Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN


ANALISIS ESCHERICHIA COLI

Oleh:
Kelompok 2
Ni Made Anistya Pratiwi 1702562017
Ni Putu Oka Manik Prasari 1702562018
Made Indah Kesuma Dewi 1702562019
Ni Putu Siska Trisnayanti 1702562020
Rizky Wahyu Fathin 1702562021
Made Hirma Krisnayani 1702562022
Ngakan Made Ngurahadi 1702562023
Yudhi Pratama 1702562024
Ni Putu Diah Budi Larassati 1702562025
Ni Luh Sariasih 1702562026
I Dewa Ayu Wulan Cahayawati 1702562027
Ni Putu Mayasari 1702562028
Khairul Hamdi 1702562029
Mursalun 1702562030
Wayan Yuliastuti 1702562031
Ni Luh Mertayani 1702562032
Ni Made Mita Kusuma Dewi 1702562033

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018
A. Judul praktikum:
Analisa Escherichia coli
B. Landasan teori:
Kualitas air dapat dilihat dari indikator mikrobiologi, fisik dan kimia didalamnya.
Kehadiran bakteri coliform merupakan indikator biologi adanya kontaminasi sampah atau
feses terhadap sumber air. World Health Organization (2001) menyarankan tiga kelompok
indikator mikroba untuk menentukan kualitas air, salah satunya adalah kelompok fecal
coliform. Fecal coliform merupakan bakteri yang berasal dari tinja manusia atau hewan.
Coliform adalah bakteri yang menjadi bioindikator dalam air yang bersifat patogen
karena berbahaya bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah Eschericia coli. Bakteri ini
merupakan spesis utama dari kelompok bakteri fecal. E. Coli atau bakteri fecal lainnya dapat
mengkontaminasi air ketika terjadi hujan atau proses presipitasi lainnya yang membawa
bakteri ini ke sungai, danau, atau air tanah yang ketika dari sumber ini digunakan tidak
dilakukan pengolahan yang cukup, bahkan mungkin digunakan sebagai air minum. Meskipun
E. Coli berasal dari saluran pencernaan (usus), apabila masuk ke saluran pencernaan dalam
jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan manusia. Bahaya E. Coli bagi kesehatan
manusia diantaranya dapat menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah, diare,
infeksi pada saluran kemih dan saluran empedu (Gerhardt, 2002)
Penentuan coliform fekal menjadi indicator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya
pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform
jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh
bakteri coliform adalah Escherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah
indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik
(Hartini, 2011). Keberadaan fecal coliform hampir selalu mengindikasikan adanya
kontaminasi fecal sehingga kehadirannya dalam suatu lingkungan akuatik menunjukkan
bahwa air telah tercemar. Namun, tidak semua bakteri coliform bersifat patogen, salah
satunya adalah Klesbiella.
Keberadaan Escherichia coli diidentifikasikan dengan terbentuknya asam dan gas yang
merupakan hasil dari fermentasi laktosa. Namun, terkadang beberapa organisme yang
menunjukkan karakteristik tersebut belum tentu merupakan fecal coliform sehingga
diperlukan pengujian lebih lanjut untuk mendapatkan kepastian.
Medium tumbuh yang digunakan untuk pembiakan E. Coli yang merupakan bioindikator
dari kualitas air dapat menggunakan medium Eosin Methylen Blue Agar (EMBA). Medium
EMBA digunakan karena pewarnaan pada medium ini selektif terhadap bakteri gram negatif
sehingga fermentasi laktosa dan asam yang dihasilkan dapat terdeteksi, dan penggunaan
utama EMBA adalah untuk mendeteksi keberadaan bakteri coliform yang merupakan bakteri
gram negatif.
C. Metode dan Prinsip
a. Metode
EMBA
b. Prinsip
Mikroorganisme di dalam sample air ditumbuhkan dalam media Media Eosin Methylene
Blue Agar (EMBA) dengan metode spread. Adanya mikroorganisme Escherichia coli
ditunjukkan dengan tumbuhnya koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. 1 buah labu Erlenmeyer
b. 3 buah cawan petri steril
c. Inkubator
d. Pipet 10 dan 1 ml steril
e. Batang bengkok
f. Lampu Spritus
g. 3 buah tabung reaksi
2. Bahan
a. Sampel air sumur
b. EMBA
E. Prosedur kerja
a. Menimbang agar sesuai kebutuhan (36 gr untuk 1 liter aquadest). Masukkan ke dalam
Erlenmeyer dan tambahkan aquadest sesuai jumlah agar. Aduk rata sambil panaskan
hingga hampir mendidih dan semua agar larut.
b. Memasukkan 10 ml EMBA yang masih panas tadi ke dalam masing masing tabung
reaksi.
c. Melakukan sterilisasi di dalam autoclave dengan suhu 121°C selama ±15 menit.
d. Menyiapkan meja kerja yang bersih dengan lampu spriritus menyala.
e. Mengondisikan media EMBA pada suhu panas sehingga cair. Tuangkan media EMBA ke
dalam cawan petri steril dengan hati-hati dan selalu dekat lampu spiritus.
f. Menutup cawan petri dan panaskan sekeliling cawan petri
g. Mendiamkan EMBA dalam cawan petri hingga mengeras
h. Pipet 0,1 ml sampel air (suhu ruang) secara steril ke permukaan agar. Sebarkan
menggunakan batang bengkok secara steril. Tutup cawan petri dan panaskan lagi
sekeliling cawan. Pengenceran dapat dilakukan pada sampel sehingga jumlah koloni
dapat dihitung.
i. Membungkus dengan kertas dan inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam
j. Hasil positif ditunjukkan dengan koloni dengan inti berwarna gelap dan kilap logam
F. Hasil pengamatan
Dalam uji penegasan menggunakan media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Hasil
pengamatan menunjukkan tidak terbentuk warna koloni yang spesifik untuk bakteri
Escherichia coli yaitu koloni yang berwarna hijau dengan kilap logam. Hasil ini
menunjukkan bahwa sampel air sumur X tidak mengandung bakteri Escherichia coli.

Gambar 3. Hasil Pengamatan Air Sumur X Pada Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA).
Setelah Diinkubasi Pada Suhu 37° C

G. Pembahasan
Pengamatan kualitas mikrobiologi air bertujuan untuk melihat tingkat pencemaran yang
terdapat pada sampel air sumur. Prinsip dalam percobaan ini adalah mikroorganisme di
dalam sampel air sumur ditumbuhkan dalam media Media Eosin Methylene Blue Agar
(EMBA) dengan metode spread. Adanya mikroorganisme Escherichia coli ditunjukkan
dengan tumbuhnya koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam.
Medium EMBA digunakan karena pewarnaan pada medium ini selektif terhadap
bakteri gram negatif sehingga fermentasi laktosa dan asam yang dihasilkan dapat
terdeteksi, dan penggunaan utama EMBA adalah untuk mendeteksi keberadaan bakteri
coliform yang merupakan bakteri gram negatif.
Sebelum dilakukan inokulasi, cawan petri yang berisi medium EMBA didekatkan ke
api spiritus untuk menjaga kondisi steril. Pemeriksaan bakteri Escherichia coli dilakukan
dengan menginokulasi sampel air sumur X pada media selektif yaitu Eosin Methylene
Blue Agar (EMBA). Media ini bersifat selektif dalam menumbuhkan Escherichia coli
karena dalam media ini mengandung eosin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
gram positif dan hanya dapat menumbuhkan bakteri gram negatif. Bila dalam biakan
terdapat bakteri Escherichia coli maka asam yang dihasilkan dari fermentasi akan
menghasilkan warna koloni yang spesifik untuk bakteri Escherichia coli yaitu koloni yang
berwarna hijau dengan kilap logam.
Setelah inokulasi dilakukan, cawan segera ditutup dan disimpan pada posisi terbalik.
Penyimpanan cawan pada kondisi terbalik adalah agar tidak ada kontaminasi udara yang
dapat mengganggu jalannya pertumbuhan bakteri.
Hasil pengamatan pada air sumur X yang diinokulasikan pada media EMBA
menunjukkan hasil negatif karena tidak terbentuk warna koloni yang spesifik untuk
Escherichia coli. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel air sumur X tidak mengandung
bakteri Escherichia coli yang artinya air tidak tercemar oleh feses manusia.
Beberapa kesalahan yang dapat terjadi selama pengujian tingkat pencemaran air
dilakukan. Kemungkinan kesalahan yang terjadi yang dibabkan oleh human error selama
pengujian berlangsung pada masing-masing jenis uji adalah sebagai berikut.
a. Kemungkinan penyebab hasil yang kurang sempurna adalah waktu inkubasi sampel
hanya dilakukan selama sekitar 20 jam sehinga tidak memenuhi waktu inkubasi
seharusnya, yaitu selama 24 jam. Proses inkubasi yang belum mencapai waktu
optimum dapat menyebabkan perkembangan tumbuhan tidak maksimal.
b. Kesalahan ketika menyebarkan sampel pada medium EMBA terdapat area yang
menumpuk oleh koloni karena keterampilan praktikan masih rendah.
c. Kesalahan ketika melakukan inokulasi tidak selalu dekat dengan api sehingga terdapat
kemungkinan tabung reaksi terkontaminasi.
H. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesimpulan bahwa air sumur X tidak
mengandung bakteri Escherichia coli yang artinya air tidak tercemar oleh feses manusia.
2. Saran
a. Lebih teliti dalam pengambilan sampel khususnya sampel yang jumlahnya kecil.
b. Penyediaan alat & ruang praktikum yang lebih layak, guna menunjang proses
praktikum.
c. Perlu latihan secara cermat dalam pembacaan hasil praktikum yang sifatnya kualitatif.
d. Perlu dilakukannya praktikum dengan menggunakan metode lain sebagai referensi
dan komparasi hasil.
e. Segera mencuci tangan setelah praktikum untuk menghindari hal buruk yang tidak
diinginkan.
Daftar Pustaka
Gerhardt, A. 2002. Bioindicator Species and Their Use in Biomonitoring.
http://www.eolss.net/sample-chapters/c09/e6-38a-01-07.pdf. Diakses tanggal 10
Oktober 2018
Hartini, P. B. 2011. Studi Keamanan Mikrobiologi Makanan jajanan Di Kantin Falesa IPB.
Bogor: IPB
World Health Organization. 2001. Indicators of Microbial Water Quality.
http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/iwachap13.pdf. Diakses tanggal 10
Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai