Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GAGAL JANTUNG
A. Pengertian
Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer, 2002:
805)
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana serambi kanan atau kiri jantung yang
mengalami kegagalan sehingga jantung tidak mempunyai kemampuan
untuk memberikan keluaran yang cukup dalam memenuhi kebutuhan jaringan dan
menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik.
(Doenges E. Marlynn, 2002 : 52)
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. (Ruhyanuddin, 2006:
80).
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompakan darah
dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme dan oksigen
jaringan. (Nugroho, Taufan, 2011 : 269)
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompa
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme ke jaringan (I wayan
Sudarta,2013:64)
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung
yang berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan untuk kemampuanya ada hanya kalau di sertai peninggian
tekanan ventrikel kiri (sujono riadi,2011)
Mandiri
1. Auskultasi nadi apical : 1. Biasanya terjadi takikardi
kaji frekuensi utama untuk mengkompensasi
jantung penurunan kontraktilitas
2. Catat bunyi jantung ventrikuler.
3. Palpasi nadi perifer 2. Penurunan curah jantung
4. Pantau tekanan darah dapat menunjukkan
5. Kaji kulit terhadap pucat menurunnya nadi radial,
dan sianosis popliteal, dorsalis pedis dan
6. Pantau haluran urin, postibial. Nadi mungkin
catatan penurunan haluran cepat hilang tidak teratur
dan kepekatan 3. S1 dan S2 mungkin lemah
7. Kaji perubahan pada karena menurunnya kerja
sensori, contoh letargi, pompa
bingung, disorientasi, 4. Pada gagal jantung kongestif
cemas dan depresi. dini, sedang atau kronis
8. Berikan istirahat semi tekanan darah dapat
rekumben pada tempat meningkat.
tidur atau kursi, kaji 5. Pucat menunjukkan
pemeriksaan fisik sesuai menurunnya perfusi perifer
indikasi sekunder terhadap tidak
9. Berikan istirahat psikologis adekuatnya curah jantung,
dengan lingkungan tenang, vasokontriksi dan anemia,
menjelaskan manajemen sianosis dapat terjadi
medik/keperawatan, sebagai refraktori gagal
membantu pasien jantung kongestif Ginjal
menghindari situasi stres, berespons untuk
mendengar/berespons menurunkan curah jantung
terhadap ekspresi dengan menahan cairan dan
Intervensi Rasional
perasaan/takut. minum
10. Berikan pispot di samping 6. Dapat menunjukkan tidak
tempat tidur adekuatnya perfusi serebral
11. Tinggikan kaki, hindari sekunder terhadap
tekanan pada bawah lutut penurunan curah jantung
dorong olahraga 7. Istirahat fisik harus
aktif/pasif tingkatkan dipertahankan selama gagal
ambulasi/aktivitas sesuai jantung kongestif akut atau
toleransi. refraktori untuk
12. Periksa nyeri tekan betis, memperbaiki efisiensi
menurunnya nadi verifer kontraksi jantung dan
pembengkakan, kemerahan menurunkan kebutuhan
lokal atau pucat pada oksigen miokard
ekstremitas 8. Stres emosi menghasilkan
Kolaborasi vaskontriksi yang
1. Berikan oksigen tambahan meningkatkan tekanan
dengan kanula darah dan meningkatkan
nasal/masker sesuai frekuensi/kerja jantung
indikasi 9. Pispot digunakan untuk
2. Berikan obat sesuai menurunkan kerja kekamar
indikasi. mandi atau kerja keras
menggunakan bedpan
10. Menurunkan stasi vena dan
dapat menurunkan insiden
trombus
11. Insiden posisi tinggi < 20%
karena sempitnya batas
antara rentang terapetik
dan toksik
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
dengan kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring yang lama
Hasil yang diharapkan :
1. Mendemontrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur atau maju
dengan frekuensi jantung atau irama dan tekanan darah dalam batas normal pasien
dan kulit hangat, merah muda dan kering.
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Periksa tanda vital 1. Hipotensi ortostatik dapat
sebelum dan segera terjadi dengan aktivitas
setelah aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
khususnya jika perpindahan cairan (deuretik)
pasien menggunakan atau pengaruh fungsi jantung
vasoditator, diuretik, 2. Penurunan/ketidakmampuan
pengikat betal. miokardium untuk
2. Catat respons meningkatkan volume
kardiopulmonal sekuncup selama aktivitas
terhadap aktivitas, dapat menyebabkan
catat takikardi, peningkatansegera pada
disritmia dispnea, frekuensi jantung.
berkeringat, pucat 3. Kelemahan adalah efek
3. Kaji samping beberapa obat, nyeri
presipitasi/penyebab dan program penuh stres juga
kelemahan contoh memerlukan energi dan
pengobatan nyeri, menyebabkan kelemahan
obat 4. Dapat menunjukkan
4. Evaluasi peningkatan peningkatan dekompensasi
intoleransi aktivitas jantung daripada kelebihan
5. Berikan bantuan aktivitas.
dalam aktivitas 5. Pemenuhan kebutuhan
Intervensi Rasional
3. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah, menurunnya laju filtrasi
glomerulus, peningkatan retensi air dan ntarium, peningkatan Anti Diuretik Hormone
(ADH).
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan seperti yang dibuktikan oleh tekanan darah
dalam batas normal
2. Tidak ada distensi vena perifer atau vena edema dependen
3. Paru bersih dan berat badan stabil
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pantau haluaran urin 1. 1. Haluaran urin mungkin sedikit
2. Pantau keseimbangan dan pekat karena penurunan
pemasukan dan perfusi ginjal
pengeluaran selama 24 jam2. 2. Terapi deuretik dapat
3. Pertahankan duduk atau disebabkan oleh kehilangan
tirah baring dengan posisi cairan
semi fowler 3. 3. Posisi terlentang
4. Buat jadwal pemasukan meningkatkan filtrasi ginjal dan
cairan digabungkan dengan menurunkan produksi anti
keinginan minum bila diuretik hormon
mungkin 4. 4. Melibatkan pasien dalam
5. Kaji distensi leher dan program terapi dapat
pembuluh perifer meningkatkan perasaan
6. Ubah posisi dengan mengontrol
sering, tinggikan kaki bila
5. 5. Catat perubahan
duduk ada/hilangnya edema sebagai
7. Auskultasi bunyi napas, respon terhadap terapi
catat penurunan bunyi
6. 6. Retensi cairan berlebihan
tambahan dapat dimanifestasikan oleh
pembendungan vena dan
pembentukan edema
7. 6. Pembentukan edema,
sirkulasi melambat, gangguan
pemasukan nutrisi dan
imobilisasi/tirah baring lama
merupakan kumpulan stressor
yang mempengaruhi integritas
kulit.
4. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveolus akibat akumulasi
cairan pada jaringan paru.
Hasil yang diharapkan :
1. Mendemontrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh
Gas Darah Arteri (GDA) atau oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala
distres pernafasan
2. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan atau situasi
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Auskultasi bunyi napas, catat
1. Menyatakan adanya kongesti
krekels paru/ pengumpulan sekret
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut
2. Anjurkan pasien batuk efektif 2. Membersihkan jalan napas dan
memudahkan aliran oksigen
3. Dorong perubahan posisi miring 3. Menurunkan konsumsi oksigen
dan meningkatkan inflamasi paru
4. Pertahankan duduk kursi/tirah maksimal
baring dengan kepala tempat tidur
4. Hipoksemia dapat menjadi berat
tinggi 20-30 cm selama edema paru
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi
5. Menurunkan kongesti
alveolar, meningkatkan pertukaran
gas
5. Kerusakan integritas kulit b.d tirah baring yang lama, edema dan penurunan perfusi
jaringan
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan integritas kulit
2. Mendemontrasikan prilaku atau teknik mencegah kerusakan kulit
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Lihat kulit, catat penonjolan 1. Kulit beresiko karena gangguan
tulang,adanya edema area sirkulasi perifer, mobilitas fisik
sirkulasinya terganggu (pigmentasi dan gangguan status nutrisi
atau kegemukan/kurus).
2. Pijat area kemerahan atau yang 2. Meningkatkan aliran darah,
memutih meminimalkan hipoksia jaringan
3. Ubah posisi sering di tempat 3. Memperbaiki sirkulasi/menurunkan
tidur/kursi, bantu latihan rentang waktu satu area yang mengganggu
gerak aliran darah
4. Terlalu kering atau lembab merusak
4. Berikan perawatan kulit sering, kulit dan mempercepat kerusakan
meminimalkan dengan kelembaban 5. Edema dependen dapat
5. Periksa sepatu kesempitan/ubah menyebabkan sepatu terlalu sempit
sesuai kebutuhan 6. Edema interstisial dan gangguan
6. Hindari obat intramuskuler sirkulasi memperlambat absorpsi
obat dan predisposisi untuk
kerusakan kulit
Kolaborasi :
7. Berikan tekanan alternatif 7. Menurunkan tekanan pada kulit,
dapat memperbaiki sirkulasi
Arjo, Tjokronegoro. (2002). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardio
Vaskuler. Malang. UMM Press
Hidayat, (2009), Gagal Jantung, Diakses pada tanggal 16 Juni 2014 dalam web
http://id.wikipedia.org/wiki/Gagal jantung
Price Sylvia. A. Volume 1 (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (edisi 6).
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzane C. & Bare, Brenda G. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
EGC.