HETP Fix
HETP Fix
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Menentukan nilai Height Equivalent of Theoritical Plate ( HETP )
2. Untuk menentukan jumlah plate teoritis
3. Melihat pengaruh volatilitas bahan dengan banyak plate
Page | 1
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
I.3 Manfaat
1. Agar dapat mengetahui konsentrasi dari destilat yang diperoleh
2. Agar dapat mengetahui hubungan antara variasi konsentrasi dari alcohol
yang digunakan dengan banyak destilat yang diperoleh
3. Agar dapat mengetahui metode penentuan jumlah plate teoritis
Page | 2
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bubble cap dan sive trays adalah contoh dari plate dan masih banyak plate
dengan bentuk lain. Pada perancangan unit alat destilasi number of theoretical plate
ditentukan berdasarkan beberapa factor antara lain komposisi umpan (feed) masuk,
hasil akhir (output fraction) dan kondisi operasi selama proses. Selain itu oleh aliran
refluks. Semakin banyak refluks maka number of theoretical plate akan semakin
kecil begitu pula sebaliknya. Disamping itu biaya operasional juga akan menjadi
factor penting yang menjadi pertimbangan.
(Ayudwi, 2009)
Page | 3
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
Distilasi merupakan suatu teknik pemisahan campuran dalam fase cair yang
homogeny dengan cara penguapan dan pengembunan sehingga diperoleh destilat /
produk destilasi yang relative lebih volatile (mudah menguap) dibandingkan larutan
semula yang dimana sukar untuk menguap. Campuran dari masing – masing
komponen dapat terpisahkan karena adanya perbedaan titik didih diantara zat –
zatnya. Pada proses ini cairan berubah menjadi uap dan merupakan zat yang
mempunyai titik didih lebih rendah dari titik didih zat lainnya. Kemudian uap ini
didinginkan dalam kondensor yang luarnya ada aliran air yang mengalir dari bawah
ke atas sehingga dapat mendinginkan uap Distilasi merupakan suatu teknik
pemisahan campuran dalam fase cair yang homogen dengan cara penguapan dan
pengembunan, sehingga diperoleh destilat (produk Distilasi) yang relatif lebih
banyak mengandung komponen yang lebih volatil (mudah menguap) dibanding
larutan semula yang lebih sukar menguap. Campuran dari masing-masing
komponen dapat terpisahkan karena adanya perbedaan titik didih diantara zat-
zatnya (Wiratma,dkk, 2003). Pada proses ini cairan berubah menjadi uap yang
merupakan zat yang mempunyai titik didih lebih rendah dari titik didih zat lainnya.
Kemudian uap ini didinginkan dalam kondensor yang di luarnya ada aliran air yang
mengalir dari bawah ke atas sehingga dapat mendinginkan uap. Pada pendinginan
ini, uap mengembun menjadi cairan murni yang disebut destilat.
Model ideal Distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Pemisahan senyawa dengan Distilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap
senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan
molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan,
tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap
cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang
mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempunyai titik
didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar.
Secara umum, Distilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu Distilasi
sederhana, Distilasi bertingkat (fraksional), Distilasi vakum, Distilasi uap, dan lain
sebagainya.
Page | 4
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
1. Distilasi sederhana
Adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih komponen zat
cair yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan titik didih,
juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas.
2. Distilasi Bertingkat/Fraksionasi
3. Distilasi azeotrop
4. Distilasi uap
Adalah teknik pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air dan titik
didihnya cukup tinggi. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini
dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap
atau air mendidih.
5. Distilasi Vakum
(Anonim, 2015)
Salah satu metode yang sering digunakan dalam menghitung jumlah stage
ideal untuk destilasi dua komponen (binary distillation) adalah dengan
menggunakan metode McCabe-Thiele, disamping itu terdapat metode lain yaitu
metode ponchon Savarit. Bila dibandingkan dengan metode ponchon savarit, maka
metode McCabe – Thiele lebih mudah digunakan karena dengan metode McCabe-
Thiele ini kita tidak memerlukan perhitungan Heat Balance ( necara panas ) untuk
menentukan jumlah stage yang dibutuhkan. Metode McCabe-Thiele ini
mengasumsikan bahwa laju alir molar baik liquid maupun vapour atau L/V
konstant, atau dikenal juga dengan istilah Constant Molar Overflow ( CMO ),
namun pada keadaan sebenarnya keadaan CMO tidaklah konstant.
Page | 5
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
Page | 6
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
langsung digunakan , namun jika tidak data tersebut harus dibuat terlebih dahulu ,
terdapat beberapa cara dalam membuat kurva kesetimbangan ini :
Dimana :
Page | 7
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
Page | 8
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
II.2 Hipotesa
Pada praktikum Height Equivalent of Theoritical Plate (HETP) ini
diharapkan diperoleh jumlah plate dalam kolom destilasi dari perhitungan dari data
– data suhu, pressure drop dan konsentrasi destilat. Serta mendapatkan nilai HETP
yang ekuivalen dengan satu plate.
Aquadest
Alkohol 25%
Ukur densitasnya
Menentukan kadarnya
Page | 9
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Air 2. Alcohol 25%
III.2 Alat
1. Labu Leher Tiga
2. Thermometer
3. Gelas Ukur
4. Pipet
5. Kondensor
6. Erlenmeyer
7. Statif + klem
8. Piknometer
9. Kompor Listrik
10. Diffider
Page | 10
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
III.4 Prosedur
A. Kalibrasi
1. Ukur volume air sebesar 10ml, kemudian masukkan dalam piknometer
2. Timbang piknometer yang sudah diisi dan catat beratnya
3. Ukur air sebesar 9 ml dan etanol 1 ml, lalu masukkan keduanya dalam
piknometer
4. Timbang piknometer yang sudah diisi dan catat beratnya
5. Lakukan prosedur no. 3 dan 4 dengan mengubah volume air menjadi 8
ml dan etanol 2 ml dan seterusnya.hingga volume etanol 10 ml.
B. Destilasi
1. Lakukan pengenceran terhadap etanol 96 % menjadi etanol 25 % 500 ml
2. Masukkan etanol 25 % 500 ml ke dalam labu tiga leher
3. Rangkai alat destilasi yang sudah disiapkan kemudian panaskan hingga
terbentuk destilat
4. Ambil 10 cc distilat yang terbentuk dan 10 cc bottom. Masukkan ke
dalam piknometer kemudian ditimbang dan dicatat beratnya .Catat pula
suhu yang tertera pada kolom dan bottom.
5. Ulangi langkah ke 4 setiap 10 menit hingga 10 kali.
Page | 11
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(kg/m3)
10 0 23.083 0 997.04 0
Page | 12
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
T m1 m1
t T labu ρ bottom ρ destilat
kolom piknometer + piknometer +
X bottom (xw) X destilat (xd)
campuran campuran
(menit) (°c) (°c) (m1/ml) (m2/ml)
destilat bottom
Page | 12
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
IV.1.3 Tabel Volume Destilat dan Bottom pada Akhir Setiap Run
1 Total 0.25 10 10
2 Total 0.25 10 10
3 Total 0.25 10 10
4 Parsial 0.25 10 10
5 Parsial 0.25 10 10
6 Parsial 0.25 10 10
7 Parsial 0.25 10 10
8 Parsial 0.25 10 10
9 Parsial 0.25 10 10
Tinggi Kolom
Jumlah Plate HETP
(cm)
32 6 5.33
Page | 14
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
IV.3 Grafik
1 R² = 0.9849
0.8
X etanol (mol/mol)
0.6
0.4
Series1
0.2 Linear (Series1)
0
800 850 900 950 1000
-0.2
Densitas etanol (g/cm2)
0.8
0.6
0.4 xb
0.2 xd
0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu
Page | 15
Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II “Kolom Berpacking (HETP)”
IV.4 Pembahasan
Dari grafik diatas tentang kurva kalibrasi densitas etanol dapat dilihat
semakin besar nilai densitas etanol maka fraksi mol etanolnya semakin kecil.
Didapatkan nilai y = 9E-06x2 - 0.0213x + 11.896 dan R² =0.9849 Sedangkan
untuk grafik kesetimbangan Uap – Cair Etanol dmulai dimula dari titik Xd yang
berpotongan dengan garis x=y dibuat anak tangga dengan batas persamaan garis
operasi dengan kurva kesetimbangan. Anak tangga tersebut berakhir pada titik
Xw. Jumlah tahap pada refluks parsial adalah jumlah anak tangga yang terbentuk
sepanjang Xd dan Xw. Xw dan Xd bernilai masing - masing Xw = 0.077841417
dan untuk Xd sebesar 0.859406358, untuk nilai Xf didapatkan dari perhitungan
fraksi mol yang masuk dengan nilai 0,6. Sehingga bila semua di plotkan akan
didapatkan plate teoritis sebanyak 6 buah. Dan tinggi HETP 5.3 cm.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Simpulan
V.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pembacaan manometer harus teliti karena hasil yang didapat
akan mempengaruhi hasil perhitungan dan hasil akhir percobaan.
2. Sebaiknya sebelum melakukan percobaan, alat percobaan di cek terlebih dahulu
supaya kerusakan/kebocoran dalam alat percobaan dapat diminimalisir.
3. Berhati-hati dalam mengoperasikan kompresor pada saat trial laju alir udara
,karena alat yang digunakan tidak tahan terhadap tekanan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
a. Data Literatur
Data Kesetimbangan Uap-Cair yang Diuji Pada Tekanan Praktikum
T (˚C) Xa Ya
79,1 0,8 0,858
80,1 0,7 0,822
81 0,6 0,794
82 0,5 0,771
83,2 0,4 0,746
84,7 0,3 0,713
87,3 0,2 0,656
91,8 0,1 0,527
95,2 0,05 0,377
98,1 0,02 0,192
100 0 0
Densitas air
T (˚C)
(g/ml)
28 0,97727
21.01 − 12.635
= . 997.045
23.083 − 12.635
= 799.2 gr / cm3
X ethanol
X ethanol =
𝐾𝑒𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝜌 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝐵𝑀 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝐾𝑒𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝜌 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 ( 1 − 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 )𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝐴𝑖 𝑉𝑜𝑙 𝐴𝑖𝑟 𝑥 𝜌 𝐴𝑖𝑟
+ 𝑥
𝐵𝑀 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝐵𝑀 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑀 𝐴𝑖𝑟
0.96 𝑥 1 𝑥 789,3
46.06884
= 0.96 𝑥 1 𝑥 789,3 ( 1−0.96 )𝑥 9 9 𝑥 997 = 0.0389 kg/𝑚
3
+ 𝑥
46.06884 18 18
3. Densitas Bottom
Untuk densitas bottom pada menit ke 10
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρbottom = . 𝜌𝑎𝑖𝑟 \
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
21.01 − 12.635
= . 997.045
23.083 − 12.635
= 799.2 kg / cm3
4. Densitas Distilat
Untuk densitas bottom pada menit ke 10
20.56 − 12.635
= 𝑥 997.045
23.083 − 12.635
= 756.277 kg / m3
= 0,934894353
𝑅𝑚 = 0.43
8. Menghitung y operasi
Xd
Yop =
(Rm x 1,5) + 1
0.86
𝑌𝑜𝑝 =
(0.43 × 1.5) + 1
= 0.52