Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SOAL UKDI IKM

Febrina Sylva Fridayanti


112011101058

1. Berdasarkan hasil survei Depkes RI pada tahun 2007 sekitar 37 % penduduk Indonesia
bertubuh pendek, pada tahun 2010 angka tersebut masih berkisar 45 % penduduk
Indonesia bertubuh pendek. Sementara itu pada tahun 2005 sekitar 22 – 24 % penduduk
di bawah 15 tahun mengalami obesitas, dan tahun 2007 sekitar 21 %. Dari data tersebut,
permasalahan yang ada di Indonesia adalah :
a. Masalah gizi ganda
b. Masalah gizi mikro
c. Masalah gizi makro
d. Masalah defisiensi Fe
e. Masalah defisiensi Yodium
Pembahasan :
Masalah gizi / malnutrisi di Indonesia terbagi menjadi 4 bentuk, yaitu
1) Undernutrition, atau dikenal dengan KEP, baik marasmus, kwashiorkor, atau
keduanya
2) Overnutrition, atau dikenal dengan obesitas
Kedua kelainan di atas diakibatkan kekurangan zat gizi makro, yaitu karbohidrat,
protein dan lemak
3) Imbalance nutrition
4) Sepcific defisit nutrition, seperti defisiensi vitamin A, defisiensi Fe, dan defisiensi
yodium.

2. Kota di Lombok, terdapat pasien diare yang 1ontro ke pkm sebanyak 300. Dicurigai
infeksi E. coli (air tidak dimasak). 108 rawat inap, 2 meninggal. Kriteria KLB?
a. Diare merupakan penyakit yang berpotensi menjadi wabah
b. Frekuensi diare meningkat 2 kali lipat dari tahun lalu
c. Jumlah penyakit diare mencapai 300
d. Jumlah pasien yang meninggal sebanyak 2 jiwa
e. Penyakit tersebut menimbulkan kegawatan sehingga perlu penanganan segera
Pembahasan :
Kriteria KLB berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut:
1) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam,
hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
4) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun
sebelumnya.
5) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
per bulan pada tahun sebelumnya.
6) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan
dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu
yang sama.
7) Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.

3. Pada suatu desa tercatat data kependudukan 2006 sebagai berikut:


Jumlah populasi (per tanggal 1/7/2006) 50.000 jiwa
Jumlah kematian bayi 250 (10 jiwa mati setelah usia di atas 1 tahun)
Jumlah kematian usia di atas 65 tahun 120 jiwa
Jumlah kematian 300 jiwa (semua umur dan semua sebab)
Apa yang dimaksud dengan 300/50.000 ?
a. Crude Birth Rate
b. Crude Death Rate
c. Spoppy Indeks
d. Age adjusti mortality rate
e. Age specific mortality rate
Pembahasan :
a) Crude Birth Rate
Crude Birth Rate (CBR) atau angka kelahiran kasar adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada
pertengahan tahun yang sama.
𝐵
Rumus: 𝐶𝐵𝑅 = 𝑃 𝑥1000
 CBR : Crude Birth Rate
 B : Jumlah kelahiran
 P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
b) Crude Death Rate
Crude Death Rate (CDR) adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu
jangka waktu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada
pertengahan tahun yang bersangkutan.
Jumlah seluruh kematian
Rumus: 𝐶𝐷𝑅 = x konstanta
Jumlah penduduk
c) Age specific mortality rate
Age specific mortality rate (ASMR) adalah jumlah kematian pada golongan usia
tertentu dalam satu tahun yang menggambarkan rata-rata harapan hidup dalam
kelompok masyarakat tersebut.
Jumlah kematian gol.umur (x)
Rumus: ASMR = Jumlah penduduk gol.umur (x) x 1000 permil

4. Seorang dokter kedatangan pasien yang bekerja di pabrik rokok dengan gangguan faal
paru. Dokter ingin melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan gangguan faal paru
dengan polusi tembakau. Dokter melakukan perbandingan antara pegawai yang tidak
terkena polusi tembakau dengan pegawai produksi yang terkena polusi tembakau.
Metode penelitian yang digunakan adalah......
a. Studi Kohort
b. Studi cross sectional
c. Clinical trial
d. Kasus kontrol (case control)
e. Observasi
Pembahasan :
Metode penelitian
 Studi Kohort: studi yang berjalan ke depan, dengan strategi memulai kasus dari
paparan kemudian didikuti perjalanan kasusnya sampai muncul hasil akhir yang
berhubungan dengan paparan.
 Studi case control: studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok orang, yang
terkena penyebab penyakit dengan kelompok orang yang tidak terkena penyakit
 Studi cross sectional: untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan
variabel tergantung dengan melakukan pengukuran terhadap tiap-tiap subjek sebanyak
satu kali saja pada suatu saat tanpa didikuti follow-up
 Clinical trial : studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen kepada kelompok
subjek kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Penelitian yang tepat untuk kasus ini adalah case control, dimana akan dibandingkan
antara dua kelompok orang, yaitu yang terkena penyebab penyakit dengan kelompok
orang yang tidak terkena.

5. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke klinik dokter keluarga untuk kontrol penyakit
TB nya. Pasien tinggal dengan istri dan 2 orang anaknya yang berusia 5 tahun dan 3
tahun. Pasien mengaku kurang lebih sebulan ini anaknya tidak nafsu makan dan berat
badan turun tidak sesuai dengan KMS. Sebagai dokter keluarga apa yang anda lakukan?
a. Menyarankan untuk memberi makanan dengan nutrisi yang cukup
b. Menyarankan memberi obat nafsu makan dan vitamin
c. Melakukan pemeriksaan TB dengan tes mantoux pada kedua anaknya
d. Tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya
e. Langsung diobati dengan pengobatan TB
Pembahasan :
Sistem skoring (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang TB di fasyankes
Parameter 0 1 2 3
Laporan
keluarga, BTA
Kontak TB Tidak jelas - (-) / BTA tidak BTA (+)
jelas/ tidak
tahu
Positif (≥10
mm atau ≥5
Uji tuberkulin
Negatif - - mm pada
(Mantoux)
imunokompro
mais)
Klinis gizi
BB/TB<90% buruk atau
Berat Badan/
- atau BB/TB<70% -
Keadaan Gizi
BB/U<80% atau
BB/U<60%
Demam yang
tidak diketahui - ≥2 minggu - -
penyebabnya
Batuk kronik - ≥3 minggu - -
Pembesaran
≥1 cm, lebih
kelenjar limfe
- dari 1 KGB, - -
kolli, aksila,
tidak nyeri
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi Ada
- - -
panggul, lutut, pembengkakan
falang
Gambaran
Normal/
sugestif
Foto toraks kelainan tidak - -
(mendukung)
jelas
TB

Parameter Sistem Skoring:


 Kontak dengan pasien pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti tertulis hasil
laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa diperoleh dari TB 01 atau dari
hasil laboratorium.
 Penentuan status gizi:
 Berat badan dan panjang/ tinggi badan dinilai saat pasien datang (moment
opname).
 Dilakukan dengan parameter BB/TB atau BB/U. Penentuan status gizi untuk anak
usia <5 tahun merujuk pada buku KIA Kemenkes, sedangkan untuk anak usia >5
tahun merujuk pada kurva CDC 2000 (lihat lampiran).
 Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1 bulan.
 Demam (≥2 minggu) dan batuk (≥3 minggu) yang tidak membaik setelah diberikan
pengobatan sesuai baku terapi di puskesmas
 Gambaran foto toraks menunjukkan gambaran mendukung TB berupa: pembesaran
kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat, atelektasis, konsolidasi
segmental/lobar, milier, kalsifikasi dengan infiltrat, tuberkuloma.

Penegakan Diagnosis
 Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter. Apabila di fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut tidak tersedia tenaga dokter, pelimpahan wewenang
terbatas dapat diberikan pada petugas kesehatan terlatih strategi DOTS untuk
menegakkan diagnosis dan tatalaksana TB anak mengacu pada Pedoman Nasional.
 Anak didiagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6 (skor maksimal 13)
 Anak dengan skor 6 yang diperoleh dari kontak dengan pasien BTA positif dan hasil
uji tuberkulin positif, tetapi TANPA gejala klinis, maka dilakukan observasi atau
diberi INH profilaksis tergantung dari umur anak tersebutFoto toraks bukan
merupakan alat diagnostik utama pada TB anak
 Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dengan gejala klinis yang meragukan, maka
pasien tersebut dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut
 Anak dengan skor 5 yang terdiri dari kontak BTA positif dan 2 gejala klinis lain, pada
fasyankes yang tidak tersedia uji tuberkulin, maka dapat didiagnosis, diterapi dan
dipantau sebagai TB anak. Pemantauan dilakukan selama 2 bulan terapi awal, apabila
terdapat perbaikan klinis, maka terapi OAT dilanjutkan sampai selesai.
 Semua bayi dengan reaksi cepat (<2 minggu) saat imunisasi BCG dicurigai telah
terinfeksi TB dan harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak
 Jika dijumpai skrofuloderma pasien dapat langsung didiagnosis TB
 Untuk daerah dengan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang terbatas (uji tuberkulin
dan atau foto toraks belum tersedia) maka evaluasi dengan sistem skoring tetap
dilakukan, dan dapat didiagnosis TB dengan syarat skor ≥ 6 dari total skor 13.
 Pada anak yang pada evaluasi bulan ke-2 tidak menunjukkan perbaikan klinis
sebaiknya diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan faktor penyebab lain misalnya
kesalahan diagnosis, adanya penyakit penyerta, gizi buruk, TB MDR maupun masalah
dengan kepatuhan berobat dari pasien. Apabila fasilitas tidak memungkinkan, pasien
dirujuk ke RS. Yang dimaksud dengan perbaikan klinis adalah perbaikan gejala awal
yang ditemukan pada anak tersebut pada saat diagnosis.

Anda mungkin juga menyukai