Anda di halaman 1dari 6

ADAB BERPAKAIAN, BERTAMU DAN BERHIAS

Fungsi Pakaian

Ada tiga macam fungsi pakaian, yakni sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, dan untuk
keindahan. Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam telah
menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar samapi kedua lutut. Sedangkan bagi perempuan
adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.

Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak memberi batasan, karena hal ini berkaitan dengan
budaya setempat. Oleh karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model apapun, selama
pakaian tersebut memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat.

Pakaian merupakan penutup tubuh untuk memberikan proteksi dari bahaya asusila, memberikan
perlindungan dari sengatan matahari dan terpaan hujan, sebagai identitas seseorang, sebagai harga diri
seseorang, dan sebuah kebutuhan untuk mengungkapkan rasa malu seseorang. Dahulu, pakaian yang
sopan adalah pakaian yang menutup aurat, dan juga longgar sehingga tidak memberikan gambaran atau
relief bentuk tubuh seseorang terutama untuk kaum wanita. Sekarang orang-orang sudah menyebut
pakaian seperti itu sudah dibilang kuno dan tidak mengikuti mode zaman sekarang atau tidak modis.
Timbul pakaian you can see atau sejenis tanktop, dll. Yang uniknya, semakin sedikit bahan yang
digunakan dan semakin ketat pakaian tersebut maka semakin mahal pakaian tersebut. Ada seseorang
yang berkata sedikit mengena, “Anak jaman sekarang bajunya kayak baju anak kecil, pantesan saya nyari
baju anak rada susah, berebut ama orang dewasa.” Memang tidak salah dia mengatakan hal seperti itu,
toh, itu memang kenyataan. Padahal jika kita tidak bisa menjaga aurat kita, kita akan kerepotan. Sangat
tidak mungkin kita akan mengumbar aurat di depan umum, jika hal tersebut dilakukan, maka kita bisa
disebut gila. Mau tidak anda disebut gila?

Anehnya, sekarang banyak kaum wanita terutama muslimah yang belomba-lomba untuk memakai
pakaian yang katanya modis tersebut. Pakaian tersebut sebenarnya digunakan oleh para (maaf) PSK dan
WTS untuk memikat pelanggan, akan tetapi seiring perkembangan waktu, fungsi pakaian tersebut sudah
berubah untuk memikat lawan jenis, sehingga semakin terpikat lawan jenis, semakin banyak pula kasus
tindakan asusila yang sering kita baca di media cetak, elektronik, atau mungkin kita pernah melihat atau
mengalaminya sendiri. Pelecehan seksual ada di mana-mana. Tidakkah para mukminin dan mukminat
telah diperintahkan oleh Allah di dalam kitab nan suci, al-Qur’an, surat Al-A’raf ayat 26: (lihat al-qur’an
onlines di google)

Artinya: Hai, anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian
itu adalah sebagaian dari tanda-tanda Kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS Al
A’raf : 26)

Atau Q.S. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya : (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: Hai para Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang
mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu
supaya mereka mudah dikenali karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS Al Ahzab : 29)

Tapi mengapa kaum hanya kaum wanita saja yang dibahas? Ya, karena wanita adalah manusia yang
paling dijaga harga dirinya oleh Allah SWT. Sudah dijaga koq masih tidak bersyukur?

Coba pikirkan, sangat sayangnya Allah kepada wanita, Allah Yang Maha Penyayang sampai-sampai
membahas hal-hal sekecil itu. Maka dari itu marilah kita menjaga harga diri wanita muslimah kita demi
tercapainya masa depan yang cerah.

b. Adab Berpakaian

Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis atau ketat (sempit sehingga membentuk tubuhnya
yang asli). Kendati pun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun apabila pakaian
tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam. Demikian juga halnya pakaian
yang terlalu tipis. Pakaian yang ketat akan menampilkan bentuk tubuh pemakainya, sedangkan pakaian
yang terlalu tipis akan menampakkan warna kulit pemakainya. Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam
karena hanya akan menarik perhatian dan menggugah nafsu syahwat bagi lawan jenisnya. Dalam hal ini
Rasulullah SAW bersabda:
َْ ْ َ َّ َ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ْ ََ
‫اب كا ِس َياط ق ْوم ا َره َما ل ْم النار اه ِل ِم ْن ِصنق ِان‬ ِ ‫ضب ْون ال َبقر االذن‬ ‫ الناس ِبها ي‬. ‫كأش ِن َم ِة َرؤ ْو َس ُه َّن ُم ِم ْيالت َعارَيات ِس َيات كا ِن َساء َو‬
ْ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َّ ْ َ ْ َ ُ َ َ َ َ
‫)مسلم رواه( كذا َو كذا َم ِس ْْ َيِة ِم ْن ل ُي ْوخذ رْي َح َها ن َي ِخذ ال َو ال َجنة َيدخل َن ال ال َما ِئال ِة ال ُبخ ِت‬

Artinya: “Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu 1) kaum yang
membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa yang kejam,
2) perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan
maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak bisa masuk surga dan tidak akan mencium
bau surga padahal bau surga itu dapat tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian.” (HR Muslim)

Ada dua maksud yang menjadi kesimpulan pada hadits ini, yaitu sebagai berikut:

1.

1. Maksud kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi ialah perempuan-perempuan
yang suka menggunakan rambut sambungan (cemara dalam bahasa jawa), dengan
maksud agar rambutnya tampak banyak dan panjang sebagaimana wanita lainnya.
Selanjutnya, yang dimaksud rambutnya seperti atau sebesar punuk unta adalah sebutan
bagi wanita yang suka menyanggul rambutnya. Kedua macam cara tersebut (memakai
cemara dan menyanggul) termasuk perkara yang tecela dalam Islam

2. Mereka dikatakan berpakaian karena memang mereka menempelkan pakaian pada


tubuhnya, tetapi pakaian tersebut tidak berfungsi sebagai penutup aurat. Oleh karena
itu, mereka dikatakan telanjang. Pada zaman modern seperti sekarang ini, amat banyak
manusia (perempuan) mengenakan pakaian yang amat tipis sehingga warna kulitnya
tampak jelas dari luar. Sementara itu banyak pula perempuan yang memakai pakaian
relatif tebal, namun karena sangat ketat sehinga bentuk lekuk tubuhnya terlihat jelas.
Kedua cara berpakaian seperti itu (terlampau tipis dan ketat) termasuk perkara yang
dilarang dalam Islam.

Ciri-ciri pakaian wanita Islam di luar rumah ialah:

 Pakaian itu haruslah menutup aurat sebagaimana yang dikehendaki syariat.

 Pakaian itu tidak terlalu tipis sehingga kelihatan bayang-bayang tubuh badan dari luar.

 Pakaian itu tidak ketat atau sempit tapi longgar dan enak dipakai. la haruslah menutup bagian-
bagian bentuk badan yang menggiurkan nafsu laki-laki.

 Warna pakaian tsb suram atau gelap seperti hitam, kelabu asap atau perang.

 Pakaian itu tidak sekali-kali dipakai dengan bau-bauan yang harum

 Pakaian itu tdak ‘bertasyabbuh’ (bersamaan atau menyerupai)dengan pakaian laki-laki yaitu
tidak meniru-niru atau menyerupai pakaian laki-laki.

 Pakaian itu tidak menyerupai pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.

 Pakaian itu bukanlah pakaian untuk bermegah-megah atau untuk menunjuk-nunjuk atau
berhias-hias.

Aurat perempuan yang merdeka (demikian juga khunsa) dalam sholat adalah seluruh badan kecuali
muka dan telapak tangan yang lahir dan batin hingga pergelangan tangannya. Oleh karena itu jika
nampak rambut yang keluar ketika sholat atau nampak batin telapak kaki ketika rukuk dan sujud, maka
batallah sholatnya.

Aurat perempuan merdeka di luar sholat Di hadapan laki-laki ajnabi atau bukan muhram

Yaitu seluruh badan. Artinya, termasuklah muka, rambut, kedua telapak tangan (lahir dan batin) dan
kedua telapak kaki (lahir dan batin). Maka wajiblah ditutup atau dilindungi seluruh badan dari
pandangan laki-laki yang ajnabi untuk mengelakkan dari fitnah. Demikian menurut mahzab Syafei.

Di hadapan perempuan yang kafir Auratnya adalah seperti aurat bekerja yaitu seluruh badan kecuali
kepala, muka, leher, dua telapak tangan sampai kedua siku dan kedua telapak kakinya. Demikianlah juga
aurat ketika di hadapan perempuan yang tidak jelas pribadi atau wataknya atau perempuan yang rosak
akhlaknya.

Ketika sendirian, sesama perempuan dan laki-laki yang menjadi muhramnya Auratnya adalah di antara
pusat dan lutut Walau bagaimanapun, untuk menjaga adab dan untuk memelihara dan berlakunya hal
yang tidak diingini, maka perlulah ditutup lebih dari itu agar tidak menggiurkan nafsu. Ini adalah penting
untuk menghindarkan fitnah.
Salah satu permasalahan yang kerap kali dialami oleh kebanyakan manusia dalam kesehariannya adalah
melepas dan memakai pakaian baik untuk tujuan pencucian pakaian, tidur, atau yang selainnya. Sunnah-
sunnah yang berkaitan dengan melepas dan memakai pakaian adalah sebagai berikut : Mengucapkan
Bismillah. Hal itu diucapkan baik ketika melepas maupun memakai pakaian. Imam An-Nawawy berkata :
“Mengucapkan bismillah adalah sangat dianjurkan dalam seluruh perbuatan”. Memulai Dengan Yang
Sebelah Kanan Ketika Akan Memakai Pakaian. Berdasarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Apabila
kalian memakai pakaian maka mulailah dengan yang sebelah kanan”.

c. Kaum Lelaki Dilarang Memakai Cincin Emas dan Pakaian Sutra

Dalam hal ini, cincin emas dan pakaian sutra yang dipakai oleh kaum lelaki, Khalifah Ali r.a pernah
berkata:
َ َ ُ َ َّ َ َّ َ ْ َ َْ َ ْ َ َ ْ ْ
‫للا َر ُس ْو ُل ن َه ِات‬ ْ
ِ ‫)الطيات رواه( ال ُم َعصفر ِل َباس عن و الق ِّس ِل َباس عن و ِبالذه ِب التخت ِم عن م ص‬
‫ر‬

Artinya: “ Rasulullah SAW pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutra serta pakaian
yang dicelup dengan ashfar.” (HR Thabrani)

Yang dimaksud dengan ashfar ialah semacam wenter berwarna kuning yang kebanyakan dipakai oleh
wanita kafir pada zaman itu. Ibnu umar meriwayatkan sebagai berikut:
َ
‫للا َر ُس ْو ُل َرأى‬
ِ ‫لمص‬ ْ ْْ ‫ال ُم َع ْص َف َر ْين َث ْو َب‬
َّ َ ‫ي َع‬ َ ‫ َف َق‬: ‫ال ْال ُك َّفار ث َياب م ْن َهذه ِا َّن‬
ِِ ِ ِ ِ
َ َ َ ْ ََْ
‫تلبسها ف‬
َ
Artinya: “Rasulullah SAW pernah melihat aku memakai dua pakaian yang dicelup dengn ashfar maka
sabda beliau: Ini adalah pakaian orang-orang kafir, oleh karena itu janganlah engkau pakai.”

Larangan bagi laki-laki memakai cincin emas dan pakaian dari sutra adalah suatu didikan moral yang
tinggi. Allah telah menciptakan kaum lelaki yang memiliki naluri berbeda dengan perempuan, memiliki
susunan tubuh yang berbeda dengan tubuh perempuan. Lelaki memiliki naluri untuk melindungi kaum
perempuan yang relatif lemah kondosi fisiknya. Oleh sebab itu, sangat tidak layak kiranya apabila lelaki
meniru tingkah laku perempuan yang suka berhias dan berpakaian indaah serta suka dimanja. Dari sisi
lain, larangan ini sekaligus sebagai upaya pencegahan terhadap sikap hidup bermewah-mewahan,
sementara masih banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Tata Krama Berhias

Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam batasan
yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama.

Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut:

1. Laki-laki dilarang memakai cincin emas

Sebagaimana larangan yang ditujukan oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a

1. Jangan bertato dan mengikir gigi

Pada zaman jahiliyah banyak wanita Arab yang menato sebagian besar tubuhnya, muka dan tangannya
dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Pada zaman sekarang ini (khususnya di lingkungan masyrakat
kita) bertato banyak dilakukan oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini, mereka merasa mempunyai
kelebihan dari orang lain.

Adapun yang dimaksud dengan mengikir gigi ialah memendekkan dan merapikan gigi. Mengikir gigi
banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik. Rasulullah SAW
bersabda;
َ َ َ َْ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ ِ ‫ش َة َو ْا َلو‬
َ ِِ ‫)الطي ْات رواه( ْا ُلم ْش َت ْو‬
‫للا َر ُس ْو ُل ل َع َن‬
ِ ‫اشة و ال ُمشتو ِش َمة و الو ِاش َمة م ص‬ِ ‫ر‬

Artinya: “Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menato dan yang minta ditato, yang mengikir gigi
dan yang minta dikikir giginya.” (HR At Thabrani)

1. Jangan menyambung rambut

Selain hadits yang tersebut didepan (dalam hal menyambung rambut) terdapat pula riwayat sebagai
berikut:
ْ َ َ َ َ َّ َّ ْ َ ََ َ ُ ُ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ ْ َ َ َ َ َ ِْ َ َ ُ ْ َّ َ ََ َ َ ََ َ َ ََ َْ
‫ب ِا ْم َراة َسالت‬ َ ِ ‫ فقال ِف ْي ِه؟ افأ ِص ُل زوجتها وِا َت ش ْع ُرها فا ْم َرق ال ِحص َية اصابتها ابن ِ َب ِان‬: ‫للا ل َعن‬
‫للا رسول يا فقالت م ص الن ِر‬ ِ ‫اصلة‬
ِ ‫الو‬
َ‫)البجارى زواه( ْال ُم ْس َت ْوص َل َة و‬
ِ

Artinya: “Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: Ya Rasulullah, sesunguhnya anak saya
tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia. Apakah boleh saya
menyambung rambutnya?. Rasulullah menjawab: Allah melaknat perempuan yang melaknat
perempuan yang melaknat rambutnya.” (HR Bukhari)

1. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias

Berlebih lebihan ialah melewati datas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias secara berlebih-
lebiha cenderung kepada sombong dan bermegah-megahan yang sangat tercela dalam Islam. Setipa
muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan kesombongan,
baik dalam berpakaian maupun dalam berhias bentuk yang lain. Memoles wajah dengan bahan make-up
terlampau banyak serta menggunakan perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki secara
mencolok termasuk berlebih-lebihan. Perbuatan yang demikian itu tidak lain adalah bermaksud untuk
menarik perhatian pihak lain, terutama lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan adalah untuk menarik
perhatian suaminya maka hal itu baik untuk dilakukan. Akan tetapi, apabila yang dimaksud itu semua
orang (selain suami) maka hal itu termasuk perbuatan yang dialranga dalam Islam. Selain menjurus
kepada sikap sombong, berlebih-lebihan termasuk perbuatan tabzir, sedangkan tabzir dilarang oleh
Allah SWT. (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: “26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. 27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra : 26-27)

Anda mungkin juga menyukai