Anda di halaman 1dari 9

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

NOMOR : Tahun 2017


TENTANG : PANDUAN VERIFIKASI KREDENSIAL STAF
RSUD dr. ZAINAL UMAR SIDIKI KABUPATEN
GORONTALO UTARA

PANDUAN VERIFIKASI KREDENSIAL STAF RSUD dr. ZAINAL


UMAR SIDIKI KABUPATEN GORONTALO UTARA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang undang tentang Rumah sakit yang baru ditetapkan
menuntut rumah sakit untuk melindungi keselamatan pasien,
antara lain dengan melaksanakan clinical governance bagi para
clinisnya . Setiap dokter di rumah sakit harus bekerja dalam
koridor kewenangan klinis (clinical privilege)yang ditetapkan
oleh kepala rumah sakit.
Walaupun frekuensi kecelakaan yang berkaitan dengan
tindakan medis dokter di rumah sakit belum diketahui dengan
pasti jumlahnya di Indonesia,namun diduga jumlah tersebut
tidak kecil.
Salah satu faktor krusial dalam keselamatan pasien adalah
kewenangan dokter untuk melakukan tindakan medis yang saat
ini tidak dikendalikan dengan adekuat oleh komite medis rumah
sakit. Dalam hal seorang dokter kurang kompeten dalam
melakukan tindakan medis tertentu karena sebab apapun
.belum ada mekanisme yang mencegah dokter untuk
melakukan tindakan medis tersebut di rumah sakit. Pada
gilirannya kondisi ini dapat menimbulkan kecelakaan pada
pasien.
Demi menjaga keselamatan pasien RSUD dr. Zainal Umar
Sidiki dari tindakan medis yang dilakukan oleh dokter di yang

1
kurang kompeten rumah sakit perlu mengambil langkah
langkah pengamanan dengan cara pemberian kewenangan
klinis melalui mekanisme kredensial yang dilaksanakan oleh
komite medis
Komite medis akan menentukan jenis jenis kewenangan
klinis bagi setiap dokter yang bekerja di rumah sakit
berdasarkan kompetensinya melalui mekanisme
kredensial.Dengan terkendalinya tindakan medis disetiap
rumah sakit maka pasien Lebih terlindungi dari tindakan medis
yang dilakukan oleh dokter yang tidak kompeten.
Pedoman ini disusun oleh Tim Penyusun Pedoman
Mekanisme Kredensial Dokter di RSUD dr. Zainal Umar Sidiki.
Pedoman ini dimaksudkan agar menjadi panduan bagi rumah
sakit di Indonesia untuk melakukan kredensial para tenaga
medis dengan baik,benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

1.2 Tujuan

Rumah Sakit menyusun Pedoman ini dimaksudkan agar


menjadi panduan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
melakukan kredensial para tenaga medis dengan baik,benar
dan dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan dari panduan ini
adalah:
1. Tujuan Umum
Pedoman ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk
melindungi keselamatan pasien melalui mekanisme
kredensial dokter di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-
kredensial bagi para dokter di rumah sakit.
b. Memberikan panduan bagi komite medis untuk
menyusun jenis jenis kewenangan klinis (clinical
privilege) bagi setiap dokter yang melakukan tindakan

2
medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu
kedokteran yang ditetapkan oleh kolegium
kedokteran Indonesia.
c. Memberikan panduan bagi kepala rumah sakit untuk
menerbitkan kewenangan klinis (clinical privilege)bagi
setiap dokter untuk melakukan tindakan medis di
rumah sakit.
d. Meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas
tenaga medis di rumah sakit
e. Meningkatkan reputasi dan kredibilitas para dokter
dan institusi rumah sakit dihadapan
pasien,penyandang dana,dan stake holder rumah
sakit lainnya.

1.3 Pengertian
a. Brevet : Pengakuan tentang keahlian seorang
dokter oleh kolegium suatu cabang ilmu
kedokteran tertentu
b. Proses Kredensial ( Cradentialing ) : proses
evaluasi oleh suatu rumah sakit terhadap
seseorang untuk menentukan apakah yang
bersangkutan layak diberi kewenangan klinis
( kewenangan klinis ) (clinical privilege)
menjalankan tindakan medis tertentu dalam
lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu
periode tertentu.
c. Proses Re-Kredensial ( Re-Credentialing ):
Proses re-evaluasi oleh suatu rumah sakit
terhadap dokter yang telah bekerja dan memiliki
kewenangan klinis ( kewenangan klinis (clinical
privilege) di rumah sakit tersebut untuk
menentukan apakah yang bersangkutan masih
layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk
suatu periode terstentu

3
d. Kewengan Klinis (clinical privilege): kewenangan
klinis untuk melakukan tindakan medis tertentu
dalam lingkungan sebuah rumah sakit tertentu
berdasarkan prnugasan yang diberikan kepala
rumah sakit .
e. Surat Penugasan (Clinical Appointment ): surat
yang diterbitkan oleh kepala rumah sakit kepada
seorang dokter atau dokter gigi untuk melakukan
tindakan medis di rumah sakit tersebut
berdasarkan daftar kewenangan klinis yang
ditetapkan baginya.
f. Duty Of due care: kewajiban untuk
memperhatikan dan peduli akan keselamatan
pihak lain.
g. Mitra Bestari (Peer-group):sekelompok orang
dengan reputasi tinggi yang memiliki kesamaan
profesi,spesialis dengan seorang dokter yang
sedang menjalani proses kredensial, dan atau
dianggap dapat menilai kompetensi untuk
melakukan tindakan medis tertentu.
h. Tenaga Medis : dokter dan dokter gigi termasuk
dokter spesialis dan dokter gigi spesialis.

4
BAB II
TATA LAKSANA
Sebagai tata laksana dari kredensial dan kewenangan klinis
(clinical previlage ) di RSUD dr. Zainal Umar Sidiki ini dapat dilihat
beberapa hal-hal sebagai berikut :

1. Permohonan untuk memperoleh kewenangan klinis

Setiap tenaga medis mengajukan permohonan kepada


kepala rumah sakit untuk melakukan tindakan medis. Tenaga
medis tersebut mengisi beberapa formulir yang disediakan
rumah sakit, antara lain daftar Tindakan medis yang ingin
dilakukannya sesuai dengan bidang keahliannya. Tenaga medis
tersebut memilih tindakan medis yang tertera dalam formulir
daftar tindakan medis dengan cara mencontreng, dan
menyerahkan copy semua dokumen yang di persyaratkan
kepada rumah sakit. Syarat – syarat tersebut meliputi juga
kesehatan fisik dan mental untuk melakukan tindakan medis
tertentu. Setelah formulir lengkap, Rumah sakit
menyerahkannya kepada komite medis untuk ditindak lanjuti.

2. Kajian mitra bestari

Komite medis menugaskan subkomite kredensial untuk


memproses permohon tersebut. Subkomite kredensial
menyiapkan mitra bestari yang berjumlah sekitar 4 hingga 6
orang dengan sesuai bedang keahlian yang akan dinilai. Mitra
bestari tersebut tidak harus anggota subkomite kredensial,
bahkan dapat berasal dari luar rumah sakit bila diperlukan. Para
mitra bestari yang bertugas tersebut dapat terdiri dari beberapa
bidng spesialisasi sesuai dengan kewenangan klinis yang di
minta. Misalnya , bila seorang dokter mengajukan permohonan
untuk melakukan tiroidektomi, maka mitra bestari yang dipilih
dapat terdiri dari para spesialis bedah umum, bedah tumor, dan
spesialis THT-KL. Dengan demikian kelompok mitra bestari

5
tersebut dapat berbeda untuk setiap yang mengajukan
permohonan kewenangan kilinis.
Mitra bestari mengkaji setiap tindakan yang di ajukan oleh
pemohon. Pengkaji setiap tindakan medis yang dajukan oleh
pemohon tersebut dilakukan secara obyektif didasarkan pada
suatu buku putih (white paper).Sebuah buku putih untuk
tindakan medis tertentu yang memuat syarat syarat kapan
seorang dokter dianggap kompeten melakukan tindakan medis
tersebut . Misalnya ,dalam buku putih untuk melakukan
tiroidektomi, seorang dokter harus menjalani pendidikan bedah
dasr, pelatihan – pelatihan tertentu , dan telah menangani
sejumlah kasus tertentu dalam kurun awaktu tertentu.
Berdasasarkan bukuh putih (White paper) tersebut mitra bestari
dapat merekomendasikan atau menolak permohonan tindakan
medis yang di ajukan.
Selain menilai kompetensi, mitra bestari juga menilai
kemampuan permohonan berdasarkan kesehatan fisik dan
mental untuk setiap tindakan medis yang diajukan. Rumah sakit
mempersiapkan sarana dan prasarana dan panel dokter untuk
melakukan uji kesehatan fisik dan mental tersebut.
Pada akhir proses kredensial, mitra bestari
merekomendasikan sekelompok tindakan medis tertentu yang
boleh dilakukan oleh pemohon di rumah sakit tersebut. Selajut
nya komite medis mengkaji kembali rekomendasi tersebut dan
mengadakan beberapa modifikasi bila di perlukan dan selanjut
nya diserahkan kepada kepala rumah sakit.

3. Penerbitan surat penugasan


Kepala rumah sakit menerbitkan surat penugasan kepada
tenaga medis pemohon berdasarkan rekomendasi tersebut.
Kepala rumah sakit dapat saja meminta komite medis untuk
mengkaji ulang rekomendasi tersebut bersama pihak
menejemen rumah sakit bila di anggap perlu. Surat penugasan
6
tersebut memuat daftar sejumlah kewenangan klinis untuk
melakukan tindakan medis yang bagi tenaga medis pemohon
setiap tenaga medis dalam satu bidang spesialisasi tertentu
dapat saja memiliki daftar kewenagan klinis yang berbeda
dengan sejawat nya dengan bidang spesialisasi yang sama.
Suatu tindakan medis tertentu di rumah sakit hnya boleh
dilakukam oleh dokter yang telah memiliki surat kewenangan
klinis berdasarkan surat penugasan.

Daftar kewenangan klinis seorang tenaga medis dapat di


modifikasi setiap saat. Seorang tenaga medis dapat saja
mengajukan tambahan kewenangan klinis yang tidak di miliki
sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada kepala
rumah sakit. Selanjutnya komite medis akan melakukan proses
kredensial khusus untuk tindakan tersebut, dan akan
memberikan rekomendasi nya kepada kepala rumah sakit.
Namun sebalik nya, kewenangan klinis tertentu dapat saja di
cabut baik untuk sementara atau seterusnya karena alas an
tertentu seperti akan di uraikan pada bab berakhir nya
kewenangan klinis.

7
BAB III

PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan


kredensial dan kewenangan klinis sesuai prosedur di RSUD dr.
Zainal Umar Sidiki. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi.

Tim penyusun berharap berbagai pihak dapat memberikan


kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan panduan
dimasa yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

PERSI. 2009. Pedoman kredential dan kewenangan klinis (clinical


privilage )di rumah sakit. Jakarta: Perhimpunan rumah sakit
seluruh indonesia

Anda mungkin juga menyukai