Kel 2 Ptotozoa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ilmu pelajaran biologi, klasifikasi hewan merupakan salah satu hal yang harus dipelajari. Salah
satunya adalah klasifikasi intervetebrata, yang termasuk didalamnya adalah Protozoa.
Protozoa merupakan suatu bentuk awal dari kehidupan yang sederhana yang memiliki klasifikasi berbeda
dari hewan lainnya. Maka dari itu, kelompok kami akan menyusun Makalah ini untuk lebih memahami tentang
keanekaragaman dan klasifikasi, penyakit serta pengobatannya dari penyakit yang disebabkan dari hewan
Protozoa ini.
B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan uraian dari penjelasan Makalah ini maka diperlukan adanya perumusan masalah yang
berguna untuk membatasi pembahasan mengenai hewan Protozoa ini.
Rumusan masalah dalam Makalah ini yaitu :
1. Pengertian hewan Protozoa.
2. Karakteristik umum dari hewan Protozoa.
3. Ciri-ciri hewan Protozoa.
4. Morfologi hewan Protozoa.
5. Fisiologi hewan Protozoa.
6. Pengobatan dari penyakit yang disebabkan hewan Protozoa.
C. Tujuan
Tujuan dari Makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian hewan Protozoa.
2. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik umum dari hewan Protozoa.
3. Untuk mengetahui dan memahami Ciri-ciri hewan Protozoa.
4. Untuk mengetahui dan memahami Morfologi hewan Protozoa.
5. Untuk mengetahui dan memahami Fisiologi hewan Protozoa.
6. Untuk mengetahui dan memahami pengobatan dari penyakit yang disebabkan hewan Protozoa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian PROTOZOA
Protozoa adalah hewan utama yang merupakan kelompok lain dari protista eukariotik dan hanya dapat dilihat
dibawah mikroskop. Habitatnya adalah ditempat yang berair yang kaya zat organik baik air tawar maupun air asin,
ada yang hidup soilitare bebas berenang diair, menempel disuatu tempat, parasit pada tanaman atau hewan
maupun manusia sebagai simbion, dan dapat merugikan karena sebagai penyebab penyakit tetapi ada sebagian
yang menguntungkan dikarenakan ikut membantu menghancurkan atau membusukkan organisme yang telah mati.
B. Karakteristik Umum
1. Bentuk Tubuh
Ukuran Protozoa biasanya berkisar antara 10-50 µm, dan dapat tumbuh sampai 1mm serta mudah dilihat
dibawah mikroskop. Mereka bergerak dengan menggunakan cambuk seperti ekor yang disebut sebgai flagella.
Tubuh Protozoa amat sederhana yaitu terdiri dari 1 sel tunggal (unisel).
Ada beberapa bentuk tubuh dari Protozoa yaitu seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal, bahkan
ada yang bentuknya tidak menentu serta ada yang memiliki fligel atau bersilia.
Permukaan bentuk tubuh Protozoa dibayangi oleh membran sel yang tipis, elastis, permeabel, yang
tersusun dari bahan lipoprotein sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Organel yang terdapat didalam sel
antara lain nukleus, badan golgi, mikrokondria, plastida dan vakluola.
2. Habitat Hidup Protozoa
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Habitatnya adalah di tempat yang berair yang
kaya zat organik baik air tawar maupun air asin, ada yang hidup solitare bebas berenang di air, menempel di
suatu tempat, parasit pada tanaman atau hewan maupun manusia sebagai simbion, dan dapat merugikan karena
sebagai penyebab penyakit tetapi ada sebagian yang menguntungkan dikarenakan ikut membantu
menghancurkan atau membusukkan organisme yang telah mati. Didalam ekosistem air protozoa merupakan
zooplankton.
Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua Protozoa
memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun.
C. Ciri-ciri PROTOZOA
Ciri-ciri umum dari Protozoa adalah
1. Organisme uniseluler (bersel tunggal) eukariotik.
2. Hidup soliter (sendiri) ada juga yang berkelompok.
3. Umumnya tidak dapat membuat maakanaan sendiri (heterotrop).
4. Hidup bebas, saprofit atau parasit.
5. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup.
6. Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela.
D. Morfologi
Semua Protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan
kelebihan air dari sel (mengatur cairan osmosis). Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda dari setiap spesies.
Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista.
Protozoa merupakan sel tunggal, yang bergerak secara khas menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela
atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme
gerakan inilah Protozoa dikelompokan dalam 4 kelas yaitu Protozoa yang bergerak secara amoeboid
dikelompokkan dalam Sarcodina, yang bergerak dengan flagela dimasukan dalam Mastigopora yang bergerak
dengan silia dikelompokkan Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan maupun
manusia dikelompokkan dalam Sporozoa.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Rhicopoda
Bergerak dengan kaki semu (Pseudopodia) yang merupakan penjuluran protoplasmasel. Hidup diair
tawar, air laut, tempat-tempat basah dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia. Jenis yang
mudah diamati adalah amoeba.
Ektoamoeba adalah jenis amoeba yang hidup diluar tubuh organisme lain (hidup bebas), contohnya
Amoebaproteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria.
Entamoeba adalah jenis amoeba yang hidup didalam tubuh organisme, contohnya Entamoeba histolityca,
Entamoeba coli.

2. Cilliata
Anggota Cilliata dengan adanya silia (bulu getar). Pada fase hidupnya yang digunakan sebagai alat gerak
dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus
(inti besar), yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari engan cara mensintesis RNA, juga berperan penting
dalam reproduksi aseksual, dn mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses
reproduksi seksual.
Contoh : Paramaecium caudatum, Stenor, Didinium, Vorticella, Balantidium coli. Alat geraknya berupa
rambut getar (silia). Cilliata mempunyai beberapa ciri antara lain :
a. Kebanyakan cilliata berbentuk simetris kecuali ciliate primitiv, simetrisnya radial.
b. Tubuhnya di perkuat oleh perikel, yaitu lapisan luar yang disusun oleh sitoplasma padat.
c. Tubuhnya diselimuti oleh silia, yang menyelubungi seluruh tubuh utama disebut silia somatic.
d. Cilliata mempunyai 2 tipe inti sel (nukleus), yaitu mkronukleus dengan mikronukleus.
e. Cillita tidak mempunay struktur khusus pertukaran udara dan sekresi nutrisi dan cara makan.

Terdapat 2 macam mulut pada cilliata yaitu :

a. Mulut membran berombak : merupakan cilliata yang menyatu dalam barisan panjang.
b. Membran yang berupa barisan pendek dari cilia yang bersatu membentuk piringan.

Fungsi cilliata pada mulut adalah untuk menghasilkan makanan dan mendorong partikel makanan menuju
sitofaring. Contoh anggota ciliata yaang terkenal misalnya Paramaecium.

Terdapat contoh Cilliata antara lain seperti :

a. Stenor : bentuk seperti terompet dan menetap di air tawar yang tergenang atau mengalir. Makanan hewan
ini adalah Cilliata yang ukurannya lebih kecil.
b. Didinium : merupakan predator pada ekosistem perairan yaitu pemangsa Paramaecium.
c. Vorticella : bentuk seperti lonceng, bertangkai panjang dengaan bentuk lurus atau spiral yang dilengkapi
silia sekitar mulutnya. Hidup di air tawar, menempel dengan tangkai batang yang bersifat kontraktil pada
substrak. Makanannya berupa bakteri atau sisa-sisa bahan organik yaang masuk bersama aliran air melalui
celah mulutnya.
d. Stylonichia : bentuknya seperti siput, silia berkelompok.
e. Ballantidium coli : habitatnya pada kolon atau usus besar manusia bagian asenden dan transenden.
3. Flagellata
Flagellata merupakan salah satu kelompok protozoa yang memiliki flagel sebagai alat geraknya, flagel
adalah semacam bulu cambuk. Bila alat geraknya berada di depan sel maka saat bergerak seperti menarik sel
itu, sedangkan pada flagellata yang memiliki alat gerak di belakang maka gerakannya seperti mendorong sel.
Flagel tidak hanya sebagai alat gerak tetapi juga sebagai alat pencipta gelombang di air sehingga makanannya
dapat mendekat ke mulutnya dan dapat di makan.

4. Sporozoa
Sporozoa merupakan satu-satunya anggota protozoa yang tidak memiliki alat gerak dan bergerak dengan
cara meluncurkan tubuhnya dalam medium tempat hidupnya. Sesuai dengan namanya, dia mempunyai ciri
khas, yaitu membentuk spora. Sporozoa hidup sebagai parasit.
Plasmodium yang merupakaan anggota Sporozoa paling terkenal. Pada tubuh manusia, plasmodium
menyebabkan penyakit malaria. Penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Setelah di
gigit, Plasmodium langsung menyebar di dalam darah dan berkembang biak di dalam hati dan akan
menginfeksinya sehingga menyebabkan kematian.
Ada 4 jenis species Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria yaitu :
a. Plasmodium vivax, merupakan penyebab malaria tersiana yang bersifat tidak ganas, gejalanya adalah suhu
badan panas dingin berganti ganti setiap 2 hari sekali (48 jam).
b. Plasmodium ovale, merupakan penyebab malaria tersiana yang ganas, gejalaanya sama dengan pada
malaria tersiana.
c. Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana yang bersifat tak ganas, gejalanya suhu badan panas
dingin setiap 3 hari sekali (72 jam).
d. Plasmodium falciparum, penyebab malaria kurtana yang bersifat ganas, gejalanya suhu badan panas dingin
tak beraturan.
E. Fisiologi
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tapi beberapa protozoa dapat hidup pada lingkungan
anaerobik misal pada saluran pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai
mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik untuk menghasilkan ATP melalui proses
transfer elektron Dan atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa
organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Tetesan cairan masuk
melalui saluran saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membran yaang
berikatan vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam
vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang
bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang
fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukn ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran
vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan
tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan
didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah
yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Cilliata, ada organ mirip mulut di permukaan
sel yang disebu sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan
masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak
disamping sitosom.
F. Pengobatan dari penyakit yang disebabkan hewan Protozoa
Antiprotozoa
1. Trypanosoma
Penyakit Surra ini disebabkan oleh protozoa, yaitu Trypanosoma. Binatang bersel tunggal ini hidup di
dalam sel darah merah sapi dan memakan gula darah (glukosa) yang terdapat di darah. Gangguan yang
ditimbulkan protozoa itu bukan hanya hilangnya gula darah pada sapi melainkan juga adanya racun
tripanotoksin. Racun ini diproduksi oleh protozoa tersebut dan akan menimbulkan gangguan dengan gejala-
gejala tersebut di atas. Parasit penyebab surra dapat berjangkit dari sapi satu ke sapi lain lewat perantaraan
gigitan lalat temak Tabanus, caplak, kutu, dan nyamuk Anopheles.
Penggunaan insektisida untuk membasmi lalat (sebagai vektor).Obat trypanocidal yang sudah digunakan
untuk mengobati penyakit Surra di berbagai negara adalah: suramin, diminazene, isomedium, quinapyramine
dan cymelarsan. Diminazen telah berhasil baik untuk pengobatan Surra pada sapi dan kerbau di India,
Vietnam, Thailand dan Indonesia. Isomedium dipakai di Malaysia dan Vietnam. Beberapa penelitian
melaporkan adanya resistensi obat terhadap beberapa strain Tripanosoma di Vietnam. Sampai saat ini ternyata
hanya Suramin yang efektif untuk pengendalian Surra, karena tidak menimbulkan resistensi dan mempunyai
efek residual selama tiga bulan sehingga dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengendalian (Martindah,
2012).
2. Toxoplasma
Toxoplasma merupakan salah satu penyakit yang umum menyerang hewan peliharaan khususnya anjing
dan kucing. Penyakit ini merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh parasit dengan nama toxoplasma
gondii. Tingkat keparahan dari penyakit ini tergantung dari jumlah parasit yang menginfeksi anjing.
Penyebab toxoplasmosis pada anjing : penyebab utama kejadian toxoplasmosis pada anjing adalah
Toxoplasma Gondii. Anjing kesayangan anda dapat terinfeksi penyakit toxoplasma bisa lewat tanah yang
mengandung toxoplasma atau dari pencemaran oleh feses kucing. Anjing yang diberi makan daging mentah
ataupun dimasak setengah matang memiliki resiko yang besar terinfeksi penyakit ini.
Pengobatan Toxoplasmosis Pada Anjing : klindamisin atau kombinasi dari sulfadiazine dan pirimetamin
dapat digunakan untuk mengobati toksoplasmosis. Dalam kasus toxoplasmosis yang parah, perawatan ini
mungkin tidak berhasil. Kasus yang parah dari toksoplasmosis pada anjing bisa diobati dengan
diaminodiphenylsulfone, atovaquon klindamisin.
Farmakokinetik : Klindamisin diserap hampir lengkap pada pemberiaan oral. Adanya makanan dalam
lambung tidak banyak mempengaruhi absorpsi obat ini. Klindamisin palmitat yang digunakan sebagai preparat
oral pediatrik, tidak aktif secara in vitro. Tetapi setelah mengalami hidrolisis akan dibebaskan klindamisin
yang aktif. Klindamisin di distribusi dengan baik, ke berbagai cairan tubuh, jaringan dan tulang, kecuali CSS
walaupun sedang terjadi meningitis. Kira-kira 90% klindamisin dalam serum terikat dengan albumin. Hanya
sekitar 10% klindamisin di ekskresi dalam bentuk asal melalui urin. Sejumlah kecil klindamisin ditemukan
dalam feses. Sebagian besar obat dimetabolisme menjadi N-demetilklindamisin dan klindamisin sulfoksid
untuk selanjutnya diekskresi melalui urin dan empedu.
3. Leucositozoonosis
Leucositozoonosis merupakan peyakit asal protozoa pada ayam dan berbagai jenis unggas lainnya. Protozoa
tersebut menyerang sel-sel darah dan jaringan viseral. Penyakit ini sering ditemukan pada daerah yang
mempunyai ekologi yang cocok untuk kehidupan hospes invertebrata, meliputi lalat hitam, serangga penggigit
bersayap dua, dan insekta lainnya. Leucositozoonosis cenderung bersifat musiman yang berhubungan erat
dengan peningkatan populasi vektor serangga, terutama pada pergantian musim hujan ke musim kemarau atau
sebaliknya. Lalat hitam (Simulium sp.) biasanya berkembang biak pada air yang mengalir dan mencari makan
pada siang hari, sehingga penyakit tersebut banyak ditemukan pada daerah yang cocok untuk kehidupan vektor
serangga tersebut. Sebaliknya, serangga penggigit bersayap dua (Culicoides sp) berkembang biak di dalam
lumpur atau kotoran ayam dan menggigit pada malam hari.
Pengobatan : Tindakan pengendalian yang paling efektif adalah menekan atau mengeliminasi vektor biologik
(insekta).Pengendalian larva lalat hitam dapat dlakukan dengan pemberian 2 % granul celatom.
4. Trichomonas
Kebanyakan spesies Trichomonas tidak begitu patogen dan gejalanya hampir tidak terlihat. Tetapi dapat
menyebabkan inflamasi, gatal-gatal, keluar cairan putih yang mengandung trichomonas. Protozoa ini memakan
bakteri, leukosit dan sel eksudat. Pengobatan dengan cara oral seperti metronidazole biasanya dapat sembuh
dalam waktu 5 hari.
Dosis Trikomoniasis : Pasangan seksual dan penderita dianjurkan menerima pengobatan yang sama
dalam waktu bersamaan. Dewasa : Untuk pengobatan 1 hari : 2 g 1 kali atau 1 gram 2 kali sehari. Untuk
pengobatan 7 hari : 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari berturut-turut.
Farmakologi : Absorbsi : Oral : di absorbsi dengan baik; topikal : konsentrasi yang dicapai secara
sistemik setelah penggunaan 1 g secara topikal 10 kali lebih kecil dari pada penggunaan dengan 250 mg
peroral. Distribusi : ke saliva, empedu, cairan mani, air susu, tulang, hati dan abses hati, paru-paru dan sekresi
vagina ; menembus plasenta dan sawar darah otak (blood- brain barrier) ; Ikatan protein : < 20% ; Metabolisme
: Hepatik (30%-60%) ; eliminasi : neonatus : 25-75 jam ; yang lain : 6-8 jam, terjadi perpanjangan pada
kerusakan hepar ; gagal ginjal terminal : 21 jam ; Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum : segera : 1-2
jam ; Ekskresi : urin (20% hingga 40% dalam bentuk obat yang tidak berubah) : feses (6% hingga 15%).
5. Amuba
Amuba adalah parasit yang terdapat dalam makanan dan minuman yang tercemar, kemudian masuk
terlelan dan menetap di usus, yang dapat menimbulkan infeksi pada usus. Anti amuba adalah obat-obatan yang
digunakan untuk mencegah penyakit yang diakibatan oleh parasit bersel tunggal (protozoa) yang disebut
entamoeba hystolytika (disentri amuba).
Penggolongan Obat
1. Obat amuba kontak : yang meliputi senyawa metronidazol dan tinidazol, dengan jenis antibiotik tetrasiklin
dan aminoglikosida.
2. Obat amuba jaringan : yang terdiri dari senyawa nitro-mikonazol.
Farmakokinetik : Absorpsi : Absorbsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemakaian oral.
Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per oral diperoleh kadar plasma kira-kira 10 µg/mL.
Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri yang sensitive, rata-rata diperlukan kadar tidak lebih dari 8
µg/ml. Konsentrasi plasma maksimum muncul saat setelah dilakukan penyuntikan secara intravena. Waktu
paruh obat saat pemberian secara intravena ditetapkan sekitar 7,3 jam ± 1 jam. Konsentrasi yang dicapai
secara sistemik setelah penggunaan 1 g secara topikal 10 kali lebih kecil dari pada penggunaan dengan 250
mg peroral (Baxter, 2013).
Distribusi : Metronidazol didistribusikan secara luas dalam jaringan tubuh dan cairan. Ini berdifusi
menembus blood-brain barrier, menembus plasenta, dan muncul dalam air liur serta air susu ibu dalam
konsentrasi yang setara dengan yang ditemukan dalam plasma (Baxter, 2013).
Metabolisme : Dosis oral atau intravena dari metronidazol sebagian di metabolisme di hati melalui ikatan
rantai samping oksidasi dan pembentukan glukuronat. Hasil dari metabolisme oksidasi adalah 1 - (2-
hidroksietil) -2 -hidroksimetil-5-nitroimidazole (hidroksi metabolit), yang memiliki aktivitas antibakteri dan
terdeteksi terdapat dalam plasma dan urin, dan 2-metil-5-nitroimidazole-1-asam asetat (asam metabolit), yang
tidak ada aktivitas antibakteri dan tidak terdeteksi dalam plasma, tetapi diekskresikan dalam urin. Metabolit
utama, 2-hydroksimetil metronidazol memiliki aktivitas antiprotozoa secara in vitro (Baxter, 2013).
Ekskresi : Obat ini di ekskresi melalui urin dalam bentuk asal dan bentuk metabolit hasil oksidasi dan
glukuronidasi. Urin mungkin berwarna coklat kemerahan karena mengandung pigmen tak dikenal yang
berasal dari obat. Metronidazol juga disekresi melalui feses, air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan seminal
dalam kadar rendah (Syarif, Amir dkk. 2011)
Waktu paruh metronidazol berkisar antara 8-10 jam.Waktu paruh menjadi lebih lama pada neonatus.
Pada beberapa kasus terjadi kegagalan karena rendahnya kadar sistemik. Ini mungkin dapat disebabkan oleh
absorbs yang buruk atau metabolism yang terlalu cepat (Syarif, Amir dkk. 2011).
Farmakodinamik Metronidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis, dan infeksi bakteri
anaerob.Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun ektraintestinal.Namun, efeknya lebih jelas
pada jaringan, sebab sebagian besar metronidazol mengalami penyerapan di usus halus.Untuk amubiasis
intestinal dianjurkan pemberian amubisid intestinal lain setelah pemberian metronodazol. Pada abses hati,
dosis yang digunakan sama besar dengan dosis yang digunakan untuk disentri amuba, bahkan dengan dosis
yang lebih kecil telah diperoleh respons yang baik. Meskipun metronidazol efektif untuk abses hati, namun
aspirasi abses tetap diperlukan. Untuk pembawa (carrier ) amuba, efektifitasnya paling rendah. Selain untuk
amubiasis dan trikomoniasis, metronidazol juga diindikasikan untuk drakunkuliasis sebagai alternative
niridazol dan untuk giardiasis. Metronidazol digunakan untuk profilaksis pascabedah daerah abdomen, infeksi
pelvic, dan pengobatan endokarditis yang disebabkan oleh B. fragilis. Untuk maksud ini metronidazol
digunakan untuk obat pilihan utama.
6. Entamoeba
Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi
klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne Disease). Entamoeba histolytica juga dapat
menyebabkan Dysentery amoeba, penyebarannya kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan
subtropics terutama pada daerah yang sosio ekonomi lemah dan hugiene sanitasinya jelek.
Infeksi dapat juga terjadi dengan atau melalui vektor serangga seperti lalatdan kecoak dan orang yang
menyajikan makanan (food handler) yang menderita sebagai "carrier", sayur-sayuran yang dipupuk dengan
tinja manusia dan selada buah yang ditata atau disusun dengan tangan manusia. Bukti-bukti tidak langsung
tetapi jelas menunjukkan bahwa air merupakan perantara penularan. Sumber air minum yang terkontaminasi
pada tinja yang berisi kista atau secara tidak sengaja terjadi kebocoran pipa air minum yang berhubungan
dengan tangki kotoran atau parit.
Pencegahan penyakit amoebiasis terutama ditujukan kepada kebersihan perorangan (personal hygiene)
dan kebersihan lingkungan (environmental hygiene). Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan
dengan bersih sesudahmencuci anus dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: memasak
airminum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar di jamban,
tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk
menghindari kontaminasi oleh lalatdan lipas, membuang sampah ditempat sampah yang ditutup untuk
menghindarilalat.
Pengobatan : Emetin Hidroklorida, obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini
hanya efektif bila diberikan secara parenteral karena pada pemberian secara oralabsorpsinya tidak sempurna.
Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65
mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua dan orang yang sakit berat, dosis harus dikurangi.
Pemberian emetin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal.
Dehidroemetin relatif kurang toksik dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan secara oral. Dosis
maksimum adalah 0,1 gram sehari, diberikan selama 4-6 hari. Emetin dan dehidroemetin efektif untuk
pengobatan abses hati (amoebiasis hati).
Klorokuin, obat ini merupakan amoebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk efek samping dan efek
toksiknya bersifat ringan antara lain, mual,muntah, diare, sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1
gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3 minggu.
Antibiotik, Tetrasiklin dan eritomisin bekerja secara tidak langsung. Peromomisin bekerja langsung pada
amoeba. Dosis yang dianjurkan adalah 25 mg/kg bb/hari selama 5 hari, diberikan secara terbagi.
Nitraomidazol, metronidazol merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk bentuk kista. Efek
samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama
3 hari berturut-turutdan diberikan secara terbagi.
7. Babesia
Penyebab Babesia sp. adalah organisme protozoa yang eritro parasitisis, menyebabkan
anemia pada inang. Hidup parasit pada hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, domba, kucing, anjing,
binatang liar seperti rubah, rusa dan binatang mengerat.Tungau hewan-hewan tersebet menularkan parasit
kepada manusia melalui gigitan tungau.
Pencegahan Menghindari kontak/digigit dengan tungau. Misalnya menggunakan obat insektisida gosok.
Beberapa jam setelah digigit tungau terjadi penularan babesia hingga seorang yang curiga digigit tungau harus
segera memeriksa bagian tubuhnya yang digigit, untuk mengambil/menemukan tungau. Menyaring donor
darah dari penderita babesiosis yang parasitemia rendah, seperti melakukan pemeriksaan zat anti untuk
menghindari penularan melalui transfusi darah.
Pengobatan Obat spesifik untuk babesiosis, gabungan clindamycin dan quinine, terutama bila pengobatan
dengan chloroquine kurang berhasil. Azithromycine boleh diberikan sendiri atau digabung dengan quinine.
Pentamidine bias diberikan gabungan dengan trimatokzazole.Pada anemi berat diberikan pengobatan tukar
darah . Cuci darah (dialisa) bila penderita mengalami gagal ginjal.

Anda mungkin juga menyukai