLB (Voigt,
1994).
E. Gelling Agent
Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1999). Gel pada umumnya
Gelling agent yang digunakan dalam bidang farmasi dan kosmetik harus
inert, aman, dan non reaktif terhadap komponen formulasi lainnya. Gelling agent
yang digunakan dalam formulasi cair harus dapat memberikan atau menyediakan
bentuk martiks selama penyimpanan sediaan, dan matriks tersebut harus dapat
pecah dengan mudah ketika diberikan shear forces pada saat penggojogan atau
yang membentuk rantai silang dengan polyalkenyl eter (Zatz and Kushla, 1996).
emulsifier pada konsentrasi kurang dari 1% (Zatz and Kushla, 1996). Carbopol
sensitif terhadap garam sehingga emulsi polimer yang terbentuk akan pecah ketika
diaplikasikan pada kulit dan memberikan lapisan minyak pada permukaan kulit.
Lapisan minyak ini tidak akan diemulsikan kembali ketika bersentuhan dengan air
Pada kondisi asam, sebagian gugus karboksil pada rantai polimer akan
elektrostatis yang akan membuatnya menjadi gel yang rigid (kaku) dan
yang perlu diperoleh dari droplet, yaitu bentuk dan luas permukaan droplet serta
ukuran droplet dan distribusi ukuran droplet. Data tentang ukuran droplet
bentuk droplet memberi gambaran tentang luas permukaan spesifik droplet dan
menggunakan satu alat yaitu mikroskop yang bukan merupakan alat yang rumit
bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi dari droplet tersebut, yaitu
diameter. Selain itu jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet
agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini
yang terletak dalam suatu kisaran ukuran tertentu terhadap kisaran ukuran atau
ukuran droplet rata-rata, maka akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Plot
distribusi frekuensi yang didapat tidak selalu normal. Hal ini memberikan
gambaran yang jelas bahwa garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Hal ini
perlu diperhatikan karena mungkin saja terdapat dua sampel yang garis tengah
atau diameter rata-ratanya sama tetapi distribusi berbeda. Dari kurva distribusi
frekuensi dapat juga terlihat ukuran partikel berapa yang sering muncul atau
terjadi pada sampel, disebut sebagai modus (Martin et al., 1993). Penelitian
parameter ukuran droplet dengan hanya melihat modus kurang sensitif dalam
menilai karakter droplet emulsi. Salah satu parameter ukuran droplet yang lebih
merupakan suatu parameter nilai yang menunjukkan sejumlah 90% dari populasi
droplet yang diamati mempunyai ukuran kurang dari nilai yang tertera
(Setyaningsih, 2009).
17
G. Desain Faktorial
untuk memberikan model hubungan antara variabel-respon dengan satu atau lebih
variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisa tersebut berupa persamaan
untuk mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari secara simultan dan efek yang
relatif penting dapat dinilai (Armstrong and James 1996). Desain faktorial
digunakan dalam penelitian dimana efek dari faktor atau kondisi yang berbeda
efek, respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon (Voigt,
1994). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah perubahan
respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau interaksi
merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level
rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang
faktorial terdiri dari kombinasi semua level dari faktor. Pada desain faktorial dua
level dan tiga faktor diperlukan delapan formulasi (2n=8, dengan 2 menunjukkan
dengan tiga faktor dan dua level ditunjukkan pada Tabel II berikut:
18
- = level rendah
+ = level tinggi
Y = B 0 + B 1 (X 1 ) + B 2 (X 2 ) + B 3 (X 3 ) +...+ B 12 X 1 X 2 + B 13 X 1 X 3 + B 23 X 2 X 3
Dengan :
Dari rumus (1) dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot suatu
respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih komposisi campuran yang
optimum. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata
respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1997).
19
H. Landasan Teori
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah radikal bebas
yang masuk dalam tubuh adalah dengan menggunakan sediaan atau produk yang
bahwa ekstrak teh hijau memiliki pengaruh antioksidan yang kuat. Beberapa
penting yang terdapat dalam teh hijau. Dengan kandungan antioksidan itu, teh
hijau berpotensi sebagai photoprotector untuk mencegah radikal bebas pada kulit
Bentuk sediaan emulgel memiliki kelebihan tersendiri dilihat dari sisi gel
maupun emulsi. Gel mempunyai kelebihan berupa kandungan air yang cukup
memberikan rasa nyaman pada kulit dan emulsi mempunyai kelebihan berupa
kemampuan penetrasi yang tinggi pada kulit. Sistem emulsi dalam emulgel ini
agent akan menurunkan tegangan antar muka minyak dan air sehingga
memberikan sistem emulsi yang memenuhi kriteria. Tween 80 dan Span 80 dapat
tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya. Carbopol sebagai gelling agent
dalam emulgel akan membentuk jaringan struktural yang merupakan faktor yang
20
memprediksi respon sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel. Dengan metode ini
efek tiap-tiap faktor maupun interaksi ketiganya dapat teridentifikasi dan dapat
sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel. Selain itu dengan desain faktorial juga dapat
diketahui area komposisi optimum terbatas pada level faktor yang diteliti untuk
menghasilkan respon sifat fisik dan stabilitas fisik yang dikehendaki berdasarkan
contour plot dari masing-masing respon sifat fisik dan stabilitas fisik.
I. Hipotesis
• Persamaan desain faktorial dari respon sifat fisik (daya sebar, viskositas) dan
masing-masing respon.
80, span 80, dan carbopol dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik
emulgel.
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan tiga faktor dua level untuk melihat signifikansi model persamaan dalam
memprediksi respon sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel serta untuk mengetahui
faktor dan interaksi yang signifikan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas
fisik emulgel.
1. Variabel penelitian
Tween 80 dan Span 80, serta komposisi gelling agent Carbopol® Ultrez
3% b/v yang dibedakan dalam dua level, yakni level rendah dan level
tinggi. Level rendah komposisi Span 80 adalah 1,875 gram dan level tinggi
3,75 gram dan level tinggi adalah 5,625 gram. Sementara itu level rendah
komposisi Carbopol® Ultrez 3% b/v adalah 115 gram dan level tinggi
b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik emulgel meliputi
21
22
pada saat proses pencampuran yakni 300 rpm untuk pencampuran emulsi
dan 400 rpm untuk pencampuran emulgel, dan lama penyimpanan emulgel
2. Definisi operasional
minyak dalam air dan gelling agent sebagai pembentuk gel dengan
konsentrasi tertentu.
tegangan permukaan yang berada di antara dua cairan yang tidak saling
campur sehingga salah satu cairan dapat terdispersi di dalam cairan yang
c. Gelling agent adalah bahan pembentuk gel yang akan membentuk matriks
yaitu emulsifying agent (Span 80 dan Tween 80) dan gelling agent
(Carbopol).
e. Level adalah tingkatan jumlah atau besarnya faktor, dalam penelitian ini
terdapat dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah
komposisi Span 80 adalah 1,875 gram dan level tinggi adalah 3,75 gram,
sedangkan level rendah komposisi Tween 80 adalah 3,75 gram dan level
tinggi adalah 5,625 gram. Sementara itu level rendah komposisi Carbopol
kuantitatif. Pada penelitian ini respon yang diamati adalah respon sifat
fisik, meliputi daya sebar dan viskositas emulgel, serta respon stabilitas
g. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor.
kondisi percobaan massa krim 1 gram, massa beban 125 gram selama satu
menit.
selama satu bulan (η2) pada suhu kamar dengan viskositas emulgel 48 jam
Pergeseran viskositas =
fase minyak emulgel pada tiap formula yang diamati dengan mikroskop.
n. Contour plot adalah profil respon daya sebar, viskositas, dan pergeseran
viskositas emulgel.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kering teh
aquadest.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: gelas ukur (Iwaki
TE-32 Pirex® Japan), bekker glass (Iwaki TE-32 Pirex® Japan), cawan porselen,
CH2-Japan) dan kamera moticam 1000 pixel 1,3M, alat uji daya sebar (modifikasi
7.0.0™.
berikut :
Formula (%b/b) :
Chlorphenesin 0,5
HPMC 2,5
Liquid paraffin 5
26
Tween 20 0,6
Span 20 0,9
Propylene glycol 5
Etanol 2,5
berikut:
terkandung di dalam ekstrak teh hijau hasil uji DPPH adalah 4,19 µg/mL dan
pelarut yang digunakan dalam uji DPPH tersebut adalah metanol (berat jenis =
EGCG dan jumlah EGCG yang terkandung di dalam ekstrak teh hijau tersebut
didapatkan dosis ektrak teh hijau yang digunakan sebagai antioksidan, yakni
0,031 gram.
80, dan Span 80. Level tinggi dan level rendah dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Pembuatan emulsi.
Fase minyak dibuat dengan mencampur parafin cair dengan Span 80 pada
suhu 70oC, diaduk sampai homogen. Fase air dibuat dengan mencampur
Tween 80 dan sebagian aqudest pada suhu 70oC, diaduk sampai homogen.
selama 15 menit.
b. Pembuatan emulgel.
ditambahkan ekstrak teh hijau yang telah dilarutkan dalam aquadest, metil
paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan dalam propilen glikol.
Sejumlah emulgel dioleskan pada gelas objek dan ditambahkan satu tetes
Uji daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan dengan cara emulgel
ditimbang seberat satu gram dan diletakkan ditengah kaca bulat berskala.
Di atas emulgel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat dengan berat total
c. Pemeriksaan viskositas.
gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu
29
d. Uji mikromeritik.
E. Analisis Hasil
Anova. Uji ini digunakan untuk mengetahui signifikansi dari setiap faktor dan
dapat ditentukan ada tidaknya pengaruh signifikan dari setiap faktor dan
interaksinya terhadap respon. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p-value.
dari H1 yang menyatakan bahwa komposisi tween 80, span 80, carbopol, atau
lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa faktor berpengaruh signifikan terhadap
respon. Taraf kepercayaan yang digunakan untuk uji statistik adalah 95% (Bolton,
pengaruh dari masing-masing faktor terhadap respon sifat fisik dan stabilitas fisik
Expert 7.0.0™ untuk memperoleh komposisi optimum tween 80, Span 80, dan
carbopol.
90. Jika data percentile 90 dari masing-masing formula terdistribusi normal, maka
droplet, namun apabila data tersebut tidak terdistribusi normal maka untuk
teh hijau tersebut. Konstituen dengan aktivitas kemopreventif paling tinggi dalam
teh hijau yang bertanggung jawab pada efek farmakologi dan biokimia adalah
(Katiyar, 2003).
dalam penelitian ini memiliki kandungan EGCG sebesar 8,40% b/b. Menurut
Saito et al. (2007) nilai IC 50 untuk senyawa EGCG yang terkandung di dalam
ekstrak teh hijau hasil uji DPPH adalah 4,19 µg/mL dan pelarut yang digunakan
dalam uji DPPH tersebut adalah metanol (berat jenis = 0,7918 g/mL). Untuk
mengetahui jumlah ekstrak kering teh hijau sebagai photoprotector yang dapat
berdasarkan nilai IC 50 untuk senyawa EGCG dan jumlah EGCG yang terkandung
di dalam ekstrak teh hijau tersebut. Dari hasil perhitungan konversi tersebut
didapatkan dosis ekstrak teh hijau yang digunakan sebagai photoprotector, yakni
0,031 gram.
31
32
Sementara itu untuk pembuatan emulsi diawali dengan membuat fase air
dan fase minyak. Fase air dibuat dengan mencampurkan aquadest dan Tween 80
pada suhu 70oC hingga homogen. Sementara itu fase minyak dibuat dengan
mencampurkan parafin cair dan Span 80 pada suhu 70oC hingga homogen. Parafin
cair dalam sediaan ini berfungsi sebagai emolien. Tween 80 dan Span 80
merupakan emulsifying agent nonionik yang akan membuat fase minyak dan fase
air dapat saling campur sehingga dapat membentuk sistem emulsi. Emulsi dibuat
dengan menambahkan fase minyak ke dalam fase air pada suhu 70oC sambil
terbentuk emulsi yang homogen. Pemanasan pada tahap ini bertujuan untuk
Ketika fase minyak ditambahkan ke dalam fase air, tween 80 dan span
parafin cair dengan air. Bagian hidrofobik dari tween 80 dan span 80, yakni rantai
hidrokarbon akan mengarah ke dalam droplet parafin cair, sementara itu rantai
polioksietilen dari tween 80 dan cincin span 80 yang merupakan bagian hidrofilik
akan mengarah ke medium dispers, yaitu air. Di dalam droplet parafin cair akan
terjadi interaksi van der waals antara rantai hidrokarbon dari tween 80 dan rantai
33
hidrokarbon dari span 80, di mana rantai hidrokarbon tween 80 berada di antara
rantai span 80. Sementara itu pada medium dispers akan terjadi ikatan hidrogen
antara bagian hidrofilik dari tween 80 dan span 80 dengan air. Rantai
emulsifying agent ini sebagai halangan sterik bagi droplet-droplet parafin cair
carbopol yang telah didispersikan di dalam air berada dalam bentuk tidak
menjadi pH 6, dan pada kondisi tersebut carbopol menjadi lebih kental. Hal ini
disebabkan pada saat penambahan TEA, gugus karboksil dari carbopol akan
berubah menjadi COO-. Adanya gaya tolak menolak elektrostatis antara gugus
putar mikser 400 rpm. Pada emulgel tersebut ditambahkan ekstrak teh hijau yang
telah dilarutkan dalam aquadest. Metil paraben dan propil paraben yang dilarutkan
glikol selain sebagai pelarut metil paraben dan propil paraben juga berfungsi
disimpulkan bahwa tipe emulsi dari sediaan emulgel photoprotector adalah M/A
(minyak dalam air). Hal ini dibuktikan dengan medium dispers yang berwarna
biru, sedangkan fase dispers yang berupa droplet parafin cair tidak berwarna biru.
Methylene blue merupakan pewarna yang larut air, hal inilah yang menyebabkan
medium dispers dari sistem emulsi dan gel yang mengandung air akhirnya
berwarna biru, sedangkan droplet fase dispers tidak. Hasil penentuan tipe emulsi
F1 Fa
Fb Fab
Fc Fac
Fbc Fabc
Gambar 4. Hasil pengamatan mikroskopik tipe emulgel (perbesaran 40x)
35
adanya perhitungan nilai HLB. Dengan dasar perhitungan nilai HLB ini, dapat
Berdasarkan tabel V, maka nilai HLB pada seluruh formula berada pada
rentang 8-13. Menurut Kim (2005) pada nilai HLB 8-18 akan terbentuk emulsi
tipe M/A, dan pada nilai HLB 13-18 terjadi efek deterjensi dan solubilisasi.
Dengan demikian, pada rentang nilai HLB 8-13 akan membentuk emulsi M/A
tanpa efek deterjensi dan solubilisasi. Jadi berdasarkan nilai HLB maka tipe
D. Pengaruh Tween 80, Span 80, dan Carbopol terhadap Respon Sifat Fisik
dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik suatu emulsi. Sementara itu
carbopol adalah gelling agent yang berperan dalam menentukan sifat fisik dan
36
eksipien ini untuk menjadi faktor yang diamati pengaruhnya terhadap respon sifat
fisik dan stabilitas fisik dari sediaan emulgel photoprotector ini. Respon sifat fisik
yang diamati adalah daya sebar dan viskositas emulgel, sedangkan respon
Tabel VI. Level Tinggi dan Level Rendah Faktor Tween 80, Span 80, dan
Carbopol
Faktor Tween 80 (g) Span 80 (g) Carbopol (g)
Level rendah 3,75 1,875 115
Level tinggi 5,625 3, 75 145
1. Respon viskositas
sehingga perubahan ukuran droplet ke ukuran yang lebih besar dapat dihindari
dilakukan pada hari kedua setelah pembuatan emulgel. Hasil uji respon
untuk mengetahui besarnya efek dari masing-masing faktor dan interaksi antar
faktor dalam menentukan nilai respon viskositas. Hasil analisis dari masing-
masing faktor dan interaksi antar faktor ditunjukkan pada tabel VIII berikut:
Pada tabel VIII terlihat sebagian besar faktor bernilai positif, yang
berarti meningkatkan nilai respon viskositas. Sementara itu nilai efek dari
interaksi antara tween 80 dan span 80 serta interaksi antara span 80 dan
carbopol adalah 0,00 yang berarti kedua interaksi tersebut tidak memberikan
adanya peningkatan jumlah tween 80 baik pada level rendah maupun level
sama juga ditunjukkan oleh grafik pada gambar 6, di mana pada level tinggi
carbopol, semakin banyaknya jumlah tween 80 baik pada level tinggi maupun
ditingkatkan, baik pada level rendah maupun level tinggi carbopol. Pada level
tinggi span 80, peningkatan jumlah tween 80 baik pada level tinggi maupun
Gambar 10. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level tinggi
tween 80 terhadap respon viskositas
baik pada level rendah maupun level tinggi carbopol. Namun peningkatan
respon viskositas pada level tinggi carbopol yang ditunjukkan oleh gambar 9
level rendah carbopol, karena peningkatan viskositas yang terjadi pada level
viskositas yang terjadi pada level rendah carbopol sebesar 11,666 d.Pa.s.
Sementara itu gambar 10 menunjukkan bahwa pada level tinggi tween 80,
meningkat, baik pada level tinggi maupun level rendah carbopol. Tidak jauh
viskositas pada level rendah carbopol yang ditunjukkan oleh gambar 10 juga
42
level tinggi carbopol, di mana peningkatan viskositas yang terjadi pada level
viskositas yang terjadi pada level tinggi carbopol sebesar 11,667 d.Pa.s.
lebih kecil dari 0,05. Dari tabel IX dapat dilihat bahwa persamaan desain
faktorial untuk respon viskositas memberikan p-value lebih kecil dari 0,05
respon viskositas. Dari tabel IX juga dapat dilihat bahwa faktor carbopol dan
43
tween 80 merupakan faktor yang memberikan p-value lebih kecil dari 0,05
dan dapat disimpulkan bahwa faktor tween 80 dan faktor carbopol merupakan
carbopol dan tween 80 meskipun hanya dengan jumlah yang tidak terlalu
banyak dalam formula emulgel antioksidan ini akan sangat berpengaruh pada
dalam sediaan emulgel ini akan meningkatkan viskositas sediaan. Hal ini
disebabkan karena gugus karboksil dari carbopol telah berubah menjadi COO-
pada saat penambahan TEA. Adanya gaya tolak menolak elektrostatis antara
respon viskositas emulgel, maka dalam hal ini carbopol memegang peranan
yang sangat penting dalam menjaga kestabilan sistem emulsi dari sediaan
emulgel ini.
banyak tween 80 akan membuat medium dispers menjadi lebih rigid. Semakin
sistem emulsi. Emulsi merupakan bagian dari sedian emulgel antioksidan ini.
Oleh karena itu ketika viskositas sistem emulsi meningkat maka akan
mempengaruhi viskositas dari emulgel, di mana dalam hal ini viskositas dari
suatu sediaan, maka daya sebar sediaan semakin rendah, begitu pula
sebaliknya. Hasil uji respon daya sebar ditunjukkan pada tabel X berikut:
faktor dan interaksi antar faktor dalam menentukan nilai respon daya sebar.
Hasil analisis dari masing-masing faktor dan interaksi antar faktor ditunjukkan
Tabel XI. Nilai Efek Tiap Faktor terhadap Respon Daya Sebar
Faktor dan interaksi Efek
Tween 80 (a) -0,19
Span 80 (b) -0,16
Carbopol (c) -0,26
Tween 80 dan Span 80 (ab) -0,092
Tween 80 dan Carbopol (ac) -0,025
Span 80 dan Carbopol (bc) -0,025
Tween 80, Span 80, dan Carbopol (abc) -0,13
menurunkan nilai respon daya sebar. Tween 80, span 80, dan carbopol dan
(tabel VIII). Nilai efek pada respon viskositas dan daya sebar ini semakin
Gambar 11. Pengaruh interaksi tween 80 dan span 80 pada level rendah
carbopol terhadap respon daya sebar
Gambar 12. Pengaruh interaksi tween 80 dan span 80 pada level tinggi
carbopol terhadap respon daya sebar
semakin banyak tween 80 yang digunakan baik pada level rendah dan level
tinggi span 80 akan menurunkan respon daya sebar. Sementara itu pada level
tinggi carbopol, semakin banyak tween 80 yang digunakan pada level tinggi
47
span 80 akan semakin menurunkan respon daya sebar, sedangkan pada level
tinggi carbopol dan level rendah span 80, penambahan jumlah tween 80 tidak
akan mengubah respon daya sebar seperti yang terlihat pada gambar 12.
Gambar 13. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level rendah
span 80 terhadap respon daya sebar
Gambar 14. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level tinggi
span 80 terhadap respon daya sebar
48
tween 80 pada level tinggi carbopol dan level rendah span 80 tidak mengubah
respon daya sebar, sedangkan pada level rendah carbopol, peningkatan jumlah
tween 80 akan mengakibatkan penurunan respon daya sebar. Hal yang berbeda
dapat dilihat pada gambar 14 di mana pada level tinggi span 80, semakin
tinggi jumlah tween 80 baik pada level rendah maupun level tinggi carbopol
Gambar 15. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level rendah
tween 80 terhadap respon daya sebar
49
Gambar 16. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level tinggi
tween 80 terhadap respon daya sebar
Dilihat dari grafik pada gambar 15, peningkatan jumlah span 80 pada
level rendah carbopol dan level rendah tween 80 menghasilkan profil respon
daya sebar yang berbeda dengan peningkatan jumlah span 80 pada level tinggi
carbopol dan level rendah tween 80. Pada level rendah carbopol dan level
rendah tween 80, peningkatan jumlah span 80 akan menurunkan respon daya
sebar, sedangkan bertambahnya jumlah span 80 pada level tinggi carbopol dan
level rendah tween 80 akan sedikit meningkatkan respon daya sebar, di mana
peningkatan nilai respon daya sebar yang ditunjukkan pada grafik tersebut
daya sebar pada level tinggi tween 80 ketika jumlah span 80 ditingkatkan, baik
respon jika p-value dari persamaan tersebut kurang dari 0,05. Sementara itu
suatu faktor atau interaksi dikatakan signifikan dalam menentukan nilai respon
daya sebar jika p-value dari faktor atau interaksi tersebut juga kurang dari
0,05. Dari hasil uji Anova yang ditunjukkan pada tabel XII, persamaan desain
dalam menentukan nilai respon daya sebar adalah faktor tween 80, span 80,
respon daya sebar interaksi tween 80 dan span 80, serta interaksi ketiga faktor.
menunjukkan bahwa dua faktor saja yang berpengaruh signifikan (tabel IX),
hasil Anova pada respon daya sebar menunjukkan ketiga faktor memiliki
pengaruh yang signifikan dalam menentukan respon daya sebar. Ketiga faktor
51
tersebut, yakni tween 80, span 80, dan carbopol merupakan faktor yang
respon viskositas. Profil daya sebar suatu sediaan semisolid akan sangat
ditentukan oleh profil viskositas sediaan semisolid tersebut. Profil daya sebar
merupakan salah satu bentuk shearing stress yang diberikan pada sediaan
semisolid. Ketika shearing stress dalam bentuk daya sebar tersebut diberikan
dengan kekuatan yang sama besar pada beberapa emulgel yang memiliki
komposisi tween 80, span 80, dan carbopol yang berbeda di antara masing-
masing emulgel, maka emulgel yang mengandung tween 80, span 80, dan
yang lebih sempit dibandingkan emulgel dengan komposisi tween 80, span 80,
dan carbopol yang lebih sedikit. Hal ini dikarenakan ketiga eksipien tersebut
viskositas dari hari kedua setelah pembuatan emulgel sampai satu bulan
menunjukkan semakin buruknya stabilitas fisik dari formula tersebut. Hasil uji
Hasil analisis dari masing-masing faktor dan interaksi antar faktor ditunjukkan
Dari tabel XIV dapat dilihat bahwa hanya interaksi tween 80 dan
carbopol serta interaksi span 80 dan carbopol yang bernilai positif, sementara
53
itu faktor lainnya bernilai negatif. Hal ini berarti sebagian besar faktor
pada penelitian ini merupakan bahan yang digunakan untuk menjaga stabilitas
gelling agent berfungsi untuk menjaga stabilitas fisik emulsi dan gel.
Gambar 17. Pengaruh interaksi tween 80 dan span 80 pada level rendah
carbopol terhadap respon pergeseran viskositas
54
Gambar 18. Pengaruh interaksi tween 80 dan span 80 pada level tinggi
carbopol terhadap respon pergeseran viskositas
apabila jumlah tween 80 ditingkatkan, baik pada level tinggi maupun level
rendah span 80. Gambar 18 juga menunjukkan pengaruh dua faktor yang sama
dengan gambar 17, namun pada gambar 18 level carbopol adalah level tinggi.
meningkatnya jumlah tween 80 baik pada level rendah maupun level tinggi
span 80 cenderung kecil jika dibandingkan dengan level tinggi span 80, di
55
Gambar 19. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level rendah
span 80 terhadap respon pergeseran viskositas
Gambar 20. Pengaruh interaksi tween 80 dan carbopol pada level tinggi
span 80 terhadap respon pergeseran viskositas
56
tinggi maupun level rendah carbopol dengan kondisi level rendah span 80. Hal
yang sama ditunjukkan pada gambar 20 ditunjukkan di mana baik pada level
rendah maupun level tinggi carbopol dengan kondisi level tinggi span 80 akan
semakin banyak.
Gambar 21. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level rendah
tween 80 terhadap respon pergeseran viskositas
57
Gambar 22. Pengaruh interaksi span 80 dan carbopol pada level tinggi
tween 80 terhadap respon pergeseran viskositas
jumlah span 80 baik pada level rendah maupun level tinggi carbopol
viskositas yang disebabkan oleh peningkatan jumlah span 80 baik pada level
rendah maupun level tinggi carbopol dengan kondisi level tinggi tween 80
antar faktor memiliki nilai efek untuk respon pergeseran viskositas, namun hal
itu belum memastikan bahwa tiap faktor dan interaksi antar faktor memiliki
efek atau pengaruh yang signifikan dalam menentukan nilai respon tersebut.
Oleh karena itu perlu dilakukan uji Anova menggunakan software Design
Expert 7.0.0™ untuk melihat faktor apa saja yang berpengaruh signifikan
pergeseran viskositas akan memberikan p-value lebih kecil dari 0,05. Uji
dari 0,05. Dari tabel XV dapat dilihat bahwa persamaan desain faktorial untuk
respon pergeseran viskositas memberikan p-value lebih kecil dari 0,05 dan hal
viskositas. Dari tabel XV juga dapat dilihat bahwa faktor-faktor dan interaksi
lain selain faktor tween 80, span 80, dan interaksi antara tween 80 dengan
span 80 memberikan p-value yang lebih besar dari 0,05; sedangkan faktor
tween 80, span 80, dan interaksi antara tween 80 dengan span 80 memberikan
p-value yang lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu dari hasil uji Anova dapat
disimpulkan bahwa hanya faktor tween 80, span 80, dan interaksi antara tween
respon pergeseran viskositas dari sediaan emulgel karena tween 80 dan span
maka stabilitas emulsi akan ikut menentukan stabilitas emulgel. Stabilitas fisik
sistem emulsi yang terbentuk dalam sediaan ini tidak stabil. Pergeseran distribusi
500 droplet fase dispers diukur dari tiap formula dengan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 40x10 dan software Motic Image Plus 2.0™.
Menurut Martin et al. (1993) jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500
droplet agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi ukuran droplet.
dan setelah penyimpanan selama satu bulan dengan tujuan untuk mengetahui
penyimpanan.
Ukuran droplet dari tiap formula dinyatakan dengan nilai percentile 90.
dari populasi droplet yang diamati mempunyai ukuran kurang dari nilai yang
tertera (Setyaningsih, 2009). Pergeseran ukuran droplet dapat dilihat dari pergeseran
61
nilai percentile 90 pada emulgel antioksidan setelah dua hari pembuatan dan setelah
dengan nilai Sig. (2-tailed) yang lebih kecil dari 0,05. Uji T sampel berpasangan
digunakan karena setelah diuji dengan uji Shapiro-Wilk, data percentile 90 dari
parametrik dapat digunakan apabila data yang akan dianalisis terdistribusi normal.
Pada tabel XVI dapat dilihat bahwa nilai Sig. (2-tailed) dari seluruh
formula lebih besar dari 0,05; sehingga perbedaan nilai percentile 90 antara
penyimpanan selama satu bulan dari masing-masing formula tidak signifikan. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan atau pergeseran ukuran droplet
yang signifikan dari masing-masing formula. Ditinjau dari data pergeseran ukuran
F. Optimasi Tween 80, Span 80, dan Carbopol pada Formula Emulgel
penggunaan dan range jumlah tween 80, span 80, dan carbopol yang mampu
menghasilkan emulgel dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik dan
memenuhi syarat. Sifat fisik emulgel yang dipersyaratkan dalam optimasi ini
meliputi daya sebar dan viskositas, sedangkan untuk stabilitas fisik adalah
pergeseran viskositas.
persamaan desain faktorial untuk masing-masing sifat fisik dan stabilitas fisik
yang dipersyaratkan berdasarkan data hasil uji daya sebar, viskositas, dan
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi sifat fisik dan stabilitas fisik
emulgel. Menurut uji Anova persamaan yang dapat digunakan untuk memprediksi
sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel akan memberikan p-value lebih kecil dari
0,05. Persamaan desain faktorial yang memberikan p-value lebih kecil dari 0,05
viskositas ini memberikan p-value sebesar 0,0001 yang berarti p-value dari
persamaan ini kurang dari 0,05 dan dapat digunakan untuk membuat contour
Gambar 23. Contour plot viskositas yang dihasilkan dari pengaruh tween
80 dan span 80 pada carbopol 136,09 gram
64
area komposisi optimum faktor tween 80 dan span 80 dengan carbopol level
136,09 gram, terbatas pada level tween 80, span 80, dan carbopol yang diteliti.
Respon viskositas yang dikehendaki berkisar pada range 190 d.Pa.s sampai
emulgel terlalu tinggi, maka emulgel akan sukar mengalir dan salah satu
0,0001 yang berarti p-value dari persamaan ini kurang dari 0,05 dan dapat
digunakan untuk membuat contour plot dan memprediksi respon daya sebar.
65
Gambar 24. Contour plot daya sebar yang dihasilkan dari pengaruh
tween 80 dan span 80 pada level rendah carbopol
Pada gambar 24 seluruh area diarsir warna hijau yang berarti seluruh
area tersebut merupakan area komposisi optimum antara faktor tween 80 dan
span 80 pada level rendah carbopol yang memenuhi syarat daya sebar yang
dikehendaki, yakni 3 cm – 5 cm terbatas pada level tween 80, span 80, dan
carbopol yang diteliti. Menurut Garg et al. (2002) daya sebar sediaan
pada titik yang berada di area yang diarsir tersebut dengan kondisi level
rendah carbopol akan menghasilkan emulgel yang memiliki profil daya sebar
diaplikasikan di kulit.
66
memberikan p-value sebesar 0,0366 yang berarti p-value dari persamaan ini
kurang dari 0,05 dan dapat digunakan untuk membuat contour plot dan
Pada contour plot pergeseran viskositas ini seluruh area yang diarsir
merupakan area komposisi optimum antara faktor tween 80 dan span 80 pada
level tinggi carbopol terbatas pada level tween 80, span 80, dan carbopol yang
Pergeseran viskositas yang diinginkan dari emulgel kurang dari sama dengan
Pergeseran viskositas emulgel yang besar dalam jangka waktu tertentu selama
terhadap respon sifat fisik dan stabilitas fisik yang diamati, selanjutnya dilakukan
prediksi hasil respon menggunakan software Design Expert 7.0.0™ dengan hasil
sebagai berikut:
level 5,63 gram dan span 80 pada level 3,75 gram sebagai emulsifying agent, serta
komposisi optimum carbopol pada level 133,41 gram sebagai gelling agent.
68
daya sebar 3,30 cm (respon daya sebar yang dipilih berkisar pada range 3 cm – 5
cm), viskositas 249,93 d.Pa.s (respon viskositas yang dipilih berkisar pada range
190 d.Pa.s – 250 d.Pa.s), dan pergeseran viskositas 0,70% (respon pergeseran
viskositas yang dipilih yakni kurang dari sama dengan 10%). Pemilihan komposisi
parameter yang menentukan stabilitas fisik emulgel dalam penelitian ini. Oleh
karena itu komposisi yang optimum diharapkan dapat mendukung stabilitas fisik
dihasilkan. Tween 80, span 80, dan interaksi keduanya merupakan tiga faktor
tinggi level tween 80 dan span 80 akan menyebabkan respon pergeseran viskositas
semakin rendah. Oleh karena itu komposisi tween 80 dan span 80 yang optimum
adalah level tinggi dari kedua faktor tersebut. Sesungguhnya pergeseran viskositas
yang paling baik adalah ketika komposisi carbopol juga berada pada level
tingginya, namun hal ini akan menyebabkan respon viskositas menjadi jauh lebih
tinggi dan melampaui range viskositas yang dikehendaki, yakni 190 d.Pa.s – 250
d.Pa.s. Hal ini dapat dipahami karena carbopol merupakan faktor yang
dipilih komposisi optimum carbopol pada level 133,41 gram dengan tujuan
A. Kesimpulan
1. Persamaan desain faktorial dari respon sifat fisik (daya sebar, viskositas) dan
masing-masing respon.
menentukan respon viskositas. Sementara itu tween 80, span 80, carbopol,
interaksi antara tween 80 dan span 80, serta interaksi antara ketiga faktor
menentukan respon daya sebar, sedangkan tween 80, span 80, dan interaksi
antara tween 80 dan span 80 merupakan faktor dan interaksi yang berpengaruh
3. Ditemukan komposisi optimum tween 80, span 80, dan carbopol untuk
menghasilkan emulgel photoprotector ekstrak teh hijau dengan sifat fisik dan
stabilitas fisik yang dikehendaki, yakni 5,63 gram tween 80; 3,75 gram span
80; dan 133,41 gram carbopol, di mana pada komposisi tersebut menghasilkan
respon daya sebar 3,30 cm; viskositas 249,93 d.Pa.s; dan pergeseran viskositas
0,70%.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji iritasi primer emulgel
69
70
Anonim,2011,Photoprotection,http://www.clinuvel.com/scenesse/afamelanotides-
mechanism-of-action/photoprotection, diakses tanggal 6 Februari 2011
Ansel, H.C., 1999, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 390, UI Press,
Jakarta
Aulton, M.E. and Diana M.C., 1991, Pharmaceutical Practice, 109, 111,
Longman Singapore Publishers Ptc Ltd, Singapore
Barel, Andre O, Paye, M., and Howard, I., 2001, Handbook of Cosmetic Science
and Technology, 155, Marcel Dekker Inc., New York
71
72
Friberg, S.E., L.G. Quencer, and M.L. Hilton. 1996, Theory of Emulsions, in
Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.). Pharmaceutical
Dosage Forms: Disperse Systems, Volume 1, Second Edition, Revised and
Expanded, 57. Marcel Dekker Inc., New York
Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulations: An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002,
84-105, http://www.pharmtech.com, diakses tanggal 17 September 2010
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah,
15, Kanisius, Yogyakarta
Martin, A., Swarbrick, J., and Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd ed.,
522-537, 1077-1119, Lea & Febiger, Philadelphia
Matsui, M.S., Hsia, A., Miller, J.D., Hanneman, K., Scull, H., Cooper, K.D., et
al., 2009, Non-Sunscreen Photoprotection: Antioxidants Add Value to a
Sunscreen, Departmentof Dermatology, University Hospitals, Case Medical
Center, Cleveland
Nairn, J. G., 1997, Topical Preparation, in Swarbrick, J., and Boylan, J.C.,
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. 15, 235, Marcel Dekker
Inc., New York
73
Ostle, B., 1956, Statistic in Research: Basic Concept and Techniques for Research
Workers, The Iowa State College Press, Iowa
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th edition, 580-584, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association 2009, Washington D.C.
Saito, S.T., Gosmann, G., Saffi, J., Presser, M., Richter, M.F., Bergold, A.M.,
2007, Characterization of Constituents and Antioxidant Activity of Brazilian
Green Tea (Camellia sinensis var. assamica IAC-259 Cultivar) Extracts,
Universidade Luterana do Brasil, Brazil
Setyaningsih, D., 2009, Perbedaan Metode Preparasi Emulsi A/M Ekstrak Etanol
Buah Momordica charantia, L terhadap Ukuran Droplet, Arah Penelitian
Obat Bahan Alam, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipient, 295-
296, CRC Press, USA
Svobodova, A., Psotova, J., and Walterova, D., 2003, Natural phenolics in
prevention of UV-Induced Skin Damage (A review), Biomed. Papers,
147(2), 137-145
Syah, A.N.A., 2006, Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau, 59-60, 61, 72,
PT.Agromedia Pustaka, Jakarta
Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, ed IV, 330, 380, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Zatz, J.L., and Kushla, G.P., 1996, Gels, in Lieberman, H.A., Lachman, L.,
Schwatz, J.B., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System, Vol.
2, 2nd Ed., 413-414, Marcel Dekker Inc, New York
LAMPIRAN
74
75
76
Jumlah EGCG dalam emulgel yang dikehendaki= basis x 4,19 x 10-4 g/79,18 g
=500,325 g x 4,19x10-4
g/79,18 g
= 2,648 x 10-3 g
Ekstrak teh hijau yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan
100/8,40 = 0,031 g.
A. Perhitungan rHLB
rHLB = = 12
77
B. Perhitungan HLB
1. Formula 1
HLB = = 11,43
2. Formula a
HLB = = 12,33
3. Formula b
HLB = = 9,65
4. Formula ab
HLB = = 10,72
5. Formula c
78
HLB = = 11,43
6. Formula ac
HLB = = 12,33
7. Formula bc
HLB = = 9,65
8. Formula abc
HLB = = 10,72
B. Viskositas (d.Pa.s)
C. Pergeseran viskositas
Pergeseran viskositas =
1. Formula 1
2. Formula a
3. Formula b
4. Formula ab
5. Formula c
6. Formula ac
7. Formula bc
8. Formula abc
V. Normalitas Data
data berasal dari kelompok data yang tidak normal. Berdasarkan hasil yang
didapat, maka tidak terdapat saran transformasi data pada semua plot Box Cox.
82
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan plot yang didapat, maka
A. Daya sebar
B. Viskositas
83
C. Pergeseran viskositas
VI. Tabel nilai efek terhadap masing-masing respon hasil analisis software
A. Daya sebar
84
B. Viskositas
C. Pergeseran viskositas
85
VII. Data hasil uji Anova menggunakan software Design Expert 7.0.0™ untuk
A. Daya sebar
86
B. Viskositas
87
C. Pergeseran viskositas
88
A. Daya sebar
B. Viskositas
89
C. Pergeseran viskositas
90
A. Formula 1
1. Percentile 90
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
F1_hari2 .283 3 . .934 3 .505
F1_1bulan .301 3 . .912 3 .424
a Lilliefors Significance Correction
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair F1_hari2 -
-.26667 .20551 .11865 -.77718 .24384 -2.248 2 .154
1 F1_1bulan
92
B. Formula a
1. Percentile 90
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Fa_hari2 .303 3 . .908 3 .413
Fa_1bulan .175 3 . 1.000 3 1.000
a Lilliefors Significance Correction
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Fa_hari2 -
-.13667 .11846 .06839 -.43094 .15761 -1.998 2 .184
1 Fa_1bulan
94
C. Formula b
1. Percentile 90
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Fb_hari2 .321 3 . .882 3 .331
Fb_1bulan .314 3 . .893 3 .363
a Lilliefors Significance Correction
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Fb_hari2 -
-.20333 .17616 .10171 -.64095 .23428 -1.999 2 .184
1 Fb_1bulan
96
D. Formula ab
1. Percentile 90
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Fab_hari2 .219 3 . .987 3 .780
Fab_1bulan .250 3 . .967 3 .649
a Lilliefors Significance Correction
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Fab_hari2 -
-.03000 .05196 .03000 -.15908 .09908 -1.000 2 .423
1 Fab_1bulan
98
E. Formula c
1. Percentile 90
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Fc_hari2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Fc_1bulan .283 3 . .934 3 .505
a Lilliefors Significance Correction
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Fc_hari2 -
-.15667 .09815 .05667 -.40048 .08715 -2.765 2 .110
1 Fc_1bulan
100
F. Formula ac
1. Percentile 90
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Fac_hari2 .283 3 . .934 3 .505
Fac_1bulan .175 3 . 1.000 3 1.000
a Lilliefors Significance Correction
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Fac_hari2 -
-.04333 .09815 .05667 -.28715 .20048 -.765 2 .524
1 Fac_1bulan
102
G. Formula bc
1. Percentile 90
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Fbc_hari2 .253 3 . .964 3 .637
Fbc_1bulan .179 3 . .999 3 .948
a Lilliefors Significance Correction
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Fbc_hari2 -
-.06333 .05508 .03180 -.20015 .07348 -1.992 2 .185
1 Fbc_1bulan
104
H. Formula abc
1. Percentile 90
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Fabc_hari2 .232 3 . .980 3 .726
Fabc_1bulan .298 3 . .915 3 .437
a Lilliefors Significance Correction
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Fabc_hari2 -
1 Fabc_1bulan -.06333 .05508 .03180 -.20015 .07348 -1.992 2 .185
106
X. Dokumentasi
Formula 1 Formula a
Formula b Formula ab
Formula c Formula ac
107
SMP Xaverius Pringsewu pada tahun 2001-2004 dan SMA Pangudi Luhur Van
Lith Muntilan pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan
Dharma Yogyakarta hingga tahun 2011. Semasa kuliah, penulis pernah menjadi
asisten dosen Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Solid B (2010) dan
Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Semi Solid-Liquid (2010). Selain itu
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, antara lain menjadi pengurus Badan
110